Para
Penentang Sistem Globalisasi
Oleh :Drs.Simon
Arnold Julian Jacob
Bahwa system ekonomi
dari berbagai negara-negara miskin yang tadinya lebih demokratis  termasuk sietem ekonomi di Indonesia  seperti yang disebutkan diatas yang berasas
“gotong royong yaitu dari “semua untuk semua” tiba-tiba saja dimatikan  oleh suatu sietem global  dari luar yang tidak manusiawi,  yang dampaknya membawa kesengsaraan dan kemiskinan  bagi rakyat. 
Secara umum, memang
dapat diamati bagaimana seluruh dunia pada saat ini sedang dicengkeram oleh
sebuah hegemoni idiologi.  
Dari Barat sampai Timur, dari Utara sampai
Selatan, adalah sebuah pandangan yang secara merata disetujui oleh para elit di
semua negara (pimpinan pemerintahan, anggota dewan perwakilan rakyat. Politisi,
pengusaha, para manajer, Akademisi) :Bahwa 
free market merupakan satu-satunya solusi bagi ekonomi. Lebih dahsyat lagi hegemoni
idiologi neoliberal ini mendapat dukungan kelompok intelektual dan
wartawan. Dengan akibat, tanpa terasa---memang itu ciri khas
hegemoni---orang-orang yang tidak kritis secara perlahan dibuat setuju dengan
pandangan itu (Gill dan Law 988;
Biersteker, 1997, I Wibowo, 2003 : xii). 
Setiap hari dunia ini
dipenuhi dengan berita, cerita, analisa ilmiah dan ulasan popular tentang
kehebatan ekonomi pasar. Tetapi tidak ada buku yang menjadi terompet idiologi
neoliberal yang paling keras kecuali buku dari Thomas Friedman, The Luxus and Olive Tree (l999).  Buku laris yang secara amat popular
menguraikan prinsip-prinsip free market
dan free trade, inti state intervention, ini dicetak
berulang-ulang dibaca oleh para elit, diulas dan dipuji di surat-surat kabar,
dijadikan bahan kuliah di sekolah-sekolah bisnis. 
Rupa-rupanya seluruh
dunia berhasil dibuat terpukau oleh apa yang diuraikan oleh Friedman mengenai
golden straitjacket dan serta-merta mengamininya. 
Neoliberalisme itu telah berhasil membuat idiologi neoliberalisme benar-benar menjelmakan diri menjadi hegemoni, bertahta di seluruh dunia,
termasuk Indonesia.  Dengan demikian,
secara menakjubkan, semua saja yang termasuk dalam lapisan elit, tunduk dan
membiarkan diri menjadi pendukung neoliberalisme.
Khusus mengenai keadaan Indonesia, harus disebutkan di sini bahwa,
Iklim intelektual Indonesia yang cenderung ke “kanan”. 
Pada masa Orde Baru
suasana intelektual memang cenderung membenarkan kapitalisme. Maka ketika Soeharto jatuh pada 1998, banyak ekonom
yang malah setuju dengan Golden
straitjacket yang diproklamirkan oleh Thomas
Friedman. Mereka mendukung 100 persen
bahwa Indonesia meminta bantuan dari IMF, dan menyatakan bahwa tuntutan LoI
adalah rasional. “Program Penyesuaian Struktur ( SAP) diterima begitu saja
tanpa soal. 
Dengan kata lain, peristiwa runtuhnya ekonomi Indonesia
dengan sistem khasnya (Demokrasi Ekonomi
Pancasila) akibat globalisasi malah
dijadikan sebagai kesempatan emas untuk membuat Indonesia semakin melesak masuk dalam system kapitalisme modern, maka kata yang tepat adalah kita
ucapkan, :  Good By” untuk “Sistem
Demokrasi Ekonomi Pancasila kita”?  (ya…Sistem Ekonomi kita telah Masuk Perangkap sistem
Ekonomi Globalisasi dan tidak bisa berdaya lagi dan tidak menjadi tuan
dirumahnya sendiri). Ini salah siapa gerangan, perlu dipertanyakan.
Pertanyaanya, apakah system globalisasi ini  diterima semua pihak?
