Pengertian-pengertian
& Sistem Kepercayaan
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Budaya atau Kebudayaan, berasal dari bahasa “sansekerta” yaitu “buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan” budi” dan “akal manusia”. Dalam bahsa Inggris, kebudayaan
disebut “culture”, yang berasal dari kata Latin “Colere”, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Adakalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
menguasai dan mengungkap
rahasia-rahasia alam sangat terbatas.
Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari
sistem jagat raya ini, yang juga
mengendalikan manusia sebagai salah satu
bagian jagat raya . Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup
bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa
alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan
lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan.
Agama (bahasa Inggris : Religion, yang berasal dari bahasa Latin, “religare”, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur
kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. (Dictionary of Philasophy and Religion)
(Kamus Filosofi dan Agama)
mendefinisikan Agama sebagai berikut :
“Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui
dan bisa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang
terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip,
seperti “10 Firman” dalam agama Kristen atau “5 Rukun Islam” dalam agama
Islam. Kadang-kadang agama
dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.
Agama juga mempengaruhi kesenian.
Agama
Samawi, atau agama
Abrahamik meliputi Islma, Kristen (Protestan dan Katolik) dan Yahudi.
Agama
Yahudi
Yahudi adalah salah satu agama yang
---jika tidak disebut sebagai yang pertama--- tercatat sebagai agama
monotheistik dan salah satu agama
tertua yang masih ada sampai sekarang. Nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi
adalah bagian utama dari agama Ibrahim lainnya, serperti Kristen dan Islam
Agama Kristen
Kristen adalah salah satu agama penting yang berhasil mengubah wajah
kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir.
Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen
semacam St Thomas Aquinas dan Erasmus.
Agama Islam
Agama Islam merupakan agama menotheisme atau monotheistik pertama dan
tertua. Agama lain merupakan modifikasi manusia dari agama Islam, kita bisa
lihat dari perkembangan agama dari nabi-nabi
terdahulu. Agama Islam telah berhasil merubah cara pandang orang-orang
Eropa terhadap kebudayaan, seperti ilmu-ilmu fisika, matematika, biologi, kimia
dan lain-lain oleh filsuf barat dan diakui oleh orang-orang Eropa bahwa
hal itu merupakan hasil karya orang Eropa
asli. Terutama oleh kalangan pada filsuf. Sementara itu, nilai dan norma agama
Islam banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan juga
sebagian wilayah Asia Tenggara.
Filosofi dan Agama dari Timur
Filosofi dan agama seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di
Asia kebanyakan berasal dari India dan China dan menyebar disepanjang benua
Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi. Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme,
cabang Mahayana yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet,
China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam.
Theravada Buddhisme menyebar di sekitar Asia
Tenggara, termasuk Sri Langka, bagian barat laut, China, Kamboja, Laos, Myanmar
dan Thailand. Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri
sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari
kenikmatan di dunia.
Kunghucu, dan Taoime, dua filosofi yang berasal dari
China mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di
seluruh Asia. Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat
se-Asia, dan aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan
pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan
memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama filsuf
Komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di
China.
Agama Tradisional
Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai “agama
nenek moyang”, dianut oleh
sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh mereka cukup besar, mungkin bisa dianggap
telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti
misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional
menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketenteraman hati di saat bermasalah,
tertimpa musibah, dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan
manusia itu sendiri.
American Dream
Atau “mimpi orang America” dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercaya
banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja
keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan
yang lebih baik. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika
Serikat adalah sebuah “kota di atas bukit”( atau “a city upon a hill”), “ cahaya untuk negara-negara” (“a light unto the nations”) yang memiliki
nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai
generasi berikutnya.
Agama Hindu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran
Abadi" [1]), danVaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran")
adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan
hingga kini.[2][3]Agama ini
merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.[4]
Penganut
agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini
pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa
keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di
Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja
dan Bugis - Sidrap).
Etimologi
Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). [5]Dalam Reg Weda, bangsa
Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat
daya anak benua India, yang salah satu sungai
tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kataHapta-Hendu yang termuat dalam Zend
Avesta (Vendidad:
Fargard 1.18) — sastra suci
dari kaum Zoroaster di Iran.
Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi
ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana. Pada zaman
munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya masih
mengenal sebagai ajaran Weda.[rujukan?]
Keyakinan dalam Hindu
Hindu
seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena
memuja banyak Dewa,
namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya.
Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada
satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya
kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam
Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut
dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat
Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
Omkara. Aksara suci bagi umat Hindu yang melambangkan "Brahman" atau "Tuhan Sang
Pencipta".
Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduisme. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan
Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan
berbagai nama. Dalam agama Hindu,
Tuhan disebut Brahman. Filsafat tersebut tidak mengakui bahwa dewa-dewi merupakan Tuhan tersendiri atau makhluk yang menyaingi derajat Tuhan[6]
Atma Tattwa
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa
yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan
dan disebut Atman. Jivatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh
badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya
yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut
mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat
diakhiri apabila Jivatma mencapai moksa[7].
Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu
keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti
membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya
dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik
suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik
yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada
saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan
manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang
menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah
reinkarnasi)[8].
