Rudal Panggul Anti Pesawat
1. Rudal Panggul QW-3 yang disebut juga QianWei-3
Rudal QW-3 yang disebut juga QianWei-3 adalah rudal buatan CPMIEC (China
National Machinery Import and Export) RRC yang merupakan salah satu
alutsista yang dimiliki oleh Korps Paskhas yang ditempatkan di Batalyon
465 Paskhas. Rudal ini adalah rudal panggul (man pack) anti
serangan udara SAM (Surface Air Missile) jarak pendek yang mampu
menghadapi sasaran pesawat tempur berkecepatan tinggi, dengan jarak
jangkauan 8 km yang dilengkapi alat pemandu semi aktif laser (heat
seeker) pada moncongnya serta anti jamming dan teknologi micro computer sehingga akan sulit bagi pesawat sasaran untuk lolos dari pengejaran apabila sudah terkunci (locked) oleh rudal ini
Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Paskhas) berhasil menembak jatuh
pesawat
tempur musuh di Perairan Laut Cina Selatan dengan Rudal QW-3 pada Rabu, 5
Juni 2013, pukul 08.40 WIB, bertempat di Pantai Kura-Kura Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat.
2. Rudal Panggul Chiron
Rudal Chiron termasuk salah satu rudal generasi terbaru di kelasnya
yang dikembangkan lembaga riset Korsel selama lebih dari delapan tahun,
diproduksi oleh LIG Next1. Pengembangannya berdekatan dengan proyek
rudal PZR Grom dari Polandia. Bedanya Chiron memiliki kerjasama resmi
dengan Rusia sedangkan Grom diduga hasil spionase militer di perusahan
LOMO Leningrad pada saat pecahnya Uni Soviet 1991. Pada awalnya Korea
Selatan merintis pengembangan rudal panggul pada tahun 1995 oleh badan
penelitian pertahanan pemerintah dengan anggaran 71 juta dollar dengan
nama proyek KP-SAM Shingung. Pada tahun 2003 Korsel menerima pengiriman
rudal panggul Igla dari Rusia sebagai bagian dari pembayaran hutang
Rusia. Fase produksi rudal dimulai pada tahun 2004 dan penggelaran
operasional dilakukan pada September 2005. AD Korea Selatan memesan
sebanyak dua ribu unit rudal. Sensor pengindra inframerah dipasok pabrik
LOMO Rusia sedangkan sistem kendali, motor roket dan hulu ledak
dikembangkan sendiri oleh Korsel sendiri.
Rudal Chiron AD Korea Selatan
Peluncur rudal Chiron secara visual lebih
mirip dengan peluncur rudal Mistral Atlas atau meski sebenarnya tidak
menjalin kerjasama. Panjang misilnya 1,68 meter dengan diameter 80 mm.
Bandingkan dengan Grom dan Igla berdiameter sama 72 mm sedangkan Qian
Wei berdiameter 71 mm, Stinger berdiameter 70 mm. Namun lebih ramping
diameter dari RBS-70 yang 106 mm atau Mistral yang 90 mm. Misil Chiron
berbobot 14,4 kg ini lebih berat dari Grom dan Qian Wei serta Igla
maupun Stinger yang 10-an kilogram. Tapi masih lebih ringan dari bobot
misil Mistral yang 19,5 kg apalagi misil RB-70 yang harus dioperasikan
memakai tripod. Namun bobot misil plus peluncur yang mencapai 24,3 kg
tampaknya harus dilayani dua orang dengan tripod meski masih bisa
dioperasikan dari bahu oleh satu orang saja. Mengurangi nilai
portabilitas tapi lebih tahan pengecoh inframerah (IRCM/Infra Red
Countermeasures, misil dilengkapi interogator IFF (rekan atau lawan),
hulu ledak yang cukup besar (2,5 kg), dan daya tempuh maksimum 7000
meter dengan elevasi maksimum 3500 meter dan kecepatan luncur 700 meter
per detik (lebih dari 2 Mach). Peluncur dilengkapi dengan alat bidik
siang dan malam. Sensor misil dual mode yakni IR dan UV sehingga misil
lebih kebal jamming.
