alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 01 Februari 2015

MIGRASI DAN RESESI GLOBAL

Migrasi dan Resesi Global
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Seorang petani mungkin akan menggerutu, “Lek Maaan…Lek Man”, setelah mendengar secuil kabar tentang bangkrutnya perusahaan Lehman Brothers dari salah seorang pegawai kabupaten di kampungnya. Mengenai perusahaan investasi mungkin terasa asing bagi masyarakat di pelosok-pelosok desa. Apalagi tentang resesi global, mungkin mereka juga baru mendengarnya.

Tetapi tak bisa dipungkiri, secara nyata dampak resesi global itu telah sampai ke pelosok-pelosok desa dan petani menjadi salah satu korbannya. Bagi petani dan masyarakat pedesaan yang sebenarnya tidak tahu menahu mengenai persoalan ekonomi dunia, tetapi mereka harus menanggung bebannya. Sadar atau tidak krisis ekonomi dunia ini telah memberatkan usaha pertanian mereka.

Belum lagi kalau melihat anak-anak mereka berbondong-bondong pulang dari kota karena terkena PHK. Sudah pasti mereka akan bertambah bingung. Lalu mereka akan bertanya, apa yang terjadi sebenarnya?  Mungkin sang anak yang menjadi buruh rendahan hanya akan menjawab singkat, “pabrik sebentar lagi akan bangkrut”. Inilah fenomena yang terjadi akibat krisis yang berawal dari negara adidaya Amerika Serikat (AS).

Sebuah negara yang mampu mengguncang dunia. Meskipun sekarang AS mendapatkan persaingan ketat dari negara-negara maju, khususnya Eropa dan China tetapi AS masih menjadi penyumbang 30% produk domestik bruto (GDP) seluruh negara di dunia. Selain sebagai pusat keuangan dunia AS masih merupakan perekonomian dunia terbesar.

Analoginya, kalau AS bersin, maka negara-negara di dunia akan ikut demam. Oleh karena AS juga sebagai negara pengutang terbesar, yakni 8,98 Triliun USD, maka ketika Lehman Brothers, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF mengalami Subprime Mortgage (Kerugian surat berharga property) negara-negara lain khususnya negara-negara dunia ketiga terancam akan mengalami pukulan berat.

Dalam ekonomi makro, resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).

Dampak Bagi Indonesia

Di Jerman serikat buruh menuntut kenaikan gaji sampai 8 persen untuk mengimbangi daya beli yang terus menurun.Juga di Perancis menurunnya daya beli menjadi topik bahasan. (Harian Dernieres Nouvelles d`Alsace, Perancis)  Jerman dan Perancis saja yang notabenenya sebagai negara maju juga mengalami goncangan, kemudian apa yang akan terjadi dengan Indonesia?

Resesi di AS akan mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia dari sisi ekspor maupun impor, serta pasar saham dan pasar uang. Sektor yang paling terbebani adalah neraca pembayaran ekspor Indonesia khususnya sektor manufaktur. Lihat saja sekarang, banyak perusahan khususnya perusahaan tekstil dan perusahaan dengan sistem padat karya lainnya akan melakukan pengurangan tenaga kerja alias PHK. Gelombang PHK ini akan menimpa jutaan pekerja di Indonesia, baik yang bekerja di sektor formal maupun informal.

Contoh saja perusahaan garmen dan tekstil di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat terancam gulung tikar. Pasalnya, hampir 80 persen ekspor mereka membanjiri pasar AS dan Eropa. Pengusaha khawatir krisis ekonomi itu berkepanjangan. Bila hal itu terjadi, ribuan karyawan terancam kehilangan pekerjaan. Pada akhir tahun ini atau mulai tahun depan, sedikitnya 350.000 pekerja kelas menengah (skill worker) akan kehilangan pekerjaan dan lebih dari 3,5 juta pekerja kelas bawah (unskilled worker) terancam kehilangan pekerjaan.Bagaimana kalau dalam akhir tahun ini atau awal tahun depan gelombang PHK benar-benar terjadi? Maka bencana pengangguran akan segera datang.

Gelombang Pengangguran Baru dan Masyarakat Pedesaan.

Ribuan buruh yang tersebar di berbagai macam perusahaan sebagian besar berasal dari pedesaan. Demi memperbaiki nasib hidup, bermodalkan ijazah dengan bebagai jenjang pendidikan mereka merantau ke kota untuk bekerja di sektor-sektor industri, perbankan maupun asuransi. Mungkin kondisi sekarang apabila disamakan dengan tahun-tahun ‘90an akan lain cerita.

