ANCAMAN BAHAYA DEPLETED URANIUM
Posted in NUBIKA PASIF on Desember 28, 2009 by zeniad
“Penyebab polusi terbesar di Amerika Serkat adalah “Departemen
Pertahanan AS , sekarang ini sedang membersihkan sampai 29,500 tempat,
baru atau lama yang terkontaminasi disetiap wilayah negara bagian. Di
California sendiri terdapat 3,912 lokasi yang terkontaminasi, di atas
lokasi 441 buah instalasi Departemen Pertahanan yang baru dan lama.
Banyak fasilitas milik Departemen Pertahanan AS telah mencemari sumber
air minum bawah tanah …. Biaya untuk membersihkan racun mesiu yang
mencemari dan perlengkapan perang artileri yang belum meledak dan masih
aktif serta bekas instalasi militer di seluruh negara dapat mencapai
US.$. 200 milyar.” – The National Resources Defense Council, April 21, 2004
Explosive depleted uranium tank round. (Photo: Tuberose.com)
“Departmen Pertahanan menolak untuk mematuhi perintah atau
menandatangani kontrak untuk membersihkan 11 lokasi pembuangan sampah
(nuklir?), termasuk sebuah di Hawaii, dan telah meminta Gedung Putih
serta Departemen Kehakiman untuk campurtangan atas atas namanya.” – Associated Press, Juli 1, 2008
Sementara
mencoba bertindak sebagai watchdog nuklir di planet ini, Amerika Serikat
dan Inggris Raya telah menjadi dua penyebab kanker paling besar dunia,
kanker yang disebabkan oleh debu radiasi dan pengotor proyektil depleted
uranium. Dengan menggunakan tank dan pesawat, militer Amerika Serikat
dan Inggris telah menembakkan ratusan ton mesiu radioaktif depleted
uranium (DU) sewaktu Perang Gurun Pertama, Perang Balkan, dan perang
yang baru-baru ini terjadi di Afghanistan serta Irak.
Selama dua dekade
berturut-turut pemimpin pemerintahan Amerika dan Inggris sedikit saja
melakukan upaya menyapu bersih sampah nuklir sisa peperangan yang
berbahaya ini. Dan ketika berulang-kali ditanyakan tentang sampah
senjata DU itu, juru bicara Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown dan
President Amerika, George W. Bush, demikian pula kedua kandidat Presiden
Amerika, baik Senator Barack Obama (D-Illinois) maupun Senator John
McCain (R-Arizona), tidak memberikan reaksi terhadap sejumlah besar
e-mail dan panggilan telepon selama waktu satu bulan ini.
Ironinya,
sementara menembakkan sampah nuklir di seluruh wilayah Iraq, Afghanistan
dan bekas negara Yugoslavia, baik Inggris maupun Amerika Serikat secara
tetap mengkritik sambil menterapkan tekanan keuangan atau politik
kepada Iran, Syria, Korea Utara dan Pakistan karena mengembangkan senjata nuklir.
Dari ke-empat negara tersebut, hanya Pakistan yang disebut-sebut
memiliki amunisi depleted uranium, namun angkatan bersenjatanya tidak
pernah menggunakan senjata tersebut.
Depleted uranium adalah sebuah produk sampingan dari natural uranium
yang dikayakan untuk kualitas reaktor nuklir atau kualitas senjata
uranium. Tambahan lagi senjata itu digunakan sebagai pelapis baja untuk
melindungi tank. Kepadatan metalnya ideal untuk membuat amunisi yang
siap menembus tank dan kendaraan lapis baja lainnya dengan membakar dan
melubanginya. Tetapi selama proses pembuatannya, mesiu tersebut
mengeluarkan debu radio aktif dengan jumlah yang besar yang dapat
diterbangkan oleh angin sejauh 20 sampai 30 mil. Kadang-kadang
projektilnya tidak meledak. Bahkan turun ikut terkubur dengan
sendirinya. Sekarang senjata DU tersebut mengotori atau mengancam
penyediaan air, tanah, tumbuh-tumbuhan, burung dan binatang lainnya di
wilayah tempat peperangan terjadi.
