Kamis, 20 Februari 2014 | 05:56 WIB
Australia Ingin Indonesia Bantu
Selesaikan Masalah
Sekoci untuk memulangkan imigran dari Australia.. theaustralian.com.au
Alan
Dupont, Profesor Keamanan Internasional di Universitas New South Wales,
berpendapat hubungan Indonesia dan Australia harus segera diperbaiki,
karena ongkos yang ditanggung kedua negara terlalu besar jika "perang
dingin" ini terus berlangsung. Berikut wawancara Bunga Manggiasih dari Tempo dengan Alan Dupont
usai ia menjadi pembicara diskusi soal imigran ilegal dan revitalisasi
hubungan Indonesia-Australia di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu 19
Februari 2014:
Bagaimana cara mengatasi masalah imigran ilegal yang membuat hubungan Indonesia dan Australia memburuk?
Tidak
ada jawaban mudah. Dan ini bukan hanya masalah Indonesia dan Australia.
Tapi kita bisa memperbaiki sejumlah aspek dalam hubungan ini.
Pertama,
kedua negara harus melanjutkan kerja sama bilateral yang beberapa di
antaranya sekarang sedang dihentikan. Salah satu caranya ialah pemimpin
kedua negara harus mengirimkan gestur politik yang menunjukkan Indonesia
dan Australia sama-sama ingin memperbaiki hubungan. Bali Process,
konferensi sejumlah negara untuk mengatasi imigran ilegal yang digagas
Indonesia dan Australia, adalah salah satu hal yang penting untuk
dilanjutkan. Tapi ada ruang besar juga untuk inisiatif bilateral
Indonesia dan Australia. Karena, ini masalah Indonesia juga, bukan cuma
masalah Australia, meski ada orang yang melihat ini cuma problem
Australia.
Indonesia merasa hanya jadi korban karena
imigran gelap itu sebetulnya melintasi Indonesia dalam perjalanan menuju
Australia. Apa pendangan Anda soal pandangan seperti itu?
Kita
semua bisa berargumen menjadi korban, baik Indonesia, Australia, maupun
orang-orang malang yang diselundupkan. Tapi kalau kita terus berpikir
diri sendiri sebagai korban, kita tidak membuat kemajuan. Saya memilih
tidak mendiskusikannya dalam kerangka pemikiran seputar korban, tapi
respons konstruktif apa yang bisa kita berikan untuk problem kompleks
tersebut. Tidak ada solusi mudah di sini.
Memang ada yang melihat
ini masalah Australia. Tapi kalau kita lihat secara objektif, Indonesia
dirugikan juga oleh problem ini. Saya harap teman-teman di Indonesia
bisa melihatnya. Kami tentu tidak berharap Indonesia punya tongkat ajaib
yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kami ingin Indonesia
membantu menyelesaikan masalah untuk kebaikan kedua negara.
Menurut Anda, apakah sejauh ini respons Indonesia terhadap masalah ini sudah cukup kooperatif?
Saya
pikir, sebelum masalah penyadapan terungkap, ada kerja sama yang cukup
erat di antara kedua negara. Misalnya, ada kerja sama antara polisi,
tentara, dan sebagainya. Kita sudah berjalan ke arah yang benar sampai
semuanya terhenti karena terkuaknya kasus penyadapan beberapa bulan
lalu. Yang diuntungkan adalah para penyelundup manusia (people
smugglers), karena tekanan terhadap mereka malah berkurang. Saya
sarankan kerja sama keamanan Indonesia dan Australia yang kini terhenti,
dilanjutkan untuk mencegah para imigran ilegal.
