Migrasi dan Resesi Global
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Seorang
petani mungkin akan menggerutu, “Lek Maaan…Lek Man”, setelah mendengar secuil
kabar tentang bangkrutnya perusahaan Lehman Brothers dari salah seorang pegawai
kabupaten di kampungnya. Mengenai perusahaan investasi mungkin terasa asing
bagi masyarakat di pelosok-pelosok desa. Apalagi tentang resesi global, mungkin mereka juga baru mendengarnya.
Tetapi
tak bisa dipungkiri, secara nyata dampak resesi global itu telah sampai ke
pelosok-pelosok desa dan petani menjadi salah satu korbannya. Bagi petani dan
masyarakat pedesaan yang sebenarnya tidak tahu menahu mengenai persoalan
ekonomi dunia, tetapi mereka harus menanggung bebannya. Sadar atau tidak krisis
ekonomi dunia ini telah memberatkan usaha pertanian mereka.
Belum
lagi kalau melihat anak-anak mereka berbondong-bondong pulang dari kota karena
terkena PHK. Sudah pasti mereka akan bertambah bingung. Lalu mereka akan
bertanya, apa yang terjadi sebenarnya? Mungkin
sang anak yang menjadi buruh rendahan hanya akan menjawab singkat, “pabrik
sebentar lagi akan bangkrut”. Inilah fenomena yang terjadi akibat krisis yang
berawal dari negara adidaya Amerika Serikat (AS).
Sebuah negara yang mampu mengguncang dunia. Meskipun sekarang AS mendapatkan persaingan ketat dari
negara-negara maju, khususnya Eropa dan China tetapi AS masih menjadi
penyumbang 30% produk domestik bruto (GDP) seluruh negara di dunia. Selain
sebagai pusat keuangan dunia AS masih merupakan perekonomian dunia terbesar.
Analoginya,
kalau AS bersin, maka negara-negara di dunia akan ikut demam. Oleh karena AS
juga sebagai negara pengutang terbesar, yakni 8,98 Triliun USD, maka ketika
Lehman Brothers, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF
mengalami Subprime Mortgage (Kerugian surat berharga property) negara-negara
lain khususnya negara-negara dunia ketiga terancam akan mengalami pukulan
berat.
Dalam
ekonomi makro, resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun
atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau
lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan
pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan
perusahaan.
Resesi
sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya,
meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal
sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi.
Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat
depresi
parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi
(economy
collapse).
Dampak Bagi Indonesia
Di Jerman serikat buruh menuntut kenaikan gaji sampai 8
persen untuk mengimbangi daya beli yang terus menurun.Juga di Perancis
menurunnya daya beli menjadi topik bahasan. (Harian Dernieres
Nouvelles d`Alsace, Perancis) Jerman dan Perancis saja yang notabenenya sebagai negara maju juga
mengalami goncangan, kemudian apa yang akan terjadi dengan Indonesia?
Resesi
di AS akan mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia dari sisi ekspor maupun
impor, serta pasar saham dan pasar uang. Sektor yang paling terbebani adalah
neraca pembayaran ekspor Indonesia khususnya sektor manufaktur. Lihat saja sekarang,
banyak perusahan khususnya perusahaan tekstil dan perusahaan dengan sistem
padat karya lainnya akan melakukan pengurangan tenaga kerja alias PHK. Gelombang PHK ini akan menimpa jutaan pekerja
di Indonesia, baik yang bekerja di sektor formal maupun informal.
Contoh saja perusahaan garmen dan tekstil di Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat terancam gulung tikar. Pasalnya,
hampir 80 persen ekspor mereka membanjiri pasar AS dan Eropa. Pengusaha
khawatir krisis ekonomi itu berkepanjangan. Bila hal itu terjadi, ribuan
karyawan terancam kehilangan pekerjaan. Pada akhir tahun ini atau mulai tahun
depan, sedikitnya 350.000 pekerja kelas menengah (skill worker) akan kehilangan pekerjaan dan lebih dari 3,5 juta
pekerja kelas bawah (unskilled worker)
terancam kehilangan pekerjaan.Bagaimana kalau dalam akhir tahun ini atau awal
tahun depan gelombang PHK benar-benar terjadi? Maka bencana pengangguran akan
segera datang.
Gelombang Pengangguran Baru dan Masyarakat Pedesaan.
Ribuan
buruh yang tersebar di berbagai macam perusahaan sebagian besar berasal dari
pedesaan. Demi memperbaiki nasib hidup, bermodalkan ijazah dengan bebagai
jenjang pendidikan mereka merantau ke kota untuk bekerja di sektor-sektor
industri, perbankan maupun asuransi. Mungkin kondisi sekarang apabila disamakan
dengan tahun-tahun ‘90an akan lain cerita.
