alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 01 Februari 2015

RESESI EKONOMI BELUM PERLU DIKHAWATIRKAN

Resesi Ekonomi Belum Perlu Dikhawatirkan
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Inflasi bulan Oktober yang mencapai 8,7 persen memang cukup mengejutkan.
Biasanya angka inflasi 8 persen itu untuk satu tahun dan itu pun sudah dinilai tinggi. Inflasi 2 digit menjadi momok perekonomian kita. Sekarang inflasi Januari-Oktober sudah di atas 17 persen. Begitu juga inflasi year on year.

Wajar bila orang mulai khawatir terhadap situasi ekonomi, bila masih belum terkendali pada bulan November dan Desember sehingga laju inflasi selama tahun 2005 mencapai lebih 20 persen. Kekhawatiran itu sempat berlebihan, karena orang sudah membayangkan akan terjadi hiperinflasi akibat efek spiral.
Maklumlah, terkadang kalangan pakar dan politikus yang memicunya.

Rasanya kekhawatiran seperti itu belum perlu, meskipun kewaspadaan sangat diperlukan. Mungkinkah ini tanda-tanda awal resesi ekonomi ataukah kita akan kembali mengalami krisis seperti tahun 1997? Pertanyaan seperti itu sering dilontarkan.
Yang penting jangan sampai komentar-komentar yang muncul semua bernada negatif sehingga malah memperkeruh suasana.  Menimbulkan spekulasi dan mengurangi tingkat kepercayaan pasar.

Beberapa ekonom senior mencoba memberikan penjelasan, agar masyarakat tak terlalu resah. Benar, inflasi tinggi mengguncang ekonomi, namun guncangan itu tidak harus terjadi terus-menerus.  Bisa jadi hanya guncangan sesaat, yakni selama Oktober dan setelah itu kembali mereda.

Apa yang akan terjadi pada dua bulan terakhir tahun 2005 ini sangatlah menentukan perjalanan atau kinerja tahun berikutnya. Haruslah disadari, inflasi sangat tinggi pada Oktober adalah akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) rata-rata di atas 100 persen. Mengapa kenaikan harga minyak setinggi itu? Jawabannya, karena itulah yang dipilih. Pemerintah bisa menaikkan harga BBM dalam dua atau tiga tahap, agar tidak setinggi itu sehingga membuat shock pasar.

Namun tidak ada yang menjamin dampak inflatoarnya lebih terkendali.
Karena kenaikan bertahap justru bisa menimbulkan spekulasi atau ketidakpastian pasar.  Dampak psikologis sulit diperkirakan. Maka, yang dipilih adalah kenaikan sekaligus dalam persentase tinggi dan setelah itu bisa segera tenang. Istilah ekonominya, once over atau sekali pukul.

Dengan logika itu, inflasi tinggi hanya akan ada di Oktober. Setelah itu berangsur turun kembali. Kalau perkiraan dan asumsi itu benar, kita tak perlu mencemaskan keadaan ini sampai-sampai membayangkan terjadi resesi. Istilah resesi dalam ekonomi tidak bisa dijadikan sesuatu yang sekadar untuk mendramatisasi keadaan. Sebab, resesi itu berarti pertumbuhan nol atau negatif. Sekarang fundamen pertumbuhan masih relatif baik. Kendati angka 6,2 persen seperti diinginkan mungkin sulit dicapai, namun 5 persen masih akan didapat. Jadi, bagaimana mungkin akan terjadi resesi.

Di samping itu, indikator ekonomi lain masih relatif tenang, kendati tetap ada gejolak. Kurs rupiah masih relatif stabil pada kisaran Rp 10.000/dolar AS, sedangkan kinerja ekspor dan cadangan devisa masih cukup baik. Inflasi bukan segala-galanya. Hanya kita tak boleh menganggap enteng. Karena
bagaimanapun situasi di pasar terkait dengan inflasi sering sulit diduga.

Dengan kata lain masih sangat dibutuhkan instrumen-instrumen moneter yang perlu dipergunakan untuk mengendalikan situasi. Kebijakan uang ketat dan suku bunga tinggi tentu akan jadi pilihan seperti yang sudah dilakukan sekarang. Inilah yang harus dibayar dengan melambannya gerak dan pertumbuhan ekonomi. Tidak jadi soal asalkan kestabilan terjaga.

Sebab, apa artinya pertumbuhan tinggi kalau inflasi dan suku bunga bank naik terus? Kalau pun tahun ini dan tahun depan bisa tumbuh 5 persen, itu bukanlah sesuatu yang buruk. Karena di sisi lain kita telah menyelamatkan kebangkrutan anggaran dengan menaikkan harga BBM. Pernyataan dan kekhawatiran di sekitar resesi hendaknya ditangkap sebagai sebuah peringatan.

Bagaimanapun kita perlu diingatkan tentang gangguan kestabilan yang dipicu oleh kenaikan harga BBM. Namun jangan sampai hal itu menimbulkan pesimisme. Justru optimisme ke depan yang lebih perlu dimunculkan. Pemerintah perlu mengambil inisiatif dan berusaha meyakinkan pasar tentang hal ini.

Kemampuannya mengendalikan keadaan akan menjadi penentu, apakah situasi akan bisa membaik atau bertambah buruk. Pilihan yang ada sama-sama buruk, namun kita tetap memilih yang baik di antara yang buruk. Bagaimana perkembangan November dan Desember serta satu tahun ke depan, kita akan cermati bersama.  Internet Sumber: Seputar Indonesia, Jumat 25 Januari 2008 tajuk rencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.