alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 04 Januari 2015

PENGERTIAN-PENGERTIAN & SISTEM KEPERCAYAAN

Pengertian-pengertian & Sistem Kepercayaan 
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Budaya atau Kebudayaan, berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang  merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan” budi” dan “akal manusia”. Dalam bahsa Inggris, kebudayaan disebut culture”, yang berasal dari kata Latin Colere”, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga mengolah  tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur dalam bahasa Indonesia.
Adakalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai   dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang juga mengendalikan  manusia sebagai salah satu bagian jagat raya . Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam  semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan.
Agama (bahasa Inggris : Religion,  yang berasal dari bahasa Latin, “religare”, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. (Dictionary of Philasophy and Religion) (Kamus Filosofi dan Agama)  mendefinisikan Agama sebagai berikut :
“Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan bisa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah  paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10  Firman” dalam agama Kristen atau “5 Rukun Islam” dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.
Agama juga mempengaruhi kesenian.

Agama Samawi, atau agama Abrahamik meliputi Islma, Kristen (Protestan dan Katolik) dan Yahudi.

Agama Yahudi
Yahudi adalah salah satu agama yang ---jika tidak disebut sebagai yang pertama--- tercatat sebagai agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi adalah bagian utama dari agama Ibrahim lainnya, serperti Kristen dan Islam

Agama Kristen
Kristen adalah salah satu agama penting yang berhasil mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St Thomas Aquinas dan Erasmus.

Agama Islam
Agama Islam merupakan agama menotheisme atau monotheistik pertama dan tertua. Agama lain merupakan modifikasi manusia dari agama Islam, kita bisa lihat dari perkembangan agama dari nabi-nabi  terdahulu. Agama Islam telah berhasil merubah cara pandang orang-orang Eropa terhadap kebudayaan, seperti ilmu-ilmu fisika, matematika, biologi, kimia dan lain-lain oleh filsuf barat dan diakui oleh orang-orang Eropa bahwa hal  itu merupakan hasil karya orang Eropa asli. Terutama oleh kalangan pada filsuf. Sementara itu, nilai dan norma agama Islam banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan juga sebagian wilayah Asia Tenggara.

Filosofi dan Agama dari Timur
Filosofi dan agama seringkali saling terkait satu sama lain  pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China dan menyebar disepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi. Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahayana yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam.

Theravada Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Langka, bagian barat laut, China, Kamboja, Laos, Myanmar dan Thailand. Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.

Kunghucu, dan Taoime, dua filosofi yang berasal dari China mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia. Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dan aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan  antiperang. Pada periode yang sama filsuf Komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.

Agama Tradisional
Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai “agama nenek moyang”, dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh  mereka cukup besar, mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketenteraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

American Dream
Atau “mimpi orang America” dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercaya banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah “kota  di atas bukit”( atau “a city upon a hill”), “ cahaya untuk negara-negara” (“a light unto the nations”) yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.

Agama Hindu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Hindu" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Hindu, lihat Hindu (disambiguasi).
Artikel ini bukan mengenai Hindi.
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi" [1]), danVaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini.[2][3]Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.[4]
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).

Etimologi

Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). [5]Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kataHapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.[rujukan?]

Keyakinan dalam Hindu

Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1.   Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2.   Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.   Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.   Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5.   Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia

Omkara. Aksara suci bagi umat Hindu yang melambangkan "Brahman" atau "Tuhan Sang Pencipta".
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Brahman
Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan[6]

Atma Tattwa
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Atman
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman. Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa[7].

Karmaphala

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi)[8].

Punarbhawa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Samsara
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).

Moksa

Varanasi di Sungai Gangga, sungai suci Hindu. Varanasi menarik ribuan umat Hindu setiap tahun.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena itu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu.

Konsep ketuhanan


Salah satu bentuk penerapan monoteisme Hindu di Indonesia adalah konsep Padmasana, sebuah tempat sembahyang Hindu untuk memuja Brahman atau "Tuhan Sang Penguasa".

