AS sedang Kembangkan Robot Mata Mata Bawah Air
NEW YORK – Dipicu oleh keberhasilan
pesawat terbang mata-mata tanpa awak di Afghanistan, angkatan bersenjata
Amerika Serikat sedang sibuk merancang sebuah armada kapal selam
pengintai tanpa awak, yang dikendalikan secara robot.
Menjelajahi perairan dekat pantai secara diam-diam, kapal selam itu akan
memburu ranjau seraya membuat peta yang diperlukan untuk melakukan
invasi pasukan tempur.
”Lebah-lebah” bawah air untuk masa depan itu, yakni kendaraan-kendaraan
bawah air tanpa awak, bahkan bisa melepaskan torpedo ke kapal-kapal
perang atau kapal selam musuh.
”Ini menyangkut suatu operasi penyerangan di daerah yang dikuasai
musuh,” ujar Kapten David Olivier, deputi direktur divisi kapal selam
angkatan laut AS. ”Ini merupakan suatu cara memperpanjang jangkauan
kapal selam atau kapal perang dalam situasi yang serba rahasia.”
”Lebah-lebah” bawah air tersebut diharapkan dapat mulai dioperasikan dari suatu kapal selam bulan Desember 2004.
Pentagon sendiri sedang berusaha meningkatkan upaya untuk meminta
pendanaannya, sehingga program itu dapat diselesaikan dua tahun lebih
awal dari rencana semula, 2007.
Sistem yang disebut Mission Reconfigurable UUV tersebut, dapat membawa
peralatan-peralatan mulai dari radar hingga ke alat perekam suara dan
senjata-senjata.
Meskipun mengalami penambahan biaya, program UUV bernilai US$ 83 juta
ini masih tergolong sebagai bagian kecil dari anggaran pertahanan
Pentagon US$ 379,3 juta yang diminta untuk tahun 2003.
Sudah lebih dari seabad angkatan laut dari berbagai negara menemui
halangan dari ranjau-ranjau yang ditebar di laut. Bom-bom yang sederhana
itu dirancang untuk melindungi pelabuhan atau area yang bakal dijadikan
tempat pendaratan oleh musuh. Bom-bom seperti itu akan meledak bila ada
kapal yang mendekatinya.
Untuk mencari dan membersihkannya merupakan suatu pekerjaan yang sangat
sulit. Dan itu telah dialami oleh angkatan laut AS sewaktu ranjau yang
dipasang oleh Irak pernah menghancurkan kapal-kapal perangnya pada tahun
1991.
”Kita tidak boleh mengambil risiko atas kapal-kapal pengangkut pesawat
tempur dan menuntun kapal perang atau kapal selam di perairan yang
pernah ditebari ranjau dari peninggalan Perang Dunia I dan Perang Dunia
II itu,” ujar Olivier.
Sebenarnya, sudah sejak tahun 1950-an angkatan udara AS mencoba
menerbangkan pesawat mata-mata ke Cina, tetapi belum membuahkan hasil
yang memuaskan sampai tahun 1990-an.
Di Afghanistan, ”lebah” Predator yang diperlengkapi dengan alat sensor
canggih telah berhasil membuntuti konvoi Taliban dan memancarkan kembali
koordinat-koordinat sasaran tersebut melalui siaran video langsung
kepada para penerbang AS.
Agen rahasia AS CIA baru-baru ini menimbulkan kegempara di kalangan
angkatan bersenjata AS sewaktu badan mata-mata itu menggunakan Predator
yang dipersenjatai melancarkan serangan udara yang mematikan di
Afghanistan , serangan ”lebah” pertama yang pernah dilancarkan dalam
sejarah perang AS.
Sekarang, angkatan laut AS menginginkan secuil dari aksi tanpa manusia itu.
Sulit Dimatikan
Robot bawah air menyerupai torpedo itu, yang dilepaskan dari suatu kapal
selam, akan menyelinap di bawah pengendalian alat yang dihubungkan
dengan satelit mata-mata. Si ”lebah” ini akan menunjukkan keberadaan
kapal-kapal di permukaan laut yang sangat rawan
”Agar lebih sunyi dalam beraksi, lebih baik di bawah air,” kata Bob Martinage, seorang analis militer.
