Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar (TPBB) Part II
Bahan Bakar
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran ka lor.
Bahan bakar dibakar dengan tujuan untuk memperoleh kalor
tersebut, untuk digunakan baik secara langsung maupun tak
langsung. Sebagai contoh penggunan kalor dari proses pembakaran
secara langsung adalah:
- Untuk memasak di dapur-dapur rumah tangga
- Untuk instalasi pemanas
Sedangkan contoh penggunaan kalor secara tidak langsung adalah:
- Kalor diubah menjadi energi mekanik, misalnya pada motor bakar
- Kalor diubah menjadi energi listrik, misalnya pada pembangkit listrik tenaga diesel, tenaga gas dan te naga uap
Beberapa macam bahan bakar yang dikenal adalah:
- Bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
- Bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium. Pada bahan bakar nuklir, kalor diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa radioaktif.
- Bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, minyak hewani.
Bahan
bakar konvensional, ditinjau dari keadaannmya dan wujudnya dapat
padat, cair atau gas, sedang ditinjau dari cara terjadinya dapat alamiah
dan non -alamiah atau buatan atau “manuvactured”. Termasuk bahan bakar
padat alamiah ialah: antrasit, batubara bitumen, lignit, kayu api, sisa
tumbuhan. Termasuk bahan bakar padat non- alamiah antara lain: kokas,
semi-kokas, arang, briket, bris, serta bahan bakar nuklir. Bahan bakar
cair non-alamiah antara lain: bensin atau gasolin, kerosin atau
minyak tanah, minyak solar, minyak residu, dan juga bahan bakar padat
yang diproses menjadi bahan bakar cair seperti minyak resin dan
bahan bakar sintetis. Bahan bakar gas alamiah misalnya: gas alam
dan gas petroleum, sedang bahan bakar gas non -alamiah misalnya gas
rengkah (atau cracking gas) dan “produce gas”.
Pembakaran
Pembakaran
adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat
terb akar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor.
Pembakaran
spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi perlahan-
lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan
tetapi dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan s ampai
mencapai suhu nyala.
Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air (= H2O) dan gas SO2, sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Komposisi Bahan Bakar
Bahan
bakar fosil dan bahan bakar organik lainnya umumnya tersusun dari
unsur-unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksig en), N (nitrogen),
S (belerang), P (fosfor) dan unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil,
namun unsur-unsur kimia yang penting adalah C, H dan S, yaitu
unsur-unsur yang jika terbakar menghasilkan kalor, dan disebut sebagai
“bahan yang dapat terbakar” atau “combustible matter”, disingkat dengan
BDT.
Unsur-unsur
lain yang terkandung dalam bahan bakar namun tidak dapat
terbakar adalah O, N, bahan mineral atau abu dan air. Komponen-komponen
ini disebut sebagai “bahan yang tidak dapat terbakar” atau “non
-combustible matter”, disingkat dengan non-BDT.
Secara singkat komposisi bahan bakar padat dinyatakan menurut:
1. Analisis pendekatan (proximate analysis), yaitu kandungannya akan BDT, air, abu.
BDT terdiri dari:
- bahan yang bila terbakar membentuk gas atau uap, yait u gas CO2, CO, SO2, uap air. Bahan ini disingkat dengan BTG.
- bahan yang jika terbakar tidak membentuk gas, dan pembakaran lebih lanjut terhadap bahan ini menghasilkan kokas. Bahan ini disebut “karbon tetap” atau “fixed carbon” disingkat KT.
Setelah proses pembakaran:
- BTG: terbakar menghasilkan gas -gas CO2, CO, SO2, dan uap air yang keluar sebagai gas asap atau gas buang.
- non-BDT: unsur O dan N membentuk gas -gas oksigen (O2) dan nitrogen (N2), dan keluar sebagai gas asap. Komponen abu tetap tinggal di ruang pembakaran, ditampung oleh penampung (“ash pit”), dan keluar sebagai sisa pembakaran (“refuse”) disingakt SB.
- KT: terbakar membentuk kokas. Kokas mempunyai kandungan karbon mendekati 100%.
b. Analisis tuntas (ultimate analysis), yaitu komposisi bahan sampai unsur- unsurnya, seperti kandungan
C, H, O, N, S, abu dan air. Air yang terkandung dalam bahan bakar
mencakup:
- air yang menempel secara mekanis.
- air senyawa, yaitu air yang dapat terbentuk jika unsur O dan H dalam bahan bakar mempunyai perbandingan stoikiometeris.