Kuil Hindu di caldeira Bromo, pegununganTengger, Jawa Timur
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia.[9] Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme,monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.

Monoteisme

Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti
misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam
Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.

Panteisme

Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun[10],
ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.

Ateisme

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ateisme dalam Hindu
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak memiliki penyebab[11]. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di Indonesia.

Konsep lainnya

Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber informasi. Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh[12]. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan dengan ajaran dalam Weda.
Meskipun banyak pandangan dan konsep Ketuhanan yang diamati dalam Hindu, dan dengan cara pelaksanaan yang berbeda-beda sebagaimana yang diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat jalan untuk mencapai Tuhan, maka semuanya diperbolehkan. Mereka berpegang teguh kepada sloka yang mengatakan:
Jalan mana pun yang ditempuh manusia kepada-Ku, semuanya Aku terima dan Aku beri anugerah setimpal sesuai dengan penyerahan diri mereka. Semua orang mencariku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)[13]

Pustaka suci

Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap, yang diikuti dengan Upanishad sebagai susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang menjadi landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra,Agama dan Purana serta
kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata.Bhagawadgita adalah ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara luas, yang sering disebut sebagai ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti dan kelompok kitab Smerti.
§  Sruti berarti "yang didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti misalnya Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab Upanishad berjumlah sekitar 108 buah.
§  Smerti berarti "yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi,politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.

Krishna Dwaipayana Wyasa, seorang Maharesi yang mengklasifikasi kitab Weda.

Weda

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Weda
Weda merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan kitab suci tertua di dunia karena umurnya setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata vid yang berarti "tahu". Kata Weda berarti "pengetahuan". Para Maha Rsi yang menerima wahyu Weda jumlahnya sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh saja yang disebut Saptaresi. Ketujuh Maha Rsi tersebut yakni:
1.   Resi Gritsamada
2.   Resi Wasista
3.   Resi Atri
4.   Resi Wiswamitra
5.   Resi Wamadewa
6.   Resi Bharadwaja
7.   Resi Kanwa
Ayat-ayat yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi tersebut tidak terjadi pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak hidup pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan resi lainnya, sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak pada suatu zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku. Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan Byasa atau Krishna Dwaipayana Wyasa dengan dibantu oleh empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha, Bagawan Jaimini, Bagawan Wesampayana, dan BagawanSumantu.
Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi empat, yaitu:
1.   Regweda Samhita
2.   Ayurweda Samhita
3.   Samaweda Samhita
4.   Atharwaweda Samhita
Keempat kitab tersebut disebut "Caturweda Samhita". Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang merupakan intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda yang kelima".

Bhagawadgita

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bhagawadgita
Bhagawadgita merupakan suatu bagian dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan antara 
Sri Kresna dengan Arjuna menjelang Bharatayuddha terjadi. Diceritakan bahwa Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan Dinasti Kuru jika Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga merasa lemah dan tidak tega untuk membunuh saudara dan kerabatnya sendiri di medan perang. Dilanda oleh pergolakan batin antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya 
kepada Kresna yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama.
Kresna yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria agar dapat membedakan antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.
Bhagawadgita terdiri dari delapan belas bab dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.

Purana

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Purana
Purana adalah bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai sekitar tahun 500 SM. Terdapat delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana. Adapun kedelapan belas kitab tersebut yakni:
1.   Matsyapurana
2.   Wisnupurana
4.   Warahapurana
5.   Wamanapurana
7.   Bayupurana
8.   Agnipurana
9.   Naradapurana
1.   Garudapurana
2.   Linggapurana
3.   Padmapurana
4.   Skandapurana
6.   Brahmapurana
9.   Kurmapurana

Itihasa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Itihasa
Itihasa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria Hindu di masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat agama, mitologi, dan cerita tentang makhluk supranatural, yang merupakan manifestasi kekuatan Brahman. Kitab Itihasa disusun oleh
para Resi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya Resi Walmiki dan Resi Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.

