Competitive Intelligence
Kode Etik dalam Memperoleh Informasi Kompetitor
Review Jurnal : Competitive Information Policy ay Pratt & Whitnet – Havard Business Scholl
Pratt & Whitney adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produsen mesin pesawat militer dan sipil. Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat ini merupakan salah satu dari tiga besar produsen mesin-aero, dengan dua pesaing lainnya General Electric dan Rolls-Royce. Pratt & Whitney juga membuat turbin gas tetap untuk industri dan pembangkit tenaga, turbin kelautan, mesin lokomotif rel, dan mesin roket.
Pratt & Whitney adalah anak perusahaan dari United Technologies Corporation
(UTC) yang berbasis di Hartford Connecticut. Sebagai perusahaan
manufaktur multinasional dengan 200.000 karyawan dan pendapatan US $
21.400.000.000, UTC mempunyai beberapa unit bisnis seperti Pratt &
Whitney dan Carrier yang menjadi pemimpin dalam industrinya. Setengan
pendapatan dari UTC dihasilkan dari sektor kedirgantaraan dan
pertahanan.
Dalam sebuah jurnal Harvard Business School berjudul Competitive Information Policy at Pratt & Whitney
(2005) disebutkan bahwa Pratt & Whitney telah menerapkan suatu kode
etik tentang informasi para kompetitor. Proses penerapan kode etik ini
tidaklah mudah dan cepat. United Technologies Corporation (UTC) sebagai induk perusahaan bersama Pratt & Whitney dan Carrier
melakukan beberapa kali diskusi, pertemuan, dan loka karya untuk
merancang dan menerapkan kode etik tentang informasi kompetitor
tersebut.
CEO Richard Fletcher menunjuk Jack Egan sebagai ketua dari program
kode etik ini. Egan memulai proyek kode etik ini dengan usaha yang
sangat keras dengan meminta bantuan dari mantan Senator dan firma hukum
Howard Baker, yang dianggap Egan sebagai seseorang yang selamat dari
dunia politik tanpa masalah etika. Fletcher menuntut dua kriteria utama
untuk kode etik ini yaitu harus dipahami oleh rata-rata karyawan dan
harus berlaku untuk bisnis di seluruh dunia.
Banyak keraguan muncul ketika kode etik tentang informasi kompetitor
tersebut dimunculkan. Kode etik tersebut menuntut kebijakan paling
konservatif bahwa informasi tentang kompetitor hanya boleh diperoleh
dengan metode yang sah dan legal.
Kode etik tentang infomasi kompetitor yang akan diterapkan oleh Pratt & Whitney memiliki beberapa konsekuensi. Tentu saja karyawan Pratt & Whitney
mempunyai banyak pertanyaan bagaimana kode etik tersebut dapat
diterapkan untuk mengumpulkan informasi tentang informasi kompetitor.
Pertanyaan dari karyawan ini yang digunakan oleh UTC untuk melakukan
kajian tentang rancangan kebijakan kode etik informasi kompetitor. Di
sini lain karyawan memandang positif bahwa kode etik mempunyai peran
sebagai alat untuk memperkuat reputasi perusahaan dan melindungi
manajemen.
Dampak langsung dari penerapan kode etik tentang informasi kompetitor
tersebut adalah jumlah dokumen dan pesan elektronik yang diterima oleh Pratt & Whitney
yang berisi informasi kompetitior menurun tajam. Pada saat yang sama
pertanyaan tentang kode etik dan bagaimana menerapkannya dalam
pengumpulan informasi tentang kompetitor mengalir ke kantor Egan.
Egan mengadakan sesi diskusi dalam sebuah loka karya dan muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
- Haruskah anda menerima tawaran konsultan untuk memberikan harga kompetitor?
- Dapatkah anda menelpon seseorang kompetitor untuk mendapatkan informasi?
- Bagaimana jika anda adalah seorang perwakilan penjualan, dan sebuah maskapai penerbangan menawarkan salinan proposal kompetitor? Dokumen presentasi kompetitor?