Jawabannya adalah, bahwa system/manajemen globalisasi
ini banyak pakar yang menentangnya. “Indonesia boleh dianggap bangsa yang aneh.
meskipun gelombang globalisasi ekonomi sedemikian dahsyat menerpanya, hampir
tidak kedengaran suara-suara yang membelanya. 
PARA PENULIS YANG 
MENGERITIK  DAMPAK EKONOMI
GLOBALISASI
Tiga-empat tahun terakhir ini, disana-sini, bermuncullah buku-buku dari
berbagai pakar dan intelektual yang mengeritik dampak dari globalisasi ekonomi,
antara lain disebutkan  masing-masing
sbb: 
1.Sritua Arief, Indonesia
Tanah Air Kita (2001). 
Buku ini sebenarnya berupa kumpulan artikel dari pengarang,
mempersoalkan semua kebijakan ekonomi yang diambil oleh Pemerintah yang begitu
tunduk kepada organisasi internasional. Sudah pada tahun 1998, misalnya, ia
telah mempersoalkan kehadiran IMF.
2.Andrinof A.Chaniago,
berjudul “Gagalnya Pembangunan” (2001).
Buku ini juga mengasalkan kegagalan pembangunan di Indonesia (yang
akhirnya mengarah kepada krisis besar pada 1997) kepada kebijakan yang berciri
neoliberalisme. Pengarang ini dengan tegas menolak penjelasan yang umum
diberikan di koran-koran bahwa masalah yang muncul adalah akibat kesalahan
manusia Indonesia. Ditunjukkan bahwa pengaruh dan campur tangan lembaga
internasional-terutama IMF dan World Bank--- mempunyai andil yang amat besar.
3.Arief Budiman, “Menggugat
IMF” (2001), 
Melihat secara lebih detail sepak terjang IMF di Indonesia, dan
mengatakan dengan tegas bahwa IMF telah gagal “mengobati” Indonesia. Walaupun
artikel yang berisi kritik terhadap IMF, di Indonesia tersebar banyak di
surat-surat kabar, barangkali Arief saja yang mengupas IMF secara panjang lebar
dalam ukuran sebuah buku.
4.Abdurr-Razzaq Lubis et al.
dengan judul “Jerat Utang IMF (1998), 
Namun buku ini berukuran kecil (saku) dan terdiri dari kumpulan artikel).
Kritikan terhadap peran World Bank, saudara kembar dari IMF, muncul dalam
bentuk buku yang berjudul “Utang Yang Memiskinkan” (Coen, 2002). Kritik yang
dilontarkan oleh buku ini mempunyai kekuatan yang besar karena buku ini dibuat
berdasarkan penelitian empiris di tempat-tempat yang menerima “bantuan” dari
World Bank dan gagal, yaitu Desa Mopu di Sulawesi Selatan dan Desa Kembang
Kerang di Nusa Tenggara Barat.  Sesudah
itu dapat disebutkan beberapa buku lain yang membahas dampak rejim GATT/WTO
pada Indonesia, seperti;
5.Hira Jhamtani, “Ancaman
Globalisasi & Imperialisme Lingkungan (2001) 
6.Hira Jhamtani dan Lutfiyah Hanim, “Globalisasi & Monopoli
Pengetahuan (2002).
7.Ignatius Haryanto,
“Penghisapan Rezim HAKI” (2002)
8.Mochtar Mas’oed, “Ekonomi
Politik Internasional dan Pembangunan (2003), 
Adalah satu–satunya buku yang ditulis oleh seorang ahli ilmu politik dan
memberikan perspektif politik dalam membahas dampak globalisasi ekonomi.
9.I Wibowo dan Frabcis Wahono,
“Neoliberalisme” (2003), 
Memuat sejumlah artiket  yang
menyeroti baik sisi histories, teoritis, maupun praktik neoliberasme, dan
sekaligus mengeritiknya.
10.Martin Khor, “Globalization
and the South” (2000), 
Telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
11.James Petras, dan Hendry
Velmeyer, “Globalization Unmasked, Imperialism in 21st  Century (2001). 
