alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 07 Juni 2015

"SASANDO ROTE"

"SASANDO ROTE"

diposkan pada tanggal 7 Apr 2010 21.10 oleh wing pandoe
Sasando. Tidak salah lagi, Pulau Rote-lah yang memiliki alat musik petik yang ruang resonansinya terbuat dari haik, bentuk setengah lingkaran yang dibuat dari daun lontar.  Tim Lintas Timur-Barat seharian menyisir pulau mencari pembuat dan pemain sasando. Hasilnya tidak begitu menggembirakan. Pemain dan pembuat sasando ternyata mulai langka.
Menyusuri Nusa Tenggara Timur serasa belum lengkap jika tidak menyambangi Pulau Rote Kabupaten Rote Ndao. Rote layak dikunjungi bukan semata karena pulau terluar Indonesia paling selatan, namun juga karena budayanya yang unik. Di pulau ini sasando adalah puncak pencapaian seni musik yang ditemukan sejak abad ke-15.
Hanokh Panie, warga Rote yang menjadi pemandu sukarela tanpa mau dibayar membawa tim kepada Yusuf Nggebu, pemain dan pembuat sasando ternama di pulau itu. Hampir semua orang Rote mengenal Yusuf Nggebu (82). Namun, kini pemilik nama besar itu tidak lagi aktif bermain karena usianya yang sudah lanjut.
Ketika dikunjungi, Nggebu masih bersemangat membahas nasib sasando yang saat ini hampir kolaps. Di mata Nggebu, sasando bukan sekadar alat musik tradisional, namun lebih dari itu, sasando telah menjadi identitas Rote.
Nggebu menceritakan hikayat asal-usul sasando yang penuh dengan ”warna”. Sasando berasal dari kata sari (petik) dan sando (bergetar) yang diyakini diciptakan Sanggu Ana pada abad ke-15 di pulau kecil dekat Pulau Rote, yaitu Pulau Dana, yang waktu itu dikuasai Raja Taka La’a. Sanggu adalah warga Nusa Ti’i di Pulau Rote Barat Daya. Dia ditahan Raja Dana saat terdampar di pulau itu ketika mencari ikan bersama kawannya, Mankoa. Selain seorang nelayan, Sanggu juga seorang seniman.
Saat itu Raja Dana memiliki putri. ”Tidak disebutkan siapa nama putri ini,” kata Nggebu.
Putri jatuh cinta kepada Sanggu. Kepada Sanggu, putri menyampaikan permintaannya untuk memiliki alat musik baru yang diciptakan Sanggu dan bisa menghibur rakyat. Putri memang suka membuat hiburan rakyat saat purnama tiba.
Sanggu kemudian menciptakan sari sando yang artinya bergetar saat dipetik. Saat itu dengan tujuh tali yang terbuat dari serat kulit kayu atau akar-akaran. Hubungan putri dengan Sanggu itu ketahuan Raja Dana. Sang Raja Taka La’a marah besar dan menghukum mati Sanggu.
Kawan Sanggu yang sempat melarikan diri, Mankoa, melaporkan kejadian itu ke Nusa Ti’i. Anak Sanggu di Ti’i, Nale Sanggu, marah mendengar ayahnya tewas. Nale balas dendam bersama 25 kesatria Ti’i. Seisi Pulau Dana dimusnahkan, hanya anak-anak dan alat musik sasando warisan ayahnya yang diselamatkan ke Ti’i.
Di Ti’i sasando dimodifikasi, talinya menjadi sembilan. ”Musiknya sudah bisa lima not terdiri dari mi, sol, la, do, re. Si dan fa tidak ada,” jelas Nggebu.
Pada zaman Belanda, abad ke-18, jumlah tali ditambah menjadi 10 tali. Sesudah merdeka kembali mengalami perubahan dengan menambahkan tali menjadi 11 tali. Pada abad ke-19, sasando sasando haik itu dimodifikasi menjadi sasando biola oleh putra Ti’i bernama Kornelis Frans. Disebut sasando biola karena saat membuat nadanya disesuaikan nada biola.
Jumlah tali menjadi 39 buah dan nada pokok menjadi tujuh not. Cara mamainkan sasando adalah dengan cara dipetik. Kepada Tim Lintas Timur-Barat, Nggebu menunjukkan sasando biola miliknya yang sudah dimodifikasi. Ruang resonansinya tak lagi menggunakan haik, namun diganti kotak kayu dan dihubungkan amplifier agar suaranya nyaring.
bahkan sekarang pulau ini, warga pulau Rote dan kerajaan-kerajaannya terbagi-bagi, mengikuti tradisi kuno menjadi 2 daerah kekuasaan. Yaitu “Sunrise” dan “Sunset”. Daerah kekuasaan dikuasai/ dikendalikan oleh seorang raja, seorang ratu dan beberapa penasihat, mewakili suku-suku dalam daerah kekuasaan itu. Tiap suku yang mempunyai perayaan, memiliki ritual saat melakukan perayaan tahunan, sebuah festival tradisional menyambut tahun baru. Di perayaan tersebut, warga laki-laki pulau Rote memakai topi unik tuk persembahan kepada leluhur suku dan warga perempuannya menari diiringi sasando, giter pulau Rote.

Sumber : www.kompas.co.id,
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.