Kitab lainnya

Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal berbagai kitab lainnya seperti
misalnya:Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa, Chanda, dan lain-
lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat tentang cara pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur tentang pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca. Kitab Nitisastra memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kitab Jyotisha merupakan kitab yang memuat ajaran sistem astronomi tradisional Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim.

Karakteristik

Dalam agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri Brahman dan mengungkapkannya melalui mitos yang jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui praktik-praktik askese atau meditasi yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma (Ahimsa) yang kekal abadi.
Menurut kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh Tuhan sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan Tuhan ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu tahun yang lalu[14]. Ajaran Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu yang utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki kemampuan untuk menerima ajaran suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia telah mencapai kesadaran atau pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu wahyu Tuhan bukan hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang saja. Bahwa wahyu Tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya adalah sama, yaitu tentang kebenaran, kasih sayang, kedamaian, tentang kebahagiaan yang kekal abadi, tentang hakekat akan diri manusia yang sebenarnya dan tentang dari mana manusia lahir dan mau ke mana manusia akan pergi, atau apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.

Enam filsafat Hindu
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Filsafat Hindu
Terdapat dua kelompok filsafat India, yaitu Astika dan Nastika. Nastika merupakan kelompok aliran yang tidak mengakui kitab Weda, sedangkan kelompok Astika sebaliknya. Dalam Astika, terdapat enam macam aliran filsafat. Keenam aliran filsafat tersebut 
yaitu:Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat keenam aliran tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu. Kelompok Nastika umumnya kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk ajaran Weda dan kitab Weda belum tergenapi. Hindu baru muncul selah adanya kelompok Astika. Kedua kelompok tersebut antara Astika dan Nastika merupakan kelompok yang sangat berbeda (Nastika bukanlah Hindu).[rujukan?]











Filsafat India


























































































































































































































































































































Kelompok Astika yang ajarannya bersumber langsung kepada Weda









Kelompok Astika yang ajarannya tidak bersumber langsung kepada Weda



















































































































































































































































































































Keterangan:
§  Kotak Hijau : Sad Darsana



Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) — institusi pendidikan filsafat ortodok yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu — 
yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika, Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā (juga disebut dengan Pūrva Mīmāṃsā), dan Vedānta(juga disebut dengan Uttara Mīmāṃsā) ke-enam sampradaya ini dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas, terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina danCarvaka.
Meski demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep Hindu

Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan sehari-hari. Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajña, sistem Catur Warna (kasta), pemujaan terhadap Dewa-
Dewi, Trihitakarana, dan lain-lain.

Dewa-Dewi Hindu

Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “beRe”sinar. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah:Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak ada duanya”) menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya.

Sistem Catur Warna (Golongan Masyarakat)
Dalam agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
§     Brāhmana : golongan para pendeta, orang suci, pemuka agama dan rohaniwan
§     Ksatria : golongan para raja, adipati, patih, menteri, dan pejabat negara
§     Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
§     Sudra : golongan para pembantu ketiga golongan di atas
Menurut ajaran catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan saling memenuhi kewajibannya.

 Pelaksanaan ritual (Yajña)

Atikel utama: Yajña
Dalam ajaran Hindu, Yajña merupakan pengorbanan suci secara tulus ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bisa untuk memohon keselamatan dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban seorang umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah satunya yang terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditujukan kepada leluhur (Pitra Yadnya).

 Sekte (aliran) dalam Hindu

Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang Widhi) jalurnya beragam, dan kemudian dikenallah para dewa. Dewa yang tertinggi dijadikan sarana untuk mencapai Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat ini adalah dari golongan Sekte Waisnawa yaitu menonjolkan kasih sayang dan bersifat memelihara; yang kedua terbesar ialah Sekte Siwa sebagai pelebur dan pengembali yang menjadi tiga sekte besar, yaitu Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga ), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa Siddhanta yang merupakan aliran mayoritas yang dijalani oleh masyarakat Hindu Bali, sekte Bhairawa dan Sekte - Sekte yang lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra, Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang paling baik/bagus.

