alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Sabtu, 16 Mei 2015

MENINGKATKAN PERAN INDONESIA DI KAWASAN TIMUR TENGAH MELALUI OKI

Edisi - April 2011
Sunday, 24 April 2011 05:42

Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan Timur Tengah Melalui OKI

Fahmy Lukman
Universitas Padjadjaran

KERANGKA kebijakan luar negeri Barat (AS & Eropa) adalah tidak akan mendukung negara manapun kecuali jika menguntungkan bagi kepentingan regionalnya. Semangat kebijakan luar negeri mereka adalah menerapkan demokrasi & HAM di luar negeri sebagai cara untuk menjaga keamanan nasional. Barat menganggap bahwa ancaman militer dari dunia Islam itu telah berakhir sejak abad 17, sedangkan sekarang ini Barat menganggap ancaman potensial bagi Barat adalah kebangkitan intelektual Islam politik.

Amerika Serikat berpandangan bahwa rezim Timur Tengah yang pro-Barat telah gagal dalam membangun institusi dan konstitusi yang stabil dan gagal melayani rakyatnya. Kegagalan ini menyebabkan rezim-rezim tersebut menjadi rentan terhadap gelombang Islam ideologis yang ada di negara mereka masing-masing. Salah satu isu terkuat adalah pendiskreditan penguasa yang sekular dengan syariat Islam.

Makin banyaknya massa yang termobilisasi oleh kelompok Islam Politik menunjukkan, bahwa penguasa rezim tersebut semakin tidak populer. Hal ini akan menjadi ancaman terhadap stabilitas kawasan dan kepentingan-kepentingan Barat. Dalam konteks intelektual, Amerika Serikat memiliki dua kubu dalam hal kebijakan luar negeri, yaitu kubu konfrontasionalis (tokoh-tokohnya adalah seperti Bernard Lewis, Huntington, dan lain-lainnya) dan kubu akomodasionis (Leon T Hadar, John Esposito, dan lain lain). Yang dimaksud dengan kubu konfrontasionalis adalah demokrasi liberal yang tidak selaras dengan fundamentalisme Islam maupun dengan Islam itu sendiri. Sekarang ini Islam menentang Barat jauh lebih keras daripada komunisme, sementara AS menganggap bahwa bahaya revolusi Islam itu setaraf dengan kekejaman yang terjadi pada revolusi Bolshevik, Fasis, dan Nazi.

Menurut pandangan kubu akomodasionis, Islam itu tidak anti-demokrasi. Ancaman dunia Islam adalah mitos dan perlawanan Islam terhadap Barat yang lebih diakibatkan oleh ketidakadilan ekonomi, bukan ideologi. Kubu konfrontasionalis merekomendasikan kepada pemerintah AS kebijakan untuk tidak berdiam diri terhadap Islam Politik,  melainkan AS harus melakukan pertempuran dan penumpasan. Islam Politik itu harus segera dilumpuhkan mulai dari sejak lahir.

Kubu akomodasionis merekomendasikan kebijakan agar pemerintah AS jangan menentang penerapan hukum Islam yang selama ini tidak mengancam kepentingan vital AS. Mereka juga merekomendasikan agar AS tidak menghadapi fundamentalis Islam dengan kekerasan, karena cara-cara seperti itu sudah dipastikan akan gagal. Sekarang ini Islam Politik memang sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi dan pembuat kebijakan, baik itu kubu konfrontasionalis atau akomodasionis).

Timur Tengah merupakan kawasan yang yang bernilai sangat strategis karena memiliki cadangan minyak terbesar dunia. Minyak merupakan komoditas ekonomi yang sangat penting dalam industri modern dan keberadaannya semakin langka sehingga sangat menentukan percaturan politik dan ekonomi internasional.

Di sisi lain, kawasan Timur Tengah merupakan pengimpor senjata yang potensial sehingga menjadi menarik bagi negara-negara pengekspor senjata untuk memperoleh devisa yang menguntungkan. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, beberapa negara Eropa Timur dan sejumlah negara Amerika Latin serta China menaruh minat yang besar dalam perdagangan senjata di kawasan ini.

Kawasan Timur Tengah juga telah menjadi konsumen ekonomis berbagai komoditas, terutama bagi negara-negara industri seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan. Negara-negara tersebut mengincar pasar Timur Tengah bagi penyerapan produk industrinya. Kondisi ini telah menciptakan Timur Tengah sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis-politis dan juga ekonomi.

Secara politik, konflik di Timur Tengah selalu menginternasional dan melibatkan negara-negara adikuasa. (AS, Eropa, China, Rusia). Persoalan Palestina-Israel yang tak kunjung usai sebetulnya karena dipengaruhi oleh berbagai kepentingan negara adikuasa. Perhatikan pula peristiwa Tunisia, Mesir, Yaman, dan Bahrain. Dapat dilihat bahwa setiap konflik besar yang terjadi di Timur Tengah akan mengimbas dan mengguncang kawasan lain yang berada di sekitarnya.

