alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Sabtu, 06 Juni 2015

TRIKORA DAN KEJAYAAN TNI AU DAN TNI AL (SEJARAH TRIKORA)

 TRIKORA DAN KEJAYAAN TNI AU DAN TNI AL



Senjata Untuk Diplomasi



Bung Karno mengumandangkan Tri Komando Rakyat di Yogyakarta pada 19 Desember 1961. Trikora digelar untuk membebaskan Irian Barat dari cengkraman kolonialisme Belanda.
Meski tak sampai meletupkan perang, Operasi Trikora telah menunjukkan kemampuan Bung Karno dalam menaklukan Belanda. Baginya, untuk berdiplomasi dengan Belanda tak cukup lagi dengan mengerahkan politisi pintar. Tapi, juga harus dengan kekuatan senjata.
Semboyan “kalah menang itu biasa”, sama sekali tak berlaku bagi dua negara yang sedang bersitegang memperebutkan wilayah kedaulatan. Rebutan wilayah yang nyaris berujung bentrok senjata skala besar pernah dialami Indonesia-Belanda tatkala memperebutkan Irian Barat pada 1962.
Bung Karno, Presiden RI waktu itu, bahkan telah menyiapkan operasi militer khusus untuk “merangkul” wilayah yang kini kita kenal sebagai Papua itu. Baginya, Indonesia harus menjadi NKRI yang seutuhnya, bukan lagi negara serikat yang bisa didikte Pemerintah Belanda.
Agar tidak dipandang sebelah mata, untuk operasi militer yang diberi nama Trikora ini, Bung Karno menyiapkan banyak persenjataan yang dibeli dari Uni Soviet. Di antaranya adalah 24 pembom Tu-16 yang amat ditakuti Barat serta serombongan pesawat tempur MiG-19, dan MiG-17. Posisi Tu-16 amat strategis karena bisa digunakan untuk membom kapal induk Karel Doorman – senjata utama Belanda yang telah lego jangkar di perairan Biak.
Perang yang sesungguhnya toh tak meletup. Namun, terlepas dari jadi-tidaknya perang di antara kedua negara dan pembelian pesawat-pesawat yang kabarnya bikin difisit keuangan negara itu, Operasi Trikora menjadi kisah kepahlawanan dan legenda tersendiri. Khususnya bagi negaranegara Asia yang pada masa itu hidup dalam bayang-bayang dominasi Barat dan Timur.
Semula Belanda sendiri tak tahu detail kekuatan yang tengah dipersiapkan Indonesia. Di mata Belanda, Indonesia tetaplah Indonesia, negaVa kepulauan nan lemah yang pernah mereka jajah selama dua setengah abad. Dengan masa penjajahan selama itu, mereka yakin bisa mWngalahkan kembali Indonesia, terlebih karena mereka juga pernah “menaklukan” negeri ini untuk kedua kalinya dalam forum internasional Konferensi Meja Bundar 1949.
Gelegar semangat Trikora yang ditujukan untuk melepas diri dari belenggu penjajahan juga mendapat sambutan dari sejumlah negara sahabat di Asia. Singapura dan Malaysia. di antaranya, ikut mengirim sukarelawan untuk disertakan dalam Operasi Trikora.
Seruan peringatan justru datang dan Dinas Intelijen AS, CIA. Diam-diam, mereka terus mengendus persenjataan yang ditimbun Indonesia setelah tahu ada sebuah tim (dipimpin Jenderal AH Nasution) yang sukses melobi Pemerintah Uni Soviet. Uni Soviet tak hanya berkenan merilis pesawat pembom strategisnya, tetapi juga mau menjual kapal perang dan peralatan tempur darat karena ada pertimbangan politis di belakang semua ini.
AS menyakini, bahwa Indonesia bisa nekad mengambil jalan perang jika tak mencapai apa yang diingini di meja perundingan Dan, untuk mengetahui secara persis tensi ketegangan di wilayah Irian Barat, secara berkala CIA menerbangkan pesawat mata-mata U-2 Dragon Lady. Mereka terbang bolak-balik Darwin-Filipina.
Dari foto-foto yang didapat, mereka bisa mengekstrapolasi misi yang mungkin dilakukan AURI. AURI banyak menempatkan pesawatnya di Morotai, Amahai dan Letfuan. Foto-foto ini sudah menunjukkan keseriusan Indonesia untuk merebut Irian Barat.

