27/01/2009
Persiapan Operasi Trikora
Saat
Trikora dikumandangkan, angkatan perang Indonesia sedang berada pada
“puncaknya”. Lusinan persenjataan Blok Timur dimiliki. Mendadak AURI
berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan bumi selatan. Dalam
mendukung kampanye Trikora, AURI menyiapkan satu flight Tu-16 di Morotai
yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun. “Kita siaga 24
jam di sana,” ujar Kolonel (Pur) Sudjijantono, salah satu penerbang
Tu-16. “Sesekali terbang untuk memanaskan mesin. Tapi belum pernah
membom atau kontak senjata dengan pesawat Belanda,” ceritanya kepada
Angkasa. Saat itu, dikalangan pilot Tu-16 punya semacam target favorit,
yaitu kapal induk Belanda Karel Doorman.
Selain memiliki 12 Tu-16
versi bomber (Badger A) yang masuk dalam Skadron 41, AURI juga memiliki
12 Tu-1 KS-1 (Badger B) yang masuk dalam Skadron 42 Wing 003 Lanud
Iswahyudi. Versi ini mampu membawa sepasang rudal anti kapal permukaan
KS-1 (AS-1 Kennel). Rudal inilah yang ditakuti Belanda. Karena hantaman
enam Kennel, mampu menenggelamkan Karel Doorman ke dasar samudera.
Sayangnya, hingga Irian Barat diselesaikan melalui PBB atas inisiatif
pemerintah Kennedy, Karel Doorman tidak pernah ditemukan Tu-16.
Lain
lagi kisah Idrus Abas (saat itu Sersan Udara I), operator radio
sekaligus penembak ekor (tail gunner) Tu-16. Bulan Mei 1962, saat
perundingan RI-Belanda berlangsung di PBB, merupakan saat paling
mendebarkan. Awak Tu-16 disiagakan di Morotai. Dengan bekal radio
transistor, mereka memonitor hasil perundingan. Mereka diperintahkan,
“Kalau perundingan gagal, langsung bom Biak,” ceritanya mengenang. “Kita
tidak tahu, apakah bisa kembali atau tidak setelah mengebom,” tambah
Sjahroemsjah yang waktu itu berpangkat Sersan Udara I, rekan Idrus yang
bertugas sebagai operator radio/tail gunner. Istilahnya, one way ticket operation.
Namun
para awak Tu-16 di Morotai ini, tidak akan pernah melupakan jerih payah
ground crew-nya. “Yang paling susah kalau isi bahan bakar. Bayangkan
untuk sebuah Tu-16, dibutuhkan sampai 70 drum bahan bakar. Kadang
ngangkutnya tidak pakai pesawat, jadi langsung diturunkan dari kapal
laut. Itupun dari tengah laut. Makanya, sering mereka mendorong dari
tengah laut,” ujar Idrus. Derita awak darat itu belum berakhir, lantaran
untuk memasukkan ke tangki pesawat yang berkapasitas kurang lebih
45.000 liter itu, masih menggunakan cara manual. Di suling satu per satu
dari drum hingga empat hari empat malam. Hanya sebulan Tu-16 di
Morotai, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Madiun usai Trikora.
Rudal Kennel
Kennel
memang tidak pernah ditembakkan. Tapi ujicoba pernah dilakukan sekitar
tahun 1964-1965. Kennel ditembakkan ke sebuah pulau karang di tengah
laut, persisnya antara Bali dan Ujung Pandang. “Nama pulaunya Arakan,”
aku Hendro Subroto, mantan wartawan TVRI. Dalam ujicoba, Hendro
mengikuti dari sebuah C-130 Hercules bersama KSAU Omar Dhani. Usai
peluncuran, Hercules mendarat di Denpasar. Dari Denpasar, dengan
menumpang helikopter Mi-6, KSAU dan rombongan terbang ke Arakan melihat
perkenaan. “Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro.
