Krisis Pangan Gejala Dunia
Oleh : Drs.Simon
Arnold Julian Jacob
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, krisis pangan Indonesia,
yang dapat mengacam perekonomian, adalah gejala dunia, bahkan
khas Indonesia.
Dalam jumlah 6,3 miliar jiwa, dunia kini dan mendatang akan menghadapi
masalah ketahanan pangan. Tahun ini dan tahun-tahun mendatang akan terjadi
krisis pangan. Hal itu jelas dari kenaikan harga kedelai dan kelapa sawit.
Ada inflasi yang berkaitan dengan pangan,” ujar Presiden saat mengarahan
dalam rapat pimpinan Tentara Nasional Indonesia di Markas Besar TNI Cilangkap,
Jakarta, Kamis (24-1-2008).
Presiden menyebutkan, dari 6,3 miliar penduduk dunia, 200 juta di antaranya
tidak bisa tidur setiap malam karena kekurangan makanan. Terhadap gejolak pasar
keuangan di Indonesia, Presiden melihatnya sebagai bagian dari global. Namun, menurut guru besar social ekonomi
pertanian Universitas Lampung (Unila), Bustanul Arifin, dampak kenaikan harga
pangan dunia tidak akan membuat kondisi pangan di Indonesia parah seperti saat
ini, apabila pemerintah menyiapkan “peredam” sejak awal. Peredam tersebut
berupa produksi komoditas pangan yang memadai, stok pangan cukup untuk
pengamanan dan stabilisasi harga, serta jaringan distribusi kuat. Jika salah satu
dari ketiga komponen itu tidak memadai, dampak lonjatan harga pangan dunia
lebih parah,” katanya.
Bustanul
berpendapat, Indonesia, seharusnya tidak menghadapi dampak yang serius karena
memiliki potensi beasar dalam produksi pangan.
Namun, sayangnya hal ini belum dilakukan sunguh-sungguh. Negara lain lebih
siap menghadapi kenaikan harga pangan dibandingkan dengan Indonesia. China,
misalnya, sejak awal mengamankan stok pangan nasionalnya. “Sehingga bisa
berkompetisi dengan kenaikan harga dunia, “ ujarnya. Sementara Singapura, meski
bukan produsen pangan, Negara ini mampu bertahan karena aktivitas bisnisnya
terus berkembang.
Bustanul mengakui, ekonomi Indonesia yang berbasis system produksi primer
relative lamban responsnya. Meningkatkan produksi butuh waktu 6 bulan, sedangkan masyarakat tidak bisa
menunggu selama itu,” katanya.Karena itu, Bustanul menyarankan pemerintah
membuat kebijakan ekstra structural untuk mengatasi masalah pangan.
Adapun pengamat
ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), Revrisond Baswir, menilai, kebijakan pemerintah
mengatasi krisis pangan sekedar berwacana.
Perhatian
lebih senang mengejar pesona dan citra lewat kestabilan ekonomi makro. Padahal,
dampak krisis keuangan tidak sedahsyat krisis pangan,” ujarnya.Pengamat dan
peneliti pertanian UGM, Mochammad Maksum, mengingatkan agar pemerintah tidak
menganggap remeh dengan mengatakan krisis pangan sebagai fenomena global. Memang ada fenomena global, tetapi ini lebih
karena persoalan domistik.Krisis terjadi lebih karena Indonesia sudah
tergantung impor. Setiap ada gonjang-ganjing impor atau harga dunia naik, kita
kelabakan karena tidak mandiri,” katanya. Oleh karena itu, Maksum menyarankan
agar dilakukan pembenahan di dalam negeri, dengan melakukan swasembada pangan.
Jangan diklaim
Menurut
Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Siswono Yudo
Husodo, belum tampak ada kesungguhan pemerintah untuk meningkatkan produksi. Target kenaikan produksi jagung dan kedelai 20 persen,
menurut Siswono, menunjukkan pemerintah belum bekerja. Dengan kenaikan harga di
pasar dunia seperti sekarang, produksi jagung dan kedelai pasti naik 20 persen
karena petani tertarik harganya. Jangan diklaim sebagai keberhasilan kerja
pemerintah,” ujar Siswono mengingatkan.
Memperingati Hari
Gizi Nasional ke-51 hari Jumat ini, Siswono, mengatakan kenaikan harga pangan
akan berdampak serius bagi pemenuhan gizi masyarakat. Ketika harga masih murah saja Indonesia
mengalami persoalan gizi serius pada masyarakat kelas bawah, apalgi sekarang,”
kataya.
Sementara itu, Pengurus Pusat Lembaga Perekonomian
Nahdlatul Ulama dan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah dalam
pernyataan bersama, meminta agar pembangunan sector pertanian dilakukan melalui
pendekatan agrobisnis dan bersinergi dengan pembangunan perdagangan,
perindustrian, dan perbankan.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Negara Urusan Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali menyatakan, menghadapi panen raya
bulan Maret-April, Koperasi Perpadi Mulya Tani melalui program resi gudang akan
menampung 10.000 ton gabah kering milik petani. (Inu/Mas/Eny/Osa/RWN, Kompas, 25-1-2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.