Usulan Indonesia dalam Deklarasi Lima,
Lembaga Keuangan Internasional Harus Direformasi
Oleh
:Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Presiden Peru Alan Garcia ketika membacakan Deklarasi Lima, usai foto bersama dengan SBY dan ke-21 pimpinan APEC, di Gedung Utama Departemen Pertahanan, Lima, Minggu (23/11) siang waktu setempat. (foto: muchlis/presidensby.info)
 (Lima,
MADINA): Usulan Indonesia soal perlunya mereformasi lembaga-lembaga keuangan
internasional menjadi salah satu isu yang disepakati dan dituangkan dalam
Deklarasi Lima, sebagai hasil akhir dari KTT ke-16 APEC. Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan ke-21 pemimpin APEC hadir dalam upacara pembacaan
deklarasi oleh Presiden Peru Alan Garcia Perez, di Gedung Utama Departemen
Pertahanan Peru, Minggu (23/11) pukul 13.00 waktu setempat atau Senin (24/11)
pukul 01.00 WIB.
Presiden Peru
Alan Garcia ketika membacakan Deklarasi Lima, usai foto bersama dengan SBY dan
ke-21 pimpinan APEC, di Gedung Utama Departemen Pertahanan, Lima, Minggu
(23/11) siang waktu setempat. (foto: muchlis/presidensby.info)
Lembaga-lembaga
keuangan yang dimaksud dalam deklarasi tersebut, antara lain, IMF, Bank Dunia,
Asian Development Bank, Inter-American Development Bank, dan lain-lain.
Lembaga-lembaga keuangan itu berperan penting dalam krisis keuangan. "IMF
harus lebih fokus pada pengawasan-pengawasan, membangun kerangka kebijakan
makro serta menyediakan pelatihan peringatan dini atas kemungkinan terjadinya
krisis," begitu bunyi Deklarasi Lima yang dibacakan Presiden Peru Alan
Garcia Perez dalam Final Declaration Ceremony. 
Untuk itu,
APEC mendorong para menteri keuangan bekerjasama dengan IMF atau program bantuan
sektor keuangan Bank Dunia untuk menyesuaikan dengan kondisi di masing-masing
negara anggota. Negara-negara APEC juga sepakat mendukung Deklarasi Washington
dan mencegah munculnya pembatas-pembatas baru dalam soal investasi atau
perdagangan barang dan jasa, menegaskan kembali pengetatan ekspor baru, serta
penerapan ketentuan WTO.
Deklarasi
Lima intinya menyepakati langkah-langkah penting untuk stabilisasi sektor
keuangan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dan mendorong investasi serta
konsumsi. "Kami akan melanjutkan beberapa langkah penting dan bekerja sama
dalam mengkoordinasikan berbagai hal terkait untuk pelaksanaan aksi mengatasi
krisis,'' ujar Alan Garcia Perez, mewakili ke-21 pemimpin APEC. 
APEC
beranggotakan 21 negara. Mereka, secara alfabetis, adalah Australia, Brunei
Darussalam, Kanada, Chili, China, Hong Kong, China-HongKong, Indonesia, Jepang,
Korea Selatan. Kemudian Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua New Guini,
Peru, dan Filipina. Lalu Russia, Singapura, China Taipei, Thailand, Amerika
Serikat, dan Vietnam. Para pemimpin juga mendukung penuh upaya badan-badan
kredit ekspor, lembaga keuangan internasional, dan perbankan swasta dalam
penyediaan dana yang memungkinkan untuk bisnis UMKM, menjaga kelancaran
perdagangan dan investasi di kawasan. 
Reformasi
sektor keuangan sangat disadari perannya dalam kondisi saat ini, termasuk peran
yang dimainkan oleh APEC dalam pembangunan kapasitas sektor finansial. APEC
juga mendorong pembangunan berkelanjutan dan inovasi dalam sektor finansial
yang diyakini akan lebih kompleks di masa depan, dan kebijakan serta pengawasan
yang lebih efektif. Krisis juga menyoroti kebutuhan untuk lebih mengembangkan
standar yang efektif dalam corporate governance dan
manajemen risiko, serta tanggung jawab sosial dari sektor keuangan. 
Para pemimpin
juga menyambut Deklarasi Washington dari G-20 soal reformasi pasar uang.