Tetapi
kenyataan sekarang, mulai tahun ‘97/98 ekonomi Indonesia terus mengalami
fluktuatif ke arah negatif. Mungkin
saja tahun 2008 hingga awal tahun 2009 akan menjadi puncak gejolak ekonomi,
yakni mandegnya arus modal. Sektor-sektor riil yang menghasilkan produk akan
mengalami gangguan produksi dan distribusi barang, sehingga arus modal pun akan
terganggu.
Apalagi perusahaan-perusahan tersebut telah bergantung
dengan pasar Eropa dan AS, maka sudah pasti pesanan mereka akan menurun drastis
akibat menurunnya daya beli masyarakat Eropa dan AS. Akibatnya jumlah produksi
barang akan diturunkan. Seiring dengan hal itu perusahaan akan tetap
mengeluarkan ongkos-ongkos seperti keadaan semula, maka solusi bagi perusahaan
adalah pengurangan jumlah pekerjanya.
Artinya gelombang pengangguran baru akan muncul. Apa yang
akan dilakukan oleh para penganggur baru itu? Bertahankah, hingga keadaan
berubah? Bekerja di sektor lain? Atau pulang ke kampung? Bagi mereka yang cukup
memiliki simpanan tentu mereka akan membuka peluang baru. Tetapi bagi mereka yang berpenghasilan sekedar cukup tentu akan
lain taktiknya. Mungkin mereka akan mencari pekerjaan baru, meskipun itu di sektor
informal.
Dan ketika mereka sudah tidak mampu bertahan lagi, tentu
mereka akan kembali ke kampung halaman. Inilah yang perlu dikhawatirkan. Tidak
hanya sektor industri, perbankan dan asuransi saja yang mengalami gangguan
tetapi sektor pertanian juga mengalami dampak yang sama. Bagaikan makan buah simalakama,
bertahan di rantau maka berat akibatnya sedangkan kalau pulang maka akan
membebani keluarga.
Belum lagi bagi mereka yang terbiasa di sektor industri,
maka untuk memulai di sektor pertanian akan butuh penyesuaian-penyesuaian. Dari
yang terbiasa melakukan kerja-kerja produksi di sebuah pabrik atau perusahaan
maka tidak mudah untuk melakukan penyesuaian itu. Maka apa yang akan dikerjakan
seterusnya? Mungkin sekali mereka akan berpindah haluan, yaitu bekerja menjadi
buruh migran.
Lonjakan Arus Migrasi dan Kemungkinan
Dampaknya
Banyak yang tahu bahwa 90% alasan masyarakat Indonesia
bekerja di luar negeri karena alasan ekonomi. Maka tidak menutup kemungkinan
dampak resesi global juga akan berujung pada peningkatan laju migrasi
masyarakat Indonesia. Kenapa bisa demikian? Kembali lagi pada persoalan ekonomi
Indonesia.Para pakar ekonomi belum bisa memprediksi sampai kapan resesi akan
berakhir.
Akhirnya para pelaku ekonomi akan berhati-hati dengan hal
ini. Tindakan spekulasi tentu akan diminimalisir. Hanya perhitungan cermatlah
yang bisa dilakukan oleh para pelaku ekonomi agar tidak rugi. Tetapi bagi
masyarakat awam yang menjalankan roda ekonomi secara konvensional, mereka hanya
akan berpikir tentang apa yang akan dikerjakan sekarang. Meskipun mereka mampu
berspekulasi, maka hidupnyalah yang akan menjadi jaminannya. Karena apa yang
mereka kerjakan demi sebuah pertahanan hidup. Kita juga tahu, kalau sistem
penempatan dan perlindungan buruh migran Indonesia (BMI) masih buruk.
Dualisme otoritas sistem penempatan (BNP2TKI & PJTKIS)
telah menghantarkan pada lemahnya kontrol pemerintah terhadap keberadaan dan
kondisi BMI saat ini. Kasus-kasus traficking, penganiayaan bahkan deportasi
belum juga teratasi. Bahkan
perhatian pemerintah sendiri sering luput terhadap aksi-aksi yang dilakukan
PJTKIS nakal beserta para calonya. Maka apa yang akan terjadi selanjutnya dan
siapa yang akan diuntungkan?
PHK
mungkin juga akan menjadi alasan. PHK bukan hanya kerja saja yang terputus,
tetapi rantai ekonomi juga akan terputus. Maka demi bertahan hidup untuk
menghadapi gejolak ekonomi, para korban PHK ini akan menggadaikan hidupnya
untuk menjadi BMI. Maka yang akan diuntungkan adalah para calo dan PJTKI.
Sehingga
akibatnya kedepan, akan sangat mungkin terjadi penambahan kasus buruk yang akan
menimpa para BMI oleh karena sistem penempatan dan perlindungan BMI yang masih
buruk. Prinsipnya, semakin tinggi gelombang migrasi yang disertai oleh sistem
penempatan dan perlindungan BMI yang buruk maka akan semakin besar pula
kemungkinan buruk akan terjadi. (Internet).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.