Super Tucano, Prospek Pesawat Tempur Ringan Kontra-Gerilya
Konflik asimetris dan kontra-gerilya ternyata masih menjadi bagian
dalam peperangan modearn baik negara superpower maupun Indonesia. Sejak
1975, AU Indonesia memanfaatkan pesawat turbo-prop buatan pabrikan AS,
North American Rockwell, OV-10F Bronco dalam fungsi anti-gerilya atau
COIN (Counter-Insurgency). Pesawat tempur turbo-prop tersebut banyak berperan dalam kancah perang Vietnam baik sebagai light ground attack, observasi, dan FAC (Forward Air Controller). Namun perannya dalam perang Vietnam dengan cepat segera digantikan pesawat turbo-jet serang darat atau CAS (Close Air Support) A-4 Skyhawk, A-6 Intruder, dan A-7 Corsair II. Survivability
pesawat turbo-prop yang jelek dalam perang Vietnam di tengah lahirnya
generasi baru senjata anti-pesawat jenis panggul (MANPADS) SA-7 Strela
dan kehadiran situs-situs SAM.
Namun dengan berakhirnya perang Vietnam,
OV-10 Bronco masih banyak dipakai negara-negara berkembang seperti
Venezuela, Thailand, Filipina, dan Indonesia untuk menghadapi perlawanan
gerilya dalam konflik internal. Seiring semakin uzurnya usia-pakai
mainframe pesawat, akhirnya Bronco resmi di-grounded dan masuk museum.
Selesai sudah peran pesawat tempur turbo-prop legendaris ini yang banyak
berkiprah di Indonesia dalam konflik Timor-Timur (Timor Leste) dan
Aceh.
Peranan sebuah pesawat turbo-prop dengan fungsi serang ringan sebagai
pesawat COIN dirasa masih sangat diperlukan oleh negara-negara
berkembang. Meski peran pesawat ini sudah dihapus oleh negara maju
seperti NATO dan Rusia yang mengalihkan ke jenis pesawat turbojet dan turbofan.Korps
Marinir AS terakhir memakai Bronco tahun 1995, Indonesia meng-grounded
Bronco pada 2007.
Akhirnya pada akhir tahun 2010 pemerintah Indonesia
memutuskan mengorder satu skuadron penuh 16 unit pesawat tempur ringan
turboprop dari pabrikan Brasil, Embraer dengan tipe EMB-314 Super
Tucano. Pesawat memiliki 5 hardpoint di sayap dan fuselage, kokpit
modern dilengkapi glass-cockpit display, mesin 1 unit Pratt &
Whitney PT6A-68C berdaya 1600 HP, pengindera malam AN/AAQ-22 Safire.
Daya mesin super tucano memang terbesar di kelasnya, mampu membawa
amunisi berbagai kaliber dan beberapa jenis misil. Super Tucano melejit
namanya setelah menuai sukses di tangan AU Kolombia yang berhasil
menewaskan Raul Reyes, orang kedua dalam organisasi pemberontak FARC
dalam suatu serangan udara lintas perbatasan Operasi Phoenix pada 2008.
Aksi ini mendapat respon protes keras pemerintah Venezuela. Super Tucano
dan seri sebelumnya sudah dioperasikan sejumlah AU Amerika Latin
seperti Brazil, Kolombia, Peru, Ekuador, dan Chile. Venezuela sendiri
berminat mengorder Super Tucano tapi diblokir oleh pemerintah AS. Memang
pesawat ini banyak memiliki kandungan suku cadang buatan pabrikan AS
sehingga Venezuela mengalihkannya ke pembelian heli serang buatan Rusia
Mi-28N Havoc, sebuah heli serang pengembangan dari Mi-24/35.
