alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Senin, 26 Oktober 2015

JENIS-JENIS HAMA DAN OBAT PEMBASMI HAMA TANAMAN



A. Pengertian Pertanian, adalah,
Kegiatan memproduksi oleh manusia, yang didasarkan atas proses biologik tumbuhan dan hewan. Kegiatan itu merupakan penerapan karya manusia kepada alam, yang sifatnya non-ekstratif, sehingga alam itu dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada manusia.

Dalam kegiatan pertanian mencakup :
Usaha mendapatkan bagian atau keseluruhan dari tanaman dan hewan (termasuk ikan), seperti biji, daun, getah, kayu, telur, susu, dan daging;Usaha meningkatkan kegunaan ekonomi dari hasil produksi tersebut melalui pengolahan, penyimpanan, dan lain-lain; Usaha memelihara potensi produksi  kelestarian sumber alam melalui pengawetan tanah dan air serta perlindungan fauna dan flora; Usaha mendayagunakan organisasi dan manajemen untuk manfaat keluarga tani maupun masyarakat umum, dalam argibisnis dan usaha yang lainnya.(EI : 2687).

B. Program Peningkatan Produksi Pangan
Kegiatan yang dilakukan oleh “kontak tani dan “kelompok tani” dalam menunjang peningkatan produksi pangan, antara lain melalui :
  1. Domosntrasi Plot (demplot) : ‘kontak tani’ bertindak sebagai ‘demonstrator’, misalnya di atas petak seluas  sekitar 1000 m2, kontak tani menerapkan teknologi baru melalui paket Panca Usaha Pertanian, sehingga para petani lain yakin akan teknologi baru tersebut dan akan mengikutinya. (Bagi orang/petani di desa, perlu ada bukti dulu, baru mereka akan menirunya, bukan oleh ceramah-ceramah ilmiah berapi-api di podium, tanpa contoh konkrit di lapangan--penulis).
  2. Demonstrasi Farm’ (demfarm); ‘kelompok tani’ menjadi pelaksanannya. Di samping menerapkan tohnologi baru yang didapatkan dalam ‘demplot, demfarm’ dimaksudkan untuk memantapkan kerja sama dalam kelompok.  ‘Kegiatan bersama’ merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam ‘demfarm’ ini. Sifat kerja sama masih informal. Kelompok beranggotakan sekitar 20 orang, menggarap sekitar 10 ha sawah;
  3. ‘Demonstrasi Arca’ (demarca); beberapa kelompok tani ‘menggambungkan diri’ dalam memanfaatkan usaha bersama. Sifat kegiatan agak formal. Jumlah kelompok yang tergabung sekitar 5 – 10 kelompok. Tanah garapan meliputi sekitar 100 – 150 ha sawah. Sifat usaha agar ‘komersial’.  Kenaikan produksi secara total lebih terjamin;
  4. Demonstrasi  Unit’ (demunit);  sifat usaha adalah ‘bisnis komersial’ berdasarkan ‘asas koperasi’. Kegiatan usaha menyatu dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Areal garap meliputi 600 – 1.000 ha sawah, sehingga kenaikan produksi secara keseluruhan sangat meningkat. (EI : 2776).

C. Hama Perusak Tanaman, Penyebab Rendahnya Produktivitas Pertanian
Keberhasilan panen pangan sangat ditentukan selain oleh keadaan iklim/cuaca,  bencana alam seperti kebanjiran, kebanyakan/kurang hujan, tetapi juga salah  satu penyebab lainnya adalah masalah hama. Oleh karena itu para petani perlu mengenal berbagai jenis hama perusak dan ciri-cirinya dengan baik, termasuk cara pemberantasannya. Hama, sebutan untuk berbagai jenis penyakit tumbuh-tumbuhan.


Ada beberapa macam yang perlu diketahui dan  perlu diantisipasi dengan berbagai cara untuk mengatasinya.
Tentu hal ini dinas pertanian sebagai tempat bertanya untuk mendapatkan obat-obatan atau cara-cara pemberantasannya, baik dengan cara-cara tradisional maupun secara ilmu pertanian. Obat-obatan pemberantas hama, seharusnya tersedia disentra-sentra pertanian rakyat, sehingga dengan mudah diperoleh dengan harga terjangkau. Idialnya obat-obatan tersebut direkomendasikan oleh Dinas Pertanian dan tersedia di Koperasi Unit Desa.  Bila hal ini diabaikan maka, hama akan merajalela dan akibatnya memusnakan hasil pertanian dan gagal panen, sehingga petani mengalami kerugian dan kekuarangan pangan menyebabkan kemiskinan dan kelaparan, kurang gizi dan lain-lainnya.