 Toleransi umat Hindu

Agama ini memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran, yang mana di dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:
Sansekerta: एकम् सत् विप्रा: बहुधा वदन्ति
Alihaksara: Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti
Cara baca dalam bahasa Indonesia: Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti
Bahasa Indonesia: "Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan banyak nama."
 Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46)
Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci mereka sebagai berikut:
samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah
ye bhajanti tu māṁ bhaktyā mayi te teṣu cāpy aham
(Bhagawadgita, IX:29)
Arti:
Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.
Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi.
Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya pu

Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah
(Bhagawadgita, 4:11)
Arti:
Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,
Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SISTEM ILMU DAN PENGETAHUAN

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda,  sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman.,  intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial  and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokan menjadi :
---pengetahuan tentang alam
---pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
---pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
---pengetahuan tentang, ruang dan waktu.

Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam satu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu  ingin mengadakan perubahan. Hirchman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial.
---tekanan kerja dalam masyarakat
---keefektifan komunikasi
---perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul karena akbat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya  dalam kebudayaan.

Penetrasi Kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara.
---A. Penetrasi damai (panetration pasifique)—Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat
---Pengaruh berikutnya, kebudayaan  ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Alkuturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Alkuturasi adalah bersatunya dua kebudayaan  sehingga membentuk  kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sintesis,  adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli

B. Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat (Sumber-sumber :Wikipedia bahasa Indonesia (Internet).

Paranormal : ialah sejumlah orang yang mempunyai ilmu Metafisika, sehingga mampu mengerjakan, melihat ataupun berhubungan dengan hal-hal alam gaib/kasat mata, yang tidak dapat diraih oleh orang biasa. Sebagian dari mereka memanfaatkan ilmunya untuk dijadikan pekerjaan tetap mereka  untuk mencari nafkah dengan cara membantu masyarakat sekitar. Paranormal mendapatkan ilmunya dengan berbagai  macam cara, belajar sendiri, belajar kepada orang lain, memperdalam ilmu agama, dan lain sebagainya. Ada sebagian paranormal yang merangkap dirinya sebagai dukun, tetapi ada juga  sebagian  lainnya tidak, bahkan mereka sangat tersinggung bilamana dirinya dianggap dukun.
Begitu sebaliknya, banyak masyarakat yang selalu menafsirkan bahwa paranormal adalah dukun.

Dukun : adalah seorang yang membantu masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tanaga supernatural, namun sebagian dari mereka meyalahgunakan ilmu supranatural tersebut, untuk menciptakan “penyakit baru, kepada masyarakat. Kebudayaan “Dukun” dapat ditemukan  di seluruh dunia, mereka dapat terbagi berbagai macam aliran dan ilmu,
---Dukun Pawang Hujan,
---Dukun Pawang Hewan,
---Dukun Santet,
---Dukun Pelet,
---Dukun Pijat,
---Dukun Bayi (Bidan Desa),
---Dukun Ramal, dan lain sebagainya.
Dukun adalah sebutan untuk mereka dalam bahasa Indonesia.