Saya rasa salah
satu masalah Indonesia adalah Anda tidak punya pemahaman menyeluruh
tentang jumlah orang yang memasuki Indonesia secara ilegal, Anda mungkin
tak punya kapasitas cukup dalam pengawasan (surveillance) dan intelijen
untuk mengetahui berapa jumlah mereka, mengapa mereka datang dan
tinggal di Indonesia, siapa saja penyelundup manusia ini dan bagaimana
mereka beroperasi. UNHCR menyediakan data soal imigran ilegal, tapi
sepertinya itu hanya sebagian kecil dari jumlah orang yang sebenarnya
memasuki Indonesia. Ribuan orang masuk ke sini, dan tak semuanya bisa
dikategorikan sebagai pengungsi. Banyak yang mungkin hanya mencari
kesempatan ekonomi yang lebih baik. Misalnya, imigran dari Iran
kebanyakan dari kelas menengah yang secara ekonomi cukup baik, dan
mereka mencari tempat yang lebih bagus. Mereka tentu bukan pengungsi,
dan kita perlu mendiferensiasi mana yang pengungsi, pencari suaka, dan
migran lainnya, serta bagaimana menanganinya.
Yang jelas, kita tak
bisa menunggu sampai pemilihan umum Indonesia selesai untuk memperbaiki
hubungan kedua negara. Ongkosnya terlalu besar baik untuk Indonesia
maupun Australia.
Apakah langkah-langkah itu bisa mengurangi imigran ilegal yang memasuki Australia?
Seharusnya
begitu. Australia sebetulnya negara yang relatif terbuka untuk imigran.
Saya juga imigran. Seperempat penduduk Australia adalah imigran, tidak
dilahirkan di Australia. Kami menerima orang baru, tapi harus mengikuti
proses, tidak semua bisa diterima. Sama seperti Indonesia, warga negara
adalah prioritas bagi Australia. Kami mencoba menerima pencari suaka
sebanyak mungkin, sebanyak kemampuan kami, tapi kami tidak bisa menerima
semuanya.
Anda mengatakan pemerintah Australia secara
berkelanjutan punya kebijakan menghentikan perahu imigran ilegal, hanya
metodenya saja berbeda. Tapi metode terakhir yang Australia pakai,
mengirimkan mereka dengan perahu ke Indonesia, sangat berbeda...
Memang
benar pemerintah Australia sekarang mengambil posisi lebih keras
terhadap imigran ilegal. Tapi kebijakan utamanya tetap sama dengan
pemerintah beberapa dekade terakhir. Indonesia maupun Australia setuju
kita harus menyetop perahu mereka, tapi berbeda pendapat soal caranya.
Menurut Anda, apakah itu tidak melanggar hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tahun 1951 tentang Pengungsi?
Ada
yang bilang pemerintahan Tony Abbott melanggar hukum di sana. Saya
bukan ahli hukum internasional, tapi saya berdiskusi dengan mereka dan
mereka bilang itu tidak melanggar hukum internasional apapun. Memang
tidak semua pengacara sepakat soal itu, tapi pengacara memang tak
mungkin sepakat soal semuanya. Apa yang dilakukan Australia tidak
ilegal. Anda bisa bilang itu salah secara moral, tapi itu tidak ilegal.
Antara
masalah imigran ilegal dan penyadapan, mana yang harus diprioritaskan
penyelesaiannya untuk memperbaiki hubungan kedua negara?
Saya
pikir akan selalu ada masalah dalam hubungan antarnegara. Tapi kalau
Anda fokus pada satu masalah dengan risiko mengorbankan hubungan secara
keseluruhan, maka kita akan berjalan mundur. Anda harus mengutamakan
keutuhan hubungan itu di atas masalah-masalah yang ada. Di masa lalu,
tiap ada satu masalah, hubungan Indonesia-Australia kolaps, seperti saat
jurnalis Australia di tahun 1986 mengkritik Soeharto. Hubungan baru
pulih setelah tujuh tahun. Kita tidak bisa mengalami hal serupa lagi.
Hubungan ini seperti dalam keluarga, harus diselesaikan karena
orang-orangnya tetap ada di dalamnya. Akan selalu ada ketegangan dalam
hubungan itu, tapi kita seharusnya mencari solusi, bukan memanasi isu
tertentu, itu akan lebih konstruktif.
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/20/120555866/Australia-Ingin-Indonesia-Bantu-Selesaikan-Masalah
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.