Berikut ini disebutkan beberapa jenis hama dan cara bekerjanya :
  1. Hama bawang : penyakit padi, disebabkan sejenis nyamuk puru bernama Pachydiplosis oryzae (Lat.). Nyamuk ini bertelur pada daun atau pelepah daun padi di pesemaian. Jentik-jentiknya bersarang dalam lubang yang dikorek di puncak batang padi. Daun padi yang paling muda menjadi putih dan bergulung sehingga merupakan pipa panjang. Pucuk batang padi yang tertutup di dalamnya  tidak dapat tumbuh lagi, sehingga tanaman itu menjadi kuning warnanya dan akhirnya mati. Kadang-kadang 50% dari bibit padi rusak karena penyakit ini. Penyakit semacam ini juga terdapat pada beberapa jenis rumput; hama ini juga dikenal dengan ‘hama ganjur’, ‘hama mendong’ atau ‘hama paku’.
2.     Hama bodas : penyakit pada tanaman bawang, cabai, kentang, tomat, labu air, dan bayam; disebabkan oleh Thripstabaci (Lat.). Daun bawang yang dihinggapi penyakit ini menunjukkan bintik-bintak warna putih; makin mendalam penyakit itu, makin besar bintik-bintiknya. Ujung daun bawang kemudian kuning dan akhirnya mati. Di Indonesia penyakit ini tidak terdapat pada tanaman tembakau. Penyakit ini juga dikenal dengan nama ‘hama liur’, ‘hama gurem’ atau ‘hama gremet’; penyakit pada tanaman pecai dan jenis kol lainnya; disebabkan oleh ‘ulat-ulat Plutella maculipennis’ (Lat.). Ulat-ulat ini mengikis bagian bawah daun kol sehingga hanya tinggal epirdemis bagian atas saja sebagai selaput putih. Kikisan itu biasanya tidak lebih dari garis tengah 0,5 cm, tetapi lama-kelamaan menimbulkan lubang-lubang; penyakit pada tanaman kina dan gambir, disebabkan oleh ‘ulat-ulat’ Margaronia marginata (Lat.). Ulat-ulat tersebut melipat daun-daun kina lalu memakannya. Mula-mula daun tersebut berwarna muda, lama-kelamaan kelihatan layu, akhirnya gugur.Akibatnya pohon kina  tumbuh kurang subur. Pada tanaman gambir ulat-ulat itu semula merusak bunga, kemudian daunnya. Akibatnya hasil daun jadi berkurang. Ulat-ulat jenis ini juga terdapat pada pohon kaca piring.
3.     Hama lodoh : (Jawa : kresek); penyakit padi, disebabkan semacam ‘bakteri’ yang belum dikenal jenisnya. Bakteri ini menembus ke dalam batang padi melalui daun. Dari batang padi keluar ‘lendir’ dan lama-kelamaan tanaman padi mati.
4.     Hama mentek : penyakit padi yang sangat terkenal, mungkin sekali disebabkan oleh ‘cacing-cacing kecil’. Daun padi layu, akarnya tidak sanggup lagi mengisap zat gizi dari tanah. Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan sawah, besar-besaran. Juga dikenal dengan nama ‘hama abang’, ‘hama merah’, ‘hama perkekeh’, ‘hama tepak’, ‘hama pondoh’, atau ‘hama gabung’.
5.     Hama merah : penyakit ubi kayu; disebabkan tunggau merah Tetranychus bimaculatus (Lat.). Tunggau-tunggau itu melekat di balik daun ubi  kayu. Lama-kelamaan daun menjadi kuning. Juga menyerang bagian-bagian batang yang hijau. Akhirnya tanaman ubi tersebut tidak  berdaun sama sekali. Tunggau ini juga menyerang kedelai, pohon kapas, jarak, dan banyak tanaman lain.
6.     Hama putih: penyakit padi; disebabkan ‘ulat Nymphula depunctalis’ (Lat.). Ulat ini makan daging daun padi sehingga hanya tinggal kulit ari bagian bawah saja yang kelihatan putih. Ulat ini hanya hidup pada ‘daun padi’. Hama putih juga dapat disebabkan oleh ‘ulat Cnaphalorocis medinalis’.
7.     Hama sundek : penyakit padi yang disebabkan ‘ulat Schoenobius bipunctfer(Lat.)’. Ulat-ulat itu makan padi sambil mengorek batangnya. Tanaman yang terserang penyakit ini tidak bertambah besar, sebaliknya merumpun berkali-kali. Penyakit ini juga menyerang tumbuhan padi muda secara besar-besaran. Penyakit ini juga disebut juga ‘beluk’.
8.     Hama werang/wereng : penyakit padi disebabkan sejenis ‘serangga padi’;
·   serangga padi berwarna coklat  Liburnia sordescens (Lat.);
·   serangga padi putih Tettigoniella spectra (Lat.);
·   serangga padi hijau Nephottettix-apicalis (Lat). Tanaman padi yang terserang penyakit ini berubah warna menjadi coklat dan tetap kecil. Serangga ini juga hidup pada tumbuhan rumput lain.
9.     Hama wedang : penyakit yang antara lain terdapat pada tembakau dan kacang tanah; disebabkan oleh ‘bakteri Pseudomonas solanacearum’ (Lat.). Tanaman yang dihinggapi penyakit ini kelihatan seperti tertimpa air panas. Merupakan salah satu penyakit paling berbahaya pada perkebunan tembakau di Deli, Sumatera Utara).
10.  Hama kepompong : Serangga ‘kupu-kupu, belalang’, dan sejenisnya, biasanya bertelur di atas daun tanaman jeruk, atau di pohon-bunga, kemudian menjadi kepompong yang akan memakan daun dimana ia hinggap hingga tinggal tulang daunnya saja.
11.  Hama belalang : sasarannya  ialah memakan daun padi atau daun-daun pohon lainnya, sehingga tinggal tulang daunnya.
12.  Hama kumbang/penggerek  : biasanya bersarang pada pohon kelapa, dan memakan baik daunnya maupun buah mudanya.
13.  Hama keong mas : hama ini memakan batang padi, sehingga mati
14.  Hama tikus : binatang ini memakan batang padi atau bagian lain dari padi.
15.  Hama ulat : hama ini memakan berbagai bagian dari batang padi.
16.  Burung pipit : dapat disamakan pula sebagai hama juga, yang memakan butir-butir padi yang telah bernas. Untuk mencegahnya, biasanya para petani menggantungkan berbagai plastik, kertas, kain-kain sobek atau dengan membuat orang-orangan, kaleng-kalrng susu bekas yang beriasi batu-batu krikil, dan semuanya ini dirangkai pada seutas tali yang panjang,  diikat pada dua atau lebih tiang, lalu di tarik-tarik atau digoyang-goyang , sehingga semua yang tergantung pada utas tali tersebut bergoyang-goyang, melambai-lambai,  dan menghasilkan bunyi untuk mengusir burung yang ada disawah atau ladang tersebut yang ingin memakan buah padi. Ada juga yang memakai bambu belahan dua yang jika diayun menghasilkanm bunyi menakuti burung-burung pipit dan cara-cara tradisional lainnya.
17.  Hama-hama lainnya yang tidak disebutkan di sini.