Potentially Serious Health Impacts
Bahaya
puing-puing DU termasuk diantaranya meningkatkan jumlah penyakit kanker
pada anak-anak dan penyakit-penyakit lainnya di Eropa dan Timur Tengah.
Partikel DU yang halus juga dapat merusak ginjal, kulit dan lensa mata.
Dan ketika terhirup atau tertelan oleh manusia, binatang atau ikan, debu
DU dapat merusak kesehatan secara serius dan permanen. Curahan DU
mencemari wilayah daratan secara permanen dengan paruh-umur 4.5 milyar tahun..
Debu Uranium tetap hidup di dalam paru-paru, dalam darah dan organ
tubuh lainnya selama bertahun-tahun. Menurut laporan setelah Perang
Teluk, debu uranium telah menyebabkan apa yang disebut dengan penyakit misterius terhadap
lebih dari 350,000 orang anggota militer Amerika Serikat, banyak
diantara mereka yang tidak berhasil ditangani secara medis.
Sedikitnya
di empat negara bagian, yaitu New York, California, Louisiana dan
Connecticut – telah berusaha meloloskan rancangan UU namun gagal memaksa
Departemen Pertahanan untuk melakukan pemeriksaan dan merawat lebih
baik bagi veteran perang yang terkena pajanan DU sewaktu masa
peperangan.
“Sejumlah
besar penetrator depleted uranium berkarat yang menempel di permukaan
tanah akan merupakan ancaman jangka panjang jika larut kedalam sumber
air,” Sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh British Royal Society menyatakan.
Setelah granat ditembakkan, tanah menjadi tercemar dengan partikel
buangan depleted uranium dan oleh beberapa bagian dari mesiu itu
sendiri.
Yang tercemar DU harus dipindahkan dari daerah lokasi
sekelilingnya yang diketahui terdapat pengaruh penetrator yang kuat ,”
demikian kata the Royal Society. “Percontohan lingkungan jangka panjang,
terutama sekali air dan susu, lingkungan membutuhkan dan harus
disediakan metoda monitoring komponen yang sensitif serta hemat biaya,
serta menyediakan informasi mengenai tingkat uranium yang ada untuk
dijadikan perhatian oleh penduduk setempat.. Monitoring perlu
ditingkatkan di beberapa tempat, dengan menyebutkan asesmen risiko
tertentu, jika situasinya menjamin keabsahan untuk pertimbangan lebih
lanjut.”
Walaupun
Royal Society menegaskan ancaman yang merusak kesehatan kepada mereka
yang menghirup jumlah yang banyak dari debu depleted uranium
dibandingkan dengan mereka yang menghirup sedikit dan terbatas, namun
sebuah studi terhadap anak-anak di Irak, yang terkena debu DU sewaktu
berkecamuk peperangan, ternyata bertentangan dengan penilaian tersebut.
Dr. Souad N. Al-Azzawi, seorang anggota dari Brussels Tribunal Advisory
Committee, mengatakan bahwa anak-anak yang menghirup nafas atau menelan
partikel yang terkena radiasi di daerah dimana Amerika Serikat
menembakkan mesiu DU dengan intens “memberikan bukti kuat adanya
hubungan antara terkenanya radiasi tingkat rendah dan akibat yang
merusak kesehatan,” Pajanan DU menciptakan” tingkat insiden yang
menimbulkan satu pergeseran leukemia terhadap anak-anak yang lebih muda
baru-baru ini,” demikian kata sang Doktor. Penyelidikan lain dilakukan oleh tiga orang profesor di
Universitas
Massachusetts dan Universitas Tufts menyimpulkan: bahwa “Bukti jumlah
kumpulan epidemiological manusia adalah konsisten dengan tingkat risiko
cacat kelahiran dalam keturunan dari orang yang terkena DU.”