Tidak disembunyikan
Dalam salah satu tulisan di buku ini, yakni August Moon, Rendekzvous Spy Melayu, yang dikisahkan Capt. Gunardjo, kita pun mendapat gambaran, betapa Bung Karno akhirnya juga mengetahui penerbangan mata-mata itu. Namun is tak gusar, karena dari situ Indonesia bisa meraih keuntungan politis. Senjata untuk diplomasi. yang percuma jika dibeli hanya untuk disembunyikan.
Benar saja, ketika foto-foto kesiapan pesawat pembom strategis dan tempur itu disampaikan ke pihak Belanda, mereka berpikir ulang untuk melawan miliet Indonesia. Terlebih karena untuk itu, AS tak mau meluluskan permintaan Belanda untuk ikut mendukung perang melawan Indonesia.

Bagi Washington, mengutip buku Kegagalan CIA yang ditulis Tim Weiner (2007), stabilitas politik Indonesia jauh lebih penting ketimbang mengumbar keinginan Belanda yang ngotot ingin mempertahankan Irian Barat. Tanpa diketahui Belanda, Presiden AS John F. Kennedy dan penerusnya, Lyndon B. Johnson lebih ingin mempengaruhi Jakarta agar tak tenggelam dalam pengaruh komunis Soviet.
Dalam bahasa politik tingkat tinggi, seorang penasehat keamanan Gedung Putih mengatakan, jika negara-negara Asia dlibaratkan kartu domino yang berdiri berjajar, Washington harus menjaga posisi Indonesia, Laos dan Thailand tetap dalam barisannya. Jika salah satu saja ambruk, seluruh kartu domino Asia akan ikut ambruk. Itu artinya, komunis yang notabene merupakan musuh kapitalisme, akan segera menyebar ke seluruh Asia Tenggara.

Presiden Soekarno menandatangani Naskah Komando Rakyat yang kemudian diserahkan oleh Sekretaris Depertan, Achmadi.
Di Gedung Putih, sebaran komunis di Asia merupakan ancaman serius karena akan merusak dominasi kapitalisme yang tengah dibangun Amerika. Belajar dari pengalaman perang di Laos dan Vietnam yang telah berlangsung sejak 1950-an, mereka lebih suka mencegah daripada memeranginya. Kepentingan jangka panjang inilah yang akhirnya mementahkan permintaan Belanda.
Washington tak ingin militer Belanda justru bikin keadaan runyam. Seperti dikatakan pejabat CIA, Richard Helms, jika komunis memenangkan pengaruh atas Indonesia, kemenangan yang tengah dikejar militer AS di Vietnam tak akan berarti apa-apa lagi. Atas pertimbangan strategic itulah, betapa pun sekelompok politisi AS ingin membantu Belanda melawan Indonesia, Presiden AS tetap menempatkan permintaan Jakarta  pada prioritas pertama.

Sikap politik Gedung Putih tersebut disampaikan kepada Bung Karno ketika is menemui Presiden John F. Kennedy di Washington, tak lama setelah pihak Belanda menyampaikan keinginannya kepada pihak yang sama.
Alhasil, sejak Komando Trikora dikumandangkan di alun-alun Yogyakarta, kita bisa melihat betapa Sang Proklamator telah mampu melakukan manuver diplomasi yang amat cantik. Baginya memerangi penjajah tak cukup dengan mengerahkan politisi-politisi pintar, tetapi juga harus dengan kekuatan senjata. Dan, itu tidak dengan sembarang senjata, tetapi senjata-senjata yang memang amat ditakuti Barat. Senjata-senjata yang memiliki daya tangkal. Cara seperti ini pun ternyata masih terns dipakai banyak negara, hingga sekarang… (**)