Semua ‘hama-hama’ ini penyebab kurang atau gagal panen, menyebabkan kerugian bagi petani.
Tetapi gagal panen juga disebabkan karena kekeringan, dan tidak mendapatkan aliran air dari irigasi, atau juga karena akibat banjir karena kelebihan curah hujan. Atau juga karena tidak diterapkan “Panca Usaha Tani”. Karena itu penting sekali upaya penyuluhan dari Dinas Pertanian kepada petani-petani tradisional yang kurang mengenal berbagai jenis obat-obatan anti hama maupun teknik pemberantasannya. Demikianlah pengenalan berbagai jenis hama untuk diperhatikan oleh para petani, dan cara–cara pencegahannya dapat mempergunakan berbagai  obat-an pembasmi hama  yang dianjurkan, maupun dengan cara-cara tradisional yang dikenal dalam budaya setempat.

‘Hama’ adalah salah satu penyebab rendahnya produktivitas pertanian, dan gagal panen, selain penyebab lainnya.
Karena itu para petani diharapkan memperhatikan berbagai gejala penyakit tanaman yang muncul dan segera mengatasinya secara dini, sebelum berkembang atau meluas keseluruh tanaman padi  atau tanaman lainnya. Faktor-faktor tersebut di atas adalah awal kemiskinan di pedesaan karena akibat gagal panen. Sejauh mana perhatian pemerintah terhadap para petani dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perlu dipertanyakan.

MACAM – MACAM PESTISIDA NABATI/ALAMI DAN CARA PEMBUATANNYA

Deprecated: Assigning the return value of new by reference is deprecated in/home/admingro/public_html/blh/administrator/components/com_imageshow/classes/jsn_is_readxmldetails.phpon line 109

MACAM – MACAM PESTISIDA NABATI/ALAMI DAN CARA PEMBUATANNYA

INSEKTISIDA ALAMI ATAU PESTISIDA NABATI

Seperti halnya dengan manusia, tanaman juga akan mengalami sakit atau terserang hama maupun penyakit, bila kondisi fisiknya tidak baik. Dikarenakan adanya perubahan iklim /cuaca atau memang sejak awal menggunakan benih /bibit yang tidak baik jadi mudah terserang , bisa juga dari kondisi tanahnya, dan lain-lain. Banyak kendala-kendala yang mempengaruhinya. Untuk mengatasinya tentu saja dapat menggunakan obat-obatan yang pilihannya banyak di pasaran. Tergantung dari tanamannya menderita apa dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali. Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan “BAHAN-BAHAN ALAMI” untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga siklus EKOSISTEM masih tetap terjaga. Adapun bahan-bahan INSEKTISIDA ALAMI itu adalah sebagai berikut: Tembakau, Kenikir, Pandan, Kemangi, Cabe Rawit, Kunyit , Bawang Putih, Gadung , Sereh dan masih banyak lagi yang dapat di pakai sebagai bahan-bahan pembuat insektisida alami . Bila melihat bahan-bahan tersebut , semua ada di lingkungan kita, mudah di dapat dan murah, yang pasti juga aman karena tidak beracun.























Berikut Tabel yang menunjukan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai Insektisida Alami atau Pestisida Nabati :


Tabel Jenis Tanaman Pestisida Nabati 
 
 

Berikut “ RESEP “ pembuatan Insektisida Alami untuk menghilangkan hama kutu dan ulat pada tanaman.:
Bahan:
Tembakau 100gr 
Kenikir 100gr
Pandan 100gr
Kemangi 100gr
Cabe rawit 100gr
Kunyit 100 gr
Bawang Putih 100gr
Aquadestilata 1 lt
Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 cc
Gula pasir 2 sendok makan.

Cara Pembuatan :
Semua bahan di blender dan di tambah 1lt air suling
Masukkan ke dalam botol yang steril
Tambahkan gula pasir 2 sdm
Tambahkan Decomposer BSA 1-2 cc
Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi
Kemudian di saring.
Siap dipergunakan

Pengaplikasian /dosis pemakaian:
60 cc untuk 1 lt air
Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya
1 minggu 1 kali
Pencairan 1lt harus habis 1kali pemakaian.