Secara geografis, geopolitis, dan geostrategis, Timur Tengah merupakan kawasan yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat internasional, justru karena letaknya yang menghubungkan benua Eropa, Afrika, dan Asia. Beberapa negara Timur Tengah yang berbatasan langsung dengan wilayah Uni Sovyet (Rusia) menambah arti penting kawasan ini secara keseluruhan. Timur Tengah terbukti dalam sejarah telah menjadi the cradle of civilization (asal muasal peradaban), bahkan semua agama wahyu (Yahudi, Kristiani dan Islam) diturunkan di kawasan Timur Tengah.

Timur Tengah merupakan pusat dunia Islam dengan beberapa tempat sucinya dan menjadi pusat keilmuan Islam tertinggi. Pada kawasan ini agama dan budaya telah meresap ke seluruh urat nadi masyarakatnya dan menjadi sikap-sikap filosofis yang memengaruhi perilaku masyarakatnya.

Ikatan agama (Islam) telah menjadi ikatan ideologis yang mengikat dan merekatkan negeri-negeri muslim (OKI) dalam satu aqidah (keyakinan) yang sama. Konsekuensi keyakinan ideologis ini berimplikasi bahwa setiap muslim di mana pun mereka berada merupakan saudara (perhatikan QS. 49:10). Dalam hal ini aktivitas ibadah telah berimplikasi pada jalinan hubungan negara. Perhatikan tentang ibadah haji dan umrah yang merupakan ejawantah “konferensi internasional” umat Islam seluruh dunia.

Perilaku sosial dan budaya negeri-negeri muslim sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam (islamic values), sehingga memunculkan banyak persamaan dan bertoleransi yang sejalan dengan keragamannya. Indonesia memiliki peran sebagai Bridge Builder (Pembangun Jembatan) dan yang telah terciptakan dalam hubungan  Indonesia dengan Barat, terutama Amerika Serikat dan Eropa.

Di sisi lain Indonesia menempati posisi “harmoni” dalam hal hubungan yang terjalin antara Indonesia dengan negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah.
Pandangan “negatif” negara-negara Timur Tengah tentang Barat, adalah bahwa Barat itu “kafir” dan ini telah menjadi stereo type pandangan masyarakat Timur Tengah, meskipun hal itu tidak menjadi sikap politik pemerintahannya. Pandangan itu dapat dirasakan dalam denyut realitas sosial masyarakatnya. Hal ini tentu tidak lepas pula dari perilaku negara-negara Barat sendiri (AS dan Eropa) dalam mengeksploitasi negara-negara Islam tersebut. Kepentingan Barat sangat tampak dalam penguasaan terhadap aset-aset ekonomi dan politik, terutama minyak dan masalah Israel.

Hal ini berimplikasi pada pandangan yang menganggap bahwa Barat merupakan imperalis modern (al-is’marul hadits/al-isti’marul jadid/neoimperalism). Hal ini tercermin dari sejumlah buku terbitan Timur Tengah yang menilai tentang sepak terjang Barat terhadap Islam dan Timur Tengah. Diantaranya adalah bahwa Barat tengah menjajah (isti’mar) dunia Islam. Barat tengah memaksakan pandangan hidupnya (world view) yang sekuler terhadap dunia Islam tentang demokrasi dan HAM. Sementara pada praktiknya demokrasi dan HAM yang dipropagandakan Barat tersebut bertolak belakang dengan realitas perilaku politik Barat yang selalu didengungkan tersebut.

Pada tataran ideologis hal itu mendapatkan legalitas dalam nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat Timur Tengah relatif menolak ide-de demokrasi dan HAM bahkan menyebutnya sebagai nidhamun kufrin yahrumu akhadzuhaa, wa tahbiyquhaa, wa da’watu ilayhaa “Sistem kufur yang haram untuk diadopsi, diterapkan, dan dipropagandakan”.

Untuk memposisikan peranan yang strategis di Timur Tengah, Pemerintah Indonesia harus berusaha meyakinkan Barat (AS dan Eropa) bahwa mereka tidak akan dapat mengubah masyarakat Arab dan Timur Tengah melalui propaganda demokrasi dan HAM karena terjadi  black campagne terhadap Barat. Oleh karena itu terjadi penolakan, Barat tidak perlu “mengajarkan” demokrasi dan HAM. Posisi inilah yang harus diambil oleh Indonesia, yaitu sebagai jembatan dalam konteks demokrasi dan HAM itu.

Pemerintah Indonesia harus menjadi jembatan untuk menjelaskan demokrasi & HAM kepada  dunia Timur Tengah karena Indonesia telah menerjemahkan praktik demokrasi dan HAM tersebut dalam tataran menciptakan masyarakat yang civil society tanpa mengabaikan nilai-nilai Islam. Kesamaan keyakinan, kultur masyarakat, dan budaya ini menjadi sangat strategis. Pemerintah Indonesia harus berupaya menyakinkan dan menegaskan pada Dunia Arab dan Dunia Islam melalui keberadaannya di OKI bahwa Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia Islam dan Arab.[]
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/135-april-2011/1091-meningkatkan-peran-indonesia-di-kawasan-timur-tengah-melalui-oki.html

Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.