Punarbhawa
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa,
reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada
kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil
perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya
pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang
bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang
belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri
apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).
Moksa
Varanasi di Sungai Gangga, sungai suci Hindu. Varanasi menarik ribuan
umat Hindu setiap tahun.
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Moksa
Dalam
keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di
mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya
karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material. Pada
saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi sehingga
jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena itu, Moksa
menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu.
Konsep ketuhanan
Salah
satu bentuk penerapan monoteisme Hindu di Indonesia adalah
konsep Padmasana, sebuah tempat sembahyang Hindu
untuk memuja Brahman atau
"Tuhan Sang Penguasa".
Kuil Hindu di caldeira Bromo, pegununganTengger, Jawa Timur
Agama Hindu
merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan
bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di
dunia.[9] Menurut
penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat
beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme,monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak
dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya
(ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui.
Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada
umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu
tidak secara menyeluruh.
Monoteisme
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai
filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep
ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan
merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam
keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan
sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan
pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan
mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu
yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada
Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan
enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya
sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara
dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman
hanya ada satu, tidak ada duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya
dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama
kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti
Agama
Hindu Dharma (khususnya di Bali),
konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu
bentuk monoteisme asli orang Bali .
Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak
memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada
dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun[10],
ibarat garam pada air laut. Dalam agama
Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi
Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu
mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak
berada di surga ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap
ciptaannya.
Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari
Barat. Samkhya merupakan
ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak
pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan,
melainkan karena pertemuan Purusha dan Prakirti,
asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab namun tidak
memiliki penyebab[11]. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah campur tangan.
Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut
(Samkhya) merupakan ajaran filsafat tertua
di India.
Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh umat Hindu Dharma dan
tidak pernah diajarkan di Indonesia .
Konsep lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang
terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme, politeisme, dan monisme dalam
ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari berbagai istilah itu, agama Hindu
paling banyak menjadi objek penelitian yang hasilnya tidak menggambarkan
kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat berbedanya sumber informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak
terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama
dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh[12]. Seperti misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme
namun konsep politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan
bertentangan dengan ajaran dalam Weda.
Meskipun banyak pandangan dan konsep Ketuhanan yang
diamati dalam Hindu, dan dengan cara pelaksanaan yang berbeda-beda sebagaimana
yang diajarkan dalam Catur Yoga, yaitu empat jalan untuk
mencapai Tuhan, maka semuanya diperbolehkan. Mereka
berpegang teguh kepada sloka yang mengatakan:
“
|
”
|
Pustaka suci
Ajaran
agama dalam Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang disusun dalam masa yang
amat panjang dan berabad-abad, yang mana di dalamnya memuat nilai-nilai
spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. Di antara susastra suci tersebut, Weda merupakan yang paling tua dan lengkap,
yang diikuti dengan Upanishad sebagai
susastra dasar yang sangat penting dalam mempelajari filsafat Hindu. Sastra lainnya yang menjadi
landasan penting dalam ajaran Hindu adalah Tantra,Agama dan Purana serta
kedua Itihasa (epos),
yaitu Ramayana dan Mahabharata.Bhagawadgita adalah
ajaran yang dimuat dalam Mahabharata, merupakan susastra yang dipelajari secara
luas, yang sering disebut sebagai ringkasan dari Weda.
Hindu meliputi banyak aspek keagamaan, tradisi, tuntunan
hidup, serta aliran/sekte. Umat Hindu meyakini akan kekuasaan Yang Maha Esa, yang
disebut dengan Brahman dan memuja Brahma, Wisnu atau Siwa sebagai perwujudan Brahman dalam menjalankan fungsi
sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta.
Secara umum, pustaka suci Hindu dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kitab Sruti
dan kelompok kitab Smerti.
§
Sruti berarti "yang
didengar" atau wahyu. Yang tergolong kitab
Sruti adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu Tuhan, seperti
misalnya Weda, Upanishad, dan Bhagawadgita. Dalam perkembangannya, Weda dan Upanishad terbagi lagi
menjadi bagian yang lebih kecil, seperti misalnya Regweda dan Isopanishad. Kitab Weda berjumlah empat bagian sedangkan kitab
Upanishad berjumlah sekitar 108
buah.
§ Smerti berarti
"yang diingat" atau tradisi. Yang tergolong kitab Smerti adalah kitab-kitab yang
tidak memuat wahyu Tuhan, melainkan kitab yang ditulis berdasarkan pemikiran
dan renungan manusia, seperti misalnya kitab tentang ilmu astronomi, ekonomi,politik, kepemimpinan, tata negara, hukum, sosiologi, dan sebagainya. Kitab-kitab
smerti merupakan penjabaran moral yang terdapat dalam kitab Sruti.
Krishna
Dwaipayana Wyasa, seorang Maharesi yang mengklasifikasi kitab Weda.
Weda
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Weda
Weda
merupakan kitab suci yang menjadi sumber segala ajaran agama Hindu. Weda merupakan kitab suci tertua di dunia karena umurnya
setua umur agama Hindu. Weda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata vid yang berarti "tahu". Kata Weda berarti
"pengetahuan". Para Maha Rsi yang menerima wahyu Weda jumlahnya
sangat banyak, namun yang terkenal hanya tujuh
saja yang disebut Saptaresi. Ketujuh
Maha Rsi tersebut yakni:
1.