Untuk tanaman padi, hama yang terkenal menyerang tanaman padi adalah HAMAKRESEK, HAMA PENGGEREK BATANG, HAMA WERENG. Masyarakat Paguyuban Petani Organik Purwakarta untuk mengatasi ini mereka membuat bakteri CORYNE BACTERIUM dengan cara merebus AIR KENTANG sebanyak 20 liter ditambah GULA dan DECOMPOSER BSA. Bakteri “ Coryne bacterium” dapat melawan“Xanthomonas campestris pv oryzae “ (bakteri penyebab penyakit kresek). Bakteri Coryne ini mempunyai sifat “Pathogen”, dapat menekan serangan , dan mengurangi kerusakan lebih dari 80%. Untuk menumpas hama penggerek batang yang diperlukan adalah bakteri Tryclogramma spp(agen hayati parasitoid). Dan untuk jamur tumbuhan di pakai bakteri Trychoderma sp. Sedangkan untuk menekan populasi hama wereng batang coklat laba-laba dan kumbang dibiarkan hidup untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Nah, itu tadi contoh Masyarakat Paguyuban Petani Organik Purwakarta dalam menangani masalah hama dan penyakit tanaman pada tanaman padi dengan menggunakan insektida alami ataupun pestisida nabati.
Mereka memperoleh keuntungan dari musim tanam ke musim tanam berikutnya :
Produksi padi yang terus meningkat bisa mencapai 7-8 ton /ha
Ongkos produksi yang menurun sekitar Rp1juta-Rp 2 juta/ha dibandingkan dengan pertanian anorganik yang mencapai Rp 3 juta – Rp 4 juta/ha.
Dapat tetap menjaga kualitas tanah , air dan lingkungan, karena mereka dapat menggantikan pupuk kimia dengan organik sebagai contoh: Urea, SP 36 dan NPK dapat diganti dengan jerami, pohon pisang , serbuk gergaji, sekam dan kotoran hewan. Untuk dosisnya tergantung dari kondisi tanahnya karena di dalamnya sudah ada kandungan Na, K, P dan S.
Tahan terhadap hama dan penyakit

Macam – macam Pestisida Nabati/Alami

1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif  “Papain”,  sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
Cara Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di rajang
-  Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air,  2 sendok makan minyak      tanah,  30 gr detergen, diamkan semalam.
- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.

2.  Pestisida Nabati  “Biji Jarak
Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” ,  efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ),  Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).
Cara Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.

3. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan aktif  “Annonain dan Resin “.  Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
-  Siap disemprotkan ke tanaman.

4.  Pestisida Nabati ” Daun Sirsak  dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “
Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk  halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke tanaman.

5.  Pestisida Nabati ” Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin,  dan tanin.  Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen  kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk  agar menjadi larutan.
- saring dengan  kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.


6.  Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung  nikotin.  Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
-  Siap disemprotkan ke tanaman.

7.  Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.

8.  Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman.

9.  Pestisida Nabati ” Daun Mimba “
Daun mimba mengandung  Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol.  Efektif  mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.
Cara pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba “
- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba
- rendam dalam 10 liter air semalam
- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba “
- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter.  Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.

10.  Pestisida Nabati ” Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin.  Efektif  untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.

11.  Pestisida Nabati “  Daun Gamal “
Daun gamal mengandung Tanin.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida.  Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.

12.  Pestisida  Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring  dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.

13.  Pestisida Nabati “Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.
Cara Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.
Nah selamat mencoba ……  !!!  semoga bermanfaat …….!!!

Pengamat Hama & Penyakit Tumbuhan

03.06    
PENGGEREK BATANG PADI (BELUK/ SUNDEP )

Hama Penggerek batang padi merupakan hama penting tanaman padi karena jika menyerang fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan dan jika menyerang fase generatif hama ini secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen.
Terdapat empat spesies hama penggerek batang padi yaitu:
Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas)
Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
Penggerek batang padi bergaris ( Chilo supressalis)
Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens)

Imago aktif pada malam hari dan terbang kesawah untuk meletakkan telur. Pada siang hari merek hanya berdiam diri dan bersembunyi dibalik daun padi atau gulma disekitar tanaman. Penggerek
batang padi mampu terbang sejauh 2 km. Imago sangat tertarik pada cahaya dan mudah tertangkap
oleh lampu perangkap saat malam gelap. Betinanya mampu bertelur hingga 200-300 butir dalam masa
hidupnya selama 4 hari.
Telur diletakkan berkelompok, terdiri dari 5-200 butir per kelompok pada daun atau seludang daun.
Bentuk telur, kelompok telur, dan tempat meletakkan telur bervariasi sesuai dengan spesiesnya.
Larva yang baru ditetaskan sering menggantungkan tubuhnya pada daun padi dengan benang sutera
dan bila tertiup angin akan berpindah ke tanaman lainnya. Mereka kadang-kadang juga membuat
tabung dari potongan daun, lalu menjatuhkan diri ke air dan berenang ke tanaman lain. Larva muda
memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk keseludang daun dan
makan diantara seludang daun dan tangkai malai beberapa hari sebelum masuk kedalam batang.
Larva yang lebih tua masuk kedalam batang dan makan pada bagian dalam batang di dekat
pangkalnya. Larva instar terakhir didalam batang dapat bergerak turun kebawah permukaan tanah
untuk berdiapose kalau keadaan tidak menguntungkan.
Pupa terbentuk didalam batang beberapa centimeter dibawah permukaan tanah. Imago keluar dari
pupa dan merangkak keluar dari lobang keluar yang telah dibuat sebelumnya oleh larva sebelum
menjadi pupa.
Kalau serangan terjadi pada vase vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik
tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut
sebagaiSUNDEP. Kalau serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan mati karena
pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya
hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan pada
tahap ini disebut BELUK.

