PULAU AMBALAT BUKAN PULAU SENGKETA, ADALAH MILIK INDONESIA

Pulau Ambalat Bukan Pulau Sengketa, adalah 

Milik Indonesia.

Dalam perjuangan Ambalat, para petinggi di negeri ini jangan selalu mengatakan 

bahwa Indonesia-Malaysia adalah Serumpun, sehingga semua persoalan tentang perbatasan Indonesia-Malaysia agar diselesaikan secara damai. Kata-kata Serumpun yang selalu ditonjolkan itu seolah-olah telah melemahkan perjuangan kita mengganyang Malaysia. 

Padahal disisi lain Malaysia tetap ngotot mau merebut pulau-pulau kita, maupun berbagai seni budaya yang dikalim sebagai miliknya. Disini memerlukan pimpinan nasional yang berani dan tegas, lebih banyak bertindak daripada berkata. Sesuai saran kami, agar pemerintah membuat sebuah ‘peta perbatasan’ dengan “sistem skala terbalik” yaitu pulau-pulau kecil disepanjang perbatasan di buat besar, sedang pulau-pulau di lingkar dalam dibuat kecil,  dan termasuk di dalamnya gugusan “Pulau Pasir (Ashmoro Reef)  (wilayah Kabupaten Rote Ndao) NTT yang kini gugusan tersebut dikuasai Australia, di dalam peta khusus tersebut dan sifatnya “segera”.

Pemerintah sekarang , harus sanggup memperjuangkan kembali “gugusan Pulau 

Pasir” dari Australia, karena gugusan itu sebelum Portugis, Belanda, menjajah Indonesia maupun sebelum Inggris menemukan Benua Astralia, dimana Gugusan Pulau Pasir adalah “Tanah Hak Ulayat Suku Rote NTT sejak nenek moyang berabat-abad lamanya yang dijadikan ladang perikanannya hingga saat ini. 

Sejarahnya pada BaGIAN LAINNYA.

Pulau Ashmore Reef (Gugusan Pulau.Pasir), P.Cartier Reef dan Scott reef di Selatan P.Roti (Rote) masih termasuk wilayah Kabupaten Rote Ndao yang sekarang di kuasai Australia. Tetapi hingga  kini masyarakat Nusa Tenggara Timur dan khususnya suku Rote tetap menggugat dan diperjuangkan untuk kembali menjadi milik (wilayah Kabupaten Rote – Ndao--Indonesia). 

Yang paling memprihatinkan adalah, banyak diantara pejabat, baik militer (AL), 

(Dep.Luar Negeri) dan para pakar lainnya tidak turut berjuang untuk pengembalian Pulau Pasir ke Indonesia dari Australia, malahan  ikut membela pihak Australia secara mati-matian bahwa Pulau Pasir adalah milik Australia  adalah, sebuah pemikiran yang tidak nasionalis dan patriotisme. Asal bicara saja,  tetapi tidak menguasai sejarahnya. 

Kalau tidak tahu sejarahnya, lebih baik diam  saja, daripada bicara tapi tanpa dasar. Para pejabat tersebut hanya mengandalkan data sepihak dari Australia, sedang dipihal lain tidak mengenal sejarah local masyarakat adat setempat tentang pulau-pulau atau batas daratan terdekatnya. Memang terkesan pembuatan perjanjian perbatasan ini lebih banyak mendapat tekanan dari Australia yang ketika itu sedang ramainya persoalan Timor-Timur, dimana Indonesia didorong memasuki Timor-Timur, dan setelah menjadi kenyataan maka Pulau Pasir diserahkan kepada Australia sebagai suatu konpensasi politik Intergrasi Timor-Timur ke Indonesia.  

Tetapi sekarang Timor-Timur menjadi Negara madeka sendiri maka Persoalan Pulau Pasir perlu dibicarakan kembali RI-Australia.  Baca uraian-urain selanjutnya dan dapat melihat peta posisi pulau Pasir seperti di kutip dari  Ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus, No.4, hal.2402 pada bagian-bagian  berikutnya.

Penulis : Drs.Simon Arnold julian Jacob