Bahan
bakar cair terdiri dari seyawa hidrokarbon atau campuran beberapa
macam senyawa hidrokarbon. Pada minyak bumi, kandungan hidrokarbon
terdiri dari C5 sampai C16, meliputi seri parafin,
napftena, olefin dan aromatik. Hidrokarbon-hidrokarbon tersebut
kadang-kadang merupakan senyawa ikatan dengan belerang, oksigen
dan nitrogen, yang jumlahnya beragam.
Bahan-bahan gas terdiri dari campuran senyawa -senyawa C dan H yang mudah terbakar (CH4, C2H6, C2H4,
C2H2, CO, H2 dan lain -lain), serta gas -gas yang tidak terbakar
(N2, CO2, SO2). Senyawa C dan H tersebut tidak selalu
senyawa hidrokarbon (CO, H2). Contoh bahan bakar gas adalah gas alam
yang merupakan campuran gas -gas parafin hidrokarbon jenuh
seperti metana, etana, gas nitrogen, gas karbon dioksida, dan lain
-lain.
Kandungan
air di dalam bahan bakar cair dan bahan bakar gas terbats pada harga
nisbi menurut kelarutanair di dalam cairan dan dalam gas
tersebut. Kandungan air, kandungan abu dan kandungan belerang dalam
bahan baka r sangat menentukan mutu bahan bakar tersebut, karena
bahan-bahan tersebut mempengaruhi besarnya nilai kalor dan sekaligus
menentukan spesifikasinya.
Spesifikasi Bahan Bakar
Spesifikasi bahan bakar yang terpenting adalah:
a. Nilai Kalor atau “Heating Value” atau “Calorific Value” atau Kalor Pembakaran.
Nilai
kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna 1
kilogram atau satu satuan berat bahan bakar padat atau cair atau 1
meter kubik atu 1 satuan volume bahan bakar gas, pada keadaan baku.
Nilai
kalor atas atau “gross heating value” atau “higher heating value”
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat
bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas,
pada tekanan tetap, suhu 250C, apabila semua air yang mula -mula
berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
Nilai
kalor bawah atau “net heating value” atau “lower heating value” adalah
kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang
diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang
terbentuk dari pembakaran bahan bakar untuk menguap pada 25
derajat Celcius dan tekanan tetap. Air dalam sistem, setelah
pembakaran berwujud uap air pada 25 derajat Celcius.
b. Kandungan Air di dalam Bahan Bakar
Air yang terkandung dalam bahan bakar padat terdiri dari:
- Kandungan air internal atau air kristal, yaitu air yang terikat secara kimiawi.
- Kandungan air eksternal atau air mekanikal, yaitu air yang menempel pada permukaan bahan dan terikat secara fisis atau mekanis.
Air
dalam bahan bakar cair merupakan air eksternal,
berperan sebagai pengganggu. Air dalam bahan bakar gas merupakan
uap air yang bercampur dengan bahan bakar tersebut. Air yang
terkandung dalam bahan bakar menyebabkan penurunan mutu bahan
bakar karena:
- Menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk penguapan
- Menurunkan titik nyala
- Memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas buang.
Keadaan tersebut mengakibatkan:
- Pengurangan efisiensi ketel uap ataupun efisiensi motor bakar.
- Penambahan biaya perawatan ketel.
- Menambah biaya transportasi, merusak saluran bahan bakar cair (“fuel line”) dan ruang bakar.
c. Kandungan Abu
Abu
yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tak
dapat terbakar (non-BDT) yang tertinggal setelah proses pembakaran
dan perubahan-perubahan atau reaksi-reaksi yang menyertainya selesai.
Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar karena menurunkan nilai
kalor. Di dalam dapur atau dalam generator gas, abu dapat meleleh pada
suhu tinggi, menghasilkan massa yang disebut “slag”. Sifat kandungan
abu dapat ditandai oleh perubahan-perubahan yang terjadi bila suhunya
naik. Kalau suhu diberi lambang t, maka:
- t1 = suhu pada saat abu mulai deformasi
- t2 = suhu pada saat abu mulai lunak
- t3 = suhu pada saat abu mulai mencair
Kalau
abu meleleh pada suhu t3 < 13000C, maka abu bertitik leleh rendah.
Kalau abu meleleh pada suhu 13000C < t 3 14250 C; abu bertitik
leleh tinggi.