Pergeseran paradigma di lapangan saat ini mulai mengikis keraguan AS
terhadap peran pesawat tempur ringan turbo-prop. Semenjak pabrikan OV-10
berhenti produksi, praktis AS tidak memiliki pabrik yang memproduksi
pesawat turbo-prop COIN. Militer AS menitikberatkan operasi COIN pada
serangan udara CAS dari pesawat turbojet dan turbofan serta UAV yang
ditopang superioritas piranti IRS (Inteligence, Reconnaisance, Surveillance) dengan pergerakan pasukan darat yang dibantu pasukan lokal. Doktrin tersebut meniscayakan
kehadiran pasukan dalam jumlah besar untuk menduduki sebuah wilayah
perlawanan dalam jangka panjang. Menurut doktrin resmi USMC, seharusnya
personel pasukan darat yang diturunkan untuk meredam perlawanan gerilya
di Irak sebanyak lebih dari lima ratus ribu serdadu.
Strategi itu telah
diterapkan di Irak dan Afghanistan pasca Operasi Iraqi Freedom dan
Operasi Enduring Freedom. Konsekuensi dari taktik yang dijalankan
menimbulkan lonjakan pemakaian pesawat jet konvensional multirole
seperti F-16 Falcon, F-15E Strike Eagle, F/A-18, dan pesawat serang
darat A-10C Thunderbolt II di luar perkiraan normal. Sebab pesawat
tempur tersebut harus lebih sering berpatroli untuk bisa memberikan
bantuan serangan udara dengan cepat terhadap unit pasukan di darat saat
dipanggil. Penyiapan pesawat oleh awak darat pun tergolong rumit untuk
penanganan sebuah pesawat jet tempur di pangkalan. Di tengah melambatnya
ekonomi nasional, pemerintah AS menghemat perencanan pengadaan pesawat
jet tempur konvensional. Bahkan A-10 sendiri telah berhenti line
produksinya. Muncul kekhawatir di dalam meroketnya konsumsi lifetime
airframe pesawat jet tersebut tanpa diimbangi rencana pengadaan yang
memadai untuk menggantikannya di masa datang maka akan lahir bottleneck.
Di samping itu operasional dalam tempo tinggi membengkakkan biaya
bahan bakar dan perawatan pesawat tempur, padahal misi penyerangan
tempurnya tidak bertambah secara signifikan. Karakteristik pesawat jet
tempur bertolak belakang dengan pesawat tempur turboprop. Pesawat
baling-baling sangat hemat bahan bakar dan berdurasi terbang yang lebih
lama meski dikompensasikan dengan daya angkut senjata yang terbatas.
Karakter kecepatan dan ketinggian terbang pesawat yang rendah sesuai
untuk pengamatan dari udara terhadap aktivitas gerilya atau
penyelundupan. Penggelarannya pun bisa dilakukan di dekat titik-titik
pengerahan pasukan darat yang tengah menggelar operasi kontra-gerilya
yang berlandasan pacu sederhana. Pelayanan pesawat di pangkalan aju jauh
lebih ringkas dibanding pesawat jet tempur. Pergeseran paradigma dan
strategi COIN militer AS pada tahun 2009 melahirkan rencana AU
memproduksi dan memakai kembali pesawat tempur ringan turboprop dalam
program Light Attack and Armed Reconnaisance (LAAR) disertai pengadaan pesawat angkut ringan (light lift aircraft).
Pada mulanya progam LAAR menargetkan 100 unit orderan pesawat dengan konsep “wing peperangan ireguler” (Irregular Warfare Wings). Pada 2010 AU AS merevisi menjadi 15 unit orderan saja dengan mengubah konsep menjadi “membangun kemampuan kerjasama” (Building Partnership Capacity).
Proyek pengadaan LAAR mendorong pabrikan AS mendesain ulang
pesawat-pesawat tempur turboprop yang pernah populer dari era Perang
Dunia II hingga Perang Vietnam. Pabrikan Piper mendesain ulang P-51
Mustang menjadi PA-48 Enfocer.
Pabrikan Boeing merilis konsep OV-10
Bronco menjadi OV-10X. Pabrikan Air Tractor memodifikasi pesawat
pertanian dengan sejumlah persenjataan berupa pesawat AT-802U. Legenda
perang Vietnam A-1 Skyraider dirancang kembali menjadi A-67 Dragon.