 
Rate This
“Tugas kalian cukup berat. Saya perkirakan sekitar 60% dari kalian tidak akan kembali dan hanya 40% bisa selamat….”
(Panglima Mandala, Mayjen Soeharto, dalam taklimat Pasukan Naga, Operasi Trikora, 23 Juni 1962)
Angkasa Edisi Koleksi No.73, July 2011
Operasi Trikora atau Operasi Djajawidjaja (1962) ternyata masih menyimpan banyak kisah. Catatan kontak radio terakhir Komodor Laut Yos Sudarso yang selama ini disimpan Didimus Letsoin, 71 tahun, staf PHB Lanud Langgur, misalnya, boleh jadi akan menyingkap misteri tenggelamnya RI Matjan Tutul pengangkut Peleton Intai Tugas Istimewa TNI AD. Mari Langgur terbetik pula cerita tentang mess berpenjagaan ketat yang disiapkan khusus untuk penerbang AURI yang siap mati demi tugas. Mari dua fakta ini saja sudah terbayang, betapa dahsyatnya_aksi militer yang bakal digelar.
Fakta-fakta heroik di seputar serangan untuk merebut
kembali Irian Barat tersebut kami urai dalam Edisi Koleksi Angkasa berjudul Operasi Udara Trikora. Buku ini harus Anda baca, karena dari sini Anda akan tahu betapa Indonesia pernah begitu berani melawan negara lain yang menginjak-injak kehormatan Bangsa. Sadar bahwa nasib Indonesia kerap dipermainkan di meja perundingan internasional, Bung Karno mendatangkan berbagai persenjataan berdaya tangkal tinggi dari Uni Soviet. Militer Indonesia kemudian menjadi yang terbesar di belahan Bumi selatan, dan dunia pun tahu seperti apa wajah negeri ini jika sedang marah.
Pasukan Sekali terbang Oneway TickeW
Begitu pun, sang panglima sadar akan segala risikonya. ” Oleh karena itu, saya akan memberikan waktu selama satu menit kepada mereka yang mungkin ingin mengundurkan diri,” tegas Mayjen Soeharto dihadapan pasukan pertama yang akan diterjunkan 
di Merauke dengan Hercules C-130.
 Lewat buku ini pula Anda akan kami ajak “melihat” kehebatan strategi dan detail operasi serangan udara yang dipersiapkan para perwira AURI. Semua sangat mematikan, sampai-sampai AS yang baru saja mengalahkan Jepang dalam Perang Pasifik, terbelalak melihatnya. Belanda ternyata tak sehebat yang diperkirakan sebelumnya.

SUMBER : MAJALAH ANGKASA EDISI KOLEKSI

Mig-19

Terinspirasi tulisan rekan di modelkit.org saya coba copas ulasan yang menarik untuk dicatat. Mungkin banyak yang sudah tidak ingat (atau tidak tahu??) jika bangsa kita, Indonesia ini, di era 60-an merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar di Asia.
Dibantu Uni Sovyet dan China, Indonesia dimasa itu memiliki ratusan pesawat tempur, kapal perang, helikopter, kapal selam hingga pesawat pembom jarak jauh dan peluru kendali di era kepemimpinan Presiden Soekarno.
Di era Orde Baru kepemimpinan Presiden Soeharto, kejayaan tersebut seperti perlahan dilucuti seiring semakin besarnya pengaruh liberalis dan menipisnya pengaruh aliran komunis.
Sepintas, sisa-sisa kedigdayaan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang saat ini menjadi TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara).
Foto-foto dari dokumentasi AU, Indoflyers, Modelkit, dan beragam sumbeV.
B-25
Bomber B-25
B-25 TNI-AU Low Pass
B-25 TNI-AU (AURI) Low Pass
TU-16
TU-16
TU-16 AURI Crew
TU-16 dan Crew AURI
TU-16-AURI-Jejer
Dulu, kita sempat punya 24 pesawat pembom TU-16 ini lho..
SA-2 AURI
SA-2 AURI
SA-2 TNI-AU
Sisa-sisa SA-2 TNI-AU (AURI)
Sabre
F-86 Sabre AURI
Mi-4-AURI
MI-4 AURI
MI-6-AURI
MI-6 AURI
MI6AURI
Helikopter MI-6 AURI
B-26 AURI
Bomber B-26 AURI
B26AURI
B-26 AURI saat Persiapan Operasi Seroja
Gannet-AURI
Gannet AURI
Gannet
Gannet
Vampire
DH-115 Vampire merupakan pesawat jet pertama yang dimiliki AURI
MIG-21-AURI
Mig-21 AURI
Mig-17-AURI
Mig-17 AURI
MIG-15-AURI
Mig-15 UTI TNI-AU (AURI)

SI PEMBASMI DARI LANGIT


Tupolev Tu-16 (dijuluki NATO dengan nama Badger) adalah sebuah pesawat jet bomber bermesin ganda yang dikembangkan dan digunakan oleh angkatan udara Uni Soviet. Pesawat ini telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun, dan masih beroperasi di angkatan udara Tiongkok dengan varian Xian H-6.
Dirancang untuk menjadi serba bisa, Tu-16 diprodukasi dalam berbagai varian untuk mata-mata, patroli maritim, pengumpul data elektronik intelijen, dan perang elektronik. Sebanyak 1507 pesawat dibangun di tiga pabrik pesawat di Uni Soviet antara tahun 1954 hingga tahun 1962. Varian untuk sipil, Tu-104 Camel, menjadi pesawat penumpang untuk maskapai penerbangan Uni Soviet, Aeroflot.
Tu-16 sempat diekspor ke Mesir, Indonesia dan Iraq. Pesawat pembom strategis ini terus digunakan oleh angkatan udara dan angkatan laut Uni Soviet (kemudian Rusia) hingga tahun 1993.