Slag dapat
menutup aliran udara yang masuk di antara batang-batang rooster (kisi-
kisi) dalam ruang pembakaran, menutupi timbunan bahan bakar dan
merusak dapur, serta abu yang terbawa oleh gas asap mengikis bidang
pemanasan ketel.
d. Kandungan Belerang
Apabila
bahan bakar yang mengandung belerang dibakar, belerang akan terbakar
membentuk gas belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3). Gas
-gas ini bersifat sangat korosif terhadap logam dan meracuni udara
sekeliling.
e. Kandungan BTG dan Daya Pembentukan Kokas
Jika
bahan bakar padat dibakar tanpa udara berlebihan, pertama
-tama yang menguap adalah air, baru kemudian gas -gas yang terbentuk
dari terbakarnya BTG. Sisa akhir pembakaran adalah KT atau kokas serta
abu. Makin tua umur geologis bahan bakar padat, makin rendah kandungan
BTG-nya.
f. Berat Jenis (Spesific Gravity)
Berat
jenis dinyatakan dalam gram per ml, dalam derajat API, dalam
lb (baca: “pound”) per galon, atau lb per cuft, dan derajat Baume.
Berat jenis disingkat sp. gr. atau sg.
Definisi:
perbandingan berat bahan bakar terhadap berat air, diukur pada
600F, yang pada suhu tersebut berat air = 62.4 lb/cuft. Sg bahan bakar
cair berubah oleh suhu, karena adanya ekspansi, terlebih-lebih sg bahan
bakar gas.
Ada beberapa satuan sg seperti antara lain:
- Sg 60/60 0F = 141.5 / 0API 131 .5, dimana 0API diukur pada 60 0F
- Sg 60/60 0F = 140 / 0Be 130, dimana 0Be diukur pada 60 0F
- Sg 60/60 0F = (lb/cu ft) /62.4, dimana lb/cu ft diukur pada 60 0F
- Sg 60/60 0F = (lb/gal) / 8.34, dimana lb/gal diukur pada 60 0F
Banyak hubungan antara Sg dengan sifat-sifat penting bahan bakar minyak, yaitu:
- Untuk pembakaran pada volume tetap: Nilai Kalor Atas, Btu/lb = 22 320 – [3 780 x (Sg)2]
- Untuk pembakaran pada tekanan tetap: Nilai Kalor Bawah, Btu/lb = 19 960 – [3 780 x (Sg)2] + (1 362 x Sg)
- Persen hidrogen, % = 26 – (15 x Sg)
- Kalor spesifik, Btu/lb 0F = kal/gr 0F = [0.388 x 0.00045 x t (0F)] : (Sg)1/2
- Kalor laten penguapan, Btu/lb = [110 .9 x 0.09 x t (0F)] : Sg
Rumus
pada butir 4 dan 5 sebenarnya hanya berlaku untuk
bahan bakar hidrokarbon murni tanpa adanya ikutan, namun karena
biasanya bahan ikutan jumlahnya kecil sekali, maka kedua rumus
tersebut masih aman untuk digunakan.
g. Viskositas
Viskositas
adalah kebalikan fluiditas atau daya alir. Makin tinggi viskositas
makin sukar mengalir. Mengingat kecepatan mengalir juga tergantung pada
berat jenis, maka pengukuran viskositas demikian dinyatakan sebagai
“viskositas kinematik”. Viskositas absolut = viskositas kinematik
berat jenis cairan.
Satuan viskositas antara lain: poise, gram/cm detik, atau dengan skala Saybolt Universaldiukur dalam detik.
Catatan:
Agar minyak dapat dipompa harus mempunyai viskositas 10000 detik SU
(Saybolt Universal), dan agar dapat dikabutkan dengan tekanan udara 1
psi harus mempunyai viskositas 100 detik SU.
Pengaruh
viskositas pada pengabutan sangat menentukan dalam mencapai pembakaran sempurna dan bersih. Jika pengabutan berlangsung
dengan viskositas lebih dari 100 detik SU dan tekanan udara kurang
1 psi, maka butiran-butiran kabut minyak terlalu besar hingga
susah bercampur dengan udara sekunder. Akibatnya aka n terbentuk
gumpalan karbon yang mengganggu burner dan dapur. Bagi minyak-
minyak berat, pemanasan pendahuluan harus dilakukan sebelum
pengabutan. Pemanasan pendahuluan ini gunanya untuk menurunkan
viskositas sampai di bawah 100 detik SU.
h. Flash Point
“Flash
point” adalah suhu dimana bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh
udara sekelilingnya disertai kilatan cahaya. Untuk menentukan kapan
minyak terbakar sendiri, Pensky-Martens memakai sistem “closed
cup”, sedang Cleveland memakai “open cup”. Uji dengan open cup menunjukkan angka 20 -30 0F lebih tinggi daripada dengan closed cup.