Diuber Javelin
Lebih
tepat, di masa Dwikoralah awak Tu-16 merasakan ketangguhan Tu-16. Apa
pasal? Ternyata, berkali-kali pesawat ini dikejar pesawat tempur
Inggris. Rupanya, Inggris menyadap percakapan AURI di Lanud Polonia
Medan dari Butterworth, Penang.
“Jadi mereka tahu kalau kita akan
meluncur,” ujar Marsekal Muda (Pur) Syah Alam Damanik, penerbang Tu-16
yang sering mondar-mandir di selat Malaka.
Damanik menuturkan
pengalamannya di kejar Javelin pada tahun 1964. Damanik terbang dengan
ko-pilot Sartomo, navigator Gani dan Ketut dalam misi kampanye Dwikora.
Pesawat
diarahkan ke Kuala Lumpur, atas saran Gani. Tidak lama kemudian, dua
mil dari pantai, Penang (Butterworth) sudah terlihat. Mendadak, salah
seorang awak melaporkan bahwa dua pesawat Inggris take off dari Penang.
Damanik tahu apa yang harus dilakukan. Dia berbelok menghindar. “Celaka,
begitu belok, nggak tahunya mereka sudah di kanan-kiri sayap. Cepat
sekali mereka sampai,” pikir Damanik. Javelin-Javelin itu rupanya
berusaha menggiring Tu-16 untuk mendarat ke wilayah Singapura atau
Malaysia (forced down). Dalam situasi tegang itu, “Saya perintahkan
semua awak siaga. Pokoknya, begitu melihat ada semburan api dari sayap
mereka (menembak-Red), kalian langsung balas,” perintahnya. Perhitungan
Damanik, paling tidak sama-sGma jatuh. Anggota Wara (wanita AURI) yang
ikut dalam misi, ketakutan. Wajah mereka pucat pasi.
Dalam
keadaan serba tak menentu, Damanik berpikir cepat. Pesawat
ditukikkannya untuk menghindari kejaran Javelin. Mendadak sekali. “Tapi,
Javelin-Javelin masih saja nempel. Bahkan sampai pesawat saya bergetar
cukup keras, karena kecepatannya melebihi batas (di atas Mach 1).” Dalam
kondisi high speed itu, sekali lagi Damanik menunjukkan kehebatannya.
Ketinggian pesawat ditambahnya secara mendadak. Pilot Javelin yang tidak
menduga manuver itu, kebablasan. Sambil bersembunyi di balik awan yang
menggumpal, Damanik membuat heading ke Medan.
Segenap awak bersorak
kegirangan. Tapi kasihan yang di ekor (tail gunner). Mereka berteriak
ternyata bukan kegirangan, tapi karena kena tekanan G yang cukup besar
saat pesawat menanjak. Akibat manuver yang begitu ketat saat
kejar-kejaran, perangkat radar Tu-16 jadi ngadat. “Mungkin saya terlalu
kasar naiknya. Tapi nggak apa-apa, daripada dipaksa mendarat oleh
Inggris,” ujar Damanik mengenang peristiwa itu.
Lain lagi cerita
Sudjijantono. “Saya ditugaskan menerbangkan Tu-16 ke Medan lewat selat
Malaka di Medan selalu disiagakan dua Tu-16 selama Dwikora. Satu pesawat
terbang ke selatan dari Madiun melalui pulau Christmas (kepunyaan
Inggris), pulau Cocos, kepulauan Andaman Nikobar, terus ke Medan,”
katanya. Pesawat berikutnya lewat jalur utara melalui selat Makasar,
Mindanao, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina selatan, selat
Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Medan. Ada juga yang nakal,
menerobos tanah genting Kra.
