IndoneSia
Catatan Fendy Sutrisna\
Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Kadek Fendy Sutrisna
21 Mei 2011
Dukung Fendy Sutrisna untuk
tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link
LIKE, COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau
sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah
salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan
dan memiliki efisiensi kerja yang baik jika dibandingkan dengan
pembangkit listrik energi terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah
dengan memanfaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area
efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi
putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik.
Berdasarkan data dari GWEC, jumlah PLTB
yang ada di dunia saat ini adalah sebesar 157.900 MWatt (sampai dengan
akhir tahun 2009), dan pembangkit jenis ini setiap tahunnya mengalami
peningkatan dalam pembangunannya sebesar 20-30%. Teknologi PLTB saat ini
dapat mengubah energi gerak angin menjadi energi listrik dengan
efisiensi rata-rata sebesar 40%. Efisiensi 40% ini disebabkan karena
akan selalu ada energi kinetik yang tersisa pada angin karena angin yang
keluar dari turbin tidak mungkin mempunyai kecepatan sama dengan nol.
Gambar 1 merupakan laju pertumbuhan dan daya elektrik total PLTB di
dunia yang ada sampai saat ini.
Gambar 1 Laju Pertumbuhan PLTB di Dunia
1. Energi Angin1.1 Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi dari Kecepatan Angin
Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area efektif turbin angin dapat dihitung berdasarkan persamaan 1.1 berikut :
(1.1)
dimana pada persamaan tersebut dapat kita
lihat bahwa energi angin (P ; Watt) bergantung terhadap faktor-faktor
seperti aliran massa angin (m ; kg/s), kecepatan angin (v ; m/s),
densitas udara (ρ ; kg/m3), luas permukaan area efektif turbin (A ; m3
). Di akhir persamaan, secara jelas dapat disimpulkan bahwa energi
angin akan meningkat 8 kali lipat apabila kecepatan angin meningkat 2
kali lipatnya, atau dengan kata lain apabila kecepatan angin yang masuk
ke dalam daerah efektif turbin memiliki perbedaan sebesar 10% maka
energi kinetik angin akan meningkat sebesar 30%. Apabila kecepatan kerja
PLTB adalah Vrated, maka daya keluaran PLTB dapat diperoleh dari persamaan 1.1 dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai berikut.
(1.2)
(1.3)
Gambar 2 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan fungsi dari kecepatan angin.
Gambar 2 Intensitas Energi Angin
1.2 Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggiannya dari Permukaan Tanah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat
dipengaruhi oleh ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati
permukaan tanah, kecepatan angin semakin rendah karena adanya gaya gesek
antara permukaan tanah dan angin. Untuk alasan ini, PLTB biasanya
dibangun dengan menggunakan tower yang tinggi atau dipasang diatas
bangunan. Berikut adalah rumus bagaimana cara mengukur kecepatan angin
berdasarkan ketinggiannya dan jenis permukaan tanah sekitarnya.
Tabel 1 menunjukan besarnya nilai n sebagai faktor perbedaan jenis permukaan tanah yang mempengaruhi kecepatan angin.
Tabel 1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah
Gambar 3 menunjukan hasil perhitungan
kecepatan angin berdasarkan ketinggian, dengan garis putus-putus
menggunakan asumsi n = 7, sedangkan garis lurus dengan asumsi n =5.
Gambar 3 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah
Angin timbul akibat sirkulasi di atmosfer
yang dipengaruhi oleh aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang
berotasi. Dengan demikian, daerah khatulistiwa akan menerima energi
radiasi matahari lebih banyak daripada di daerah kutub, atau dengan kata
lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan
dengan udara di daerah kutub. Perbedaan berat jenis dan tekanan udara
inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara
inilah yang didefinisikan sebagai angin. Gambar 4 merupakan pola
sirkulasi pergerakan udara akibar aktivitas matahari dalam menyinari
bumi yang berotasi.