Hawker Beechcraft memodifikasi pesawat latih T-6A Texan II menjadi
AT-6B. Pabrikan Embraer Brasil menawarkan Super Tucano untuk pangsa AS
yakni A-29 Super Tucano. Bahkan pabrikan Italia Alenia dengan percaya
diri menawarkan jet latihnya Aermacchi M-346. Dari informasi above the
line, persaingan program LAAR mengerucut ke dua model yaitu A-29 Super
Tucano dan AT-6B Texan II. Keduanya dalam pengujian oleh AU maupun AL.
Analisis penulis memprediksikan AT-6B Texan II yang akan muncul sebagai pemenang. Meskipun Super Tucano sendiri telah battle proven
dan dipakai sejumlah AU negara Amerika Latin. Bahkan Embraer menjalin
kerjasama dengan pabrikan lokal Sierra Nevada untuk produksi A-29 di
Jacksonville, Florida. Akan tetapi dengan memilih AT-6B akan lebih
menyederhakan jalur suplai dan dukungan. AT-6B dirancang dengan
bekerjasama pabrikan Lockheed dengan sistem misi avionik turunan dari
A-10C Thunderbolt II, pesawat khusus CAS (Close Air Support) AU
AS bermesin turbofan. Pesawat AT-6B dikembangkan berbasis pesawat T-6A
Texan II produksi Hawker Beechcraft.
T-6A adalah pesawat turboprop latih
dasar yang dipakai AU dan AL AS, telah dioperasikan sebanyak 250 unit.
T-6A merupakan pesawat latih dasar turunan dari PC-9 Pilatus Swiss untuk
pangsa pasar AS. Sebuah kebijakan pemerintah AS mewajibkan produsen
alutsista impor untuk bekerjasama dan membangun basis produksi dengan
perusahaan lokal. Dengan demikian kandungan lokal menjadi tinggi
mengingat basis industri dirgantara AS sangat kuat dan menggerakkan
sektor bisnis dalam negeri (multiple effects).
Program LAAR seiring dengan rencana
pengadaan pesawat angkut ringan yang bisa mendukung operasi COIN. Pada
bulan Mei 2011, AU AS memutuskan pabrikan Cessna sebagai pemenang dengan
produk unggulannya Cessna T-128T dan Cessna 208B Caravan. Total
sebanyak 32 unit pesawat yang diorder dengan nilai 88,5 juta Dollar.
Cessna menyingkirkan pesaingnya beratnya seperti Pacific Aerospace P-750
dari Selandia Baru dan EADS North Amerika C-212. Kalo EADS yang menang,
PT. Dirgantara Indonesia bisa ikut kecipratan rezeki buat ikut jualan
onderdil karena produksi C-212 Aviocar dari Airbus sendiri sudah
diserahkan ke PT. DI.
Pesawat angkut ringan tersebut akan dikirim ke
Afganistan, mungkin juga Irak. Dalam kedua proyek COIN tersebut
pemerintah AS menghindarkan diri dari keterlibatan langsung. Proyek
diselenggarakan untuk menciptakan pelatihan pesawat tempur ringan COIN.
Tugasnya melatih negara-negara mitra mengoperasikan pesawat ringan
kontra-gerilya. Mencegah resiko korban personel AS yang berpotensi makin
menjatuhkan dukungan publik dalam negeri terhadap operasi militer AS di
luar negeri. Namun masih ada kemungkinan perubahan kebijakan pemerintah
AS dalam penggelaran pesawat ini di kemudian hari.
Pesawat tempur serang ringan turboprop memiliki kecepatan di bawah
300 knot, sangat rendah dibanding pesawat jet. Justru di sini letak
kelebihan sekaligus kelemahannya meski sudah dilengkapi dengan sistem
pertahanan diri. Pesawat AT-6B Texan II memiliki dispenser pengelak
ALE-47 yang bisa melontarkan flare. Piranti sensor AN/AAR-47 bisa
mendeteksi pancaran pemandu IR dan laser dari rudal anti-pesawat namun
minus RWR (Radar Warning Receiver) sehingga tidak bisa
mendeteksi rudal anti-pesawat yang dipandu radar. Karena kecepatan
terbang yang terlalu rendah, efektivitas pemakaian flare terhadap misil
menjadi meragukan.