Resi Gritsamada
2.
Resi Wasista
3.
Resi Atri
4.
Resi Wiswamitra
5.
Resi Wamadewa
6.
Resi Bharadwaja
7.
Resi Kanwa
Ayat-ayat
yang diturunkan oleh Tuhan kepada para Maha Rsi tersebut tidak terjadi
pada suatu zaman yang sama dan tidak diturunkan di wilayah yang sama. Resi yang menerima wahyu juga tidak hidup
pada masa yang sama dan tidak berada di wilayah yang sama dengan resi lainnya,
sehingga ribuan ayat-ayat tersebut tersebar di seluruh wilayah India dari zaman ke zaman, tidak pada suatu
zaman saja. Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya,
maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku.
Usaha penyusunan ayat-ayat tersebut dilakukan oleh Bagawan
Byasa atau Krishna
Dwaipayana Wyasa dengan
dibantu oleh empat muridnya, yaitu: Bagawan Pulaha,
Bagawan Jaimini,
Bagawan Wesampayana, dan BagawanSumantu.
Setelah
penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang
kemudian disebut Weda. Sesuai dengan isinya, Weda terbagi menjadi
empat, yaitu:
1.
Regweda Samhita
2.
Ayurweda Samhita
3.
Samaweda Samhita
4.
Atharwaweda Samhita
Keempat
kitab tersebut disebut "Caturweda
Samhita". Selain keempat Weda tersebut, Bhagawadgita yang merupakan
intisari ajaran Weda disebut sebagai "Weda
yang kelima".
Bhagawadgita
Bhagawadgita merupakan suatu bagian dari kitab Bhismaparwa, yakni kitab keenam dari seri Astadasaparwa kitab Mahabharata, yang berisi percakapan antara
Sri Kresna dengan Arjuna menjelang Bharatayuddha terjadi.
Diceritakan bahwa Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan Dinasti Kuru jika
Bharatayuddha terjadi. Arjuna juga merasa lemah dan tidak tega untuk membunuh
saudara dan kerabatnya sendiri di medan perang. Dilanda oleh pergolakan batin
antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya
Kresna yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna menjelaskan
dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria agar
dapat membedakan antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian
dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita.
Bhagawadgita terdiri dari delapan
belas bab dan berisi ± 650 sloka. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang diajukan
oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci
sekaligus pokok-pokok ajaran Weda.
Purana
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Purana
Purana adalah
bagian dari kesusastraan Hindu yang memuat mitologi, legenda, dan kisah-kisah zaman dulu. Kata Purana berarti "sejarah kuno"
atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab Purana diperkirakan dimulai
sekitar tahun 500 SM. Terdapat
delapan belas kitab Purana yang disebut Mahapurana.
Adapun kedelapan belas kitab tersebut
yakni:
1. Matsyapurana
2. Wisnupurana
4. Warahapurana
5. Wamanapurana
7. Bayupurana
8. Agnipurana
9. Naradapurana
|
1. Garudapurana
2. Linggapurana
3. Padmapurana
4. Skandapurana
6. Brahmapurana
9. Kurmapurana
|
Itihasa
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Itihasa
Itihasa
adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah kepahlawanan
para raja dan kesatria Hindu di masa lampau dan dikombinasikan dengan filsafat
agama, mitologi, dan cerita tentang makhluk supranatural, yang merupakan
manifestasi kekuatan Brahman. Kitab
Itihasa disusun oleh
para Resi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya Resi Walmiki dan Resi
Byasa. Itihasa yang terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Kitab lainnya
Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama Hindu mengenal berbagai kitab lainnya seperti
lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu
bangunan dan pertukangan, dan lain-lain.
Kitab Tantra memuat
tentang cara pemujaan masing-masing sekte dalam agama Hindu. Kitab Tantra juga mengatur tentang
pembangunan tempat suci Hindu dan peletakkan arca.
Kitab Nitisastra memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman
untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kitab Jyotisha merupakan
kitab yang memuat ajaran sistem astronomi tradisional
Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman
tentang benda langit dan peredarannya. Kitab
Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu musim.
Karakteristik
Dalam
agama Hindu, seorang umat berkontemplasi tentang misteri Brahman dan
mengungkapkannya melalui mitos yang
jumlahnya tidak habis-habisnya dan melalui penyelidikan filosofis. Mereka
mencari kemerdekaan dari penderitaan manusia melalui praktik-praktik askese atau meditasi yang
mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih, bakti dan percaya (Sradha).
Umat Hindu
juga menyebut agamanya sebagai Sanatana Dharma yang artinya Dharma (Ahimsa) yang kekal abadi.