Pihak pabrikan mengklaim sistem Chiron cuma membutuhkan waktu
penembakan kurang dari tiga detik untuk meluncur setelah dipicu, MANPADS
Chiron menerima informasi dari sistem sensor dan mengirimkan informasi
posisi dan status misil ke TDR (Target Data Receiver) dari piranti GPS
yang ditanamkan dalam misil. Hulu ledak akan otomatis meledak jika misil
mendekati 1,5 meter dari target dengan menyebarkan 720 potongan fragmen
berenergi kinetik tinggi yang akan mengoyak badan maupun mesin
helikopter atau pesawat yang menjadi target. Integrasi sensor misil
dalam sistem C3 memperbesar daya pukul rudal dan efektivitas
penggelarannya sebagai pertahanan udara titik.
Misil memiliki fitur
kunci aktivasi yang bisa mencegah penggunaan sistem rudal tersebut dari
pengguna yang tidak berwenang seperti teroris atau pemberontak. Selama
tes pengujian oleh produsennya diklaim rudal ini memiliki tingkat
keberhasilan penembakan target lebih dari 90 %, lebih bagus dari Stinger
dan Mistral. Namun tampaknya sistem rudal Chiron masih perlu
dikembangkan lagi supaya mampu berfungsi multi platform seperti halnya
Stinger yang dikembangkan ke beragam varian, Mistral juga bisa
diletakkan ke berbagai platform seperti versi Mistral Atlas dan ALBI,
demikian pula maupun Strela dan Igla dari Rusia.
Portabilitasnya masih
kalah dengan Grom, Igla, dan Stinger karena total berat sistem yang
lebih besar meski diklaim masih bisa dioperasikan dari bahu prajurit.
Portabilitas lebih baik dari Mistral maupun RBS 70. Dari segi kinerja
dan portabilitas secara teknis masih lebih bagus seri sistem Stinger
karena dengan bobot sistem paling ringan lebih portabel namun mampu
meluncurkan misil yang lebih mematikan hulu ledaknya, lebih jauh dan
lebih tinggi jangkauannya, dengan ketahanan jamming yang relatif
berimbang dengan dual mode seeker.
Selain dari itu seharusnya pemerintah Indonesia memberdayakan
industri dalam negeri dan lembaga riset terutama dari pihak swasta
supaya bisa membangu sistem rudal MANPADS secara mandiri. Mengambil
hikmah dari kemandirian Polandia, RRC, Korea Selatan, dan Swedia. RBS 70
buatan Bofors Swedia pun asalnya pengembangan dari lisensi rudal Hawk
AS. Polandia mencuri secara sembunyi-sembunyi dari spionase teknologi
rudal Igla Uni Soviet. Pada awalnya sejumlah komponen terutama sensor
inframerah diimpor dari Rusia namun kini semuanya telah berhasil dibuat
di dalam negeri Polandia. RRC juga melakukan reverse engineering tidak
resmi atas teknologi rudal SA-7 Grail Uni Soviet dengan semua komponen
dibuat sendiri. Tingkat kemampuan rudal MANPADS buata RRC diperbaiki
secara bertahap seperti pada rudal QW.
Demikian juga produksi alutsista
Korea Selatan ditopang kuat oleh industri swasta dalam negeri. Meski
saat ini sensor inframerah masih dipasok oleh LOMO Rusia, lambat namun
pasti diperkirakan Korsel akan mampu memproduksi sensor tersebut secara
mandiri. Selain Indonesia, sistem rudal Chiron juga telah ditawarkan ke
AB India bersaing dengan pemasok-pemasok rudal panggul kelas dunia
seperti Stinger buatan Raytheon AS dan Igla Rusia maupun Mistral
Perancis. India mengadakan proyek pembelian senjata anti-pesawat
portabel hingga 2014 senilai 1,2 milyar dollar.
http://blog-fiqi.blogspot.com/2013/06/rudal-panggul-anti-pesawat.html
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.