Dan si ”lebah” bawah air yang dilengkapi dengan alat sonar itu lebih
sulit dimatikan oleh musuh dibandingkan dengan ”iparnya” yang terbang
dengan dikendalikan oleh pilot secara diam-diam dari jarak jauh dengan
menggunakan komputer.
Karena umumnya gelombang radio sulit menembus air, maka si ”lebah” bawah
air ini hanya dapat mengirimkan dan menerima sinyal-sinyal dengan
gelombang suara yang sangat rendah, sehingga cukup menyulitkan si
petugas yang mengendalikannya..Lantas data-data yang direkam dengan
sistem sonar itu pun dapat diambil setelah si ”lebah” kembali ke
induknya.
”Tidak ada manusia yang diikutsertakan dalam aksi semacam itu,” ujar Olivier. ”Semua berjalan secara otonomi.”
Si ”lebah” bawah air sebaliknya tergantung kepada intellijen buatan
untuk mengarahkan pola pencarian, termasuk juga untuk membedakan antara
ranjau yang mematikan dengan, katakanlah, bangkai kapal yang karam.
Angkatan laut Amerika Serikat dalam hal ini mempercayakan pengembangan
si ”lebah” bawah air kepada perusahaan penerbangan dan alat-alat canggih
lainnya, Boeing.
Untuk merampungkan sebuah kapal selam berikut dua ”lebah” bawah air dan
sarana-sarana pendukungnya diperlukan dana sebesar US$ 21 juta. Demikian
Kapten John Lambert, seorang manajer program alat ini.
Para ahli persenjataan seperti Olivier dan lain-lain lebih terkesan pada
apa yang mereka namakan Mission Reconfigurable UUV, yang rinciannya
belum disampaikan kepada calon serius kontraktor. Angkatan laut masih
berusaha memperhitungkan lebih matang misi-misinya yang potensial.
”Anda bisa menitipkan apa saja pada alat ini untuk ditempatkan di tempat
yang Anda tuju yang tidak mungkin dicapai dengan kapal selam atau kapal
perang biasa,” ujar Olivier dan menambahkan bahwa kita dapat
mempersenjatainya dengan senjata serang.
Dalam pada itu, sistem kesenjataan serupa sedang dikembangkan oleh
Durham, sebuah lembaga riset yang berpusat di North Carolina atas biaya
badan riset pertahanan.
Di situ dikembangkan berjenis-jenis robot bawa air berukuran
macam-macam, mulai dari yang sebesar rokok hingga roti tawar, cukup
kecil untuk dengan gampang dijatuhkan dari udara.
Angkatan laut AS boleh jadi juga ingin menggunakan ”sekolah-sekolah
robot bawah air” tersebut – yang dapat berkomunikasi satu sama lain –
untuk mencari pesawat-pesawat terbang yang jatuh di laut. Demikian
diungkapkan oleh Chuck Pell dari lembaga riset dari North Carolina itu.
”Lebah-lebah” itu ditebar di suatu area, dan dalam beberapa jam saja
sudah menemukan objek yang dicari, yang kalau dilakukan dengan cara
biasa akan memakan waktu berhari-hari,” ujarnya.
Satuan khusus angkatan laut Amerika SEAL boleh jadi akan menggunakan UUV
sebagai bagian dari landasan dalam melancarkan suatu penelitian sebelum
melancarkan suatu invasi.
Ada satu butir bernilai US$ 3,4 miliar dalam anggaran pertahanan 2003
untuk mengkonversikan empat kapal selam nuklir Trident menjadi
”perahu-perahu” darat penyerang yang tidak gaduh. Kapal-kapal ini akan
mengangkut 66 SEAL dan kapal selam mini pendaratnya bersama dengan 154
rudal penjelajah Tomahawk.
”Sejalan dengan perkembangan waktu, kita semakin menggantungkan diri
pada dasar-dasar penggabungan berbagai peralatan,” ujar Olivier. ”Dan
UUV memainkan peran besar dalam penggabungan armada itu,” ujarnya lagi.
Sumber : Sinar Harapan
https://zeniad.wordpress.com/2009/05/19/as-sedang-kembangkan-robot-mata-mata-bawah-air/
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.