Bangun Penginapan di Pantai Nemberala |
Gulungan
ombak putih di laut Nemberala, Pulau Rote, , telah mengundang pesona
para wisatawan mancanegara. Setiap hari, laut itu tidak pernah sepi dari
kegiatan berselancar. Mereka betah di pantai wisata Nemberala dan
membangun sejumlah rumah penginapan sebagai milik pribadi atau keluarga
untuk jangka waktu puluhan tahun.
Mereka kontrak tanah penduduk dengan luas 500 meter persegi sampai satu
hektar untuk (mem)bangun rumah penginapan. "Kerja sama kontrak hanya
berdasar kesepakatan lisan saja," kata Sekretaris Desa Nemberala, Arnold
Ndoko, yang ditemui pertengahan Agustus lalu. Sejak obyek wisata pantai Nemberala dikenal tahun 1980-an, banyak turis datang untuk berselancar dan berjemur. Namun, mereka kesulitan mendapatkan penginapan. Lalu, banyak turis menginap di rumah penduduk. Karena privasi kurang terjaga, menjelang malam sebagian turis terpaksa kembali ke Baa, ibu kota Rote Ndao, yang jaraknya sekitar 50 kilometer, untuk mencari penginapan. Meski demikian, Nemberala tetap memikat wisatawan mancanegara (wisman). Jumlah kunjungan pun terus meningkat. Selain aman, pantai itu jernih, tenang, penduduknya ramah, dan jauh dari deru mesin. Tahun 2002, sejumlah turis bekerja sama dengan penduduk lokal membeli sejumlah areal tanah untuk membangun penginapan. Harga tanah itu bervariasi antara Rp 20 juta hingga Rp 100 juta dengan masa kontrak 20-30 tahun. Mereka membangun tempat penginapan dengan 4-5 kamar, pendopo, dan pekarangan yang tertata. Ada juga bangunan dua tingkat. Semua bahan bangunan dari kayu, kecuali lantai dan fondasi rumah. Mereka juga mendatangkan anggota keluarga dari negara asalnya ke tempat penginapan itu dengan masa tinggal 2-5 bulan dan kemudian pulang. Ada pula yang menyewakan rumah penginapan kepada sesama turis asing selama beberapa bulan. Perkiraan areal yang dikontrakkan turis asing itu mencapai 5.000 meter persegi yang dimiliki oleh delapan orang. "Belum ada data resmi tentang keseluruhan kegiatan wisata di sini. Hanya anggota polisi sering mengambil data langsung di lokasi wisata. Namun kadang turis tidak suka kalau diambil identitas diri oleh polisi," kata Ndoko. Nico Eli (32), karyawan di penginapan Nemberala Beach, mengatakan, ada empat rumah penginapan milik pengusaha dari luar yang disewakan. Sebagian besar penginapan milik pribadi para wisman. Masing-masing rumah memiliki empat kamar tidur. Kamar Nemberala Beach disewa Rp 2,7 juta per hari per unit. Biaya itu termasuk makan-minum dan perahu bermotor. Namun, perahu itu hanya di perairan Nemberala. Bila keluar dari areal itu, harus bayar Rp 500.000 per 30 menit. Satu kamar tidur ditempati 1-2 orang, tetapi sebagian besar turis lebih suka sendirian. Penginapan milik para turis selalu terisi. Kalau mereka ke negaranya, rumah itu dikontrakkan kepada turis lain. Selalu ada turis yang datang dan pergi. Ndoko menuturkan, para wisman pun sering membantu pengobatan warga yang sakit berat atau membantu uang sekolah anak-anak setempat. Semua itu dilakukan secara sukarela. Kendala yang dihadapi penduduk lokal adalah komunikasi. Bahasa Inggris belum dipahami masyarakat seperti umumnya masyarakat Bali. Breto Colin (49), turis asal Australia, mengaku sudah tiga tahun di Nemberala sebagai penerjemah antara turis asing dan penduduk lokal. Ia sangat senang tinggal di Nemberala yang penduduknya sangat ramah, sederhana, dan kooperatif dengan para turis. Sayangnya, di Nemberala tidak ada suguhan atraksi budaya seperti di Lombok atau Bali. Akibatnya, para turis harus mencari kegiatan sendiri selama berada di sana. "Malam hari kami duduk saja sambil minum atau bercerita. Kalau sudah rindu hiburan, kami minta kepala desa mendatangkan grup musik tradisional ke lokasi. Kami bayar mereka Rp 1 juta-Rp 2 juta per malam per grup kesenian," kata Breto. Ndoko mengatakan, kaum muda di Nemberala tidak paham lagi budaya lokal, kecuali lagu-lagu pop. Tradisi dan budaya daerah masih kuat dipertahankan masyarakat di daerah pegunungan. Warga pegunungan sering datang menghibur para turis kalau dipesan. Meski Nemberala dikenal wisman tahun 1980-an, sampai hari ini belum ada lembaga atau organisasi khusus menangani obyek tersebut. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao hanya membangun sebuah gapura dengan tulisan "Selamat Datang di Obyek Wisata Nemberala". Biasanya, turis yang datang ke Nemberala adalah para peselancar. Arus air di wilayah itu sangat cocok untuk berselancar. Setiap hari 5 hingga 10 wisman dari berbagai negara yang memiliki kualifikasi khusus sebagai peselancar mengarungi arus laut itu. Dosen Universitas Nusa Cendana Kupang, Chris Pelokila, mengatakan, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak memiliki program terpadu mengelola obyek wisata. Persoalan yang selalu dikeluhkan wisman adalah keterbatasan sarana dan prasarana, seperti penginapan, air bersih, serta pusat hiburan. Ia memberi contoh, Danau Kelimutu di Ende, Flores, yang sangat indah, tetapi di sana tidak tersedia sarana dan prasarana. Para turis harus menginap, makan-minum, dan berbelanja di Maumere. "Sail Indonesia 2007, saat 390 turis tiba di Pantai Kupang, mereka mengeluh tidak ada atraksi budaya hiburan rakyat. Turis hanya duduk minum bir di Tedys Bar dan sebagian jalan-jalan di Kota Kupang," kata Pelokila. Pemerintah daerah juga tidak menyediakan kegiatan-kegiatan berupa atraksi budaya per kabupaten atau kelompok masyarakat untuk para turis. Padahal, NTT terdiri atas suku dan budaya yang amat kaya dengan berbagai jenis kesenian tradisional. Bagaimana ini Pak Gubernur? Penulis: Kornelis Kewa Ama Sumber : Kompashttp://liburan.info/content/view/301/43/lang,indonesian/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.