Gambar 4 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi
(Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya)
Berdasarkan prinsip dari terjadinya, angin dapat dibedakan sebagai berikut :2.1 Angin Laut dan Angin Darat
Angin laut adalah angin yang timbul
akibat adanya perbedaan suhu antara daratan dan lautan. Seperti yang
kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan panas dari radiasi sinar
matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada malam
hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin
tinggi suhu, tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya perbedaan
suhu ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas
daratan dan lautan. Hal inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari
arah darat ke arah laut. Sebaliknya, pada siang hari dari pukul 09.00
sampai dengan pukul 16.00 angin akan berhembus dari laut ke darat akibat
sifat air yang lebih lambat menyerap panas matahari.
Angin lembah adalah angin yang bertiup
dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang
hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya angin darat dan
angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan puncak
gunung.
Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu
angin musim barat dan angin musim timur. Angin Musim Barat/Angin Muson
Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua
Australia (musim panas). Apabila angin melewati tempat yang luas,
seperti perairan dan samudra, maka angin ini akan mengandung curah hujan
yang tinggi. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim
hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan
maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.
Angin Musim Timur/Angin Muson Timur
adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua
Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan Indonesia mengalami musim
kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun
(Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di Indonesia
terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi
oleh perbedaan yang diakibatkan oleh material permukaan Bumi dan
ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara
yang tinggi akan memiliki potensi angin yang kuat. Ketinggian
mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif.
Selain perbedaan tekanan udara, material
permukaan bumi juga mempengaruhi kuat lemahnya kekuatan angin karena
adanya gaya gesek antara angin dan material permukaan bumi ini.
Disamping itu, material permukaan bumi juga mempengaruhi kemampuannya
dalam menyerap dan melepaskan panas yang diterima dari sinar matahari.
Sebagai contoh, belahan Bumi utara didominasi oleh daratan, sedangkan
selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja sudah
mengakibatkan angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak
seragam. Gambar 5 menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada
permukaan Bumi dari tahun 1959-1997. Perbedaan tekanan terlihat dari
perbedaan warna. Biru menyatakan tekanan rendah, sedangkan kuning hingga
oranye menyatakan sebaliknya. Arah dan besar angin ditunjukkan dengan
arah panah dan panjangnya.
Gambar 5. Arah
angin permukaan dan pusat tekanan atmosfer rata-rata pada bulan
Januari, 1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen intertropik
(ITCZ).
Angin topan adalah pusaran angin kencang
dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di
wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan. Angin topan
disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Di Indonesia
dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa, jarang
sekali dilewati oleh angin ini. Angin paling kencang yang terjadi di
daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di
sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan
sekitar 20 Km/jam.
Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber angin dunia diperkirakan sebesar 50,000 TWh/tahun. Total potensial ini dihitung pada daratan dengan kecepatan angin rata-rata diatas 5,1 m/s dan pada ketinggian 10 m. Data ini setelah direduksi sebesar 10% sebagai toleransi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, dan lain-lain.
Tabel 2 Sebaran potensi energi angin. (TWh/tahun)
3.1 Potensi Energi Angin Di Indonesia
Berikut ini adalah peta potensi energi
angin di Indonesia yang dapat digunakan sebagai referensi dalam
mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Perbedaan
kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan
kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning, merah dan sekitarnya
menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.
Gambar 6 Peta persebaran kecepatan angin di Indonesia
5. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)
5.1 Kincir Angin
Secara umum kincir angin dapat di bagi
menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar dengan sumbu horizontal, dan
yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar 7 menunjukan jenis-jenis
kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar 8 menunjunkan
karakteristik setiap kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya untuk
mengubah energi kinetik angin menjadi energi putar turbin untuk setiap
kondisi kecepatan angin. Dari gambar 8 dapat disimpulkan bahwa kincir
angin jenis multi-blade dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah. Sedangkan kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan lingkup kecepatan angin yang luas.
Gambar 7 Jenis-jenis kincir angin
Gambar 8 Karakterisrik kincir angin
5.2. Gearbox
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60.
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60.
5.3. Brake System
Alat ini diperlukan saat angin berhembus terlalu kencang yang dapat menimbulkan putaran berlebih pada generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, terjadi arus lebih pada generator.
Alat ini diperlukan saat angin berhembus terlalu kencang yang dapat menimbulkan putaran berlebih pada generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, terjadi arus lebih pada generator.
