Ekonomi
Pancasila sebagai Harmonisasi
Dua Elemen
Kesejahteraan Ekonomi dan
Manisfestasi
Ekonomika Etik
Oleh : Drs.Simon
Arnold Julian Jacob
---Kalau ketepatan
berpikir disebut logika.
---Ketepatan rasa
disebut estetika, maka
---ketepatan perilaku
disebut etika.
Sebagai sebuah
perilaku, ekonomi perlu diiringi dengan etika. Etika yang dimaksud haruslah
bersandar pada nilai-nila prinsip kemanusiaan yang tidak menjunjung tinggi individualisme
sempit dan komunalisme kaku.
Ekonomi Pancasila
sebagai ilmu ekonomi kelembagaan (institutional
economic) yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila
mengandung 5 asas yang mana semua substansi Sila Pancasila yaitu :
(1) etika;
(2) kemanusiaan,
3) nasionalisme;
(4) kerakyatan/demokrasi,
dan
(5) keadilan sosial,
harus dipertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun.
Disinilah kelima sila
diatas menjadi substansi etika dalam
ekonomi Pancasila. Kalau sila 1 Ketuhanan
Yang Maha Esa menjadi landasan rangsangan moral maka sila 2 sampai 5
menjadi landasan rangsangan sosial ekonomi etika Ekonomi Pancasila dengan kata
lain merangkum secara tepat dua elemen utama pencapaian kesejahteraan ekonomi. Konsep
ekonomika etik ekonomi Pancasila oleh Mubyarto dalam bukunya Sistem dan Moral
Ekonomi Pancasila dicirikan sbb : Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan
ekonomi, moral dan sosial.
Ada kehendak kuat
dari seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan keadaan kemerataan sosial
ekonomi. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional
yang kuat dan tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap
kebijaksanaan ekonomi. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional. Adanya
imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme dan desetralisme kebijaksanaan
ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan sosial dengan sekaligus
menjaga efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.
Masa Depan Ekonomika
Etik di tengah Arus Dehumanisasi di Era Globalisasi
Hans Kung dalam
bukunya Global Responsibillity in Search
of New World Ethic, mengungkapkan perlunya merumuskan kembali etos global
berupa konsensus mendasar tentang nilai-nilai, norma-norma, dan sikap-sikap
tertentu yang dilandasi oleh prinsip humanum, hakekat manusia.
Hal ini dilakukan
demi kedamaian umat manusia ditengah ancaman globalisasi yang menonjolkan nilai-nilai
individualisme dan mengerus nilai-nilai humanisme. Ini merupakan bel pengingat bahwa etika saat
ini mengalami gempuran luar biasa dari arus besar nilai-nilai individualisme
yang membonceng persebaran idiologi
kapitalisme dan liberalisme. Individualisme yang mengakar dalam kejatian diri
manusia disinyalir bisa mendorong akumulasi niali-nilai dehumanisasi karena
semangat egoisme sebagaimana terangkum dalam idiom Betawi, elo-elo gua-gua
menjadikan manusia tidak peduli satu sama lain dan mau menang sendiri yang
lambat laun akan membentuk pola pikir berupa tidak mau memanusiakan sesama manusia lainnya.
Sebagai sebuah wacana
yang terus diupayakan perwujudannya, konsep ekonomika etik saat ini mengalami
tantangan berat dalam merealisasikannya.
Mainstrem pemikir
ekonomi kini yang sangat liberal dan kapitalistik
kian meminggirkan nilai-nilai etika
kemanusiaan dalam praktek ekonominya.Hal inilah yang menjadikan agenda
memasyarakatkan ekonomika etik berbasis Pancasila di bumi Indonesia tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan.
Banyak rintangan yang
akan bermunculan dari pihak-pihak yang diuntungkan dengan bertahtanya sistem ekonomi
kapitalisme selama ini. Mungkinlah ekonomika etik bertahta di Indonesia dan
menjadi acuan bersama pelaksanaan ekonomi nasional? Segala kemungkinan hingga kini masih terbuka
lebar. Ada banyak cara membangkitkan kesadaran pentingnya berekonomi secara
etik yang dalam perwujudannya merupakan
bentuk dari ekonomi Pancasila.
Salah satunya melalui
revitalisasi budaya bangsa Indonesia yang didominasi nilai-nilai komunalisme
dan kebersamaan yang kemudian dipadukan dengan pelaksanaan sistem ekonomi. Nilai
kegotongroyongan dan kekeluargaan yang menjadi etika masyarakat Indonesia yang
terhimpun dalam berbagai ragam tradisi dan adat masyarakat bisa
ditransformasikan tidak hanya dalam berbudaya namun juga dalam berekonomi.
Tidaklah keliru jika
keberhasilan Korea Selatan yang sukses mentransformasikan nilai-nilai budaya yang
berangkat dari tiga prinsip yaitu :
1. rajin;
2. mandiri; dan
3. gotong royong
untuk menjadi sebuah
gerakan nasional berupa Saemaul Undong yang mengantarkan kesuksesan Korea
Selatan di bidang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. (Google-Internet).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.