Tu-16 dan TNI-AU
24 unit pesawat bomber ini varian Tu-16KS-1 dimiliki oleh AURI (nama TNI-AU waktu itu) terdiri dari 12 versi pembom (Badger A), 12 pesawat lagi versi pembopong rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Versi pembom dioperasikan Skadron 41, sementara Tu-16 KS di Skadron 42. Keduanya beroperasi dibawah kendali Wing 003 di tahun 1961 bermarkas di Pangkalan Udara AURI Iswahyudi, di Madiun, Jawa Timur. Pesawat-pesawat ini digunakan untuk mempersiapkan diri salama Operasi Trikora tahun 1962 untuk merebut kembali Irian Barat dari Belanda. Semua pesawat ini direncanakan untuk menyerang Karel Doorman, kapal induk angkatan laut Belanda yang tengah berlayar dekat Irian Barat saat itu menggunakan rudal anti kapal AS-1 Kennel.

Kehadiran TU-16 Badger kala itu menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari empat negara di dunia yang mengoperasikan pengebom strategis. Negara lainnya adalah Amerika Serikat (AS) dengan B-58 Hustler, Inggris dengan V-Bomber, dan Rusia.

Sikap politik bebas dan aktif kala itu membuat Indonesia tidak terlalu terpengaruh ketika AS mengembargo suku cadang pengebom B-25 Mitchel yang telah dimiliki. Bahkan, kebijakan pemerintah Soekarno yang memutuskan membeli TU-16 Badger dan melengkapinya hingga 24 unit, tanpa lepas dari ambisi politik kala itu, mampu menempatkan Indonesia sebagai satu negara dengan kekuatan dan kemampuan militer yang ditakuti.Pengebom itu juga sering membuat Inggris yang bercokol di Singapura dan Malaysia gentar. Australia pun pernah dibungkam ketika sebuah TU-16 milik AURI berhasil menjatuhkan makanan kaleng di Alice Springs yang berada di jantung benua kecil itu. Padahal, kala itu, 1963, Australia memiliki sistem radar yang mampu mendeteksi gerakan hingga di balik cakrawala serta rudal antipesawat Bloodhound.Kekuatan udara dan keberhasilan misi penyusupan seperti itu tidak hanya menunjukkan kemampuan yang dimiliki AURI, tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai negara yang disegani di belahan bumi bagian selatan.

Namun, selepas peristiwa 30 September 1965 dan perubahan rezim, kekuatan udara Indonesia berangsur-angsur menurun. Keberadaan pengebom strategis TU-16 dihapuskan sebagai salah satu syarat jika Indonesia ingin memperoleh F-86 Sabre dan T-33 T-Bird dari AS. Perubahan sikap politik perlahan-lahan berdampak pada daya dan kemampuan AURI hingga berbeda 180 derajat. Semua unit Tu-16 tidak diterbangkan lagi di tahun 1969 dan keluar dari armada AURI di tahun 1970.


Tu-16 Badger Specifications
Primary Function : Multi-role bomber / recce. platform
Contractor :Tupolev
Crew: N/A
Unit Cost: N/A
Powerplant :Two Mikulin AM-3M turbojets, 20,920 lb thrust each
Dimensions
Length : 114 ft 2 in (34.8 m)
Wingspan : 108 ft 3 in (32.99 m)
Height : 34 ft (10.36 m)
Weights
Empty : 82,000 lb
Maximum Takeoff : 165,350 lb
Performance
Speed : 652 mph(1,050 km/h)
Ceiling : 49,200 ft
Range : 4,505 miles (7,250 km)
Armament : Seven AM-23 23mm cannons in pairs with single in nose, plus 19,800 lb including free-fall weapons and ASMs
AS-1 "Kennel" air-to-ship missile
AS-2 "Kipper" air-to-surface missile
AS-5 "Kelt" air-to-surface missileAS-6 "Kingfish" air-to-surface missile

SUMBER : DARI BERBAGAI SUMBER
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8900304558010539333#editor/target=post;postID=8891712135614108485

Penulis :Drs.Simon Arnold julian Jacob

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.