Buku-buku lain yang menyuarakan kritik terhadap ekses dari globalisasi
ekonomi banyak sekali, antara lain :
12.David C.Korten, “When
Corporations Rule the World”, (1995) dan diperbaiki (2001). 
·        
Buku ini direkomandasikan sebagai “The Classic International
Bestsaller.”
13.William Greider, “One
World, Ready or Not. The Maniac Logic of Global Capitalism (l997)
14.Michel Chossudovsky, “The
Globalisation of Proverty, Impacts of IMF and World Bank (l998),
15.John Gray, False Down :
“The Delusions of Global Capitalism and the Death of Democracy” (2001). 
16.Will Hutton, “The State
We’re In” (l996)
17.Susan Stange, “ Casino
Capitalism” (l998)
18.David Held et al. “Global
Transformations” (l999).
19.Peter Dicken, “ Global
Shift “(l997)
20.Leslie Sklair,
“Tnasnational Capitalist Class” (2001).
21.Jerry Mander dan Edwar Golsmith,
“ The Case Against the Global Economy (1996). 
22.Joseph Stiglitz,
Globalization and Its Discontents” (2002).
Adalah pemenang Hadiah Nobel untuk Ekonomi 2001, secara telak mengeritik
sikap sewenang dari dua organisasi internasional, IMF dan World Bank. 
Dikatakan bahwa dua organisasi ini bertanggung jawab atas kesengsaraan dan
penderitaan yang dialami oleh ratusan juta penduduk di negara-negara di Dunia
Ketiga.  
Kritik Stiglitz ini tentu saja ditolak
oleh para pendukung IMF dan World Bank, tetapi ia jelas telah membuka mata pada
borok organisasi yang selama ini dikagumi orang dan sekaligus juga menyadarkan
orang betapa mengerikan dan ganasnya system ekonomi internasional yang sedang
berjalan ini.Tetapi jelas bahwa isu
globalisasi ekonomi di mancanegara telah menjadi isu besar, bahkan sangat
besar. 
Para
pakar, terutama ekonom, seakan-akan berlomba-lomba menyingsingkan
lengan baju, untuk sedapat mungkin mengulurkan tangan,
membantu memecahkan persoalan yang ditimbulkan oleh globalisasi ekonomi.  Ini berlaku bagi para pakar senior yang sudah
mapan, tetapi juga mereka yang masih yunior, yang masih meniti karier. Mereka
menulis buku, menerbitkan artikel-artikel, mengorganisir seminar dsb. Bahkan
tidak jarang terjadi para pakar itu dengan suka rela melepaskan kursi
keprofesoran mereka, dan “turut” menjadi aktivitas, berjuang bersama
aktivis-aktivis yang berusaha mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh
globalisasi ekonomi. 
Kita (Indonesia) telah melenceng jauh dari Sistem
Ekonomi  Pancasila yang diamanatkan  oleh Pasal 33 UUD l945 dan berhamba pada
system global, pasti membawa akibat buruk bagi seluruh rakyat Indonesia yakni
kemiskinan dan kelaparan, pengangguran, tanpa lapangan kerja, yang
ujung-ujungnya adalah ketidak stabilan dalam politik, social budaya, keamanan.
dll.  
Jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, siapa-siapakah yang harus bertanggung jawab? 
I Wibowo, dalam bukunya “Globalisasi Kemiskinan & Ketimpangan”,
Cidelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2003, Jogja : V) tentang sejumlah pakar yang
menentang system Globalisasi. 
INTINYA
ADALAH: Bahwa Sistem Globaisasi dan Liberalisme Perdagangan Bebas yang dipaksakan,
 merupakan suatu,  “MANAJEMEN ABU NAWAS” dari BANK DUNIA, IMF dan WTO di zaman globalisasi ini, dan bagi Negara-Negara
Dunia Ketiga, Manajemen yang dijalankannya adalah “MANAJEMEN MASUK PERANGKAP”? 
(Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob) 
Alamat :
Jln.Jambon I, No.414J – Rt.10 m-Rw.03 – Kricak – Jatimulyo – Jogjakarta  Telp.0274.588160
– HP.082135680644. Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.