- Bagaimana jika anda adalah seorang perwakilan penjualan mengunjungi sebuah maskapai penerbangan selama promosi, dan karyawan maskapai menunggalkan anda di kantor saja dengan proposal kompetitor anda terlihat jelas di atas mejanya. Mungkinkah anda melihat proposalnya?
- Bagaimana jika anda seorang perwakilan lapangan, dan karyawan perusahaan badan pesawat menawarkan informasi penawaran pesaing selama promosi aktif? Salinan dan spesifikasi untuk komponen turbin baru? Data pembakaran bahan bakar dan mesin kompetitor?
- Dapatkah anda meminta karyawan baru yang sebelumnya bekerja untuk kompetitor untuk informasi yang mungkin rahasia?
- Masakapai penerbangan telah terkomputerisasi catatan pemeliharaan pada mesin kompetitor. Apakah saya tetap bisa memasuki database ini.
Karyawan Pratt & Whitney meminta kepada Egan untuk
memberikan beberapa penjelasan dalam Kode Etik dan Q & A Booklet,
hal ini muncul atas kegelisahan bahwa karyawan di lapangan tidak
sepenuhnya memahami situasi atau hukum. Banyak aturan yang diterapkan
dalam Kode Etik justru akan memunculkan pencarian celah. Tuntutan atas
penjelasan mana yang “hitam”, “putih”, dan “abu-abu” harus disampaikan
kepada karyawan secara gamblang.
ANALISIS
Competitive Intelligence Pratt & Whitney
Kahaner (1996) dalam bukunya berjudul Competitive Intelligence,
menyebutkan bahwa : intelijen kompetitif adalah program sistematik
untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang kegiatan para
pesaing dan kecenderuangan-kecenderungan bisnis umum untuk mewujudkan
tujuan perusahaan anda sendiri. Kode Etik tentang informasi kompetitor
yang diterapkan di Pratt & Whitney merupakan rambu dalam
melaksanakan Competitive Inteligence.
Informasi tentang kompetitor yang diperoleh dalam kegiatan
Competitive Intelligence, bila dipraktikkan secara bertanggung jawab dan
etis maka hal tersebut adalah sah dan tidak melanggar hukum (legal).
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana mempertegas batasan kegiatan
memperoleh informasi tentang kompetitor tersebut sehingga dapat
memperjelas mana yang hitam, putih atau abu-abu.
Competitive intelligence berbeda dengan spionase industri seperti
mencuri informasi, menyadap telepon, dan lain-lain yang termasuk
melampui garis legal. Competitive intelligence mempunyai etika dan
menjunjung tinggi hukum. Hal inilah yang membedakan dengan intelijen di
bidang lain seperti intelijen tempur milik angkatan bersenjata atau
intelijen penegakan hukum yang dilakukan kepolisian.
Kunci utama dari competitive intelligence adalah melakukan analisis
dari informasi-informasi para kompetitor, dengan catatan informasi
tersebut diperoleh dengan cara sesuai dengan kode etik yang berlaku dan
tidak dengan cara yang ilegal. Hal inilah yang ditegaskan oleh manajemen
Pratt & Whitney sehingga muncul Kode Etik tentang Informasi
Kompetitor untukk ditaati oleh seluruh anggota organisasi.
Permasalahan Kode Etik
Munculnya Kode Etik tentang informasi kompetitor di lingkungan UTC
bermula dari hilangnya pangsa pasar, dan aktivitas kompetitor yang
menggunakan data tidak akurat dalam paket pemasaran. Karena hal tersebut
maka Pratt & Whitney memutuskan untuk mendirikan sebuah jaringan
informasi kompetitor pada bulan Januari 1990. UTC mengeluarkan kode etik
resmi dan menciptakan jaringan di seluruh dunia. Kode etik yang
diterapkan di Pratt & Whitney tidak begitu saja diterima dan
diterapkan oleh karyawan, masalah-masalah yang terjadi atas kode etik
atas informasi kompetitor tersebut adalah :
- menurunnya kuantitas informasi pesaing yang masuk ke perusahaan.