Posted on  by NURMANIHSAN
INSEKTISIDA ORGANIK/ALAMI BUAT WERENG DAN PENGGEREK BATANG
Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN BANTEN )
INSEKTISIDA ALAMI
Hama utama tanaman padi antara lain penggerek batang dan wereng. Biasanya petani menggunakan pestisida untuk membasmi ke-2 hama tersebut. Untuk penggerek batang biasanya petani memakai spontan, hipolag, manuver,  dll. Dan untuk wereng biasanya para petani memakai upplaud, avidor, degger , curbix, dll.
Selain insektisida buatan, ada juga petani yang memakai cara alami dengan beberapa bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Salah satu insektisida alami itu adalah seperti yang dibuat oleh BBPP Ketindan di Malang.
Berikut ini keterangannya, ” Kita telah tahu bagaimana akibat yang ditimbulkan oleh hama wereng dan penggerek batang. Jika kita tidak waspada dan tanggap situasi dan terlambat dalam pengendalian wereng dan penggerek batang maka tidak mustahil kita akan kehilangan hasil panen kita 100 %.
Dalam pengendalian kedua hama tersebut tidaklah harus selalu menggunakan insektisida kimia. Ada sebuah alternative yang patut dicoba untuk mengendalikan kedua hama ini secara organic.
Alasan kenapa kita selalu dianjurkan menggunakan bahan organic adalah karena bahan tersebut bisa didapat tanpa membeli, bisa dibuat sendiri dan harganya biasanya relative lebih murah.

Bahan:
1. 20 liter air
2. brotawali 2 kg (boleh daun atau batangnya),
3. lengkuas/laos 2 kg,
4. kluwak muda 15 biji dan
5. 5 daun lidah buaya untuk perekat.

Cara Pembuatan :
1. Semua bahan ditumbuk dan disimpan (difermentasi) pada wadah tertutup selama 3 hari
2. Kemudian disaring
3. Aplikasi/penggunaan pada saat penyemprotan yaitu 2 gelas aqua (250 ml) untuk satu tangki (10 liter)
Kalau kita lihat ada kandungan apa dari bahan-bahan yang digunakan tersebut diatas:
1. Brotowali mengandung : Pikoretine; Alkaloida; Berberin; Columbin
2. Rasa pahit pada kluwak disebabkan kandungan hydrocyanic acid
3. Lengkuas/laos mengandung minyak terbang, minyak atsiri, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan kristal kuning.
4. Dan kandungan gel lidah buaya adalah air (98,5%), karbohidrat (0,3%), asam amino, lipid, sterol, tanin, dan beberapa enzim. ( BBPP Ketindan; Jl. Ketindan No. 1 – Malang)

THURSDAY, FEBRUARY 9, 2012

Cara membuat pestisida nabati / bahan alami penting untuk menggantikan fungsi pestisida kimia. Pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan aman, berbeda dengan Pestisida kimia. Pestisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan mudah dengan biaya murah sehingga banyak petani beralih untuk dapat menekan biaya produksi pertanian. Petani perlu alternatif baru guna memangkas biaya produksi pertanian. Pestisida nabati dapat berfungsi untuk memberantas berbagai jenis hama tanaman, bahannya mudah jumpai di sekitar kita. Cara membuat pestisida nabati berkwalitas bisa Anda simak tips berikut ini.

Bahan/cara membuat Pestisida nabati:

Daun brotowali dan kecubung wulung

- Bisa kita gunakan untuk mengatasi lalat buah, ulat grayak atau hama penggerek batang.

Larutan jahe dan cengkeh

- Untuk mengatasi hama Plutella xylostella pada kubis. 

Mimba 
- Membasmi ulat tanah Agrotis sp, belalang, aphids, dan ulat grayak. bisa 
- Mengatasi antraknosa pada tanaman cabe merah gunakan daun mimba + daun sirih.

Umbi bawang putih dan bawang merah. 
- Mengendalikan serangan ngengat dan kupu-kupu, Alternaria porii, dan layu fusarium. 

Daun mindi
- Mengatasi ulat grayak Spodoptera sp dan ulat daun Plutella xylostella.

Daun cocor bebek.
- Mengatasi larva ulat daun Plutella xylostella. 

Akar dan daun serai wangi
- Mengatasi aphids dan tungau. 

Daun babadotan
- Membasmi ulat pada tanaman sayur 

Daun cengkih 
- Sebagai fungisida jamur tanaman sayur.

Umbi gadung 
- Mengendalikan aphids dan tikus. 

Buah maja
- Mengusir jika padi Anda terserang walang sangit. 

Buah mengkudu
- Bahan larvasida untuk tanaman yang terserang larva

Kulit / batang pasak bumi
- Membasmi lalat buah

Daun tembakau
- Membasmi hama Aphids. 

Teh basi.
- Mengusir semut.