Menurut
kepercayaan para penganutnya, ajaran Hindu langsung diajarkan oleh Tuhan
sendiri, yang turun atau menjelma ke dunia yang disebut Awatara. Misalnya Kresna, adalah penjelmaan Tuhan ke dunia pada zaman Dwaparayuga, sekitar puluhan ribu tahun yang
lalu[14]. Ajaran Kresna atau Tuhan sendiri yang termuat dalam kitab Bhagawadgita, adalah kitab suci Hindu yang
utama. Bagi Hindu, siapapun berhak dan memiliki kemampuan untuk menerima ajaran
suci atau wahyu dari Tuhan asalkan dia telah mencapai kesadaran atau
pencerahan. Oleh sebab itu dalam agama Hindu
wahyu Tuhan bukan hanya terbatas pada suatu zaman atau untuk seseorang
saja. Bahwa wahyu Tuhan yang diturunkan dari waktu ke waktu pada hakekatnya
adalah sama, yaitu tentang kebenaran, kasih sayang, kedamaian, tentang
kebahagiaan yang kekal abadi, tentang hakekat akan diri manusia yang sebenarnya
dan tentang dari mana manusia lahir dan mau ke mana manusia akan pergi, atau
apa tujuan yang sebenarnya manusia hidup ke dunia.
Enam filsafat Hindu
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Filsafat Hindu
Terdapat
dua kelompok filsafat India ,
yaitu Astika dan Nastika.
Nastika merupakan kelompok aliran
yang tidak mengakui kitab Weda,
sedangkan kelompok Astika
sebaliknya. Dalam Astika, terdapat
enam macam aliran filsafat. Keenam aliran filsafat tersebut
yaitu:Nyaya, Waisasika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Wedanta. Ajaran filsafat keenam aliran
tersebut dikenal sebagai Filsafat Hindu.
Kelompok Nastika umumnya kelompok yang lahir ketika Hindu masih berbentuk
ajaran Weda dan kitab Weda belum tergenapi. Hindu baru muncul selah adanya kelompok Astika. Kedua kelompok tersebut antara Astika dan Nastika
merupakan kelompok yang sangat berbeda (Nastika
bukanlah Hindu).[rujukan?]
|
|
|
|
|
|
|
|
Filsafat
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Kelompok
Astika yang ajarannya bersumber langsung kepada Weda
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kelompok
Astika yang ajarannya tidak bersumber langsung kepada Weda
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
|
Terdapat enam Astika (filsafat Hindu) — institusi pendidikan filsafat ortodok yang memandang Weda sebagai dasar kemutlakan dalam pengajaran filsafat Hindu —
yaitu: Nyāya, Vaisheṣhika, Sāṃkhya, Yoga, Mīmāṃsā (juga
disebut dengan Pūrva Mīmāṃsā), dan Vedānta(juga disebut dengan Uttara Mīmāṃsā) ke-enam sampradaya ini
dikenal dengan istilah Sad Astika Darshana atau Sad Darshana. Diluar keenam Astika diatas,
terdapat juga Nastika, pandangan Heterodok yang tidak mengakui otoritas
dari Weda, yaitu: Buddha, Jaina danCarvaka.
Meski
demikian, ajaran filsafat ini biasanya dipelajari secara formal oleh para
pakar, pengaruh dari masing-masing Astika ini dapat dilihat dari sastra-sastra
Hindu dan keyakinan yang dipegang oleh pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Hindu
Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan
sehari-hari. Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajña, sistem Catur Warna (kasta), pemujaan terhadap Dewa-
Dewa-Dewi Hindu
Artikel utama: Dewa
dalam konsep Hinduisme
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni
surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa”
berasal dari kata “div” yang berarti
“beRe”sinar. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan
adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan
manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam
agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah:Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti.
Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas
tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu
tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya,
bergantung kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak
ada duanya”) menyatakan bahwa
tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan
umatnya.
Sistem Catur Warna
(Golongan Masyarakat)
Dalam agama Hindu, dikenal
istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah kasta. yang ada hanyalah
istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna,
masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
§
Brāhmana : golongan para pendeta, orang
suci, pemuka agama dan rohaniwan
§
Ksatria : golongan para raja, adipati,
patih, menteri, dan pejabat negara
§
Waisya : golongan para pekerja di bidang ekonomi
§
Sudra :
golongan para pembantu ketiga golongan di atas
Menurut
ajaran catur Warna, status seseorang
didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat
semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau
ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna menekankan
seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Keempat
golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat memperoleh
hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan diberi” jika keempat golongan saling memenuhi
kewajibannya.
Pelaksanaan ritual (Yajña)
Atikel utama: Yajña
Dalam
ajaran Hindu, Yajña merupakan
pengorbanan suci secara tulus ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada para leluhur,
kepada sesama manusia, dan kepada alam semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan umat Hindu.
Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bisa untuk memohon keselamatan
dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban seorang umat Hindu. Bentuk
pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah satunya yang terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditujukan kepada leluhur (Pitra Yadnya).
Sekte (aliran) dalam Hindu
Jalan yang dipakai untuk menuju Tuhan (Hyang Widhi) jalurnya beragam, dan kemudian dikenallah para
dewa. Dewa yang tertinggi dijadikan sarana untuk mencapai Hyang Widhi. Aliran terbesar agama Hindu saat ini adalah dari
golongan Sekte Waisnawa yaitu
menonjolkan kasih sayang dan bersifat memelihara; yang kedua terbesar ialah Sekte Siwa sebagai pelebur dan
pengembali yang menjadi tiga sekte besar, yaitu Sekte Siwa, Sekte Sakti (Durga ), dan Sekte Ganesha, serta terdapat pula Sekte Siwa Siddhanta yang merupakan aliran mayoritas yang dijalani oleh
masyarakat Hindu Bali, sekte Bhairawa dan Sekte - Sekte yang lainnya. Yang ketiga ialah Sekte Brahma sebagai pencipta yang
menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra,
Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte
adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan
pemeluk Hindu dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang
paling baik/bagus.