Kebijakan menyeluruh sangat didukung untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi
global dan stabilitasnya. Beberapa cara yang ditempuh adalah dengan kerjasama
melalui makro ekonomi, mencegah dampak lanjutan, dukungan bagi negara-negara
berkembang, dan responsif terhadap tantangan masa depan. Karenanya, diyakini
bahwa prinsip pasar bebas dan terbuka mampu mengurangi kemiskinan, penciptaan
lapangan kerja, mendorong pertumbuhan global.
Penyelesaian
perundingan Agenda Putaran Doha disepakati dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang seimbang sebagai dasar pertumbuhan negara-negara anggota. Semua negara
APEC berkomitmen untuk mencapai kesepakatan pada Desember mendatang. ''Kami,
para pemimpin negara-negara APEC dan para menteri, terus berupaya menyelesaikan
masalah WTO ini," demikian tertulis dalam Deklarasi Lima yang rilisnya
sudah dikeluarkan pada Sabtu (22/11) sore waktu setempat. 
KTT ke-16
APEC juga menegaskan kembali komitmen Bogor Goals untuk perdagangan bebas dan
terbuka di Asia-Pasifik. Deklarasi ini juga menginstruksikan para menteri dan
pejabat terkait untuk meningkatkan penerapan ketentuan Agenda Integrasi Ekonomi
Regional, termasuk kemungkinan Free Trade Area di Asia-Pasifik. Para pemimpin
juga siap sedia dalam komitmen internasional dalam wilayah ini, termasuk dalam
Bantuan Pembangunan Pemerintahan, dan Millenium Development Goals.
APEC tidak Akan Keluar dari Bogor Goals
KTT ke-16
APEC sudah selesai dan menghasilkan Deklarasi Lima. Dalam isu investasi dan
perdagangan bebas, para pemimpin APEC sepakat untuk mengacu pada Bogor Goals.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan hal ini dalam konferensi pers
dengan wartawan Indonesia, di Hotel Melia Lima, Peru, Minggu (23/11) malam
waktu setempat.
”Semua
pemimpin APEC menyebut Bogor Goals. Apa yang disepakati di Bogor tahun 1994
dulu untuk menuju open trade and investment itu
sangat ditekankan,” kata Presiden SBY. Bogor Goals merupakan kesepakatan atau
deklarasi yang dihasilkan dalam KTT APEC tahun 1994. Indonesia menjadi tuanrumah dan summit berlangsung
di Istana Bogor.
Dalam Bogor
Goals atau Kesepakatan Bogor, perdagangan bebas diberlakukan mulai tahun 2010
untuk negara-negara maju. Sedangkan bagi negara berkembang, open trade dimulai pada tahun 2020. ”Artinya, meskipun
perekonomian dunia sulit, kita tidak akan keluar dari kesepakatan Bogor, yaitu
membangun suatu rezim kerjasama ekonomi berdasarkan atas open trade and investment.
Pembahasan mengenai hal ini menonjol. Hampir semua pemimpin APEC berbicara
seperti itu,” Presiden SBY menegaskan. 
Isu menonjol
lain yang dibahas selama dua hari dalam KTT ke-16 APEC adalah masalah World
Trade Organization (WTO). Isu WTO ini bukan hanya menggarisbawahi apa yang
dibicarakan dalam G-20 Leaders Statement di Washington. “Tetapi para pemimpin
APEC bahkan ingin ada timeline, jadwal, ada involvement agar Desember mendatang
maslah ini selesai, “ ujar SBY. 
Presiden SBY
sudah menyampaikan di Washington dan Rio de Janeiro, bahwa kalau isu WTO atau
Doha Development tidak tercapai akan ada banyak manfaat yang tidak kita
dapatkan. 
“Dikaitkan
dengan krisis pangan global, lagi-lagi akibat WTO yang tidak konklusif, tidak
ada insentif bagi mereka yang berinvestasi di bidang pangan,” SBY menjelaskan. Presiden SBY berharap WTO
ini memasuki babakterbaru. ”Saya sudah minta kepada Menteri Perdagangan untuk
betul-betul mengidentifikasi berapa hal yang kita belum cocok,” SBY
menambahkan. Kalau ada yang belum terselesaikan, Presiden meminta menteri untuk
memperkecil perbedaan itu. Dalam
keterangan pers dengan wartawan Indonesia ini, Presiden SBY dihadiri seluruh
anggota delegasi Indonesia, yang mengikuti perjalanan SBY sejak dari
Washington, Meksiko, Brasil, hingga Peru.