- munculnya wilayah abu-abu yang membuat kegelisahan pencari informasi tentang kompetitor
- kegelisahan karyawan tentang risiko yang harus diterima dari kode etik tentang informasi kompetitor
Alternatif Solusi / Perbaikan
- UTC/Pratt & Whitney sebaiknya bekerja sama dengan para kompetitor dalam industri yang sama seperti General Electric dan Rolls Royce untuk membuat Kode Etik tentang informasi kompetitor. Dengan kesepakatan kode etik yang sama dalam satu industri maka sesama perusahaan akan saling menghargai dan melaksanakan kode etik tersebut secara adil, sportif, dan etis. Hal ini juga menjadi kekuatan bagi industri untuk menjaga informasi-informasi dari kompetitor tidak langsung yang bisa menjadi industri subtitusi.
- Meningkatkan daya saing/kompetitif dengan menggunakan data yang akurat dan legal. Cara yang paling efektif dalam solusi ini adalah dengan menguatkan kemampuan analisis terhadap data yang diperoleh. Kekuatan dari intelijen kompetitif adalah bagaimana menganalisis data/informasi sehingga menjadi bahan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang dianalisis tentu saja tidak hanya bersumber dari data kompetitor yang diperoleh secara legal, tetapi juga data diluar kompetitor yang mempengaruhi dinamika bisnis. Intelijen kompetitif tidak hanya tentang kompetitor tetapi aspek lain seperti demografi, ekonomi, gaya hidup, perkembangan teknologi, distributor, pelanggan, pemasok, pemerintah dan regulasi industri, pangsa pasar, termasuk juga industri lain yang kemungkinan berpeluang sebagai substitusi. Kemampuan melakukan analisis informasi secara komprehensif akan mereduksi tindakan yang melanggar etik/legal yang bertujuan memperoleh informasi secara mudah dan cepat.
- Membuat database untuk menentukan batasan kegiatan yang termasuk kategori hitam dan putih dan memperbaruinya terus menerus. Hal ini harus dilakukan untuk mempersempit celah-celah yang dapat dimanfaatkan sebagai wilayah abu-abu dan multi tafsir. Perbaruan secara terus menerus yang sejalan dengan penerapan kode etik akan memperbaiki kode etik tersebut sekaligus sebagai proses pembelajaran karyawan. Adaptasi karyawan terhadap kode etik tersebut dapat berjalan dengan cepat dan baik jika karyawan dilibatkan secara aktif dalam menyusun dan mengembangkan kode etik tersebut sesuai dengan porsinya.
4.Memperjelas tanggung jawab karyawan dan manajer dalam penerapan kode
etik tentang informasi kompetitor. Hal ini untuk menguatkan pemahaman
di semua lini tentang hitam – putih suatu aktivitas sehingga tidak
muncul keresahan jika terjadi pelanggaran atas kode etik tersebut. Jika
tanggung jawab antar lini tidak jelas, maka sedetail apapun kode etik
yang telah dideklarasikan tidak akan dilaksanakan maksimal karena ada
celah bagi pelakunya untuk menghindari tanggung jawab.
Kesimpulan
Etika yang diterapkan dalam sebuah kode etik adalah suatu hal yang
sangat sensitif. Untuk menerapkan kode etik dalam sebuah organisasi
perlu mempertimbangkan beberapa hal sehingga dalam pelaksanaanya tidak
menjadi bumerang dan kontraproduktif bagi organisasi.
Untuk membuat dan menerapkan kode etik dalam intelijen kompetitif
maka organisasi perlu memahami bahwa intelijen kompetitif tidak berarti
spionase aktivitas kompetitor. Intelijen kompetitif adalah analisis
komprehensif dari berbagai aspek yang berpengaruh dalam bisnis.
Kode etik perlu disusun dengan melibatkan banyak pihak. Dalam
internal organisasi, kode etik perlu dikomunikasikan kepada seluruh lini
sesuai dengan porsinya. Dengan komunikasi yang baik maka semua lini
akan melaksanakan kode etik dengan penuh tanggung jawab.
Selain proses di internal organisasi, maka kode etik perlu
dikomunikasikan dengan kompetitor, bahkan kode etik intelijen kompetitif
akan lebih sempurna jika disusun bersama dengan kompetitor, sehingga
dalam satu industri terdapat satu kode etik yang bersama-sama ditaati. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.