OBU Bersama Buoy Bertugas Mengabarkan Tsunami |
|
|
|
Ditulis oleh Haluan |
Jumat, 25 Februari 2011 01:46 |
Desir angin laut menerpa pepohonan di pinggir pantai itu. Matahari masih sepenggalahan. Pelabuhan kecil dengan hamparan pasir nan indah tampak tenang. Ada yang sebut itu Pantai Bungus ada juga Pelabuhan Bungus. Secara geografis, terletak di Teluk Bungus Kota Padang. Pelabuhan alternatif, selain Teluk Bayur ini, biasanya digunakan tempat bertolak dan bersandar kapal-kapal dari dan tujuan Kepulauan Mentawai, selain kapal nelayan rakyat. Terletak 20 km sebelah selatan Padang atau 1,5 jam perjalanan. Jika dilihat dari ketinggian, bentuk fisik pantainya mirip bulan sabit. Di sekitarnya, ada pula pulau-pulau kecil nan eksotis seperti Pulau Sirandah, Sikowi, Bintangur, Pasumpahan dan pulau lainnya. Hari ini, Jumat (25/2), Pelabuhan Bungus akan menjadi saksi bisu “sejarah ilmu pengetahuan” tentang peringatan dini tsunami untuk Sumatera Barat. Kapal Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bertolak dari pelabuhan ini menuju perairan lepas di Kepulauan Mentawai. Pihak BPPT akan memasang salah satu unit penting dari sistem Buoy tsunami yang dipasang di dasar laut. Nama alat itu Ocean Bottom Unit (OBU). Sebab, tanpa OBU, Buoy tsunami tidak bisa berfungsi mengukur tekanan, getaran atau perubahan di dasar laut. Dalam sistem kerjanya, OBU secara aktif mengirim data melalui underwater acoustic modem ke Buoy tsunami yang terpasang di permukaan laut yang berperan sebagai penerima data dari OBU. Dalam pengertian sederhana, Buoy adalah sebuah pelampung yang mengambang di permukaan laut sebagai perangkat untuk mendeteksi berbagai aktivuitas di dasar laut. Menurut Athur Yordan, Scientist BPPT Unit Balai Teknologi Survei Kelautan ketika ditemui Haluan di Bungus Padang, Kamis (24/2). Katanya, Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. “Alat inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami. Dari OBU, data dikirim ke Buoy, kemudian dari Buoy dikirim ke satelit untuk diteruskan ke stasiun penerima di Jakarta yaitu di BPPT dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” kata Athur. Dalam kondisi normal Buoy mengirim data tiap satu jam, namun jika terjadi tsunami, Buoy akan mengirim data tiap satu menit. Waktu pengiriman data dari OBU sampai ke stasiun penerima adalah 1 hingga 2 menit. Dengan karakteristik kegempaan di wilayah laut Indonesia, info dari Buoy diharapkan dapat diterima dalam waktu maksimum 5 hingga 15 menit setelah gempa, namun tergantung lokasi Buoy terhadap pusat gempa. Dengan sistem ini masyarakat punya cukup waktu untuk evakuasi. “Buoy tsunami telah ada di Pulau Siberut, tepatnya di koordinat 100 derajat 02 30 detik BT 15600 LS, antara Pulau Siberut dengan Kota Padang. Tapi Buoy ini belum dipasang OBU, sehingga Buoy tak bisa berfungsi. Pemasangan OBU ini dilakukan dengan alat berat crane, karena berat OBU ini mencapai 3 ton,” ujarnya. Dijelaskan Athur, OBU tersebut dibuat sendiri oleh BPPT yang hampir 100 persen menggunakan produk Indonesia. Selain bergerak di bidang penelitian, BPPT juga membuat alat-alat sistem peringatan dini Indonesia yang dipasang di laut, serta menjalankan berbagai program lain yang berhubungan dengan kelautan. Selain di Sumbar, BPPT juga memasang alat pendeteksi tsunami di beberapa daerah lain yang rentan tsunami, seperti di Simeulue Aceh, Pulau Aru dan Halmahera di Maluku, dan di perairan Jawa bagian selatan. Surya Nata, Teknisi BPPT, menambahkan, dibutuhkan servis atau perbaikan pada beberapa sistem peringatan dini yang dipasang di dasar laut, minimal 2 kali dalam setahun, agar alat tersebut bisa beroperasi dengan baik dan maksimal, serta menghindari kerusakan lebih dini. “Untuk biaya satu set alat peringatan dini ini mencapai lima miliar. Oleh karena itu, kami berharap semua masyarakat bisa menjaganya. Para nelayan diharapkan tidak memanfaatkan alat ini untuk menambat kapal atau untuk kepentingan menangkap ikan. Alat ini tidak boleh dirusak, apalagi dicuri, karena alat ini bisa menyelamatkan banyak nyawa manusia jika terjadi tsunami,” ujar Surya. Di perairan Pagai Selatan Mentawai juga telah terpasang alat peringatan dini, namun alat itu dimiliki oleh Jerman. Begitu juga 2 alat pendeteksi di Samudera Hindia dekat Kepulauan Mentawai dimiliki oleh Amerika, bukan Indonesia. Tak heran jika informasi kejadian tsunami di Mentawai pada Oktober 2010 lalu lebih awal diketahui oleh negara lain. (h/wan) http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1942:obu-bersama-buoy-bertugas-mengabarkan-tsunami&catid=21:khas&Itemid=91 Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.