Walau terkesan “gila-gilaan”, misi ini
tetap sesuai perintah. BK memerintahkan untuk tidak menembak
sembarangan. Dalam misi berbau pengintaian ini, beberapa sempat ketahuan
Javelin. Tapi Inggris hanya bertindak seperti “polisi”, untuk
mengingatkan Tu-16 agar jangan keluar perbatasan.
Misi ala stealth
Masih
dalam Dwikora.
Pertengahan 1963, AURI mengerahkan tiga Tu-16 versi
bomber (Badger A) untuk menyebarkan pamflet di daerah musuh. Satu
pesawat ke Serawak, satunya ke Sandakan dan Kinibalu, Kalimantan.
Keduanya wilayah Malaysia. Pesawat ketiga ke Australia. Khusus ke
Australia, Tu-16 yang dipiloti Komodor Udara (terakhir Marsda Purn)
Suwondo bukan menyebarkan pamflet. Tapi membawa peralatan militer berupa
perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng. Skenarionya, barang-barang
itu akan didrop di Alice Springs, Australia (persis di tengah benua),
untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu.
“Semacam psi-war buat Australia,” ujar Salatun.
Padahal
Alice Springs ditongkrongi over the horizon radar system. “Untuk
memantau seluruh kawasan Asia Pasifik,” ujar Marsma (Pur) Zainal
Sudarmadji, pilot Tu-16 angkatan Ciptoning II.
Walau begitu, misi
tetap dijalankan. Pesawat diberangkatkan dari Madiun sekitar jam satu
malam. “Pak Wondo (pilot pesawat-Red) tak banyak komentar. Beliau hanya
minta, kita kumpul di Wing 003 pukul 11 malam dengan hanya berbekal air
putih,” ujar Sjahroemsjah, gunner Tu-16 yang baru tahu setelah berkumpul
bahwa mereka akan diterbangkan ke Australia.
Briefing berjalan
singkat. Pukul 01.00 WIB, pesawat meninggalkan Madiun. Pesawat terbang
rendah guna menghindari radar. Sampai berhasil menembus Australia dan
menjatuhkan bawaan, tidak terjadi apa-apa. Pesawat pencegat F-86 Sabre
pun tak terlihat aktivitasnya, rudal anti pesawat Bloodhound Australia
yang ditakuti juga “tertidur”. Karena Suwondo berputar agak jauh, ketika
tiba di Madiun matahari sudah agak tinggi. “Sekitar pukul delapan
pagi,” kata Sjahroemsjah.
Penyusupan ke Sandakan, dipercayakan ke
Sudjijantono bersama Letnan Kolonel Sardjono (almarhum). Mereka
berangkat dari Iswahyudi (Madiun) jam 12 malam. Pesawat membumbung
hingga 11.000 m. Menjelang adzan subuh, mereka tiba di Sandakan.
Lampu-lampu rumah penduduk masih menyala. Pesawat terus turun sampai
ketinggian 400 m. Persis atas target (TOT), ruang bom (bomb bay)
dibuka. Seperti berebutan, pamflet berhamburan keluar disedot angin yang
berhembus kencang.
Usai satu sortie, pesawat berputar, kembali ke
lokasi semula. “Ternyata sudah gelap, tidak satupun lampu rumah yang
menyala,” kata Sudjijantono. Rupanya, aku Sudjijantono, Inggris
mengajari penduduk cara mengantisipasi serangan udara. Akhirnya, setelah
semua pamflet diserakkan, mereka kembali ke Iswahyudi dan mendarat
dengan selamat pukul 08.30 pagi. Artinya, kurang lebih sepuluh jam
penerbangan. Semua Tu-16 kembali dengan selamat.
Dapat dibayangkan,
pada dekade 60-an AURI sudah sanggup melakukan operasi-operasi
penyusupan udara tanpa terdeteksi radar lawan. Kalaulah sepadan, bak
operasi NATO ke Yugoslavia dengan pesawat silumannya
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8900304558010539333#editor/target=post;postID=3867027696180997327
Penulis : Drs.Simon arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.