Australia Blingsatan dan Khawatir, Kapal Perang RI Dikerahkan di Perairan Perbatasan Indonesia Australia
REP | 02 February 2014 | 08:41 Dibaca: 9689 Komentar: 63 29
Rupanya soal pembekuan beberapa
kerjasama oleh Indonesia terhadap Australia akibat penyadapan memalukan
yang dilakukan Australia, membuat Australia blingsatan seperti cacing
kepanasan. Tidak hanya Julie Bishop Menteri Luar Negeri negara kanguru,
bahkan Tonny Abbott juga menunjukkan hal yang serupa.
Setelah Indonesia membekukan tiga
kerjasama dengan Austrlia salah satunya patroli bersama mencegah imigran
gelap yang mencari suaka ke Australia. Kini Australia menuai peliknya
masalah imigran gelap itu. Australia dituduh melakukan pemukulan dan
penghinaan terhadap beberapa pencari suaka.
Vivanews (2/2/2014) menyebut bahwa
tuduhan ini muncul setelah patroli Angkatan Laut Australia menggiring
kapal pencari suaka ke pulau Rote di Indonesia awal Januari lalu.
Beberapa pencari suaka yang diwawancara ABC News mengaku dipukuli dan dihinakan selama dalam penggiringan.
Dalam tayangan ABC News,
seorang pencari suaka asal Somalia, Merke Abdullah Ahmed, mengatakan
telah dianiaya tentara Angkatan Laut Australia. Dia mengaku dipaksa
memegang pipa panas mesin perahu yang membawanya menyeberangi perairan
Indonesia ke Australia. Kesaksian Merke itu direkam lewat video dan
dipublikasikan oleh media Australia, ABC News. Saat ini mereka tengah menjalani pengobatan.
Berita itu dibantah oleh Julie Bishop di
hadapan hadirin asal Amerika Serikat, pebisnis Australia, pemimpin
bidang perdagangan dan mantan menteri senior di Pusat Studi AS di
Washington DC, seperti dikutip oleh ABC News (22/1/2014)
Selain itu, Bishop juga seakan curhat dan mencari simpati dengan mengungkap kemarahan kepada Edward J. Snowden.
“Dia terus mengkhianati negaranya
sendiri secara memalukan, namun di saat yang bersamaan bersembunyi di
Rusia. Ini jelas mencerminkan sebuah pengkhianatan yang tidak terduga,”
tegas Bishop.
Di tempat terpisah, Perdana Menteri
Australia Tonny Abbott juga naik pitam dan kembali menegur stasiun
berita Australia, ABC, lantaran kerap membuat pemberitaan yang
memojokkan pemerintahnya. Padahal, kata dia, ABC adalah media yang
didanai oleh pemerintah.
The Guardian, Rabu 29 Januari
2014 seperti yang ditulis oleh wartawan politiknya, Daniel Hurst
mengungkap bahwa pemberitaan yang dimaksud Abbott adalah soal penyadapan
Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono dan tuduhan penyiksaan oleh tentara Australia terhadap pencari
suaka. Pemberitaan-pemberitan ABC News terhadap Pemerintahan Abbott ini membuahkan dipotongnya anggaran TV Nasional itu.
Di sisi lain, Wakil Ketua Partai Buruh
Tanya Plibersek mengatakan bahwa tayangan ABC adalah cerminan dari
kebudayaan Australia yang kritis, dan terkait penyadapan juga masalah
imigran pencauara suaka adalah ranah publik. Terkait pemotongan
anggaran, Tanya mengingatkan bahwa Abbott saat kampanye sempat berjanji
tidak akan memotong anggaran TV nasional.
Wartawan politik nasional Sidney Morning Herald
Jonatahan Swan menulis terkait pencari suaka, Abbot menegaskan ketika
menjawab pertanyaan media di Davos Swiss di Forum Ekonomi Dunia 22
Januari 2014 –yang saat itu tidak dihadiri baik oleh Preside SBY dan
Gubernur DKI Jokowi– agar Indonesia memahami bahwa kedaulatan suatu
negara adalah isu yang serius. Karena itu Abbot akan tetap menghentikan
perahu pencari suaka dan melanjutkan operasi perbatasan. Menghentikan
perahu pencari suaka itu menyangkut kedaulatan Australia dan Australia
tidak akan meberi jalan bagi imigran ilegal, walaupun kerjasama dengan
Indonesia dihentikan.
Terkait hal itu, menyikapi sikap kepala
batu Australia, Pemerintah RI merealisasikan niat untuk memperketat
wilayah perairan yang berbatasan dengan Australia.
Harian The Guardian, Jumat 24
Januari 2014 melansir pernyataan Kepala Dinas Penerangan TNI AL,
Laksamana Pertama Untung Suropati yang menjelaskan bahwa beberapa kapal
peluncur rudal dan torpedo, kapal perang corvette dan pesawat perbatasan
air dikerahkan ke wilayah perbatasan itu. Bahkan Menurut Juru Bicara
TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, apabila ada pelanggaran
perbatasan, pangkalan udara di Makassar siap membantu mengamankan.
“Australia bisa dijangkau dari sana,”
ujarnya. Pangkalan Udara Sultan Hassanudin di Makassar, adalah pangkalan
bagi 16 pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30 buatan Rusia. Dengan
menggunakan pesawat itu, hanya butuh waktu satu jam mencapai Australia.
Langkah Pemerintah RI untuk menjaga
perbatasan ini mulai membuat Parlemen Australia khawatir. Namun, langkah
itu tidak mengejutkan bagi mereka. Menurut anggota parlemen dari
Partai Buruh, Chris Bowen, kebijakan yang ditempuh RI merupakan hasil
yang dituai dari kebijakan Perdana Menteri Tony Abbott, Menteri
Imigrasi, Scott Morrison dan Menteri Luar Negeri, Julie Bishop, yang
bersikap kepala batu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.