i. Titik Bakar atau “Ignition Point”
Titik
bakar adalah suhu dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada
keadaan baku dapat terbakar selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik.
j. Bau
Bau
tak enak yang khas biasanya ditimbulkan oleh senyawa belerang dalam
bahan bakar cair. Senyawa itu adalah belerang hidrokarbon atau merkaptan
yang bersifat korosif.
k. Titik Anilin
Titik
anilin adalah suhu dimana sejumlah volume yang sama dari bahan bakar
cair dan anilin tepat bercampur. Atau, suhu terendah dimana
terjadi awan yang disebabkan karena batas pemisahan fase cair dari
campurannya yang homogen sejumlah volume anilin yang sama dengan volume
sampel menjadi hilang.
l. Faktor Karakterisasi dan Titik Didih
Faktor
karakterisasi ini memberi petunjuk tentang watak dan
sifat-sifat termal fraksi minyak bumi. Di samping itu, juga menyatakan
perbedaan sifat parafinitas hidrokarbon secara kuantitatif atau indeks
parafinitas minyak bumi mentah. Faktor karakterisasi UOP ( Universal Oil Products Company) dinyatakan dalam K.
K = (TB)1/3 : Sg, di mana TB adalah titik didih rata-rata pada 1 atmosfer dalam derajat Rankine.
Bahan Bakar Padat
Bahan
bakar padat yang biasa dipakai dalam industri dan transport asi adalah
batubara. Batubara termasuk bahan bakar fosil karena terbentuk
dari sisa tumbuh- tumbuhan yang mengalami proses geologis
dalam jangka waktu jutaan tahun. Berdasarkan perbedaan umur
geologis, berturut-turut dari yang paling tua, batubara dibagi
sebagai:
- antrasit
- semi-bitumen
- bitumen
- sub-bitumen
- lignit
Makin
muda umur batubara, makin besar kandungan unsur hidrogennya, makin
rendah nisbah KT terhadap BTG. Karena berasal dari
tumbuh-tumbuhan maka batubara tersusun terutama oleh bahan
organik. Untuk menyatakan komposisi batubara, digunakan
analisis pendekatan dan analisis tuntas. Nilai kalor berkisar antara 9
000 -10000 kkal/kg, yang dipengaruhi oleh kadar C, H dan S.
Beberapa
rumus pendekatan yang diperoleh secara empiris, menyatakan
hubungan antara nilai kalor, kadar C, kadar H dan kadar S, ataupun
kadar KT dan BTG.
Rumus Dulong:
Nilai
kalor atas, NKA = 14490 C + 61000 Ha + 5550 S, di mana C, S, Ha =
fraksi berat karbon, belerang dan hidrogen bebas; dan NKA dalam Btu/lb.
Catatan:
1 Btu = 252 kalori
1 lb = 453.6 gram.
Rumus Calderwood:
C = 5.88 x 0.00512 x NKA x 40.5S x 0.0053 x 80 x 100(BTG : KT)1.55
C, S, BTG, KT = % berat C, S, BTG, KT dalam batubara
Kalau 100 BTG/KT > 80, tanda pada suku terakhir negatif.
Bahan Bakar Cair
Bahan
bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi
maupun rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi
adalah campuran berbagai hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok
senyawa: parafin, naphtena, olefin, dan aromatik. Kelompok senyawa
ini berbeda dari yang lain dalam kandungan hidro gennya.
Minyak
mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam fraksi,
seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar,
minyak bakar, dan lain -lain. Setiap minyak petroleum mentah
mengandung keempat kelompok senyawa tersebut, tetapi
perbandingannya berbeda. Perbedaan minyak mentah yang utama ialah:
- Minyak aspaltik, yang terdiri sebagian besar naphtena dan aromatik
- Minyak prafin, sebagian besar berupa parafin (lilin)
a. Bensin atau Gasolin atau Premium
Gasolin dibuat menurut kebutuhan mesin, seperti avgas (aviation gasoline),
premium dan gasolin biasa, terdiri dari C4 sampai C12. Sifat
yang terpenting pada gasolin adalah “angka oktana”. Angka oktana
adalah angka yang menyatakan besarnya kadar isooktana dalam
campurannya dengan normal heptana. Isooktana mempunyai angka
oktana 100, sedang normal heptana mempunyai angka oktana 0.
Makin tinggi angka oktana gasolin semakin baik unjuk kerjanya.
b. Kerosen
Termasuk kerosen adalah:
- Bahan bakar turbin gas pada pesawat terbang.
