Bahaya Paten atas Bentuk Kehidupan
Oleh
: Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Paten atas Makhluk Hidup Menjadi
Perbincangan Tokoh Agama
Pemberian hak paten bagi bentuk-bentuk kehidupan menjadi
pembahasan beberapa tokoh agama pada seminar dan diskusi sehari "Dampak
Paten pada Bahan Hayati/ Makhluk Hidup terhadap Kehidupan Manusia dan Etika",
yang diadakan oleh KONPHALINDO (Konsorsium Nasional untuk Pelestarian Hutan dan
Alam Indonesia), 4 Juni 1996, di Gedung LIPI Jakarta, dengan menghadirkan tokoh agama Islam, Hindu, Budha,
Kristen dan Katolik.
Seminar ini diadakan untuk mengantisipasi perkembangan bioteknologi,
pasar bebas atau globalisasi yang menuju pada kecenderungan penerapan paten
pada bentuk kehidupan, khususnya terhadap organisme hasil rekayasa genetik. Dalam
sambutan pembukaan yang disampaikan oleh Effendy Sumardja, Asisten II Menteri
Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia mengatakan,"penerapan rekayasa
genetika dan pengakuan hak paten menimbulkan masalah moral, etika dan agama".
Pengembangan rekayasa genetik pada akhir-akhir ini mengisyaratkan redefenisi
mengenai kehidupan sebagai "inovasi teknologi".
Organisme dipandang sebagai mesin, meredusir makhluk
hidup menjadi bahan mentah dan sebagai input untuk industri bioteknologi. Lebih
jauh Effendy Sumardja mengatakan, "pandangan reduksionis dan mekanis
terhadap hewan telah menyingkirkan segala pertimbangan etis, yakni
memperlakukan hewan untuk memaksimalkan hasil". Selain masalah tersebut di
atas, dampak komersialisasi hasil rekayasa genetik juga dapat mengurangi
keanekaragaman hayati khususnya negara Selatan yang sebagian kaya
keanekaragaman hayati.
Sehubungan dengan pemberian paten tersebut terdapat dua
bentuk kekerasan terhadap organisme hidup.
Pertama, Paten
berkaitan dengan manipulasi atas organisme-organisme itu seakan sebagai mesin,
mengingkari kemampuan mengorganasir diri sendiri.
Kedua, Pemberian paten
atas generasi tanaman dan hewan di masa datang, maka paten atas bentuk-bentuk
kehidupan mengingkari organisme hidup itu untuk berproduksi sendiri, demikian
dijelaskan oleh Effendy. Pandangan agama Islam,
menurut Prof. DR. KH. Sjechul Hadi Permono mengatakan, "Islam tidak
membenarkan adanya hak milik intelektual (HMI), atau Intellectual Property Rights
(IPR) dan hak peten pada bentuk-bentuk kehidupan. Karena kehidupan itu adalah
milik Allah SWT dan Allahlah Penciptanya.
Sebaiknya, Indonesia menolak Hak Kepemilikan
atas mahluk hidup.
Hal
yang sama juga disampaikan para tokoh agama lain. Staf pengajar Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri
Denpasar, DR. I Made Titib mengatakan, paten bentuk-bentuk kehidupan
adalah tidak berdasar, karena kehidupan bukanlah milik penemunya. Kehidupan
adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, bila pakar bioteknologi mampu merekayasa
lahirnya organisme tertentu, maka dia bukanlah pencipta kehidupan itu.
Hal senada juga diungkapkan tokoh agama Katolik, Prof.
DR. Kees Bertens, sebagai orang beragama merasa kurang bersemangat
untuk mendukung bioteknologi yang memanipulasi kehidupan tumbuh-tumbuhan dan
binatang, apalagi untuk menyetujui pengembangan paten atas penemuan itu. Tokoh
agama Budha, DR. Siti Amini mengatakan, "hidup bukanlah penemuan
manusia, melainkan manusia menemukan hidup".
Sedang tokoh dari agama Kristen, Th. Sumartana
mengatakan, "Semua upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memerlukan penglihatan yang jeli dari segi etika. Karena etika berkaitan dengan
keselamtan semua orang". Selanjutnya dari kalangan ilmuwan, Ir. Soeryo
Adiwibowo Msc., staf pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian IPB, dan
staf ahli Konphalindo mengatakan, akibat pengakuan IPR yang tercantum dalam WTO
(World Trade Organization) negara industri maju berupaya untuk menguasai
sebagian besar sumber daya hayati milik negara Selatan melalui rekayasa
genetik. Sebagai implikasi dari pengakuan terhadap IPR yang terdapat dalam WTO,
akan terjadi arus dana yang besar dari negara-negara berkembang ke
negara-negara maju (dalam hal ini sektor swasta transnasional).
Bila pelaksanaan IPR
tersebut sepenuhnya dilaksanakan maka akan ada dua alternatif yang terjadi:
(1)
Negara-negara berkembang mengalami defisit perdagangan yang besar yang bukan
disebabkan oleh ketidakseimbangan ekspor dan impor tetapi karena masalah
kelembagaan (pembayaran royalti akibat adanya paten);
(2)
Konflik perdagangan dan ekonomi antara negara berkembang dan negara maju
sebagai akibat tidak dipatuhinya pembayaran royalti kepada negara-negara maju
(swasta transnasional).
Kemudian,
diperlukan etika baru yang memandang manusia dan makhluk hidup lainnya sebagai
makhluk yang sama pentingnya dalam menghuni dan mengatur rumah tangga
"eko-manusia". Etika yang mengakui, menghormati, ikut memelihara
serta melindungi peranan dan fungsi sebagai makhluk hidup (baik manusia atau
bukan) yang membentuk rumah tangga "ekosistem manusia". Dalam
menanggapi hal tersebut di atas, pemerintah sedang menyiapkan empat Rancangan Undang-undang antara lain RUU
tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
Sedang
untuk kelembagaan, sesuai dengan pasal 16 dan 18 konvensi. Keanekaragaman Hayati,
tiap-tiap negara perlu membentuk suatu mekanisme "Clearing House",
yang bertugas untuk meningkatkan pertukaran informasi, pembangunan kapasitas
atau kemampuan dalam menangani bioteknolgi. Sedang pengembang Clearing House di
Indonesia, antara lain menyiapkan prosedur keselamatan hayati dan menangani Hak
kepemilikan Intelektual dan Hak-hak
Petani. (KONPHALINDO) Untuk
informasi lain, silahkan hubungi e-mail KONPHALINDO, (mailto:konphal@rad.net.id?Subject=Re:
Issues: Economy (r)&In-Reply-To=<957826472.0000@hypermail.dummy>)
Internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.