SUKU YANG TERABAIKAN--SUATU KAJIAN GEOHISTORI TENTANG ASAL-USUL SUKU ROTE DI PULAU ROTI, NTT

Suku Yang Terabaikan

(Suatu kajian geohistori tentang asal-usul suku Rote

di pulau Roti, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

OLEH:                                   

Melky Lalay

 A.    Latar belakang

Dewasa ini, kesadaran sejarahwan menulis sejarah semakin surut, kelompok yang 

dihasilkan melalui pelatihan di perguruan tinggi yang berupa skripsi, tesis dan sebagainya kebanyakan tidak layak terbit. Hal ini pada umumnya dari segi pemasaran, sehingga masyarakat luas tidak ikut menikmati hasil yang mungkin secara tidak langsung mereka turut menanggung biayanya. Memang karya-karya ilmiah tersebut tidak ditulis untuk memenuhi selera pasar tetapi semata-mata karena pertimbangan akademis. Dari kenyataan yang pragmatis tersebut memberi ruang yang sempit untuk berpikir reflektif dan futuristik. Dengan demikian, kesadaran masa lalu dan bayangan masa depan yang hendak dilalui tidak berkembang sedangkan dalam alam masyarakat yang tidak mempunyai kesadaran historis tersebut akan melahirkan generasi yang cacat secara sosial dan budaya karena kehilangan identitas dan jati dirinya. 

Situasi ini menjadikan generasi bangsa  menjadi rapuh, mudah dipengaruhi bangsa lain, dan tidak mempunyai kebanggaan yang dapat dijadikan modal dasar membangun masa depannya. Dalam konteks otonomi daerah, ilmu sejarah juga dapat dimanfaatkan untuk mengkaji potensi yang dimiliki oleh daerah dalam rangka pembangunan di era otonomi sekarang ini. Berdasarkan pemikiran bahwa program pembangunan sebaiknya harus didasarkan atas kepribadian dan potensi yang dimiliki suatu wilayah, maka segenap unsur stakeholders harus mengetahui kepribadian dan potensi lokal yang dimiliki oleh daerah.

Secara geografis Pulau Rote, terletak di antara 10º27-11º Lintang selatan dan 122º 52º dan 123º 29º Bujur Timur dengan luas ±1200 km2 di tengah-tengahnya terdapat tanah yang berbukit serta batuan kapur yang terbentuk pada zaman mesozoikum. Pulau ini pada tanggal 11 Maret 2002 dewan perwakilan rakyat  (DPR) dalam sidang paripurna mengukuhkan Undang-Undang pembentukan Kabupaten Rote Ndao sebagai kabupaten baru yang dipisahkan dari Kabupaten Kupang, dan merupakan kabupaten paling 

selatan di Indonesia. Karena letak geografis menunjukan secara faktual bahwa benar-benar Pulau Rote  berada pada bagian paling selatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pulau Timor  pada khususnya sehingga muncul beragam penelitian sejarah menunjukan bahwa letak geografis tersebut dijadikan sebagai rujukan tentang asal mula dari suku bangsa tersebut.

Hasil penelitian terdahulu Fox yang disampaikan dalam ceramahnya di Undana 1973 menyinggung tentang persamaan suku Rote dengan penduduk Ceylon (Sri Langka) 

persamaan itu terutama pada nama-nama tempat dan kesamaan orang Ceylon menyadap lontar untuk mendapatkan nira serta pola kekeranbatannya. Namun hal ini belum dapat dinyatakan sebagai bukti bahwa orang Rote berasal dari Ceylon. (Z.Soh 2008:12)

Dalam buku Land Taal & Volkenkunde Van Nederlan’s Indie Yaargaang yang telah 

dikutip oleh peneliti terdahulu diketahui tentang uraian asal usul penghuni Pulau Rote berasal dari Pulau Seram. Dihubungkan dengan cerita rakyat serta penyair adat (manahelo), dapat dikatakan bahwa asal-usul mereka berasal dari Pulau seram. Hal ini diperkuat oleh Widiyatmika yang penelitiannya dituliskan dalam Buku Lintasan Sejarah Bumi Cendana, bahwa di Pulau Rote terdapat klen yang menyatakan dari Maluku yakni  bernama Alo Kai. Ia merupakan Nenek Moyang suku golongan Nafetin dan Mbae dan juga ada nenek moyang yang bernama Ma Bula datang dari Seram melaui Amfoan,  dan sampai di Termanu, serta ada juga nenek moyang yang bernama Pada Lalais  yang juga datang dari Seram dan melalui Amfoang dan sampai di Termanu hal ini ketika bumi cendana di bawah pengaruh kerajaan Ternate.