- Minyak bakar, biasa dipakai untuk dapur rumah tangga, bahan bakar kapal laut, dan penerangan lampu kereta api di masa lalu.
Mutu
kerosen tergantung pada sifatnya dalam uji lampu (lamp test) dan uji
bakar, seperti timbulnya asap dan kabut putih. Asap disebabkan oleh
hidrokarbon aromatik sedang kabut putih oleh disulfida.
c. Bahan Bakar Diesel
Bahan
bakar diesel atau minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin
diesel atau “compression ignition engine”. Mutunya ditentukan
oleh angka cetana. Makin tinggi angka cetana, makin tinggi unjuk
kerja yang diberikan oleh bahan bakar diesel. Angka cetana adalah
besarnya kadar volume cetana dalam campurannya dengan metilnaphtalen.
Cetan murni mempunyai angka cetana = 100, sedang
aromatik mempunyai angka cetana 0. Unjuk kerja adalah persentase
rata-rata daya yang dapat diperoleh dari mesin dengan bahan bakar
tertentu dibandingkan dengan daya yang diperoleh dari bahan bakar
yang mempunyai angka cetana 100.
d. Minyak Residu
Minyak
residu biasa digunakan pada ketel uap, baik yang stasioner maupun yang
bergerak. Dalam hal instalasinya, pemakaian minyak residu dalam ketel
uap akan lebih murah dibanding batubara. Disamping itu, pemakaian
minyak residu tidak menimbulkan masalah abu. Akan tetapi pada ke tel
uap tekanan tinggi dan suhu tinggi dapat menimbulkan korosi dan
kerusakan pada “superheater tube”. Pemakaian minyak residu kecuali dalam
ketel uap antara lain:
- Tanur dalam industri baja, tanur tinggi dalam industri semen dan industri lain yang mempunyai kaitan dengan semen, serta berbagai dapur dalam industri petroleum dan industri kimia.
- Mesin diesel, kecuali pada mesin diesel kecepatan tinggi seperti pada truk dan lokomotif, pada mesin diesel kapal serta mesin diesel berkecepatan rendah untuk pembangkit tenaga listrik.
- Turbin gas.
Bahan Bakar Gas
Termasuk dalam bahan bakar gas antara lain:
a. Asetilena
Gas
asetilena digunakan dalam pengelasan dan pemotongan logam, yang
memerlukan suhu nyala yang tinggi, dapat juga dipakai untuk
lampu karbida. Gas asetilena dapat membentuk asetilida yang eksplosif
jika dicampur dengan tembaga (Cu), terlebih-lebih dengan udara.
b. Blast Furnace Gas
Gas ini merupakan hasil samping peleburan bijih besi dengan kokas dan udara panas di dalam “blast furnace”.
c. Gas Air Biru ( Blue Water Gas)
Dibuat dari reaksi antara kukus (steam) dengan karbon padat yang dipanasi pada suhu tinggi, merupakan campuran antara gas H2 dan gas CO.
d. Gas Batubara
Gas
batubara disebut juga gas kota, dibuat dari dis tilasi destruktif
batubara dalam retort tertutup dengan pemanasan tinggi.
e. Gas Alam
Gas
alam tersusun dari parafin hidrokarbon, khususnya gas metana bercampur
dengan nitrogen, N2, dan karbon dioksida, CO2, diperoleh dari
tambang dengan pengeboran tanah melalui batuan kapur atau batuan
pasir. Kandungan metananya di atas 90%.
f. Gas Petroleum
Gas
petroleum diperoleh dari fraksionasi minyak bumi mentah, dan dapat juga
dari gas alam, mengandung propana dan butana sebagai komponen terbesar.
Proses Pembakaran
Dalam pembakaran proses yang terjadi adalah oksidasi dengan reaksi sebagai berikut:
- Karbon + oksigen = Karbon dioksida + panas
- Hidrogen + oksigen = Uap air + panas
- Sulfur + oksigen = Sulfur dioksida + panas
Pembakaran
di atas dikatakan sempurna bila campuran bahan bakar dan oksigen
(dari udara) mempunyai perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh
sisa. Bila oksigen terlalu banyak, dikatakan campuran “lean”
(kurus). Pembakaran ini menghasilkan api oksidasi. Sebaliknya, bila
bahan bakarnya terlalu banyak (atau tidak cukup oksigen), dikatakan
campuran “rich” (kaya). Pembakaran ini menghasilkan api
reduksi. Api reduksi ditandai oleh lidah api panjang,
kadang-kadang sampai terlihat berasap. Keadaan ini juga disebut
pembakaran tidak sempurna.
Seperti
diketahui, oksigen untuk pembakaran diperoleh dari udara yang terdiri
dari 20% O2 dan 80% N2. Sebagai contoh, bila diperlukan 1 lb O2,
berarti memerlukan 4.32 lb udara atau setiap cu ft O2 perlu 4.78 cuft
udara. Gas N2 yang mengisi 80% dari udara, tidak ikut dalam reaksi
pembakaran, malahan menghisap panas dari hasil reaksi pembakaran. Untuk
menentukan jumlah O2 yang tepat pada setiap pembakaran,
merupakan hal yang tidak mudah. Pada umumnya dipakai
kelebihan udara. Keuntungannya tidak terjadi pemborosan bahan bakar.
Kerugiannya mengurangi panas hasil pembakaran. Untuk ini dijaga ada
kelebihan udara, tetapi tidak terlalu banyak (antara 5-15%).
Dalam
pembakaran, ada pengertian udara primer yaitu udara
yang dicampurkan dengan bahan bakar di dalam burner (sebelum
pembakaran) dan udara sekunder yaitu udara yang dimasukkan dalam
ruang pembakaran setelah burner, melalui ruang sekitar ujung burner atau melalui tempat lain pada dinding dapur.
Perbandingan Udara -Bahan Bakar
Untuk memperoleh reaksi pembakaran yang baik diperlukan:
1. Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan udara.
Table 1 Proper Combining Proportions for Perfect Combustion
Fuel
|
State | Symbol |
cu ft O2 per cu ft fuel
|
cu ft air per cu ft fuel
|
lb O2 per lb fuel | lb air per lb fuel |
cu ft O2 per lb fuel
|
cu ft air per lb fuel
|
Carbon
Hydrogen Carbon monoxide Sulfur Methane Ethane Propane Butane Octane
|
Solid
Gas
Gas Solid Gas Gas Vapor Vapor Liquid
|
C
H2
CO S CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C8H18
|
…
0.5
0.5
…
2
3.5
5
6.5
…
|
…
2.39
2.39
…
9.56
16.72
23.9
31.1
…
|
2.667
8
0.572
1
4
3.735
3.635
3.585
3.51
|
11.52
34.5
2.47
4.32
17.28
16.12
15.68
15.48
15.15
|
31.65
94.8
6.79
11.87
47.4
44.3
43.1
42.6
41.6
|
151.3
453
32.5
56.7
226.5
212
206.5
203.5
199
|
2. Pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan udara.
Campuran yang baik adalah yang homogen dan tiap partikel bahan bakar harus kontak langsung dengan partikel udara.
Pada umumnya bahan bakar telah berubah menjadi uap (combustible vapor) sebelum terbakar. Untuk mempercepat terjadinya “combustible vapor” diperlukan proses pengabutan.
Butiran-butiran
kabut tersebut luas permukaannya menjadi sangat besar, hingga
mempercepat penguapan. Untuk bahan bakar padat, tentunya tidak dapat
dilakukan pengabutan. Untuk mendekati bentuk kabut tersebu t diperlukan
pemecahan/penghalusan butirannya dalam “pulverizer” dan sprayer.
3. Permulaan dan kelangsungan penyalaan campuran.
Pada
awal pembakaran, diperlukan nyala api atau loncatan api listrik
setelah sebagian kecil bahan bakar mulai terbakar, maka
sebagian panas pembakaran digunakan untuk menaikkan suhu bahan
bakar sampai suatu saat suhu bahan bakar cukup tinggi untuk
terbakar sendiri. Bila kondisi ini sudah dicapai, bantuan nyala api
sudah tidak diperlukan lagi.
Susunan Gas Asap
Apabila
pembakaran berlangsung sempurna, maka susunan gas asap hanya
terdiri dari: CO2, H2O, SO2, N2 dari udara dan O2 kelebihan.
Pembakaran tidak sempurna, maka disamping gas -gas tersebut di
atas, terjadi pula gas CO serta sisa bahan bakar yang tidak terbakar.
Besarnya kadar gas CO2 dalam gas asap merupakan indikator sempurna atau
tidak sempurnanya pembakaran.
Neraca Bahan dan Neraca Kalor
Berat massa bahan yang masuk ruang pembakaran = berat massa bahan yang keluar.
Aliran masuk ruang bakar:
- bahan bakar (a)
- udara uap air (b)
Aliran keluar ruang bakar:
- gas hasil pembakaran (c)
- sisa udara dan air (d)
- sisa pembakaran (e), yang terdiri dari sisa bahan bakar, abu dan air
Neraca: a + b = c + d + e
Catatan:
- Bahan bakar (a) merupakan berat bahan bakar kering ditambah air (kelembaban)
- Udara uap air (b) merupakan berat udara ditambah uap air yang terkandung dalam udara.
- Air dalam d dan e adalah air yang terkandung dalam bahan bakar ditambah air dari kelembaban udara ditambah air yang terbentuk dari reaksi pembakaran.
Operasi Pembakaran
Kalor pembakaran yang diperoleh dari reaksi bahan bakar dengan udara dipergunakan untuk:
1. Menaikkan suhu bahan bakar yang dibakar dalam dapur.
2. Menaikkan suhu campuran bahan bakar dan udara.
3. Sebagian besar yang lain terbuang sebagai:
- radiasi ke sekeliling
- terbawa keluar cerobong dalam gas asap
- konduksi dan konveksi ke peralatan dapur
Temperatur dapur akan maksimum bila kehilangan-kehilangan di atas minimum.
Pada pengoperasian burner memperhatikan kecepatan nyala:
Pada nyala yang stabil, kecepatan nyala sama dengan kecepatan campuran bahan bakar dan udara yang keluar dari burner.
- Bila kecepatan nyala lebih besar akan terjadi “flash back”.
- Bila kecepatan nyala lebih kecil akan terjadi “blow off”.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan nyala:
- tekanan campuran bahan bakar dan udara
- suhu pembakaran
- perbandingan udara primer dan bahan bakar
- efek pendinginan dari lingkungan
Kecepatan nyala ini tidak dapat diperhitungkan lebih dahulu, kecuali pada keadaan yang sangat tertentu saja.
Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dalam pengoperasian dapur, perlu alat-alat kontrol sebagai berikut:
- Kontrol Suhu. Bahan bakar yang masuk ke dalam dapur banyaknya dikontrol oleh temperatur dalam dapur, antara lain pirometer radiasi dan temperatur atap dapur. Bila dibaca terlalu tinggi, maka jumlah bahan bakar harus dikurangi dan seterusnya.
- Kontrol Pembakaran. Pengaturan bahan bakar/udara digunakan flowmeter yang disambungkan dengan mekanisme servo pada katup kontrol otomatis.
- Kontrol Aliran. Menjaga kesetimbangan aliran pemasukan udara/bahan bakar dan pengeluaran gas asap.
Petunjuk kepada Operator
Di bawah ini beberapa petunjuk yang akan membantu para Operator dalam menangani beberapa jenis oven.
a. Oven dengan bahan bakar batubara.
- Kedalaman api 15 inchi dari pintu. Pemasukan batubara 1.5-2 sekop penuh tiap sq ft luas pembakaran. Bila kebanyakan menghasilkan asap dan boros bahan bakar.
- Kisi-kisi pembakaran harus selalu tertutup oleh bahan bakar, dijaga ketinggian nyala api, garukan digunakan bila perlu.
- Bara api yang tertutup abu harus dicegah dengan membersihkan api secara hati-hati. Setelah pembersihan nyala api akan bersih kembali.
- Jarak batangan penyangga api harus teratur dan bila bengkok harus segera diluruskan.
- Pemasukan udara dijaga agar nyala api baik.
- Kebocoran oven harus dicegah agar tidak ada udara luar masuk.
b. Oven dengan bahan bakar gas.
- Burner harus selalu bersih dan dipelihara secara rutin. Semua bagian pengatur harus mudah digerakkan. Pengontrol udara pada injektor seringkali macet oleh kotoran/korosi atau rusak.
- Penutup oven harus bebas, bekerja baik dan rapat, agar udara luar tidak masuk.
- Pengendalian udara yang tepat harus selalu dijaga agar nyala api baik. Untuk lebih tepat dilakukan analisa gas asap. Akan lebih membantu para Operator bila dilengkapi alat pencatat CO2.
- Pada blast furnace yang umumn ya bekerja dengan nyala api non luminous, nyala api yang panjang dan lemah, menunjukkan terlalu banyak gas. Aliran gas harus dikecilkan, hingga nyala api lebih pendek dan berwarna kekuning-kuningan. Atau menambah suplai udara hingga terdengar nyala api terkuat. Nyala api kekuning-kuningan dan cerah adalah yang paling baik. Makin cerah makin baik.
- Sekali burner disetel dengan menghasilkan nyala yang baik, jangan diubah-ubah lagi.