5.4. Generator
Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous generator), generator tak-serempak (unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor belitan ataupun generator magnet permanen.
Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous generator), generator tak-serempak (unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor belitan ataupun generator magnet permanen.
Penggunaan generator serempak memudahkan
kita untuk mengatur tegangan dan frekuensi keluaran generator dengan
cara mengatur-atur arus medan dari generator. Sayangnya penggunaan
generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya yang mahal,
membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang rumit.
Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.
Pada sistem stand alone, dibutuhkan baterei untuk menyimpan energi listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin. Contoh sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
5.6 Tower
Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 9 dibawah ini. Setiap jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan, efisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya. Sedangkan gambar 10 menunjukan diagram skematik PLTB secara umum umum.
Gambar 10 Diagram skematik dari turbin angin
6. Karakteristik Kerja Turbin Angin
Gambar 11 menunjukan pembagian daerah
kerja dari turbin angin. Berdasarkan gambar 11 ini, daerah kerja angin
dapat dibagi menjadi 3, yaitu (a) cut-in speed (b) kecepatan kerja angin rata-rata (kecepatan nominal) (c) cut-out speed. Secara
ideal, turbin angin dirancang dengan kecepatan cut-in yang seminimal
mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan potensi angin lokal, dan
kecepatan cut-out yang semaksimal mungkin. Namun secara mekanik kondisi
ini sulit diwujudkan karena kompensasi dari perancangan turbin angin
dengan nilai kecepatan maksimal (Vcutoff) yang besar adalah Vcut dan Vrated yang relatif akan besar pula.
Gambar 11 Karakteristik kerja turbin angin
Selain dari data yang ditunjukan gambar 6
sebelumnya, penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan
dengan menggunakan metode probalistik distribusi Weibull dalam mengolah
kumpulan data hasil survey seperti yang diperlihatkan pada gambar 12.
Gambar 12 Penentuan kecepatan angin rata-rata suatu daerah
7. Sistem Mekanik PLTB
Gambar 13 Komponen Turbin Angin
(sumber : BP, going with the wind)
8. Sistem Elektrik PLTB
Secara umum sistem kelistrikan dari PLTB
dapat dibagi menjadi 2 yaitu (i) kecepatan konstan (ii) kecepatan
berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robast).
Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar turbin yang konstan dan
menghasilkan daya maksimum pada satu nilai kecepatan angin. Sistem ini
biasanya menggunakan generator tak-serempak (unsynchronous generator),
dan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin
yang besar. Kelemahan dari sistem ini adalah generator memerlukan daya
reaktif untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus dipasang
kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan
terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan
mekanis secara tiba-tiba. Gambar 14 (a) menunjukan diagram skematik dari
sistem ini.
Gambar 14(a) Sistem PLTB kecepatan konstan (fixed-speed)
Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai macam kecepatan. Sistem variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed.
Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), Konverter DC-DC, ataupun Inverter. Gambar 14 (b) sampai dengan 14(e) adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan berubah.
Pada sistem variable speed (b)
menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik kerja
generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor,
sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin
berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban mekanis
secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid dan
memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang
berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih
terbatas.
(b) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor belitan)
Pada sistem variable speed (c)
menggunakan rangkaian elektronika daya untuk mengatur nilai resistansi
rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan kecepatan yang bisa
dikendalikan sistem pertama.
(c) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed back to back conventer)
Sistem variable speed (d) dan (e) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis generator yang digunakan.
(d) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor sangkar)
(e) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed)
(rotor permanen magnet)
Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi
dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE, COMMENT
& SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna
Referensi :
1. Blog
Konversi ITB (a) Energi angin dan potensinya (b) Generator listrik untuk
sistem PLTB/mikrohidro (c) Optimalisasi Ekstraksi Energi Angin
Kecepatan Rendah di Indonesia dengan Aplikasi Konverter Boost.2. Kadekadokura.wordpress.com; 風力発電の原理と世界の利用現状について
3. Global Wind Energy Council (GWEC)
4. Wikipedia
https://indone5ia.wordpress.com/2011/05/21/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-tenaga-angin-dan-perkembangannya-di-dunia/
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.