Ruangan kokpit dilapis dengan keramik ataupun paduan
titanium sehingga awak pesawat aman terhadap tembakan senjata api
ringan. Namun pesawat tetap rentan terhadap semua tembakan meriam
anti-pesawat kaliber kecil sekalipun. Saat ini semua meriam anti-pesawat
sangat efektif melawan pesawat tempur yang terbang rendah karena
dioperasikan memakai radar. Data perang Indochina yang melibatkan AS
menunjukkan kehilangan pesawat tempur turbo-prop adalah lima kali lipat
dari pesawat tempur jet. Jadi penggelaran pesawat tempur serang ringan
turbo-prop sangat bergantung iklim palagan, mengijinkan atau tidak.
Peranannya tidak menggantikan jet tempur melainkan saling melengkapi.
Pesawat jet tempur beroperasi terlebih dahulu dengan sasaran hard target
situs-situs SAM baik yang permanen maupun portable serta kendaraan
lapis baja biasanya juga dilengkapi senjata AA (Anti-Aircraft).
Dalam Irregular Warfare, biasanya ancaman ini sudah tidak ada atau
sudah dieliminir. Tinggal soft target saja yang bisa memiliki senapan
serbu dan recoilless weapon seperti rudal panggul dan granat berpelontar
roket. Kombinasi umum yang dipakai gerilyawan saat ini dalam perlawanan
bersenjata. Penggunaan senjata tersebut harusnya bisa diminimalkan oleh
unit di darat karena pesawat COIN tidak bekerja sendiri. Memerlukan
data IRS dan peranan pasukan di bawah, sebagai supporting attack
sekaligus pengamatan udara terhadap pergerakan mereka. Memang harus
diakui strategi perang kontra-gerilya tidak melulu pada masalah
pertempuran namun sangat erat dengan kebijakan luar negeri, penyelesaian
masalah ekonomi dan politik, serta dukungan dari dari penduduk dan
pemerintah negara-negara sekitar.
Dalam kondisi damai, pesawat serang ringan turbo-prop bisa
dimanfaatkan juga sebagai pesawat latih terbang dan pelatihan personel
serangan gabungan. Sangat menghemat biaya dibanding sepenuhnya memakai
pesawat jet dalam pelatihan dukungan serangan udara jarak dekat bagi
unit pasukan darat yang sedang bertempur (Joint Terminal Attack Controller).
Disamping hemat bahan bakar dan durasi terbang yang lebih lama, usia
pakai airframe pesawat turbo-prop jauh lebih panjang, berkisar 12 ribu
hingga 18 ribu jam terbang. Bandingkan dengan pesawat jet tempur yang
berkisar 6 ribu jam.
Pemilihan jenis pesawat serang turbo-prop kontra-gerilya dewasa ini
sangat bergantung pada kebijakan pemerintah masing-masing. Pada
prinsipnya kinerja dan kekuatan pesawat-pesawat tersebut tidak jauh
berbeda antara produsen yang satu dengan yang lainnya. Tinggal kelebihan
apa yang paling sesuai dengan kondisi palagan dan dukungan industri
lokal.
Referensi:
- http://www.flightglobal.com
- http://www.thinkdefence.co.uk
- http://www.airforce-magazine.com
- http://www.airforce-technology.com
- http://www.embraerdefencesystems.com
- http://www.wikipedia.org
- http://www.defensenews.com
- Maj. USAF Steven J. Tittel, Cost Capability and The Hunt for A Lightweight Ground Attack Aircraft, Fort Leavenworth, 2009
- Francis Crosby, Modern Fighter Aircraft, Anness Publishing, 2004
- Laur and Llanso, Encyclopedia of Modern US Weapons, Berkeley Publishing, 1998
- https://cakidur.wordpress.com/2011/08/23/super-tucano-dan-prospek-pesawat-tempur-ringan-kontra-gerilya/
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.