Bahan dan cara membuat Pestisida nabati:
*Bahan-bahan:
- 3.5 kg kunyit (haluskan), 3.5 kg temulawak (haluskan), 3 kg temu hitam (haluskan), 3 buah maja (haluskan), 100 liter urine sapi.
Cara membuat:
- Tuang urine ke dalam tong. Kemudian campur kunyit, temulawak, temu hitam, dan buah maja yang telah halus, lalu masukkan campuran ini kedalam karung plastik dan ikat. Campuran direndam dalam urine sapi dan aduk tiap tiga hari sekali. Satu bulan karung plastik baru diangkat dan pestisida urinsa siap digunakan. Efektif mengendalikan hama tanaman padi.

*Bahan-bahan:

- 1kg bawang putih halus, tambahkan 100 cc EM4 dan gula pasir 100 gr.
Cara membuat:
- Aduk bahan sampai rata dan larutkan dalam 5 liter air. Diamkan / fermentasikan selama 1 minggu. Saat digunakan saring dahulu.
Aplikasi:
- Dengan melarutkan pada air dengan perbandingan 1:20, efektif mengendalikan thrips pada tanaman cabai.

*Bahan-bahan:

200 -300 gr biji mimba tumbuk halus.
Cara membuat:
- Rendam dalam 10 liter air selama satu malam, aduk rata / saring, disemprotkan ketanaman yang terserang untuk mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri dan nematoda.

*Bahan-bahan:

- 1 kg Daun mimba ditumbuk halus.
Cara membuat:
-Rendam dengan 10 liter air semalam, saring / untuk obat semprot.

*Bahan-bahan:

- 500 gr Umbi gadung ditumbuk halus .
Cara membuat:
- Peras dan tambahkan 10 liter air, aduk rata kemudian semprotkan ke tanaman. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.

* Bahan-bahan:
daun mindi 2 kg, tembakau 2 kg, brotowali 2 kg, buah mengkudu 5 kg, dan andaliman 1 kg.
Cara membuat:
- semua bahan dihaluskan dengan cara menumbuk. Bahan-bahan tersebut direndam/dilarutkan dalam air 10 liter. Simpan selama lima hari dalam wadah yang tertutup rapat .
Kegunaan:
- Pestisida dillarutkan pada media air dengan perbandingan 1:30. Efektif mengendalikan hama kutu kebul pada cabai, tungau, jenis ulat dan lainnya.
Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas diatas bisa Anda cari di lingkungan sekitar. Praktis dan murah. Demikian tips kami tentang bahan dan cara membuat Pestisida nabati

D.Sektor Pertanian Dianak Tirikan
Indonesia sebagai negara agraris kurang lebih 80 persen penduduknya bergantung pada sektor pertanian, sejauh mana memberi kesejahteraan dan pangan yang cukup bagi rakyatnya terutama para petaninya.  Dari sisi budaya : Sektor pertanian ini lebih dikenal dengan sebutan: “budaya  pedalaman/daratan/agraris.” Sedang sebaliknya istilah untuk nelayan (maritim) disebut “budaya pesisir/pantai” Mereka yang tergolong dalam kedua sebutan ini identik dengan “kemiskinan” yang  kurang memperoleh akses pelayanan umum yang memadai.  Faktor-faktor apa saja sebenarnya yang menjadi akar permasalahannya? Berikut ini disajikan topik tentang perkembangan dan sejauh mana perhatian pemerintah pada sektor yang satu ini. Dalam perjalanan 67 tahun Indonesia merdeka, sektor pertanian tercatat pernah menjadi primadona atau (leading sector) dalam perekonomian yang menyumbangkan sekitar, 70 persen lebih dari produk domestik bruto dan,  penciptaan lapangan kerja.  Namun, semrawut dan tak adanya visi jangka panjang pembangunan ekonomi di negara ini, membuat pertanian kemudian terpuruk dan peran sektor pertanian dalam perekonomian tak lebih dari  sekedar pengganjal atau pelengkap bagi sektor lain (adjusting atau following sector).
Dalam satu dekade lebih terakhir, sebagian besar subsektor,
1.       pertanian,
2.       perkebunan,
3.       peternakan, dan
4.       perikanan,
mengalami kemerosotan kinerja dan petaninya mengalami pemiskinan secara dramatis. Sementara ketergantungan pada impor pangan dan produk pertanian lain meningkat tajam, bahkan, Indonesia sempat menjadi penerima bantuan pangan terbesar dunia pada masa krisis.  Seorang pakar holtikultura Indonesia menceritakan bagaimana  sekitar tahun l980 dan l990 Ia di undang ke Vietnam, dan untuk mengajar para peneliti Thailand yang datang ke Indonesia tahun l992 soal budidaya tanaman hias. Kini, kedua negara ini sudah menyalip “Sang Guru” dalam industri budidaya tanaman hias. Indonesia yang pada awal abat ke-19 merupakan eksportir gula terbesar kedua dunia (setelah Kuba), kini berbalik menjadi impor gula terbesar kedua dunia.

