Hari Pangan Dunia (16 Oktober)
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
A. Hak atas Pangan
“Whether one
speaks of human right or basic human needs, the right to food is the most basic
of all…”
(Presidential Comission on World Hunger,
l980)
Hak atas Pangan (The Right to Food) adalah tema “Hari Pangan Sedunia” tahun ini.
Tema ini hendak mengatakan, pemenuhan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia
menjadi hak asasi setiap warga. Namun, hingga kini pemenuhan hak atas pangan
bagi 850 juta warga dunia masih terkendala karena alasan kemiskinan. Setiap peringatan ‘Hari Pangan Sedunia’ atau HPS
(16 Oktober), setiap kali pula anak bangsa ini perlu melakukan kontemplasi
tentang seberapa kuat ketahanan pangan
yang dimiliki Republik ini.
Pertanyaan menggugat
tetap mengemuka, yakni
Sampai
kapan rakyat mengonsumsi pangan (
mulai beras, kedelai, daging, hingga susu) impor? Bisakah Indonesia lepas dari
jebakan pangan yang mahal ini? Keterbatasan sarana dan prasarana produksi
pangan dalam negeri telah menciptakan kondisi ‘ketergantungan’ yang kuat
terhadap ‘pangan impor’. Di balik pangan impor---menjadi tambang mas bagi
sekelompok ‘penguasa’ guna memperkaya diri---sejatinya tersimpan tragedi
memilukan. Selama 40 tahun pembangunan pertanian di negara agraris ini, petani
mengalami pemiskinan. Laju urbanisasi berlangsung secara masif karena di desa
hanya ada kelaparan dan gizi buruk. Petani,
sebagai pahlawan ketahanan pangan, berada dalam kondisi yang hampir sekarat dan
hidupnya kian tergerus oleh cepatnya
alih fungsi lahan.
B. Tragedi gizi buruk
Pemiskinan
ekonomi yang dialami petani, telah membuahkan tragedi kelaparan dan gizi buruk
di sejumlah daerah di Tanah Air. Setiap tahun jumlah penderita gizi buruk
meningkat. Data Unicef (2006) menunjukkan, penderita gizi buruk pada anak
balita meningkat dari 1,8 juta jiwa tahun 2005 menjadi 2,3 juta jiwa tahun 2006.
Sementara
itu, Jaringan Solidaritas Penanggulangan Busung Lapar (2006), menyebutkan 2 – 4
dari 10 anak balita di 72 kabupaten menderita busung lapar. Tragedi gizi buruk
ironis dengan banyaknya impor mobil built
up yang harganya Rp.1 miliar yang dimiliki sejumlah orang kaya di
Jakarta. Atau tentang dugaan korupsi mantan prediden RI sebesar 15
miliar – 35 miliar dollar AS.
Ini adalah potret jurang besar yang memisahkan
antara orang kaya dan orang miskin. Bantuan
berupa uang atau pangan bukan solusi jangka panjang meski dibutuhkan dalam keadaan darurat. Memperbaiki ketahanan
pangan untuk pemenuhan hak atas pangan tak cukup, hanya memberi ikan, tetapi
harus memberi pancing, dengan membuka isolasi pedesaan terhadap pasar, memberi
subsidi kepada petani, menumbuhkan agroindustri berbasis pedesaan yang dapat
memberi nilai tambah kepada petani.
Namun, bangsa ini kurang mengenal petaninya. Para petani dianggap
sebagai warga kelas dua.
Masyarakat petani adalah wong ndeso
(orang desa) yang gampang ditipu dan diperdaya. Petani hanya, dijadikan obyek
pembangunan, bukan subyek.Pemalsuan benih dan pupuk dilakukan orang pintar
untuk dijual kepada petani yang dianggap bodoh. Keadaan ini sudah
berlangsung lama tanpa ada perlindungan signifikan dari pemerintah. Hidup
petani pun kian terpuruk dalam kubangan kemiskinan.
C. Bentuk kegagalan
Hingga kini belum
ada kemajuan berarti di bidang pertanian, pilar utama ekonomi kerakyatan dan
ketahanan pangan. Kegagalan ini adalah bukti petani tidak dilihat sebagai
pelaku nyata kegiatan produksi pertanian. Tak heran jika laju urbanisasi setiap
pasca-Lebaran tak terbendung. Pembangunan ekonomi yang menafikan petani telah
melahirkan kemiskinan yang kian buruk dan terpeta jelas. Kantong-kantong
kemiskinan baru bermunculan seiring dengan minimnya lapangan kerja. Ditandai
dengan pemukiman kumuh, ketimpangan ekonomi, pendidikan tidak merata, pemadaman
listrik secara bergiliran, kelaparan, dan gizi buruk.
Masalah gizi buruk adalah
bentuk pelaranggaran HAM.
Perubahan gizi buruk tak hanya
terbatasnya persediaan pangan dan menurunnya daya beli, tetapi karena kebijakan
pemerintah tidak memihak kaum miskin. Meski jumlah orang miskin turun 2,13 juta
jiwa (PBS 2007), kemelaratan tetap
membuat hidup dan kehidupan warga. Data Bank Dunia tahun 2006 menyebutkan,
sekitar 109 juta jiwa dengan indicator tingkat pendapatan 2 dollar
AS/kapita/hari. Mereka ini acap frustrasi lalu sebagian memilih bunuh diri.
D. Pangan dan
kemiskinan
Pencapaian hak atas pangan harus
disandikan dengan masalah kemiskinan karena faktanya begitu menyentuh. Erna
Witoelar lewat kapasitasnya sebagai, Duta Besar PBB untuk Mellinnium
Development Goals (MDGs) di Kawasan Asia Pasifik mengingatkan Indonesia mengalami kemunduran
dalam pencapaian MDGs. Target waktu tahun 2015 yang ditentukan untuk mencapai
“Delapan Tujuan Pembangunan Mellinnium” sudah separoh terlewati. Namun, isu prioritas untuk mengurangi 50
persen angka kemiskinan dan kelaparan tetap menjadi utopia jika, pemerintah
tidak serius mencurahkan perhatian untuk mewujudkan revitalisasi pertanian yang
dicanangkan sejak 2005.
Pemenuhannya hak atas pangan harus dimulai dari,
·
kebijakan
umum pertanahan dan tata ruang pertanian,
·
pembangunan
infrastruktur pedesaan,
·
ketahanan pangan dan perdagangan produk pertanian.
Karena itu, kita
memerlukan lahan pertanian pangan abadi guna memproduksi pangan guna
mencukupi kebutuhan penduduk yang terus
bertambah. Masalah besar bangsa ini tahun 2005 adalah bagaimana meningkatkan
ketersediaan pangan di tengah pesatnya alih fungsi lahan, diversifikasi pangan
yang gagal, dan produktivitas padi melandai.Redistribusi lahan melalui program
reforma agrarian menjadi kata kunci. Redistribusi lahan bagi petani miskin
seluas 8,15 juta hektar patut menjadi perhatian serius pemerintah sebagai, langkah
awal pemenuhan hak atas pangan di masa datang dan pencapaian MDGs di Tanah Air
pada 20015. (POSMAN SIBUEA, Dosen Di
Unika St Thomas SU; Direktur Center for National Food Security Research
(Tenfoser) Medan, Sumatera Utara, Kompas, 16 -10-2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.