RANCANGAN JEMBATAN SELAT SUNDA RESMI DI PUBLIKASIKAN
Posted in PENYEBERANGAN on Januari 18, 2010 by zeniad
Rencana
ambisius pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) telah dipublikasikan.
Proyek yang diperkirakan menelan biaya konstruksi sekitar Rp 100 triliun
itu, akan menggunakan teknologi jembatan teranyar yang baru digunakan
di Shanghai, Cina.
Prastudi kelayakan jembatan yang dilakukan PT Bangungraha Sejahtera
Mulia (BSM), menyebutkan bahwa konstruksi jembatan akan menggunakan
teknologi generasi ketiga. Sebuah teknologi dengan konstruksi penampang
jembatan paling ringan.Menurut Direktur PT Bangungraha Sejahtera Mulia,
Agung R Prabowo, teknologi tersebut memungkinkan jarak antartiang
jembatan atau spanlenghth lebih dari 2.000 meter. Jembatan yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra ini juga dirancang memiliki panjang
29 km.
Agung
mengungkapkan, jembatan ini terdiri atas lima bagian. Dua jembatan
gantung ultra panjang dengan jarak antartiang 3,5 km dan 2 km serta 108
jembatan dengan rentang lebih pendek.
Jembatan ultra panjang ini sangat
dibutuhkan.Sebab, untuk melintasi Selat Sunda, terdapat dua palung
berkedalaman 135 dan 115 meter. ”Jadi, tiang-tiang antarjembatan harus
diletakkan sebelum memasuki daerah palung laut tersebut,” kata Agung di
Jakarta, belum lama ini.
Artinya,
diperlukan rentang antartiang jembatan yang lebih panjang. Menurut
Agung, tinggi pilon jembatan gantung ultra panjang sekitar 310 meter di
atas muka air rata-rata dan akan terbuat dari baja bermutu tinggi.Ruang
bebas vertikal di tengah bentang jembatan ultra panjang sekitar 81
meter. Artinya, jelas Agung, kapal-kapal terbesar di dunia saat ini,
seperti USS Enterprise dan Queen Mary-2, masih dapat berlayar tanpa
gangguan di bawah JSS.
Agung
menambahkan, untuk melintasi perairan yang kedalamannya relatif dangkal,
pihaknya menggunakan serangkaian jembatan kantilever seimbang dengan
rentang antartiang 200 meter.Agung, yang terlibat dalam pembuatan
prastudi kelayakan JSS, menambahkan, teknologi jembatan kantilever
seimbang digunakan dengan rentang antartiang lebih pendek, yaitu 80
meter. Ini digunakan pada jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). ”Karena
kita mau membuat jembatan dengan rentang lebih panjang, otomatis
teknologi konstruksinya harus yang ringan. Makanya, dalam rancangan
jembatan yang akan kami bangun digunakan teknologi generasi ketiga,”
ujar Agung.
Jembatan
yang telah dibangun dengan menggunakan jembatan gantung ultra panjang
adalah Jembatan Xihoumen, yang menghubungkan beberapa pulau di selatan
Shanghai, Cina. Jembatan tersebut memiliki rentang antartiang 1.650
meter. Cina, bisa dibilang sangat berpengalaman dalam membangun jembatan
berskala besar. Dalam setahun, Cina bisa membangun 100-150 jembatan
mengandalkan kemampuan sendiri. ”Saya yakin, jika ada political will
yang kuat, kita juga bisa,” kata Agung. n wulan tunjung palupi
Dari Generasi ke Generasi
Generasi Pertama
Pada
jembatan yang menggunakan teknologi generasi pertama atau disebut juga
jembatan suspensi konvensional, rentang antartiang hanya mampu di bawah
2.000 meter. Pembangunan jembatan yang dititikberatkan pada beban
gravitasi dan beban angin pada jembatan dianggap tidak
signifikan.Kekakuan geometris generasi pertama juga memengaruhi
panjangnya rentang jembatan. Contohnya adalah Jembatan Golden Gate
(1937) dan Jembatan Verrazano Narrows (1964). Batas ini diwakili oleh
Akashi Kaikyo Bridge di Jepang (1998) dengan rentang antartiang 1.991
meter.
Generasi Kedua
Agar bisa
mencapai rentang lebih panjang, otomatis desain jembatan harus dibuat
lebih ringan. Pada jembatan generasi kedua, penampang jembatan telah
berusaha dirancang sedemikian rupa dan lebih aerodinamis agar lebih
ringan dan tahan terhadap terpaan angin. Untuk memberikan jawaban atas
masalah ketebalan dek penampang dan terpaan angin, konsep generasi kedua
telah diperkenalkan menggunakan penampang berbentuk satu kotak
tertutup, bentuk dek yang terdiri atas panel baja kaku.
Adapun
perilaku seismik generasi kedua ini relatif fleksibel. Maka, dek
jembatan hanya akan mengalami reaksi ringan jika terjadi gempa. Contoh
awal generasi kedua ini adalah Jembatan Severn (1966) dengan rentang
antartiang 988 meter dan Humber dengan rentang antartiang 1.410 meter.
Namun, jembatan generasi kedua ini belum bisa memiliki rentang
antartiang lebih dari 2.000 meter. The Great Belt-East Bridge (1998)
dengan rentang 1.624 meter mewakili generasi kedua jembatan gantung,
yang telah hampir mencapai batas maksimum rentang yang dimungkinkan.
Generasi Ketiga
Pada
generasi ketiga, dek jembatan dipertahankan tidak terlalu tebal dengan
konstruksi yang bisa dilalui angin sehingga lebih ringan dan tahan
terpaan angin. Pada generasi ini, fleksibilitas jembatan yang relatif
tinggi akan bertindak sebagai dasar isolator.Ini mencegah lebih lanjut
propagasi atau perambatan gelombang seismik sehingga dek jembatan masih
relatif tenang meski terjadi getaran. Jembatan Selat Messina di Italia,
yang belum mulai dibangun, merupakan contoh pertama dari jembatan
generasi ketiga.
Rentang
utama jembatan tersebut memiliki panjang 3.300 meter. Pada teknologi
generasi ketiga boks penampang dibuat lebih mudah mengakomodasi terpaan
angin. Konstruksi lebih ringan, namun tahan angin, yang memungkinan
rentang antartiang menjadi lebih panjang. Jembatan Xihoumen yang
memiliki rentang 1.650 meter dibangun pada 2004 dan selesai pada 2009.
Direktur PT Bangungraha Sejahtera Mulia, Agung R Prabowo, dalam prastudi
kelayakan, JSS yang menggunakan teknologi generasi ketiga, disebutkan
mengenai berbagai aspek alam.
Seperti
lokasi jembatan yang berdekatan dengan Anak Krakatau serta merupakan
wilayah yang rawan gempa telah diantisipasi. ”Meskipun kalau letusan
Krakatau yang terjadi pada 1883 itu terjadi lagi sekarang, konstruksi
apa pun tidak akan tahan,” katanya. Namun, dengan perhitungan aktivitas
anak Krakatau dan estimasi aktivitasnya, kata Agung, kondisi ini masih
bisa dikelola. Hal yang pasti, banyak pekerjaan rumah menumpuk untuk
mewujudkan proyek yang sudah didengungkan sejak 20 tahun silam ini.
Agung
menyatakan, kesiapan industri baja dan semen dalam negeri yang merupakan
material utama pembentuk jembatan harus sudah mulai dibangun. Kesiapan
sumber daya manusia, antisipasi dampak sosial, dan budaya serta berbagai
aspek lain pun harus mulai dipikirkan.
Diintisarikan Dari Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.