Empat tahun
lalu, pemerintahan sementara Iraq meminta bantuan kepada PBB untuk
meratakan lubang-lubang yang dalam di negaranya, yang dipenuhi dengan
bongkahan projektil mesiu, peralatan penghancur DU, pecahan acak
partikel-partikel dan angin yang membawa hujan debu DU. PBB menghimbau
militer Inggris dan Amerika Serikat untuk membersihkan kerusakan yang
diakibatkan DU yang mereka ciptakan, namun tanpa hasil yang efektif.
Faktanya, ahli pembersihan lingkungan PBB telah meminta pejabat-pejabat
Inggris dan Amerika Serikat untuk menunjukkan dimana lokasinya senjata
DU ditembakkan di Irak, namun mereka hanya dilaporkan menerima koordinat
penembakkan DU dari Inggris.
DU Cleanup Required But Ignored
Baik pejabat
berwenang Inggris maupun Amerika Serikat keduanya tidak memenuhi
tawaran untuk menambah dana sumbangan yang dianggarkan sebesar US$ 4.7
juta yang terutama disumbang oleh Jepang kepada PBB untuk mengevaluasi
tempat-tempat peperangan yang tercemar yang oleh ahli kesehatan
dikatakan mengancam jutaan rakyat Irak. Tetapi bertentangan dengan bukti
ilmiah, dalam akhir bulan Oktober 2004, Lt. Col. Mark Melanson dari
angkatan bersenjata mengatakan bahwa anggaran lima tahun Departemen
Pertahanan sebesar US$ 6 juta untuk anggaran dipergunakan untuk melihat
percobaan simulasi peledakan tank DU “risiko kimia yang begitu rendah
ketika bernafas dalam debu uranium yang tidak akan menyebabkan risiko
kesehatan dalam jangka panjang, ” bahkan terhadap kru tank.
Akan tetpi,
peraturan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat 700-48 dan Technical
Bulletin 9-1300-278 telah selama bertahun-tahun menuntut pembersihan
residu dan pemusnahan depleted uranium yang ditembakkan. “Bahan dan
buangan radioaktif tidak akan dibuang dan dikubur ditempat itu,
perendaman dan pengabuan serta penghancuran di tempat, atau dengan bebas
semuanya tanpa persetujuan dari komandan,” demikian bunyi peraturan
itu. “Jika pembuangan ditempat disetujui, komandan yang bertanggungjawab
harus membuat dokumen mengenai sifat-sifat umum bahan yang dibuang dan
lokasi yang pasti tempat pembuangannya.”Peralatan radioaktif di bawah
peraturan yang sama harus dibersihkan dan dibuang segera setelah
dipakai. Peraturan penting militer lainnya adalah meminta semua sopir
Tank untuk diperiksa secara medis jika mereka terkena debu atau pecahan
radioaktif. Pensyaratan yang sama dari Inggris melarang tanpa izin mengumpulkan sampah radioaktif.
Salah satu
contoh yang paling penting mengenai masalah senjata depleted uranium dan
bahayanya terhadap umum baru-baru ini telah membuka babak baru dalam
sejarah panjang mesiu. Dihadapan Pentagon dan Angkatan Bersenjata
penolakan yang berulangkali akan perlunya mengikuti peraturannya
sendiri, repeated denials of the need to follow their own regulations,
masih pemimpin yang sama terlibat dalam sebuah pembersihan besar dan
final senjata DU yang mahal di Camp Doha, sebuah pangkalan militer yang
luasnya 500 ha di Kuwait.
Meskipun
potensi bahaya terhadap kesehatan kepada siapapun yang berjalan dekat
penyimpanan, kebanyakan bahan berbahaya ini tetap berada di permukaan
dan bawah tanah di dalam pangkalan militer yang masih aktif ini lebih
dari satu setengah dekade. Sejak tahun 1991, tempat buangan bahan
berbahaya ini telah dibersihkan dengan cara yang berbeda-beda yang tidak
sempurna.
Kecerobohan ini menyebabkan masalah kesehatan kepada semua
yang tinggal di dekat atau yang ditempatkan di sana. Pangkalan militer
yang terletak disemenanjung yang secara relatif berdekatan dengan Kota
Kuwait, ibukota tempat perkantoran pemerintahan. Penduduknya kira-kira
berjumlah 191,000 orang ketika kecelakaan senjata depleted uranium
terjadi. Tepat disudutnya adalah Kuwait City International Airport.
