Prakondisi Alih Teknologi Alutsista dan Posisi Tawar
Ada beberapa tahap dalam proses pengalihan teknologi menuju
kemandirian produksi di mana membeli produk secara utuh bulat-bulat atau
CBU (Completely Built-Up )adalah pilihan terakhir yang terburuk.
Mekanisme CBU tidak memberi nilai tambah apa-apa selain produk itu
sendiri. Misalnya pembelian rudal (guided-missile), pesawat tempur F-16
dari AS atau pembelian pesawat tempur Su-27/30 dari Rusia yang sarat
muatan teknologinya. Ada mekanisme yang sedikit menguntungkan pembeli
dengan mekanisme CKD (Completely Knock Down). Misalnya kesepakatan
pembelian pesawat jet latih lanjut T-50 Golden Eagle dari TAI Korsel.
Pihak produsen TAI akan mengirim T-50 secara terurai total kemudian akan
dirakit di Indonesia, memberi pengalaman berharga dalam proses
perakitan pesawat tempur. Bandingkan dengan Su-30 yang dikirim utuh
airframenya dengan pesawat An-124 Ruslan ke Indonesia. Cuma sayap saja
yang dicopot, baru dipasang setelah pesawat tempur tiba.
Negosiator nasional harus mencari celah dan strategi yang tepat untuk
ToT (Transfer of Technology) dengan nilai manfaat sebesar mungkin
termasuk imbangan pembelian (Offset). Mekanisme offset akan memaksa
pihak produsen membeli sebagian produk alutsista nasional yang akan
mendorong pertumbuhan industri pertahanan. Tidak ada satu pun produsen
alutsista di dunia ini yang dengan sukarela memberi begitu saja sebagian
kunci sistem alutsista yang menjadi produknya. Paling banter mereka
akan menyetujui porduksi bersama atau memberikan lisensi.
Di mana
komponen pokok dalam sistem alutsista disuplai oleh pihak produsen
sedangkan komponen pendukung disuplai oleh industri lokal. Pada level
ini secara lambat laun sebenarnya akan mengarah pada posisi kemandirian
sebenarnya dengan secara bertahap memperbesar porsi komponen lokal.
Dilanjutkan dengan langkah forward enginering dan reverse engineering.
Di samping strategi, hal lain yang sangat membantu proses negosiasi ToT
adalah posisi tawar pembeli dari segi non-teknis. Posisi tawar ini juga
sangat efektif dalam kondisi mendesak untuk membeli persenjataan dalam
kondisi darurat.
Seperti proses akuisi pesawat angkut berat C-130
Hercules di dekade 1960-an semasa Orde Lama. Dipakai langsung dalam
operasi Trikora bahkan sebagai pesawat kargo
perfoma terbangnya melampaui pesawat-pesawat tempur klasik AL Belanda
warisan PD II seperti pesawat patroli maritim P-2 Neptune dan pesawat
tempur Fairey Firefly. Bukan sesuatu yang biasa ketika Indonesia bisa
mendatangkan pesawat model baru tersebut pertama di luar Amerika
Serikat. Sejarah menunjukkan keberhasilan itu sebagai kepiawaian
diplomasi berhubungan dengan ditawannya agen CIA, Allan Pope, setelah
pesawatnya ditembak jatuh di Maluku ketika membantu pemberontakan
Permesta. Demikian juga kesediaan Israel memberikan lisensi produksi UAV
kepada Rusia berhubungan dengan posisi tawar Rusia sebagai pemasok
alutsista Iran. Israel bersedia setelah Rusia membatalkan penjulan
sistem rudal anti-pesawat S-300 bagi Iran.
Negara-negara tetangga sebagian sudah menjalin kerjasama untuk
produksi bersama alutsista dengan negara produsen besar India dan
Vietnam. India menjalin kerjasama dengan Rusia untuk produksi bersama
rudal anti kapal Yakhont dengan versi Brahmos yang dikembangkan menuju
platform multilauncher baik coastal, aerial, surface naval, dan
submarine. Demikian juga Vietnam yang tengah menjalin kerjasama dengan
Rusia untuk produksi bersama rudal anti-kapal Uran. Dengan demikian
sangat tepat rencana Kemenhan yang kan menjalin kerjasama produksi
bersama rudal anti-kapal buatan China C-705. Mengingat kebutuhan dalam
jumlah besar dalam jangka panjang rudal anti-kapal dalam program
pengadaan kapal perang baik jenis korvet/frigat dan kapal cepat. Namun
sejauh ini belum ada langkah konkritnya.