Tetapi kenyataan sekarang, mulai tahun ‘97/98 ekonomi Indonesia terus mengalami fluktuatif ke arah negatif. Mungkin saja tahun 2008 hingga awal tahun 2009 akan menjadi puncak gejolak ekonomi, yakni mandegnya arus modal. Sektor-sektor riil yang menghasilkan produk akan mengalami gangguan produksi dan distribusi barang, sehingga arus modal pun akan terganggu.

Apalagi perusahaan-perusahan tersebut telah bergantung dengan pasar Eropa dan AS, maka sudah pasti pesanan mereka akan menurun drastis akibat menurunnya daya beli masyarakat Eropa dan AS. Akibatnya jumlah produksi barang akan diturunkan. Seiring dengan hal itu perusahaan akan tetap mengeluarkan ongkos-ongkos seperti keadaan semula, maka solusi bagi perusahaan adalah pengurangan jumlah pekerjanya.

Artinya gelombang pengangguran baru akan muncul. Apa yang akan dilakukan oleh para penganggur baru itu? Bertahankah, hingga keadaan berubah? Bekerja di sektor lain? Atau pulang ke kampung? Bagi mereka yang cukup memiliki simpanan tentu mereka akan membuka peluang baru. Tetapi bagi mereka yang berpenghasilan sekedar cukup tentu akan lain taktiknya. Mungkin mereka akan mencari pekerjaan baru, meskipun itu di sektor informal.

Dan ketika mereka sudah tidak mampu bertahan lagi, tentu mereka akan kembali ke kampung halaman. Inilah yang perlu dikhawatirkan. Tidak hanya sektor industri, perbankan dan asuransi saja yang mengalami gangguan tetapi sektor pertanian juga mengalami dampak yang sama. Bagaikan makan buah simalakama, bertahan di rantau maka berat akibatnya sedangkan kalau pulang maka akan membebani keluarga.

Belum lagi bagi mereka yang terbiasa di sektor industri, maka untuk memulai di sektor pertanian akan butuh penyesuaian-penyesuaian. Dari yang terbiasa melakukan kerja-kerja produksi di sebuah pabrik atau perusahaan maka tidak mudah untuk melakukan penyesuaian itu. Maka apa yang akan dikerjakan seterusnya? Mungkin sekali mereka akan berpindah haluan, yaitu bekerja menjadi buruh migran.


Lonjakan Arus Migrasi dan Kemungkinan Dampaknya

Banyak yang tahu bahwa 90% alasan masyarakat Indonesia bekerja di luar negeri karena alasan ekonomi. Maka tidak menutup kemungkinan dampak resesi global juga akan berujung pada peningkatan laju migrasi masyarakat Indonesia. Kenapa bisa demikian? Kembali lagi pada persoalan ekonomi Indonesia.Para pakar ekonomi belum bisa memprediksi sampai kapan resesi akan berakhir.

Akhirnya para pelaku ekonomi akan berhati-hati dengan hal ini. Tindakan spekulasi tentu akan diminimalisir. Hanya perhitungan cermatlah yang bisa dilakukan oleh para pelaku ekonomi agar tidak rugi. Tetapi bagi masyarakat awam yang menjalankan roda ekonomi secara konvensional, mereka hanya akan berpikir tentang apa yang akan dikerjakan sekarang. Meskipun mereka mampu berspekulasi, maka hidupnyalah yang akan menjadi jaminannya. Karena apa yang mereka kerjakan demi sebuah pertahanan hidup. Kita juga tahu, kalau sistem penempatan dan perlindungan buruh migran Indonesia (BMI) masih buruk.

Dualisme otoritas sistem penempatan (BNP2TKI & PJTKIS) telah menghantarkan pada lemahnya kontrol pemerintah terhadap keberadaan dan kondisi BMI saat ini. Kasus-kasus traficking, penganiayaan bahkan deportasi belum juga teratasi. Bahkan perhatian pemerintah sendiri sering luput terhadap aksi-aksi yang dilakukan PJTKIS nakal beserta para calonya. Maka apa yang akan terjadi selanjutnya dan siapa yang akan diuntungkan?  

PHK mungkin juga akan menjadi alasan. PHK bukan hanya kerja saja yang terputus, tetapi rantai ekonomi juga akan terputus. Maka demi bertahan hidup untuk menghadapi gejolak ekonomi, para korban PHK ini akan menggadaikan hidupnya untuk menjadi BMI. Maka yang akan diuntungkan adalah para calo dan PJTKI.


Sehingga akibatnya kedepan, akan sangat mungkin terjadi penambahan kasus buruk yang akan menimpa para BMI oleh karena sistem penempatan dan perlindungan BMI yang masih buruk. Prinsipnya, semakin tinggi gelombang migrasi yang disertai oleh sistem penempatan dan perlindungan BMI yang buruk maka akan semakin besar pula kemungkinan buruk akan terjadi. (Internet).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.