Tujuh belas
tahun lalu, selama terjadi Perang Teluk I, Doha merupakan tempat
terbesar dari penyimpanan senjata dan bahan peledak depleted uranium dan
tempat penyimpanan tank. Pada tanggal 11 July 1991, kira-kira pada jam
10:20 pagi kata seorang penyidik Pentagon, sebuah pemanas yang rusak
dalam sebuah pembawa amunisi M992 dilengkapi dengan peluru artileri
155mm disambar api dan menyebabkan ledakan beruntun dan kebakaran.
Jilatan apai dan ledakan mengirimkan bahan kimia dan debu radiasi dari
persenjataan dan tank ke udara setinggi beberapa mil, juga asap hitam
yang berbahaya naik tinggi ke langit.
Tank-tank, peralatan lainnya,
kendaraan dan gudang besar tempat penyimpanan amunisi hangus terbakar.
Lima puluh orang serdadu Amerika dan enam orang serdadu Inggris terluka.
Dua orang serdadu Amerika terlauka serius. Perlu berbulan-bulan dengan
biaya jutaan dolar untuk membangun kembali sebuah pangkalan militer yang
signifikan. “Kerusakannya luar biasa, “begitu kata seorang penyidik
Pentagon. “Api dan ledakan merusakkan atau menghancurkan 102 kendaraan,
termasuk empat buah tank M1A1 dan sejumlah kendaraan tempur lainnya.
Lebih dari dua lusin gedung juga mengalami kerusakan. Diperkirakan
kerugian berkisar hampir US $15 juta karena rusak atau hancurnya senjata
DU sabot 660 M829 120mm..”
Pada awalnya
Angkatan Bersenjata bekerja selama berbulan-bulan dalam sebuah opersai
pembersihan utama. Kemudian pada akhir tahun 1991, yang kedua dan tahap
akhir dari pembersihan peralatan berbahaya dilakukan oleh the
Environmental Chemical Corporation. Dan laporan penyidik Pentagon
mengatakan: “Personnel membereskan drum-drum DU penetrator mengenakan
topi ahli bedah, kaca pengaman, masker pengaman setengah muka, coverall,
apron karet sintetis, sarung tangan karet ahli bedah dengan sisipan
katun, dan ’sepatu boot karet’ khusus. Jumlah keseluruhannya ada delapan
buah drum diisi kira-kira 250 DU penetrator.”
Pemerintah
Kuwait menyewa kontraktor pemerintah Amerika Serikat, the Halliburton
Corporation, untuk memindahkan rongsokan kapal yang terbakar disekitar
Kuwait City ke tempat pembuangan di sebelah barat gurun pasir. Tetapi,
belum sampai tiga tahun lalu, ketika Amerika Serikat merencanakan untuk
menghentikan penggunaan pangkalan militernya, Angkatan Bersenjata
membuang tambahan pecahan selongsong. Dan baru saja pada bulan April
tahun ini sisa sampah raksasa ini pada akhirnya dinetralkan di tempat.
Pembersihan dilakukan oleh MKM Engineers, yang berkantor pusat di
Stafford, Texas, dibiayai oleh pemerintahKuwait.
David
Foster, seorang jurubicara urusan publik Angkatan Bersenjata mengatakan
“an Army public affairs spokesman, said “bagaimanapun juga, Angkatan
Bersenjata tidak mempunyai kewajiban hukum untuk membersihkan the
(particulate) material” di Camp Doha. Angkatan Bersenjata awalnya
membawa senjata dan peralatannya untuk melindungi Kuwait, jadi sekarang
merupakan kewajiban Kuwait untuk membayar biaya pembersihan, mengangkut
bahan-bahan berbahaya sampai selsesai, dikubur dengan aman, katanya.