Beras yang dulu swasembada, kini harus impor. Hal yang sama terjadi untuk produk pangan penting lain, seperti jagung dan kedelai, serta produk holtikultura, seperti buah-buahan dan tanaman hias, seperti pisang, jeruk, durian, dan mangga dll.
·         Dulu, kita bisa memenuhi sendiri kebutuhan dalam negeri, bahkan ekspor.
·         Kini produk impor menyerbu bukan saja untuk konsumsi hotel, restoran, dan supermarket, tetapi juga untuk rumah tangga.
Ketergantungan pada impor produk holtikultura dari luar semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan pesat jaringan supermarket internasional di kota-kota besar di Indonesia sejak sekitar tahun tahun l990.
Tahun 2002 nilai impor mencapai :
1.       217 juta dollar AS untuk buah-buahan,
2.       111 juta dollar AS untuk sayur-sayuran, dan sekitar
3.        0,824 juta dollar AS untuk tanaman hias.
Untuk produk perkebunan terjadi penurunan pangsa ekspor teh di hampir semua jenis teh yang di ekspor Indonesia pada periode 1997-2001, kecuali jenis teh hijau curah. Kondisi suram dan penurunan pangsa pasar juga dihadapi komoditas kopi karena kondisi tanaman yang umumnya sudah tua, kurang terpelihara, dan produktivitas yang semakin menurun. Indonesia yang sebelumnya produsen ketiga terbesar, tergusur ke urutan keempat oleh Vietnam pada tahun l998.

Jatuh bangun
Jatuh bangun sektor pertanian sangat terkait erat dengan berbagai faktor, seperti,
---sistem nilai,
---kemajuan  ilmu pengetahuan, perubahan teknologi,
---kebijakan ekonomi makro,
---dan strategi pembangunan ekonomi yang diterapkan pemerintah.
Setelah mengalami fase-fase kritis masa revolusi hingga pertengahan tahun l960-an, menurut pengamat pertanian Bustanul Arifin, Indonesia sebenarnya cukup berhasil membangun fondasi atas basis pertumbuhan ekonomi yang baik pada tahun l970-an, dengan terintegrasinya pembangunan pertanian dalam kebijakan ekonomi makro. Salah satu indikator yang dirasakan langsung oleh masyarakat banyak adalah, terciptanya swasembada beras tahun l980-an.  Namun, kondisi kondusif bagi pertanian itu berakhir tragis pada akhir l980-an dan l990-an, dengan terjadinya fase dekonstuktif sektor pertanian karena, proteksi berlebihan terhadap industri yang, mengorbankan pertanian.

E. Fase-fase Pembangunan Pertanian di Indonesia Secara ringkas, pembangunan pertanian
Indonesia bisa dibagi dalam enam fase.

1. Fase Revolusi (l945-l965).
Langkah pertama Presiden Soekarno membangun pertanian adalah melakukan nasionalisasi perkebunan dan perusahaan milik eks pemerintah kolonial Belanda dan Jepang. Pada fase ini, pertanian pangan belum mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat hingga akhir tahun l950-an.Produksi dan prodktivitas  baru meningkat setelah gerakan intensifikasi dibakukan menjadi Bimbingan Massal  pada awal tahun l960-an. Gerakan intensifikasi baru menemukan momentumnya dengan adanya Demonstrasi Massal berupa plot-plot percontohan dari para petugas pertanian di pantai utara Jawa. Apalagi, pada saat yang sama juga peneliti/mahasiswa tingkat akhir Institut Pertanian Bogor (IPB) pada lahan bermunculan berbagai varietas unggul baru padi, gandum, jagung, dan tanaman biji-bijian lainnya.

2.Fase Konsolidasi (l967-l978).  
Pada fase ini, sektor pertanian tumbuh 3,30 persen. Pertumbuhan ini terutama disumbangkan oleh sub sektor tanaman pangan dan perkebunan yang tumbuh 3,58 persen dan 4,53 persen. Produk beras mencapai di atas 2 juta ton pada tahun l970-an dan produktivitas berhasil ditingkatkan menjadi 2 kali lipat dari tahun l973, yakni menjadi 2,5 ton per hektar.
Tiga kebijakan penting pertanian diterapkan pada masa ini, yakni,
1.       intensifikasi,
2.       ekstensifikasi, dan
3.       deversifikasi, yang didukung kemampuan meningkatkan produksi pada produktivitas pertanian.
Fondasi kokoh untuk terjadinya pertumbuhan tinggi sektor pertanian pada periode berikutnya juga berhasil diciptakan pada fase ini.
Perhatian besar ditujukan oleh pemerintah pada upaya mengenjot
pembangunan sarana/infrastruktur vital pertanian, seperti,
1.    sarana irigasi,
2.    jalan, dan
3.    industri pendukung, seperti semen dan pupuk.
Selain itu dilakukan berbagai pembenahan institusi ekonomi, seperti :
1.       konsolidasi kelompok tani hamparan,
2.       koperasi unit desa,
3.       koperasi pertanian lainnya,
4.       terobosan skema pendanaan,
5.       sistem latihan dan kunjungan sebagai andalan sistem penyuluhan.
6.       peranan kredit pertanian (bersubsudi), keterjangkauan akses finansial hingga pelosok pedesaan yang terjadi pada masa tersebut, dinilai sebagai reformasi spektakuler bidang ekonomi yang tidak bisa ditandingi oleh negara berkembang mana pun.