Toleransi umat Hindu
Agama ini memiliki ciri khas sebagai salah satu agama
yang paling toleran, yang mana di dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:
Alihaksara: Ekam
Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti
Cara
baca dalam bahasa Indonesia : Ekam
Sat Wiprah Bahuda Wadanti
Bahasa
Indonesia: "Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya
dengan banyak nama."
— Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait
46)
Dalam
berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap
yang adil oleh Tuhan.
Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa
semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut
pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci
mereka sebagai berikut:
samo
‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah
ye
bhajanti tu māṁ bhaktyā mayi te teṣu cāpy aham
(Bhagawadgita, IX:29)
Arti:
Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil
terhadap semua makhluk.
Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling
Aku kasihi.
Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku
dan Aku bersamanya pu
Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah
(Bhagawadgita, 4:11)
Arti:
Jalan mana pun yang ditempuh seseorang
kepada-Ku,
Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang
mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna)-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SISTEM ILMU DAN PENGETAHUAN
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia tentang benda,
sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua
suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman., intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika,
atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut
dikelompokan menjadi
:
---pengetahuan tentang alam
---pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
---pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
---pengetahuan tentang, ruang dan waktu.
Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan
kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala
berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam satu masyarakat. Perubahan
sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirchman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan sosial.
---tekanan kerja dalam masyarakat
---keefektifan komunikasi
---perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul karena akbat timbulnya perubahan
lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain.
Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem
pertanian dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
Penetrasi Kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh satu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua
cara.
---A. Penetrasi
damai (panetration pasifique)—Masuknya sebuah kebudayaan
dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke
Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan
konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat
---Pengaruh berikutnya, kebudayaan
ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Alkuturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Alkuturasi adalah bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi adalah bercampurnya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sintesis,
adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya
sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli
B. Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.
Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan
disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak
keseimbangan dalam masyarakat (Sumber-sumber
:Wikipedia bahasa Indonesia (Internet).
Paranormal : ialah sejumlah orang yang
mempunyai ilmu Metafisika, sehingga mampu mengerjakan, melihat ataupun
berhubungan dengan hal-hal alam gaib/kasat mata, yang tidak dapat diraih oleh
orang biasa. Sebagian dari mereka memanfaatkan ilmunya untuk dijadikan
pekerjaan tetap mereka untuk mencari
nafkah dengan cara membantu masyarakat sekitar. Paranormal mendapatkan ilmunya dengan
berbagai macam cara, belajar sendiri,
belajar kepada orang lain, memperdalam ilmu agama, dan lain sebagainya. Ada
sebagian paranormal yang merangkap
dirinya sebagai dukun, tetapi ada juga sebagian
lainnya tidak, bahkan mereka sangat tersinggung bilamana dirinya
dianggap dukun.
Begitu sebaliknya, banyak masyarakat yang selalu menafsirkan bahwa paranormal
adalah dukun.
Dukun : adalah seorang yang membantu
masyarakat dalam upaya penyembuhan penyakit melalui tanaga supernatural, namun
sebagian dari mereka meyalahgunakan ilmu supranatural tersebut, untuk menciptakan
“penyakit baru,
kepada masyarakat. Kebudayaan “Dukun” dapat ditemukan di seluruh
dunia, mereka dapat terbagi berbagai macam aliran dan ilmu,
---Dukun Pawang Hujan,
---Dukun Pawang Hewan,
---Dukun Santet,
---Dukun Pelet,
---Dukun Pijat,
---Dukun Bayi (Bidan Desa),
---Dukun Ramal, dan lain sebagainya.
Dukun adalah sebutan untuk mereka
dalam bahasa Indonesia.
Di luar negeri mereka disebut dengan macam-macam nama :
---Clairvoyant (Inggris),
---Macumba, Xango (Brazil),
---Obeah, Santeria (Jamaica),
---Voodoo (Afrika Barat, yang berkembang pula hingga Haiti dikepulauan Karibia,
---Kejawen (Jawa).
Di Nusantara, misalnya, profesi Dukun sudah begitu berakar karena
perjalanan sejarah yang begitu panjang. Pada masyarakat Melayu, sebagai contoh
Muhar Omtatok, seorang Praktisi Supranatural, menulis
sebagai berikut : Melayu Sumatera Timur adalah orang yang dipersatukan
oleh faktor adat resam, islam dan bahasa melayu di bawah Tamlang (masuk dalam
Provinsi NAD, berbatas dengan Sumatera Utara), beberapa tempat di Sumatera Utara seperti Lanmgkat, Deli,
Serdang, Batubara, Asahan, Kualuh, Panai, Bilah, Bedagai, Tebing Tinggi dan
bahagian Riau seperti Siak Sri Indrapura.