Di luar negeri mereka  disebut dengan macam-macam nama :
---Clairvoyant (Inggris),
---Macumba, Xango (Brazil),
---Obeah, Santeria (Jamaica),
---Voodoo (Afrika Barat, yang berkembang pula hingga Haiti dikepulauan Karibia,
---Kejawen (Jawa).
Di Nusantara, misalnya, profesi Dukun sudah begitu berakar karena perjalanan sejarah yang begitu panjang. Pada masyarakat Melayu, sebagai contoh Muhar Omtatok, seorang Praktisi Supranatural, menulis                                                                                                                                                       
sebagai berikut : Melayu Sumatera Timur adalah orang yang dipersatukan oleh faktor adat resam, islam dan bahasa melayu di bawah Tamlang (masuk dalam Provinsi NAD, berbatas dengan Sumatera Utara), beberapa tempat di  Sumatera Utara seperti Lanmgkat, Deli, Serdang, Batubara, Asahan, Kualuh, Panai, Bilah, Bedagai, Tebing Tinggi dan bahagian Riau seperti Siak Sri  Indrapura.                                                                                                                                                                                                                
Tok Pawang
Orang Melayu Sumatera Timur terkenal sangat spiritual hidupnya, sehingga fungsi Tok Pawang sangat punya makna. Tok Pawang bagi Orang Melayu Sumatera Timur adalah seorang yang mempunyai talenta supranatural yang difungsikan dalam setiap mobilitas kehidupan orang Melayu. Memindahkan hujan, Memindahkan makluk halus, Meminak ikan dsb.
Dalam masyarakat Melayu Sumatera Timur, Pawang, Tukang Cerita, Tuan Guru, mempunyai arti yang bisa disamakan dengan Tok Bomo (Dukun). Dalam Ritual Jamu Laut, Tulak Bala dan Tari Lukah misalnya, pemimpin ritual disebut Tok Pawang, dalam Ritual Mandi Berminyak disebut Tuan Guru atau Orang Pintar.

Kata Dukun sendiri, bagi Orang Melayu Sumatera Timur sering di tabalkan  untuk Dukun Pata (tabib spesialis tulang), Dukun Urut/Tukang Kusuk (pemijit) atau Dukun Beranak (Bidan tradisional).
Di perkampungan yang sudah ada bidan, terkadang dukun beranak tetap difungsikan karena diyakini bahwa dukun beranak mempunyai kemahiran ganda yaitu membantu persalinan dan juga menguasai ilmu gaib. Diyakini bahwa perempuan yang akan  dan sedang menjalani persalianan sering diganggu makluk gaib. Dukun Beranak membuat Buhul atau memotong & menyimpul tali pusat (bayi lelaki) dengan 7 dan bayi perempuan dengan bilangan 6 sebagai  syarat tuah.


Pawang Jamu Laut
Nelayan Melayu Sumatera Timur sangat percaya akan kekuatan gaib yang ada di laut bisa mempengaruhi tangkapannya. Orang yang mampu bernegosiasi dengan jembalang laut dan mambang laut (makluk  gaib di laut) adalah Tok Pawang Jamu Laut. Seorang menjadi Tok Pawang Jamu Laut merupakan profesi turun temurun yang kabarnya tidak bisa terelakkan, jika tidak ingin kena fuaka. Tok Pawang biasanya sudah berusia lanjut, mengetahui silsilah kampung makluk dan  profesi jamu laut serta wajib memahami siroh nabi dan aksara arab gundul. Tok Pawang sangat  disegani dilingkungan masyarakat Sumatera Timur karena selain mampu mendongkrak hasil tangkapan ikan, ia juga diyakini dan terbukti bisa memerintahkan makluk gaib yang ada dilaut untuk menyembunyikan ikan-ikan yang ada dilaut.

Pawang Mandi Minyak
Dalam ritual mandi minyak, Tok Pawang disebut Tuan Guru atau Orang Pintar yang merupakan profesi warisan juga. Ritual ini berhubungan dengan  kesaktian, kekebalan atau beladiri hingga Tuan Guru adalah sosok yang piawang dalam ilmu bela diri atau kesaktian.

Pawang  Tari Lukah
Sewaktu pertunjukan ritual tari lukah, Tok Pawang menyajikan mantera  sehingga seorang pawang tari lukah mesti berbakat berlagu. Sewaktu ia mendendangkan mantera, ia dapat membuat hadirin trance, kesurupan, seiring musik yang mengiringi Pawang selalu menetapkan waktu yang sesuai untuk melakukan pertunjukan.  Ia menguasai pemahaman makna 30 nama hari berdasarkan perjalanan bulan. Sehingga tari lukah ditetapkan pada hari baik sesuai almanak yang dipahami Tok Pawang.