Sejumlah 6,700 ton pasir tercemar dengan partikel depleted uranium
diangkut dari Kuwait dengan kapal dalam bulan April ke Pelabuhan
Longview di Washington. Tong-tong berisi pasir kemudian dipindahkan ke
kereta api untuk pengiriman akhir kepada American Ecology Corporation’s
Idaho’s Grand View fasilitas sampah radiasi tingkat rendah, 70 mil di
tenggara Boise di Gurun Owyhee.
“Berdasarkan
keaadaan tingkat pencemaran yang sangat rendah,” juru bicara American
Ecology, Chad Hyslop, mengatakan “tanahnya tidak diatur sebagai
‘material radioaktif’ oleh Departemen Transportasi Amerika Serikat.
“Penetrator rusak depleted uranium dipisahkan oleh MKM dan dikirim
secara terpisah ke Amerika Serikat untuk dibuang, menurut Foster, juru
bicara Angkatan Bersenjata. Baik the Department of Environmental
Protection maupun the Nuclear Regulatory Agency, menerima hasil uji coba
dan penjelasan bahaya dari debu depleted uranium, mengizinkan kondisi
seperti ini untuk dibuang,
EPA and NRC Leave Cleanup and Burial to the Army
Kedua
pejabat keagenan tersebut menyandarkan atas kata-kata pejabat Angkatan
Bersenjata bahwa pengapalan debu depleted uranium ini tidak mengancam
umat manusia atau merusak lingkungan, baik selama transit atau sewaktu
disimpan di tempat pembuangan akhir di Idaho. Mark MacIntyre, seorang
juru bicara EPA mengatakan: “Angkatan Bersenjata bertanggungjawab dengan
menggolongkan material tersebut dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan
alat transportasi dan syarat-syarat pembuangan …
EPA tidak mempunyai
standard tertentu berkaitan dengan depleted uranium. Untuk tujuan
pembuangan, depleted uranium dipertimbangkan sebagai buangan radioaktif
tingkat rendah dan tunduk kepada peraturan-peraturan dari U.S. Nuclear
Regulatory Commission.” Neil Sheehan, seorang juru bicara untuk the NRC,
menjelaskan: “Pasir – dengan sejumlah kecil depleted uranium sedang
dikirim ke fasilitas U.S. Ecology Idaho untuk dibuang – berisi ‘bebas’
dari konsentrasi uranium, lebih kecil dari 0.5-persen beratnya. jika
konsentrasinya lebih besar dari ini, kami mungkin khilaf.”
Pensiunan Major AB, Doug Rokke
bergelar Ph.D. bidang pendidikan – fisika dan teknologi – dari
University of Illinois, sudah bertahun-tahun menentang penggunaan DU
melalui Internet dan dengan cara lainnya. Ia yakin bahwa operasi
pembuangan sampah DU Doha baru-baru ini melanggar pedoman keselamatan.
Dia bekerja pada tim operasi khusus, the 3rd U.S. Army captured
equipment project team, dan dengan the 3rd U.S. Army Depleted Uranium
Assessment team selama Perang Teluk I. Sebagai hasil kerjanya dalam
pembersihan DU, Rokke mengatakan ia sakit karena radiasi yang merusak
paru-parunya dan ginjalnya. Dia juga terkena radiasi katarak,
fibromyalgia, bintik merah pada kulit, hilang pendengaran, diarrhea,
penyakit reactive airway, luka pada otak, gigi pecah dan ompong, dan
neurological abnormalities
Adalah
menggelikan kata Rokke, baik NRC, EPA dan Angkatan Bersenjata yang
menyangkal bahaya depleted uranium dari Doha. Mereka melakukan hal ini,
katanya, bahkan pemerintah Amerika Serikat memberikan mandat pembersihan
sangat besar kepada Concord, Massachusetts,, lokasi pabrik pembuatan mesiu depleted uranium Starmet’s Superfund, dan tentu saja menyakitkan untuk mengapalkan DU dari Camp Doha, Kuwait, ke Amerika Serikat sementara membahayakan lingkungan dan semua orang dari manapun yang dekat dengan kiriman tersebut.
Disarikan Oleh berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.