Rabu, 09 Januari 2013
Opini : Mencermati Dinamika Kemananan Kawasan
Presiden
SBY memberikan orasi lugas di hadapan civitas akademika dan Rektor
Universitas Utara Malaysia yang sekaligus juga Raja Malaysia di Kuala
Lumpur ketika menerima gelar Doktor HC tanggal 19 Desember 2012.
Beliau mengatakan tidak ada jaminan tidak ada perang di kawasan ASEAN di
masa mendatang. Ini merupakan statemen yang memiliki nilai diplomasi
tinggi. Pernyataan ini sekaligus kuat pesannya untuk mengantisipasi
prakiraan cuaca kawasan yang bisa saja memburuk akibat konflik
perbatasan darat dan laut di kawasan ini.
![]() |
Jet Tempur T-50 Golden Eagle, segera datang tahun ini |
Bargaining
untuk mengedepankan peran diplomasi high profile yang sewaktu-waktu
diperlukan ukurannya adalah memiliki kekuatan militer yang disegani
setidaknya untuk ukuran kawasan Asia Tenggara. Jalan ke arah itu sedang
dijalani. Sampai tahun 2014 dengan kedatangan gelombang alutsista
untuk mengisi persenjataan kesatrian TNI, meski sejatinya baru dalam
tahap memulihkan kekurangan gizi alutsista setelah sekian lama berpuasa
dan hanya menikmati sajian alutsista tua yang jumlahnya terbatas.
Titik
tumpu menuju kekuatan gahar itu ada di ruang lima tahun berikutnya
setelah tahun 2014. Di ruang waktu itu jika kita konsisten dengan
rencana strategis untuk memperkuat militer, disitulah kita mulai
berhitung dengan menghadirkan kekuatan alutsista untuk menambah daya
gempur yang lebih bergetar. Di ruang waktu itu sudah pasti akan ada
penambahan minimal 3 kapal selam baru hasil dari kesepakatan dagang dan
magang tahun 2012 antara Korsel dan RI. Dengan asumsi kapal selam
ketiga selesai tahun 2017 diharapkan PT PAL dengan supervisi Korsel
mampu membuat 2 kapal selam lagi sehingga tahun 2019 ada 5 kapal selam
baru.
Pertanyaannya
untuk apa sih kita memperkuat alutsista militer kita. Jawabnya adalah
untuk mencermati situasi kawasan yang dinamis dengan berbagai konflik
teritorial. Perkuatan militer RI menuju kekuatan nomor satu ASEAN atau
setidaknya setara dengan negara ASEAN yang lain misalnya Singapura dan
Thailand adalah dalam upaya menggagahkan diri untuk tampil percaya diri
dalam setiap urusan diplomasi dengan sedikit menggeretakkan geraham.
Cara ini tentu bisa dilakukan jika background kekuatan militer ada di
belakangnya. Bukan bermaksud untuk mengajak berkelahi tetapi bukankah
setiap urusan sengketa tapal batas bisa diselesaikan dengan dialog
kesetaraan.
Persinggungan teritorial dengan Malaysia misalnya,
mestinya bisa diselesaikan dengan cara diskusi dan perundingan walaupun
serialnya bisa mencapai 1000 kali diskusi. Tak mengapa asal suasananya
dengan sikap bertetangga yang baik. Blunder Angkatan Laut Malaysia di
Ambalat adalah melakukan show of force, lalu menangkap pekerja Mercu
Suar Karang Unarang sambil memukulinya. Ini yang memicu kemarahan
militer Indonesia termasuk Presiden SBY yang langsung datang ke wilayah
itu dengan kawalan kapal perang. Kehadiran seorang Kepala Negara ke
kawasan sengketa membawa pesan diplomatik yang kuat, jangan bermain api
dengan kami.
Mengapa Malaysia melakukan itu, karena dia merasa
sudah lebih kuat militernya dari Indonesia. Inilah poin penting yang
kemudian menjadi pemicu bangunnya macan tidur bersama kemarahan rakyat
Indonesia. Pelajaran dari mata kuliah Ambalat adalah ternyata dia
bukanlah tetangga yang baik, dia bukanlah jiran yang ramah, menggunting
dalam lipatan. Padahal selama tiga puluh tahun lebih cara gaul yang
diperlihatkan RI selalu mengedepankan ruang harmoni dan tutur sapa
diplomatik yang santun dan hangat. Kasus terakhir adalah tulisan
seorang mantan menteri Malaysia yang menghina Habibie dan Gus Dur untuk
komoditi kampanye UMNO di pilihan raya Malaysia tahun 2013 ini.