Pawang Tulak Bala
Biasanya Tok Pawang tulak bala dalam sebuah ruwatan kampung tidak satu orang. Mereka bersama-sama mempersiapkan ritual dan borasi dengan perbedaan kebiasaan dan kepahaman. Mereka biasanya memahami ilmu-ilmu persulukan.

Dukun Bayi
Adalah profesise seorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses persalinan mulai dari memandikan, menggendong, belajar berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya selain dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantera khusus yang dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan  sampai dengan bayi berumur 2 tahun.
Tetapi pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 – 10 hari pasca melahirkan.

Aspek-aspek Kultur Masyarakat Desa  

Sebelum menyajikan berbagai kepercayaan kepada dunia gaib maka perlu dikemukakan terlebih dahulu contoh kultur masyarakat desa sebagai berikut :
Ciri-ciri Kebudayaan tradisional  masyarakat desa.
Pembahasan dalam bagian ini akan menjangkau sejauh mungkin gambaran-gambaran spesifik masyarakat desa.
Menurut Paul H.Landis (1948) sejauh mana besar kecilnya pengaruh terhadap pola kebudayaan masyarakat desa akan ditentukan oleh :
1.    Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian,
2.    Tingkat teknologi mereka,
3.    Sistem produksi yang diterapkan.
Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama menjadi faktor determinan bagi terciptanya kebudayaan tradiskional, yakni kebudayaan tradisional akan tercipta apabila, masyarakat amat tergantung kepada : pertanian, tingkat teknologinya rendah,  produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Mengacu kepada pendapat Paul H Landis, yang dikutip Jabrohim, ED, 2003 : 181-184), dalam garis besarnya ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa adalah sebagai berikut :
1.    Adopsi terhadap alam, Sebagai konsekuensi dari ketidak berdayaan mereka terhadap alam, maka masyarakat desa demikian ini mengembangkan adopsi yang kuat terhadap lingkungannya. Pertanian sangat tergantung kepada :
·         (a). keadaan atau jenis tanah, tingkat kelembaban,
·         (b). ketinggian tanah,
·         (c). topografi,
·         (d). banyaknya curah hujan dan
·         (e). lainnya, dimana lingkungan alam dengan elemen-elemen seperti itu cukup bervariasi antara daerah yang satu dengan yang lainnya.
Maka masyarakat desa mengembangkan tingkat dan bentuk adaptasi terhadap pelbagai kekhususan lingkungan alam itu, sehingga dalam kaitan ini dapat dipahami bahwa pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti karakteristik khas lingkungannya.
2.    Pola adaptasi yang terhadap lingkungan alam pasif berkaitan dengan rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya. Petani bekerja dengan  alam, elemen-elemen alam sebagaimana disebutkan di atas (jenis tanah, tingkat kelembaban, ketinggian tanah dan sebagainya). Sekalipun bervariasi tetapi mengandung keajegan dan keteraturan tertentu. Dengan tingkat kepastian yang cukup tinggi terhadap keajegan dan keteraturan alam tersebut, maka mereka tidak terlalu memerlukan hal-hal yang baru. Semuanya serasa telah diatur dan ditentukan oleh alam.
3.    Faktor alam juga dapat mempengaruhi kepribadian masyarakatnya. Seperti dikemukakan oleh O.E.Baker (dalam PH Landis, 1948), Sebagai akibat dari kedekatannya dengan alam, orang desa umumnya mengembangkan filsafat hidup agamis. Artinya mereka cenderung memandang segala sesuatu sebagai suatu kesatuan. Refleksi semacam ini dalam hubungan antar manusia adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan kolektifitas. Pengaruh alam juga terlihat pada pola kebiasaan hidup yang lamban. Kebiasaan hidup lamban ini disebabkan karena, mereka sangat dipengaruhi oleh irama alam yang ajeg dan lamban. Tanaman yang tumbuh secara alami, semenjak tumbuh hingga berbuah selalu melewati proses-proses serta tahapan tertentu yang ajeg dan lamban. Dengan rekayasa tertentu orang dapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman seperti memutar mesin. Maka masyarakat desa sering dicap statis, bukan hanya karena mereka tidak inovatif, tetapi juga karena lamban.