Tok Pawang
Orang Melayu Sumatera Timur terkenal sangat spiritual hidupnya, sehingga
fungsi Tok Pawang sangat punya makna. Tok Pawang bagi Orang Melayu Sumatera
Timur adalah seorang yang mempunyai talenta supranatural yang difungsikan dalam
setiap mobilitas kehidupan orang Melayu. Memindahkan hujan, Memindahkan makluk
halus, Meminak ikan dsb.
Dalam masyarakat Melayu Sumatera Timur, Pawang, Tukang Cerita, Tuan Guru,
mempunyai arti yang bisa disamakan dengan Tok Bomo (Dukun). Dalam Ritual Jamu
Laut, Tulak Bala dan Tari Lukah misalnya, pemimpin ritual disebut Tok Pawang,
dalam Ritual Mandi Berminyak disebut Tuan Guru atau Orang Pintar.
Kata Dukun sendiri, bagi Orang Melayu
Sumatera Timur sering di tabalkan untuk
Dukun Pata (tabib spesialis tulang), Dukun Urut/Tukang Kusuk (pemijit) atau
Dukun Beranak (Bidan tradisional).
Di perkampungan yang sudah ada bidan, terkadang dukun beranak tetap
difungsikan karena diyakini bahwa dukun beranak mempunyai kemahiran ganda yaitu
membantu persalinan dan juga menguasai ilmu gaib. Diyakini bahwa perempuan yang
akan dan sedang menjalani persalianan
sering diganggu makluk gaib. Dukun Beranak membuat Buhul atau memotong & menyimpul tali
pusat (bayi lelaki) dengan 7 dan bayi perempuan dengan bilangan 6 sebagai
syarat tuah.
Pawang Jamu Laut
Nelayan Melayu Sumatera Timur sangat percaya akan kekuatan gaib yang ada
di laut bisa mempengaruhi tangkapannya. Orang yang mampu bernegosiasi dengan
jembalang laut dan mambang laut (makluk
gaib di laut) adalah Tok Pawang Jamu Laut. Seorang menjadi Tok Pawang
Jamu Laut merupakan profesi turun temurun yang kabarnya tidak bisa terelakkan,
jika tidak ingin kena fuaka. Tok Pawang biasanya sudah berusia lanjut,
mengetahui silsilah kampung makluk dan
profesi jamu laut serta wajib memahami siroh nabi dan aksara arab
gundul. Tok Pawang sangat disegani
dilingkungan masyarakat Sumatera Timur karena selain mampu mendongkrak hasil
tangkapan ikan, ia juga diyakini dan terbukti bisa memerintahkan makluk gaib
yang ada dilaut untuk menyembunyikan ikan-ikan yang ada dilaut.
Pawang Mandi Minyak
Dalam ritual mandi minyak, Tok Pawang disebut Tuan Guru atau Orang Pintar
yang merupakan profesi warisan juga. Ritual ini berhubungan dengan kesaktian, kekebalan atau beladiri hingga
Tuan Guru adalah sosok yang piawang dalam ilmu bela diri atau kesaktian.
Pawang Tari Lukah
Sewaktu pertunjukan ritual tari lukah, Tok Pawang menyajikan mantera sehingga seorang pawang tari lukah mesti
berbakat berlagu. Sewaktu ia mendendangkan mantera, ia dapat membuat hadirin trance,
kesurupan, seiring musik yang mengiringi Pawang selalu menetapkan waktu yang
sesuai untuk melakukan pertunjukan. Ia
menguasai pemahaman makna 30 nama hari berdasarkan perjalanan bulan. Sehingga tari lukah ditetapkan
pada hari baik sesuai almanak yang dipahami Tok Pawang.
Pawang Tulak Bala
Biasanya Tok Pawang tulak bala dalam sebuah ruwatan kampung tidak satu
orang. Mereka bersama-sama mempersiapkan ritual dan borasi dengan perbedaan
kebiasaan dan kepahaman. Mereka biasanya memahami ilmu-ilmu persulukan.
Dukun Bayi
Adalah profesise seorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses
persalinan mulai dari memandikan, menggendong, belajar berkomunikasi dan lain
sebagainya. Dukun bayi biasanya selain dilengkapi dengan keahlian atau skill,
juga dibantu dengan berbagai mantera khusus yang dipelajarinya dari pendahulu
mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan
sampai dengan bayi berumur 2 tahun.
Tetapi pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 – 10 hari pasca melahirkan.
Aspek-aspek Kultur Masyarakat Desa
Sebelum
menyajikan berbagai kepercayaan kepada dunia gaib maka perlu dikemukakan
terlebih dahulu contoh kultur masyarakat desa sebagai berikut :
Ciri-ciri
Kebudayaan tradisional masyarakat desa.
Pembahasan dalam bagian ini akan menjangkau sejauh mungkin
gambaran-gambaran spesifik masyarakat desa.