![]() |
BMP-3F batch 2 segera datang tak lama lagi |
Dengan
Australia, sikap yang ditunjukkan padanya sebaiknya adalah bergaul
dengan bahasa santun tetapi tidak dalam rangka mudah mendikte kita atau
tidak mudah bersepakat sesuai hasrat dia. Begitu hasrat itu sudah ganti
warna, dia tinggalkan kita. Contohnya ketika Timor Timur hendak
dikuasai ideologi kiri pada era perang dingin dulu, Australia dan AS
setuju dengan pengerahan militer RI yang nota bene ongkos militernya
ditanggung sendiri oleh RI. Tetapi setelah perang dingin usai, negeri
Kanguru itu balik kanan lalu melakukan manuver “serangan balik” hendak
melepaskan Timtim dari NKRI dengan alasan HAM dan keinginan masyarakat
setempat.
Untuk masalah Papua sejatinya Australia bermuka dua
terhadap kita. Di satu sisi mereka berikrar bahwa Papua merupakan
bagian tak terpisahkan dari RI tetapi di sisi lain juga dengan alasan
HAM dan kehendak rakyat Papua, Australia memberikan ruang ambigu dalam
cara bergaul dengan RI. Negeri yang dijuluki Samuel P. Huntington
sebagai negara asing di kawasan Asia, a torn country, geoculturally torn
country, selalu merasa asing di lingkungannya, membuat dia merasa tidak
nyaman dengan lingkungannya. Ketidaknyamanannya itu memberikan rasa
gerah pada dirinya lalu dengan gaya kultur Barat yang selalu merasa
lebih dominan, pintar dan cerdas. And then mendikte tetangganya yang
nota bene selalu menampilkan cara gaul yang low profile, sebagaimana
kultur Asia Timur Tenggara pada umumnya.
![]() |
Peluncuran Rudal Yakhont |
Keputusan
Kemhan dan Mabes TNI untuk memagari Papua dan Indonesia Timur dengan
menggelar secara bertahap 15.000 Marinir merupakan “serangan balasan”
terhadap arogansi Australia yang secara sepihak bersedia menerima
kedatangan 5.000 Marinir AS di Darwin. Jelas sepihak karena dilakukan
tanpa mengajak diskusi terlebih dahulu pada tetangganya. Menlu Marty
sempat melontarkan “kemarahan diplomatik” atas kepongahan Australia yang
paranoid itu.
Jawaban dengan cara pandang militer diniscayakan
menjadi jalan gentar yang lebih bergema. Maka rencana menempatkan
secara permanen 1 divisi pasukan Marinir di Papua adalah langkah tepat
untuk menunjukkan pada tetangga kulit putih itu bahwa kita bisa
melakukan strategi militer secara mandiri dan terukur. Tidak pakai
sekutu-sekutuan sebagaimana model keroyokan yang dilakukan oleh AS dan
Australia terhadap musuh politik hegemoninya. Papua adalah bagian
tulang dan daging NKRI yang tak terpisahkan. RI berhak melakukan kawalan
militer terhadap seluruh wilayah teritorinya termasuk Papua. Apakah
kita pernah meributkan ketika Aborigin menyampaikan unjuk rasa
kekecewaannya pada Pemerintah Australia. Lha mengapa dia mesti
repot-repot menjadi pahlawan kesiangan ngurusin soal Papua.
Mencermati
dinamika perkembangan kawasan di sekeliling kita salah satu upaya yang
dilakukan adalah memperkuat “infrastruktur” militer. Oleh sebab itu
upaya Pemerintah bersama DPR yang seia sekata untuk membangun alutsista
TNI harus terus kita kawal dan kumandangkan. Perkuatan militer adalah
untuk menambah bobot kewibawaan dalam setiap diplomasi disamping
memagari teritori dari setiap upaya untuk mengganggu apalagi
melecehkannya. Sudah saatnya kita menampilkan kewibawaan diplomasi
dengan kekuatan tawar yang minimal setara. Bobot kekuatan tawar itu ada
pada kekuatan militer. Sekali lagi bukan untuk mengajak berkelahi
melainkan sebagai bagian dari kelengkapan postur diri yang tegap
berwibawa tetapi tetap santun dalam bersikap dan bertutur sapa.
Bukankah selama ini kami tidak pernah memulai perkara. Makanya jika
anda ramah kami hormat, anda marah kami lumat.
Oleh : jagvane
Sumber : Analisa Alutsista
http://strategi-militer.blogspot.com/2013/01/opini-mencermati-dinamika-kemananan.html
Penulis : Drs.simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.