4.    Dominasi alam yang kuat terhadap masyarakat desa juga mengakibatkan tebalnya kepercayaan mereka terhadap takhyul. Takhyul dalam hal ini merupakan proyeksi dari ketakutan atau ketundukan mereka disebabkan karena tidak dapat memahami dan menguasai alam secara benar; C.C.Taylor dalam hubungan ini telah mengidentifikasi adanya 467 jenis takhyul dikalangan petani Amerika Serikat, tatkala mereka belum menjadi petani modern. Lebih dari seperempat jenis takhyul itu berkaitan dengan iklim, udara, tanaman dan bintang-bintang. Takhyul yang berkaitan dengan pengaruh bulan terhadap pertanian juga mereka kenal. (Rahardjo, 1999 : 65).
5.    Sikap yang pasif dan adaptatif masyarakat desa terhadap alam juga nampak dalam aspek kebudayaan material mereka yang relatif bersahaja. Kebersahajaan itu nampak misalnya pada arsitektur rumah dan alat-alat pertanian, yang serba sederhana pula.
6.    Ketundukan masyarakat desa terhadap alam juga menyebabkan rendahnya kesadaran mereka akan waktu.
·         Hal ini dapat dimengerti, karena alam memiliki irama sendiri.
·         Alam tidak menempatkan orang ke dalam kotak-kotak waktu, melainkan orang sendirilah yang menciptakan kotak-kotak waktu tersebut.
·         Tanaman memiliki proses alami dengan paket waktu tersendiri terlepas dari peraturan dan campur tangan manusia.
·         Orang tinggal menanti proses yang alami itu.
·         Akibatnya mereka tidak memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya waktu.
7.    Besarnya pengaruh alam juga mengakibatkan orang desa cenderung bersifat praktis. Artinya mereka tidak begitu mengindahkan segi keindahan dan ornamen-ornamen. Berkaitan dengan sifat praktis ini, masyarakat desa juga cenderung kurang  mengindahkan etika dalam kelompok dan lingkungan primer, saling akrab, sangat mengenal satu sama lainnya. Dalam situasi semacam ini kurang memungkinkan mereka untuk menyembunyikan sesuatu dari teman atau tetangga mereka. Maka mereka tidak perlu berbicara panjang lebar dan berbasa-basi satu sama lain. Hal ini mendorong tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat jujur, terus terang dan suka bersahabat.
8.    Pengaruh alam juga mengakibatkan terciptanya standar moral yang kaku dikalangan masyarakat desa; moralitas dalam pandangan masyarakat desa adalah sesuatu yang absolut, tidak ada kompromi antara yang baik dan yang buruk. Cenderung pada pemahaman yang bersifat hitam-putih. Dengan kata lain, tidak ada pengertian yang bersifat relatif mengenai baik dan buruk.
Sebagaimana dikemukakan diatas, besar kecilnya pengaruh alam ini tergantung kepada sejauh mana ketergantungan mereka terhadap alam,  tingkat teknologi mereka, dan, sistem produksi yang diterapkan.  Pola kebudayaan semacam ini akan menjadi semakin pudar, seiring dengan kemajuan terhadap meningkatnya kemampuan untuk mengendalikan alam, serta tujuan produksi yang semakin beroriantasi pada pencarian keuntungan. (Jobrohim, ED, Menggapai Desa Sejahtera Menuju Masyarakat Utama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003 :177-184).
Karena pengaruh alam dan ketundukannya kepada alam maka juga timbul berbagai kepercayaan pada alam gaib, dan arwah nenek moyangnya, yang ditakuti ataupun untuk meminta pertolongan daripadanya. 
Berikut ini disajikan berbagai kepercayaan manusia terhadap dunia gaib sebagai bagian dari kebudayaan, dan Boleh Percaya, Boleh Tidak” namun dianut dalam masyarakat luas sebagai suatu kekayaan dalam  kebudayaan Indonesia..