3.Fase TumbuhTinggi (l978-l986).
Ini fase cukup penting bagi ekonomi pertanian Indonesia.
Sektor pertanian tumbuh di atas 5,7 persen karena strategi pembangunan
ekonomi berbasis pertanian.
1.       produksi pangan,
2.       perkebunan,
3.       perikanan, dan
4.       peternakan meningkat, dengan angka pertumbuhan 6,8 persen.
Lonjakan kinerja produksi, terutama pangan, seperti beras, jagung, dan biji-bijian lainnya ini, terutama disebabkan oleh meningkatnya peran riset atau iptek dalam sektor pertanian,
1.       Program Revolusi Hijau dan,
2.       Revolusi teknologi pangan berhasil meningkatkan produktivitas pangan hingga 5,6 persen dan memungkinkan tercapainya swasembada pangan  pada tahun l984.
Ketika itu daerah produksi padi identik dengan kesejahteraan pedesaan.
Kecuali demikian, Revolusi Hijau melalui sistem monokultur---yang dipaksakan di semua wilayah yang secara geografis sangat beragam dan secara tradisional selama ini mampu subsisten dengan bahan makanan pokok lain, seperti jagung, ubi, dan sagu—menyebabkan ketahanan pangan sangat rentan terhadap perubahan iklim dan mengakibatkan ekologi memburuk. Revolusi Hijau juga memunculkan ketergantungan petani kecil dan buruh tani pada tuan tanah dan pada input pertanian yang mahal dari luar, seperti bibit, pupuk, dan pestisida.

4.Fase Dekonstruksi (l986-l997).
Akibat kebijakan yang diterapkan sebelumnya dan diterapkan selama periode ini, sektor pertanian mengalami konstruksi pertumbuhan hingga 3,4 persen per tahun. Para perumus kebijakan dan ekonom meng-acuhkan/mengabaikan sektor ini sehingga pertanian terbengkalai.Anggapan telah dicapainya keberhasilan swasembada pangan telah memunculkan persepsi bahwa pembangunan pertanian akan bergulir dengan sendirinya (taken for granted) dan, melupakan prasyarat pemihakan dan kerja keras seperti yang dilakukan pada periode sebelumnya. Masa gelap pertanian, semakin kental dengan adanya kebijakan teknokratik pembangunan ekonomi yang mengarah pada strategi industrilisasi footloose secara besar-besaran pada awal tahun l990-an. Sejak  pertengahan l980-an, berbagai komponen proteksi untuk sektor industri diberikan, sehingga industri dan manufaktur tumbuh diatas 2 digit per tahun. Saat itu muncul keyakinan Indonesia telah mampu bertransformasi, dari negara agraris menjadi, negara industri. Kebijakan yang diterapkan pemerintah dengan penuh kesadaran waktu itu diarahkan untuk menyedot seluruh sumber daya dari sektor pertanian  ke sektor industri karena proyek-proyek pertanian dianggap tak bisa mendatangkan hasil yang secepat  industri atau investasi di perkotaan. Kebijakan pangan murah yang pada waktu itu didesain untuk menyubsidi industri dengan cara menjaga harga barang-barang tetap terjangkau oleh upah para pekerja di perkotaan yang masih rendah.

Upaya proteksi besar-besaran secara sistematis terhadap industri itu, membuat profitabilitas usaha pertanian tergerogoti, memicu kemerosotan investasi dan produktivitas di sektor pertanian, serta, merapuhkan basis pertanian di tingkat yang paling dasar atau petani dipedesaan, kebijakan pertanian juga sangat distortif sehingga meresahkan masyarakat. Salah satu contoh,  upaya memangkas rantai tata niaga komoditas dengan mendirikan lembaga pemasaran baru yang kental dengan aroma perburuan rente oleh pelaku ekonomi dan birokrasi yang sangat sentralistik (contoh perniagaan cengkeh). Kebijakan ini mengakibatkan ambruknya kesejahteraan petani dan pelencengnya pembangunan pertanian di Indonesia.

5.Fase Krisis (l997-2001).
Pada fase ini, sektor pertanian yang sudah babak belur harus menanggung dampak krisis, yakni menyerap limpahan tenaga kerja sektor informal dan perkotaan, dan harus menjadi penyelamat ekonomi Indonesia.Ketergantungan petani pada input  produksi mahal dari luar, akibat kebijakan di masa lalu, menjadi bumerang dan, saat panen gagal akibat kekeringan atau, saat krisis ketika keran devisa, subsidi pupuk dicabut, dan invasi beras dari luar menyerbu pasar domistik, baik dalam bentuk bantuan pangan murah, beras selundupan maupun, impor.

6.Fase Transisi dan Desentralisasi (2001—sekarang).
Ini fase yang serba tidak jelas bagi para pelaku ekonomi dan bagi sektor pertanian Indonesia. Pembangunan pertanian pada era desentralisasi, yang mestinya diterjemahkan menjadi peningkatan basis kemandirian daerah dan wewenang daerah untuk lebih leluasa melakukan kombinasi strategi pemanfaatan keunggulan komparatif dan kompetitif, ternyata tidak berjalan.

Pembangunan sektor pertanian di tangan pemerintah daerah semakin terabaikan. Dari gambaran periodisasi pembangunan  pertanian ekonomi bisa disimpulkan naik turunnya pertanian sangat erat terkait dengan kebijakan ekonomi makro. Tidak ada kebijakan yang, konsisten, sistematis dan,  terencana, untuk mengembangkan sektor pertanian, dengan menjadikan pembangunan pertanian sebagai bagian penting dari kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan pengurangan kemiskinan secara keseluruhan. Juga tidak ada kebijakan secara sadar untuk menjadikan keunggulan komparatif di sektor pertanian sebagai dasar membangun industri berbasis pertanian. (SRI HARTATI SAMHADI, Kompas, 16-8-2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.