Jika kemudian disepakati bahwa kesadaran sejarah memiliki makna yang signifikan 

dan ikut serta memecahkan persoalan-persoalan dalam level kebangsaan, maka hasil penelitian terdahulu seperti yang tertera di atas  perlu adanya suatu penelitian lanjutan untuk mengetahui tentang asal usul suku bangsa Rote, dan untuk dapat menjawab persoalan tersebut, perlu adanya pendekatan melalui geohistori sebagai ilmu bantu sejarah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut , dengan pendekatan geohistori penulis 

tertarik untuk mengkaji tentang. cikal-bakal suku Rote. Dengan harapan dapat memecahkan pandangan multi tafsir dikalangan masyarakat umum dan orang Rote secara khusus  Untuk ditulis dalam karya ilmia dengan judul: Suku Yang Terabaikan  (Suatu kajian geohistori tentang asal-usul suku Rote di pulau Roti Provinsi Nusa Tenggara Timur)

DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour, 1996; Analisis Gender & Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Hariyono. 1995. Mempelajari sejarah, pustaka jaya. Jakarta

Miles, Hubermen. 2009. Penelitian Sosial. Rineka Cipta: Jakarta

Muchtar, Yati, 2001; “Gerakan Perempuan Indonesia Dan Politik Gender Orde Baru”, Jurnal Perempuan Untuk Pencerahan Dan Kesetaraan, No. 14.

Soewondo, Nani, 1984; Kedudukan Wanita Indonesia Dalam Hukum Dan Masyarakat,  Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soekito, Sri Widoyatiwiratmo, 1989; Anak Dan Wanita Dalam Hukum, LP3ES, Jakarta.

Sugiono. 2009. Metode penelitian kualitatif. Alfabeta.: Bandung

Taek. 2009. Petualangan Intelektual Menuju Penelitian Pendidikan. Gita Kasih: Kupang

Horton. 1974. First Edition: The Sociology of Social Problems. CLIFFS: New Jersey USA.

Widiyatmika, M. 2007. Lintasan Sejarah Bumi Cendana. Pusat pengembangan

Madrasah: Kupang.

Fox J, James. 1996. Panen Lontar: perubahan ekologi dalam kehidupan masyarakat

pulau Rote dan Sawu. Sinar Harapan: Jakarta

Sedyawati, Edi. 2007. Budaya Indonesia: kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.

Raja Grafindo Persada: Jakarta

            Soh, Andre dan Indrayana Maria. 2008. Rote Ndao Mutiara dari Selatan.

Kelopak: Jakarta

            Depdikbud. 1998.  Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Timur: Kupang

            Pringgodigdo, A.K. 1994. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Dian Rakyat:  Jakarta

            Badan pengembangan kebudayaan dan pariwisata. 2002. Mencermati Nilai 

Budaya

Masa Lalu Dalam Menatap Masa Depan: Bedugul

https://m.google.com/app/basic/stream/z130ctpaqn2jc1pkl224hl2jermavxzop04?cbp=ryv2bbe8ab11&partnerid=operamini1104&sview=1&cid=5&soc-app=115&soc-platform=1&att=false&at&spath=/app/basic/103899965905295269076/posts&sparm=cbp%3Drdbbmnyntlsc%26partnerid%3Doperamini1104%26sview%3D20%26cid%3D5%26soc-app%3D115%26soc-platform%3D1%26spath%3D/app/basic/photos/%252BRenaNozawa/album/5981023516777264673/5981023513156417474%26sparm%3Dcbp%253Dp8yqymxsu7cn%2526partnerid%253Doperamini1104%2526sview%253D27%2526cid%253D5%2526soc-app%253D115%2526soc-platform%253D1%2526spath%253D/app/basic/%25252BRenaNozawa/posts%2526sparm%253Dcbp%25253D1r4nac396t2nh%252526partnerid%25253Doperamini1104%252526sview%25253D27%252526spath%25253D/app/basic/%2525252BRenaNozawa/posts%252526sparm%25253Dcbp%2525253D176rggoq4p3tq%25252526partnerid%2525253Doperamini1104%25252526sview%2525253D27%25252526stct%2525253DCAIQge_b47zPtgIgHigB%25252526spath%2525253D/app/basic/stream%25252526sparm%2525253Dcbp%252525253Db1oi992f8erc%2525252526partnerid%252525253Doperamini1104%2525252526sview%252525253D27

Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob