Pada malam hari di tanggal 11 September 2001, Hendropriyono
kebetulan sedang berada di kantornya di lantai teratas markas BIN di
Pejaten, Jakarta. Kebetulan dia tengah menyiapkan bahan presentasi
kertas kerja di hadapan Direktur CIA George Tenet, berbarengan dengan
rencana kunjungan Presiden Megawati pekan berikutnya ke negeri Paman
Sam.
Di antara kertas kerja itu, ada laporan setebal 20 halaman
berisi temuan BIN mengenai alumni Afghanistan asal Indonesia, serta
kelompok Islam radikal dalam negeri, seperti Jamaah Islamiyah (JI) dan
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Di dalam laporan itu tertulis
nama-nama seperi Syeh Hussein dan Umar al Faruq, yang belakangan
tertangkap dan kabarnya dibawa ke sebuah ‘negara ketiga” oleh Pemerintah
AS.
Penggalan cerita tersebut merupakan kisah dari kerja
intelijen Indonesia dalam mengungkap jaringan terorisme yang semakin
menggencarkan operasinya melalui serangkaian aksi teror dan konflik SARA
di Tanah Air, sejak awal era tahun 2000-an. Kerja keras ini belakangan
berbuah manis, dengan tertangkapnya anggota-anggota jaringan teroris
yang secara estafet direkrut dan diyakini kuat memiliki keterkaitan
dengan organisasi besutan Osama bin Laden.
Dalam buku berjudul
asli Intel: Inside Indonesia’s Intelligence Service, Ken Conboy
menceritakan perjalanan panjang badan intelijen di negeri ini, sejak
dirintis oleh spymaster (kepala badan intelijen) pertama Indonesia
Zulkifli Lubis.
Dengan alur yang runtut sejak masa kemerdekaan,
Ken Conboy menuturkan jatuh bangun Badan Koordinasi Intelijen Negara
(Bakin), hingga menemukan kebangkitannya kembali di era kepemimpinan
Presiden Abdurrahman Wahid dan berubah nama menjadi Badan Intelijen
Negara (BIN).
Dalam kisah "Durna" Ken Conboy menuturkan
pemanfaatan intelijen untuk perebutan kekuasaan. Saat itu Badan Pusat
Intelijen (BPI) dipimpin oleh Subandrio yang dilecehkan dengan sebutan
Durna, dan digambarkan sebagai penasihat raja yang penuh tipu daya dalam
mitos wayang kulit Jawa. Diceritakan pula bagaimana keterlibatan
Subandrio menjelang peristiwa G30S/PKI 1965, dengan munculnya ‘Dokumen
Gilchrist’ yang memuat dugaan konspirasi terhadap Sukarno oleh para
jenderal Angkatan Darat, termasuk keterlibatan AS dan Inggris. Dokumen
ini dibantah keras oleh Panglima Angkatan Darat Achmad Yani, termasuk
tuduhan adanya Dewan Jenderal.
Pada Bab Tiga “Satsus Intel”, Ken
Conboy bercerita tentang pembentukan unit khusus Satuan Khusus Intelijen
(Satsus Intel) yang dibentuk dengan dana operasi dan pelatihan dari
CIA. Selain CIA, dukungan operasi juga datang dari Dinas Intelijen Luar
Negeri Inggris M16 dan badan intelijen Israel Mossad. Saat itu
mendapatkan izin mendatangkan instruktur dari Israel bukan perkara
mudah, mengingat Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk
Muslim dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negeri Yahudi itu.
“Kita akan mendatangakan istruktur Israel karena mereka yang terbaik di
dunia,” tutur pejabat Satsus Intel saat itu.
Dalam tugasnya,
Satsus Intel tidak melulu melakukan kerja-kerja kontra intelijen,
khususnya menghadapi mata-mata dari negeri-negeri komunis yang sempat
berkeliaran di Tanah Air. Kisah-kisah ini dibeberkan Ken dalam “Atraksi
Sampingan”.
Yang teraktual dari buku ini, Ken mencoba membeberkan
keterlibatan mata-mata BIN untuk mengurai jaringan terorisme yang
dilakukan kelompok militan, berikut jaringannya yang tersebar di Asia
Tenggara, Pakistan, hingga Timur Tengah. Dalam bab “Faruq” Ken
membeberkan kerja-kerja Tim Alfa yang akhirnya berhasil mengungkap sepak
terjang warga Kuwait Umar Faruq dan membekuknya di sebuah masjid di
Bogor, Jawa Barat.
Berbekal pengalamannya melakukan penelitian
dan pengamatan seputar operasi militer di Asia serta operasi-operasi
intelijen, Ken berhasil menembus sumber-sumber aktif maupun mantan
pejabat di intelijen. Karya Ken ini juga ditulis berdasarkan
sumber-sumber di media massa, dan juga berkas-berkas rahasia yang karena
perjalanan waktu sudah bisa diungkap.
Meski sebagai orang awam
tentunya akan sulit membuktikan apakah sumber-sumber yang digunakan Ken
adalah faktual, namun setidaknya buku ini bisa memberikan gambaran
mengenai kisah intel Melayu dalam perang adu pintar di dunia spionase.
Buku
ini cukup memberikan informasi dan beberan di tengah minimnya
dokumentasi mengenai sepak terjang organisasi intelijen di negara-negara
berkembang seperti Indonesia.
http://www.goodreads.com/review/show/121906056
Penulisw : Drs.Simon Arnold Julian Jacb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.