Menurut Paul H.Landis (1948)
sejauh mana besar kecilnya pengaruh terhadap pola kebudayaan masyarakat desa
akan ditentukan oleh :
1. Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap
pertanian,
2. Tingkat teknologi mereka,
3. Sistem produksi yang diterapkan.
Ketiga
faktor tersebut secara bersama-sama menjadi faktor determinan bagi terciptanya
kebudayaan tradiskional, yakni kebudayaan tradisional akan tercipta apabila,
masyarakat amat tergantung kepada : pertanian, tingkat teknologinya
rendah, produksinya hanya untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
Mengacu
kepada pendapat Paul H Landis, yang
dikutip Jabrohim, ED, 2003 : 181-184),
dalam garis besarnya ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa
adalah sebagai berikut :
1. Adopsi
terhadap alam,
Sebagai konsekuensi dari ketidak berdayaan mereka terhadap alam, maka
masyarakat desa demikian ini mengembangkan adopsi yang kuat terhadap
lingkungannya. Pertanian sangat tergantung kepada :
·
(a).
keadaan atau jenis tanah, tingkat kelembaban,
·
(b).
ketinggian tanah,
·
(c).
topografi,
·
(d).
banyaknya curah hujan dan
·
(e).
lainnya, dimana lingkungan alam dengan elemen-elemen seperti itu cukup
bervariasi antara daerah yang satu dengan yang lainnya.
Maka
masyarakat desa mengembangkan tingkat dan bentuk adaptasi terhadap pelbagai
kekhususan lingkungan alam itu, sehingga dalam kaitan ini dapat dipahami bahwa
pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti karakteristik khas
lingkungannya.
2. Pola
adaptasi yang terhadap lingkungan alam pasif berkaitan dengan rendahnya tingkat inovasi
masyarakatnya. Petani bekerja dengan
alam, elemen-elemen alam sebagaimana disebutkan di atas (jenis tanah,
tingkat kelembaban, ketinggian tanah dan sebagainya). Sekalipun bervariasi
tetapi mengandung keajegan dan keteraturan tertentu. Dengan tingkat kepastian
yang cukup tinggi terhadap keajegan dan keteraturan alam tersebut, maka mereka
tidak terlalu memerlukan hal-hal yang baru. Semuanya serasa telah diatur dan
ditentukan oleh alam.
3.
Faktor alam juga dapat mempengaruhi
kepribadian masyarakatnya. Seperti dikemukakan oleh O.E.Baker (dalam PH Landis,
1948), Sebagai akibat dari kedekatannya dengan alam, orang desa umumnya
mengembangkan filsafat hidup agamis. Artinya mereka cenderung memandang
segala sesuatu sebagai suatu kesatuan. Refleksi semacam ini dalam hubungan
antar manusia adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan kolektifitas. Pengaruh alam
juga terlihat pada pola kebiasaan hidup yang lamban. Kebiasaan hidup
lamban ini disebabkan karena, mereka sangat dipengaruhi oleh irama alam yang
ajeg dan lamban. Tanaman yang tumbuh secara alami, semenjak tumbuh hingga
berbuah selalu melewati proses-proses serta tahapan tertentu yang ajeg dan
lamban. Dengan rekayasa tertentu orang dapat mempercepat proses pertumbuhan
tanaman seperti memutar mesin. Maka masyarakat desa sering dicap statis,
bukan hanya karena mereka tidak inovatif, tetapi juga karena lamban.
4. Dominasi alam yang kuat terhadap masyarakat
desa juga mengakibatkan tebalnya kepercayaan mereka terhadap takhyul. Takhyul
dalam hal ini merupakan proyeksi dari ketakutan atau ketundukan mereka
disebabkan karena tidak dapat memahami dan menguasai alam secara benar; C.C.Taylor dalam hubungan ini telah
mengidentifikasi adanya 467 jenis takhyul dikalangan petani
Amerika Serikat, tatkala mereka belum menjadi petani modern. Lebih dari
seperempat jenis takhyul itu berkaitan dengan iklim, udara, tanaman dan
bintang-bintang. Takhyul yang berkaitan dengan pengaruh bulan terhadap
pertanian juga mereka kenal. (Rahardjo,
1999 : 65).
5.
Sikap yang
pasif dan adaptatif masyarakat desa terhadap alam
juga nampak dalam aspek kebudayaan material mereka yang relatif bersahaja.
Kebersahajaan itu nampak misalnya pada arsitektur rumah dan alat-alat
pertanian, yang serba sederhana pula.
6.
Ketundukan masyarakat desa terhadap alam juga menyebabkan rendahnya kesadaran mereka
akan waktu.
·
Hal ini dapat dimengerti, karena alam memiliki irama sendiri.
·
Alam tidak menempatkan orang ke dalam kotak-kotak waktu, melainkan orang
sendirilah yang menciptakan kotak-kotak waktu tersebut.
·
Tanaman
memiliki proses alami dengan paket waktu tersendiri terlepas dari peraturan dan
campur tangan manusia.
·
Orang
tinggal menanti proses yang alami itu.
·
Akibatnya
mereka tidak memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya waktu.
7. Besarnya pengaruh alam juga mengakibatkan orang desa
cenderung bersifat praktis. Artinya mereka tidak begitu mengindahkan segi
keindahan dan ornamen-ornamen. Berkaitan dengan sifat praktis ini, masyarakat
desa juga cenderung kurang mengindahkan etika dalam kelompok dan lingkungan
primer, saling akrab, sangat mengenal satu sama lainnya. Dalam situasi semacam
ini kurang memungkinkan mereka untuk menyembunyikan sesuatu dari teman atau
tetangga mereka. Maka mereka tidak perlu berbicara panjang lebar dan
berbasa-basi satu sama lain. Hal ini
mendorong tumbuh dan berkembangnya sifat-sifat jujur, terus terang dan suka
bersahabat.
