INFLASI PANGAN SUDAH MENGERUS EKONOMI

Inflasi Pangan Sudah Mengerus Ekonomi  

Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Langkah-langkah Mendorong Pertanian Digencarkan

London, Rabu –

Pangan langka dan mahal tidak saja menerpa secara langsung warga miskin di dunia. Inflasi, yang didongkrak harga pangan dan minyak, juga mulai mengerus ekonomi dan dikeluhkan  di banyak negara. Topik pembicaraan terus berkembang dan makin mengarah pada terjadinya stagflasi global. Demikian gambaran umum yang menjadi topik pemberitaan tentang ekonomi dunia hingga Rabu (16-4-2008). Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Dominique Stauss-Khan mengatakan menjadi ancaman tambahan bagi dunia, di samping resesi ekonomi. Inflasi menggerogoti daya beli warga, resesi menurunkan order barang yang selanjutnya,  

Berpotensi menurunkan bonus, bahkan gaji. Keduanya melemahkan daya beli. Pangan, lewat inflasi, tak hanya mengacaukan kehidupan di negara miskin, tetapi juga negara kaya. “Kenaikan harga pangan dan bahan bakar minyak (BBM) menjadi faktor utama di balik melejitnya inflasi tahunan,” kata Sunil Kapadia, ekonomi UBS (Swiss), Rabu.

Ekonom AS Paul Krugman, sudah menyinggung probalitas terjadinya stagnasi, kombinasi antara resesi dan inflasi. Dengan keadaan seperti itu, bank sentral memiliki pilihan lebih sulit. Penurunan suku bunga untuk merangsang ekonomi adalah satu pilihan  untuk pemulihan ekonomi yang resesi. Namun, pilihan itu realatif sulit karena inflasi harus dijaga, sementara inflasi justru bisa makin terangsang dengan penurunan suku bunga.

Inflasi dan stagflasi tak saja menurunkan daya beli.

Bank Dunia dan IMF memperingatkan kenaikan harga pangan di seantero dunia dapat mengganggu stabilitas politik dan pembangunan, termasuk mengancam kelanggengan rezim di negara-negara demokrasi.

A. Banyak  negara terkejut

Dalam perkembangan hingga kemarin, laju inflasi di Eropa, India, dan China melebihi angka yang diperkirakan sebelumnya. Di Wilayah Zona Euro, yang menggunakan euro, inflasi mencapai rekor baru yakni 3,6 persen pada Maret 2008. Badan Statistik Uni Eropa mengatakan, tingginya tarif transportasi serta harga minyak pemanas, makanan sehari-hari, dan roti menjadi penyebab utama inflasi tinggi. Inflasi di atas 3 persen di negara maju termasuk Uni Eropa, merupakan hal yang  langka dan sudah dianggap sebagai peringatan besar.

Bank Sentral Eropa dan menteri keuanagn di Zona Euro menyerukan kepada para pemberi kerja agar mengendalikan kenaikan gaji karena dapat menyebabkan kenaikan harga lagi. Dari China dilaporkan, telah terjadi kenaikan harga pangan 21 persen pada kuartal pertama 2008 dibandingkan dengan kuartal pertama 2007. Gubernur Bank Sentral India YV Reddy juga mengatakan, tingkat inflasi di India saat ini sudah tidak dapat diterima lagi.

Langkah nyata harus diambil sesegera mungkin. “Ini adalah situasi yang memerlukan pengawasan ketat, dan tindakan penyelamatan harus diambil segera,” ujarnya. Tingkat inflasi di India mencapai 7,41 persen pada Maret lalu. Sementara itu, tingkat inflasi yang dianggap aman oleh China sekitar 5 persen untuk tahun fiskal yang terakhir 31 Maret 2008.  Inflasi juga mengancam pencapaian target-target pembangunan sosial dan ekonomi.

B. Mengacaukan pembangunan

Pejabat Bank Dunia untuk urusan Afrika, Obiageli Ezwkwesili, mengatakan, Inflasi akan memukul keras warga miskin akan terbantu lewat pertumbuhan ekonomi dan pasokan pangan dengan harga terjangkau. Kejutan eksternal apa pun, termasuk inflasi akibat kenaikan harga pangan dan energi, berpotensi membuat ekonomi anjlok,” kata Ezekwesili di Washington, AS, Selasa.

“Padahal, pertumbuhan merupakan jalan untuk mengurangi kemiskinan,” kata Menteri Pendidikan Nigeria ini menambahkan.Salah satu tugas utama banyak negara saat ini adalah mencegah inflasi spiral, yakni inflasi yang terus mengelinding dan berpotensi merembet ke mana-mana. Sangat penting untuk menjaga agar kenaikan harga tak merembes kesektor lain sehingga tidak menciptakan inflasi spiral,” kata juru bicara Komisi Uni Eropa, Amelia Torres, di Brusels, Belgia.

Sejumlah negara kini bergegas untuk melakukan langkah antisipasi, setidaknya menjamin pengadaan pangan. China telah memperbaharui program pertanian dengan dukungan dana Rp.50 triliun. India dan Filipina memilih pembangunan prasarana pedesaan, Pengadaan bibit unggul dan sarana pendukung pertanian. Di tingkat global, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick meminta negara maju memberikan dana 500 juta dollar AS untuk bantuan pangan darurat bagi 120 juta warga dunia  yang rentan kelaparan.

Sejak Januari 2008, investor George Soros sudah berkali-kali menekankan agar pasar uang dan bursa komoditas diatur secepat mungkin.Masalahnya, spekulan masih terus “menggoyang” komoditas untuk terkerek naik agar bisa meraih untung. Persoalannya, dana yang dimainkan termasuk pinjaman bank. Hal ini dimungkinkan karena regulasi kredit tidak diatur secara ketat. Akar dari krisis sekarang ini dimulai dari kehancuran pasar uang AS, kerugian spekulan sedunia yang memuncak pada Juli 2007, ketika bursa dunia anjlok.  Setelah itu, spekulan mencari celah lain untuk meraih untung. (Reuters, Ap/Afp/Mon/Joe, Kompas, 16-4-2008).