Presiden: Dalam Situasi Krisis,
Tanggung Jawab Perusahaan Harus Lebih Nyata Dalam
situasi krisis seperti sekarang, tanggung jawab sosial perusahaan harus lebih
nyata. Usulan ini disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam APEC CEO
Summit di Lima, Peru. Dalam situasi krisis, saya mengusulkan ada satu
kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta,” kata Presiden SBY dalam
konferensi pers menjelaskan hasil-hasil KTT ke-16 APEC di Hotel Melia Lima,
Peru, Sabtu (23/11) malam waktu setempat. 
Presiden SBY
mengusulkan dalam dialog pemimpin APEC dengan kalangan bisnis, sebaiknya dunia
bisnis mengarahkan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membantu
rakyat yang masih mengalami kesulitan karena krisis keuangan global. ”Targetnya
harus lebih jelas dan efektif untuk mengatasi permasalahan dan ini mendapat
sambutan positif,” SBY menjelaskan.”Saya sampaikan bahwa bagaimanapun swasta
masih mempunyai kemampuan untuk memberikan CSR-nya, disamping pajak dan
kewajiban-kewajiban yang lain,” ujar Presiden. Disinilah investasi sosial oleh
dunia usaha mesti dilakukan. ”Sebab kalau rakyat merasa terbantu, tidak
ditinggalkan, maka ke depan mereka akan menjadi social capital yang dibutuhkan dunia usaha,” Presiden
menambahkan. 
Akhirnya Kerangka Pembiayaan Pengurangan Emisi Disepakati
 Akhirnya para
pemimpin APEC menyepakati kerangka pembiayaan dan sistemnya untuk mengurangi
emisi dari karbon dioksida. Topik ini merupakan salah satu dari enam isu
menonjol yang dihasilkan dalam KTT ke-16 APEC di Lima, Peru.Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menjelaskan hal ini dalam keterangan pers kepada wartawan
Indonesia di Hotel Melia Lima, Peru, Sabtu (23/11) malam waktu setempat. ”Yang mengemuka dalam summit kali ini adalah akhirnya kita punya
kerangka, roadmap dengan
jadwal. Setelah kita mempunyai sasaran pengurangan emisi dari karbon dioksida,
lantas bagaimana pembiayaannya dan siapa membiayai apa,” ujar Presiden SBY.
Para pemimpin
APEC juga menyepakati soal pengaturan terhadap negara-negara yang tidak punya
kemampuan finansial untuk menjalankan kewajibannya. Kesepakatan itu juga
mencakup pengaturan terhadap negara-negara yang belum memiliki teknologi untuk
mengurangi emisi gas buang. 
Menurut SBY, Presiden Meksiko mengusulkan adanya green fund. ”Idenya sederhana sekali, semua negara diajak iuran.
Menurut SBY, Presiden Meksiko mengusulkan adanya green fund. ”Idenya sederhana sekali, semua negara diajak iuran.
Setelah itu
ada yang mengatur, ada yang mengurus dana itu. Setiap negara boleh menggunakan
dana itu. Negara berkembang boleh lebih banyak menggunakan dibandingkan negara
maju,” SBY menjelaskan. Indonesia mendukung semua upaya untuk mencari
pembiayaan bagi pencegahan pemanasan global dan mengelola perubahan iklim. 
Presiden juga
menuturkan, Indonesia berharap bisa menjadi tuan rumah KTT APEC lagi pada tahun
2014. Ini akan menjadi tonggak penting setelah 20 tahun usia Bogor Goals. ”Saya
menawarkan, siapapun nanti presidennya, tahun 2014 itu bagus untuk kita
menyelenggarakan KTT APEC di Indonesia,” kata SBY. 
JKTT APEC
Summit 2009 akan diadakan di Singapura, lalu mengusul Jepang, Amerika Serikat,
dan Rusia. Tuan rumah untuk tahun 2014 masih belum ditentukan. Indonesia
berharap ditunjuk. (osa/har/pressby.info) 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.