  Kepercayaan Kepada Makluk Supernatural Di Prov Nusa Tenggara Timur

Dalam sistem kepercayaan penduduk NTT mengenal beberapa makluk supernatural. Kepercayaan asli di Nusa Tenggara Timur adalah arwah nenek moyang. Hal ini nampak dalam upacara-upacara tradisional, dalam doa, dalam mantera, dalam persembahan, sering arwah nenek moyang yang diminta berkah dan perlindungan. Dalam seluruh segi kehidupan, pengaruh arwah nenek moyang ini selalu diperhatikan. Upacara-upacara dalam kegiatan atau peristiwa pertanian, pembangunan rumah adat, struktur rumah adat, struktur perkampungan, upacara perkawinan, kelahiran, kematian, tari-tarian, motif tenunan, anyaman,  ukiran, dan sebagainya, unsur arwah nenek moyang ini selalu dperhitungkan. 
Selain kepercayaan kepada arwah nenek moyang, dikenal juga adanya makluk supernatural semacam Dewa, yang dianggap penguasa langit, bulan atau matahari.
Makluk supernatural  yang mendapat tempat tertinggi  beberapa di daerah
misalnya :
1.      Dawan/Timor ialah “uis neno” dan di Tetun disebut “nai Maromak.” Kedua makluk tersebut adalah penguasa langit atau dewa matahari.
2.      Di Sumba penguasa tertinggi mendapat julukan “Sebagai yang membentuk yang menganyam manusia”, (“ na mawulu tau, namaji tau”), yang tak diucapkan gelar dan namanya (“na pandanyura ngara, na panda peka tanau”), “na nia pakawurungu, na Ama pakawurungu “: Yang artinya ibu-bapak yang bila disebut namanya dengan cara dibisikin, “na Mabai, na makokulu” artinya yang agung dan Maha Besar.
3.      Di Rote, makluk Supernatural disebut “Lama Tualain”  artinya “Maha Besar Yang Berkuasa atas segala sesuatu yang berdiam jauh diatas   Langit sana.”
4.      Di Manggarai disebut “Mori KaraEng,
5.      di Sabu disebut “Deo Rai,”
6.      di NgadaGae Dewa”,
7.      di Lio dua “Nggae” dan
8.      Flores Timur, “Lere wulan Tana Ekan.” 
9.      Sedang makluk supernatural lainnya yang dikenal adalah : Penguasa air di Dawan disebut “uis o’E”,
10.  di Alor disebut “Nedah” dewa air tawar dan “Hair ah” untuk dewa laut. Juga dikenal dewa kesuburan.
11.  Di Rote dikenal nama “Lakamola” dan
12.  Flores dengan nama “Ine Pare”.
13.  Disamping itu dikenal juga dewa bumi yang didaerah Dawan disebut “Juis neto.”
Di samping gunung adalah tempat asal dan tempat tinggal nenek moyang, gunung juga dipandang sebagai tempat yang dapat memberikan ketentaraman dan keamanan. Oleh karena itu, perkampungan di Nusa Tenggara Timur kebanyakan ditemukan pada punggung-punggung bukit yang tinggi, yaitu tempat yang dekat dengan nenek moyang, yang memberi tempat yang aman dan perlindungan yang kokoh dan keramat. Disamping ketentraman dan kedamaian karena berdekatan dengan nenek moyang, ternyata  tempat pada gunung-gunung yang tinggi dapat terlindung  dari musuh yang menyerang, yang mempunyai kebiasaan mengacau.
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.