8. Pengaruh
alam juga mengakibatkan terciptanya standar
moral yang kaku dikalangan masyarakat desa; moralitas dalam pandangan
masyarakat desa adalah sesuatu yang absolut, tidak ada kompromi antara yang
baik dan yang buruk. Cenderung pada pemahaman yang bersifat hitam-putih. Dengan
kata lain, tidak ada pengertian yang bersifat relatif mengenai baik dan buruk.
Sebagaimana
dikemukakan diatas, besar kecilnya pengaruh alam ini tergantung kepada sejauh
mana ketergantungan mereka terhadap alam,
tingkat teknologi mereka, dan, sistem produksi yang diterapkan. Pola kebudayaan semacam ini akan menjadi
semakin pudar, seiring dengan kemajuan terhadap meningkatnya kemampuan untuk
mengendalikan alam, serta tujuan produksi yang semakin beroriantasi pada
pencarian keuntungan. (Jobrohim, ED,
Menggapai Desa Sejahtera Menuju Masyarakat Utama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta , 2003 :177-184).
Karena
pengaruh alam dan ketundukannya kepada alam maka juga timbul berbagai kepercayaan
pada alam gaib, dan arwah nenek moyangnya, yang ditakuti
ataupun untuk meminta pertolongan daripadanya.
Berikut
ini disajikan berbagai kepercayaan manusia terhadap dunia gaib
sebagai bagian dari kebudayaan, dan “Boleh
Percaya, Boleh Tidak” namun dianut dalam masyarakat luas sebagai suatu
kekayaan dalam kebudayaan Indonesia ..
Kepercayaan Kepada Makluk Supernatural Di Prov
Nusa Tenggara Timur
Dalam sistem
kepercayaan penduduk NTT mengenal beberapa makluk supernatural. Kepercayaan
asli di Nusa Tenggara Timur adalah arwah
nenek moyang. Hal ini nampak dalam upacara-upacara tradisional, dalam
doa, dalam mantera, dalam persembahan, sering arwah nenek moyang yang diminta
berkah dan perlindungan. Dalam seluruh segi kehidupan, pengaruh arwah nenek
moyang ini selalu diperhatikan. Upacara-upacara dalam kegiatan atau peristiwa
pertanian, pembangunan rumah adat, struktur rumah adat, struktur perkampungan,
upacara perkawinan, kelahiran, kematian, tari-tarian, motif tenunan,
anyaman, ukiran, dan sebagainya, unsur
arwah nenek moyang ini selalu dperhitungkan.
Selain
kepercayaan kepada arwah nenek moyang, dikenal juga adanya makluk supernatural
semacam Dewa, yang dianggap penguasa langit, bulan atau matahari.
Makluk supernatural yang mendapat tempat tertinggi beberapa di daerah
misalnya :
1. Dawan/Timor ialah “uis
neno” dan di Tetun disebut “nai
Maromak.” Kedua makluk tersebut adalah penguasa langit atau dewa matahari.
2. Di Sumba penguasa tertinggi mendapat julukan “Sebagai
yang membentuk yang menganyam manusia”, (“ na
mawulu tau, namaji tau”), yang tak diucapkan gelar dan namanya (“na pandanyura ngara, na panda peka tanau”),
“na nia pakawurungu, na Ama pakawurungu
“: Yang artinya ibu-bapak yang bila disebut namanya dengan cara dibisikin, “na
Mabai, na makokulu” artinya yang agung dan Maha Besar.
3. Di Rote, makluk Supernatural disebut “Lama
Tualain” artinya “Maha Besar Yang Berkuasa atas segala
sesuatu yang berdiam jauh diatas Langit
sana.”
4. Di Manggarai disebut “Mori
KaraEng,
5. di Sabu
disebut “Deo Rai,”
6. di Ngada “Gae Dewa”,
7. di Lio dua “Nggae” dan
8. Flores Timur, “Lere wulan Tana
Ekan.”
9.
Sedang makluk
supernatural lainnya yang dikenal adalah : Penguasa air di Dawan disebut “uis o’E”,
10. di Alor
disebut “Nedah” dewa air tawar dan “Hair ah” untuk dewa laut. Juga dikenal
dewa kesuburan.
11. Di Rote dikenal nama “Lakamola”
dan
12. Flores dengan nama “Ine
Pare”.
13. Disamping itu dikenal juga dewa bumi yang didaerah Dawan
disebut “Juis neto.”
Di samping
gunung adalah tempat asal dan tempat tinggal nenek moyang, gunung juga
dipandang sebagai tempat yang dapat memberikan ketentaraman
dan keamanan. Oleh karena itu, perkampungan di Nusa Tenggara Timur
kebanyakan ditemukan pada punggung-punggung bukit yang tinggi, yaitu tempat
yang dekat dengan nenek moyang, yang memberi tempat yang aman dan perlindungan
yang kokoh dan keramat. Disamping ketentraman dan kedamaian karena berdekatan
dengan nenek moyang, ternyata tempat
pada gunung-gunung yang tinggi dapat terlindung
dari musuh yang menyerang, yang mempunyai kebiasaan mengacau.
Penulis
: Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.