- Klep pada cerobong harus disetel untuk memperoleh kesetimbangan aliran dalam dapur. Cara pengetesan: Hembuskan asap/dekatkan nyala api kecil pada lubang di dinding oven. Bila asap tidak terisap masuk atau lidah api nyala tidak menuju ke lubang, maka letak “damper” betul.
- Bila oven tidak dipakai, saluran gas, udara dan damper harus ditutup.
c. Oven dengan bahan bakar minyak.
- Viskositas minyak harus benar.
- Minyak harus bebas air, karena dapat menunda pembakaran dan membentuk asap tebal.
- Burner harus dilengkapi dengan katup berskala yang menunjukkan besar-kecilnya aliran minyak.
- Burner harus dibuka dan dibersihkan secara teratur, sebaiknya tiap penggantian shift.
- Bila oven dimatikan, burner harus dipindahkan untuk melindungi dari panas radiasi.
- Celah lubang burner harus dicek secara periodik.
Aturan umum untuk penghematan bahan bakar:
- Dengan alat yang ada harus dibuat rencana agar beban oven selalu penuh.
- Nyala api harus selalu dijaga berada dalam oven. Agar dicegah terjadinya pembakaran di luar oven atau pada aliran gas asap.
- Pintu-pintu harus selalu dijaga dalam kondisi baik dan tertutup rapat/tidak bocor.
- Penggunaan bahan bakar harus disesuaikan dengan kondisi pembakaran.
- Jumlah bahan bakar harus selalu dicatat, demikian juga dengan berat bahan yang dipanaskan.
- Kebocoran pada dinding oven adalah penyebab besarnya kehilangan panas. Dinding oven harus selalu disemir dengan bahan tertentu antara lain campuran tanah liat dan semen api untuk mencegah bocoran udara.
Pencemaran
Pada
proses pembakaran bahan bakar konvensional (bukan bahan bakar
nuklir), tak dapat dihindari kemungkinan terjad inya pencemaran, baik
oleh komponen- komponen dalam gas asap yang bersifat racun bagi
kesehatan serta mengganggu kenyamanan manusia, maupun oleh radiasi
kalor.
Khusus pencemaran oleh bahan-bahan hasil pembakaran, meliputi 5 macam bahan pencemar utama yaitu:
1.
Partikulat, yaitu padatan atau cairan yang sangat kecil, tersuspensi
dalam gas asap. Partikulat ini terlepas ke atmosfer, dan efek yang
ditimbulkan berupa:
- terganggunya penglihatan oleh kabut partikulat
- menyebabkan bronkhitis, emphysema dan kanker
2. Bas belerang oksida, atau SOx, yaitu SO2 dan SO3.
- Biasanya gas SO3 terbentuk dalam dapur karena oksidasi SO2 menjadi SO3. Akibat yang ditimbulkan oleh gas -gas ini ialah:
- Apabila terjadi kontak dengan air akan terbentuk asam belerang (H2SO4) yang bersifat korosif terhadap logam dan merusak instalasi dapur.
- Gas SO2 dan SO3 membentuk kabut di atmosfer, mengakibatkan terjadinya hujan asam yang membahayakan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
- Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
3.
Gas nitrogen oksida, terbentuk apabila pembakaran dilakukan dalam
udara, pada suhu yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena gas
nitrogen N2 dan gas oksigen O2 bereaksi membentuk NO dan NO2. Efek
yang ditimbulkan oleh gas ini ialah:
- dapat merusak kehidupan tanaman dan binatang
- mengganggu kesehatan manusia karena menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan
- bersifat korosif pada logam
- menimbulkan hujan asam oleh terbentuknya asam nitrat di atmosfer
- apabila bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik dengan bantuan sinar matahari dapat menimbulkan kabut fotokimia
4.
Gas karbon monoksida yang terbentuk apabila pembakaran tidak
sempurna. Efek yang ditimbulkan oleh gas CO bagi kesehatan manusia
ialah apabila gas tersebut terhisap melalui pernafasan, gas CO
bereaksi dengan haemoglobin dalam darah, sehingga menghambat
transfer oksigen yang membahayakan kehidupan manusia.
5. Gas -gas senyawa organik.
Akibat
yang ditimbulkan oleh adanya gas ini adalah di atmosfer dengan gas NOx
membentuk oksidan berupa kabut. Kabut oksidan ini menimbulkan iritasi
pada mata, hidung dan tenggorokan.
https://kadasyouth.wordpress.com/2013/05/19/teknik-pembakaran-dan-bahan-bakar-tpbb-part-ii/
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.