Namun langkah besar sudah diambil dalam pengadaan kapal LPD dan kapal
selam dari pabrikan Korsel. Di mana sejumlah tenaga ahli Indonesia
mengamati pembuatan kapal di sana lantas kemudian hari akan ada kapal
yang akan dirakit secara lokal dengan komponen pendukung dipasok oleh
industri lokal. Tapi satu yang pasti tanpa kemauan yang kuat tidak
pernah bisa mandiri secara penuh. Contohnya di dalam proyek pengadaan
pesawat angkut, langkah pembelian lisensi sudah dilakukan yakni pesawat
CASA C-212. Produksi bersama dengan proporsi 50%-50% juga telah
dilakukan dalam proyek CN-235. Indonesia kemudian menetapkan langkah
berpisah untuk mandiri dengan proyek N-250 dan Spanyol demikian juga
mengembangkan sendiri proyek C-295. Indonesia gagal tinggal landas
dengan kandasnya N-250 bahkan sekarang mundur ke belakang lagi dengan
membeli 9 unit pesawat angkut C-295 dari CASA-EADS (Airbus Military).
Langkah terakhir namun penuh resiko adalah mencuri kunci teknologi
alutsista baik dengan operasi rahasia ataupun dalam mekanisme reverse
engineering. Ketika terjadi krisis minyak dunia di dekade 1970-an akibat
konflik Arab-Israel, negara-negara Barat menunda pengiriman pesawat
tempur bagi Israel setelah ditekan lewat embargo minyak. Negara-negara
Arab yang tergabung di OPEC mengembargo minyak AS dan Barat karena
mereka membantu Israel. Padahal AU Israel sangat membutuhkan
pesawat-pesawat tempur itu untuk menghadapi armada pesawat tempur
negara-negara Arab buatan Uni Soviet. Terlebih Israel juga mengalami
kerugian pesawat tempur dalam Perang Enam Hari. Agen Mossad melancarkan
operasi pencurian cetak biru pesawat tempur Mirage III yang dilisensikan
ke Swiss. Kemudian memproduksinya dengan nama Nesher yang memakai
avionik dan senjata lokal. Pesawat tempur Nesher dikembangkan hingga
menjadi Kfir.
RRC mencuri teknologi alutsista dengan mengorbankan sebagiian stok
alutsista buatan Rusia untuk dibedah sebagai proses reverse engineering.
Sebelumnya Rusia memang telah menjual sejumlah pesawat tempur Su-27 dan
memberikan lisensi produksi pesawat tempur Su-27 kepada RRC pada tahun
1995. RRC berhasil membuat kopian pesawat Su-27 dengan nama J-11. Hal
tersebut diketahui Rusia pada tahun 2006 yang menyulut konflik karena
diannggap melanggar hak cipta dan perjanjian. Buntutnya Rusia menolak
mengirim lebih lanjut pasokan Su-27 dan membatalkan lisensinya. Namun
RRC telah berhasil mengembangkan J-11 dengan avionik lokal. Pesawat
tempur tersebut dikembangkan lebih lanjut ke versi kapal induk Su-33.
RRC membeli prototipe Su-33 tak-selesai dari Ukraina yang mewarisinya
pasca pecahnya Uni Soviet.
Kopian Su-33 diberi nama J-15 yang akan
ditempatkan di geladak kapal induk masa depan eks-Varyag yang saat ini
tengah uji layar. RRC dikenal rajin memburu sumber-sumber teknologi
alutsista secara tidak resmi.
Proses Forward dan Reverse Engineering sistem alutsista tidak bisa
dilakukan begitu saja tanpa ada dukungan dari industri penunjang dan
riset dasar. Riset ilmiah meliputi ilmu bahan (material), sistem
mekanik, elektrik/elektronik. Riset dasar bisa bersumber dari
badan-badan litbang pemerintah maupun penelitian perguruan tinggi.
Pemerintah tidak cukup hanya berkutat di sektor hilir tanpa memajukan
sektor hulu. Ambisi penguasaan teknologi alutsista akan berdampak besar
pada berkembangnya iptek dan pendidikan bangsa Indonesia.
Langkah koreksi perlu dilakukan untuk mengukur secara pasti sejauh
mana keberhasilan proses alih teknologi. Hingga sekarang ini kemampuan
industri lokal memasok kebutuhan barang pertahanan nasional cuma 15-16%.
Dengan kata lain 84% masih diimpor dari luar negeri. Perlu berkaca dari
keberhasilan negara berkembang setara Indonesia lainnya yang lebih
berhasil dalam hal kemandirian alutsista seperti Turki. Pada tahun 2007
anggaran belanja impor alutsista Turki mencapai 3,2 milyar Dollar
sedangkan anggaran pembelian alutsista dari dalam negeri sebesar 4,3
milyar Dollar. Pada tahun 2008 mengalami perbaikan dimana nilai impor
alutsista berjumlah 4,2 milyar Dollar dan pembelian alutsista dalam
negeri mencapai 5,2 milyar Dollar.
https://cakidur.wordpress.com/2012/02/19/prakondisi-alih-teknologi-alutsista-dan-posisi-tawar/
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.