A. Pengertian
Pertanian, adalah,
Kegiatan
memproduksi oleh manusia, yang didasarkan atas proses biologik tumbuhan dan
hewan. Kegiatan itu merupakan penerapan karya manusia kepada alam, yang
sifatnya non-ekstratif, sehingga alam itu dapat memberikan manfaat yang lebih
besar kepada manusia.
Dalam kegiatan
pertanian mencakup :
Usaha
mendapatkan bagian atau keseluruhan dari tanaman dan hewan (termasuk ikan), seperti
biji, daun, getah, kayu, telur, susu, dan daging;Usaha meningkatkan kegunaan
ekonomi dari hasil produksi tersebut melalui pengolahan, penyimpanan, dan
lain-lain; Usaha memelihara potensi produksi
kelestarian sumber alam melalui pengawetan tanah dan air serta
perlindungan fauna dan flora; Usaha mendayagunakan organisasi dan manajemen
untuk manfaat keluarga tani maupun masyarakat umum, dalam argibisnis dan usaha
yang lainnya.(EI : 2687).
B.
Program Peningkatan Produksi Pangan
Kegiatan yang
dilakukan oleh “kontak tani dan “kelompok tani” dalam menunjang
peningkatan produksi pangan, antara lain melalui :
- Domosntrasi
Plot (demplot) : ‘kontak tani’ bertindak sebagai ‘demonstrator’,
misalnya di atas petak seluas
sekitar 1000 m2, kontak
tani menerapkan teknologi baru melalui paket Panca Usaha Pertanian,
sehingga para petani lain yakin akan teknologi baru tersebut dan akan
mengikutinya. (Bagi orang/petani di desa, perlu ada bukti dulu, baru
mereka akan menirunya, bukan oleh ceramah-ceramah ilmiah berapi-api di
podium, tanpa contoh konkrit di lapangan--penulis).
- ‘Demonstrasi
Farm’ (demfarm); ‘kelompok tani’ menjadi
pelaksanannya. Di samping menerapkan tohnologi baru yang didapatkan dalam ‘demplot, demfarm’ dimaksudkan
untuk memantapkan kerja sama dalam kelompok. ‘Kegiatan
bersama’ merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam ‘demfarm’ ini. Sifat
kerja sama masih informal. Kelompok beranggotakan sekitar 20 orang, menggarap sekitar 10 ha sawah;
- ‘Demonstrasi
Arca’ (demarca);
beberapa kelompok tani ‘menggambungkan diri’ dalam memanfaatkan usaha
bersama. Sifat kegiatan agak formal. Jumlah kelompok yang tergabung
sekitar 5 – 10 kelompok. Tanah
garapan meliputi sekitar 100 – 150
ha sawah. Sifat usaha agar ‘komersial’. Kenaikan produksi secara total lebih
terjamin;
- ‘Demonstrasi Unit’ (demunit);
sifat usaha adalah ‘bisnis komersial’ berdasarkan ‘asas koperasi’.
Kegiatan usaha menyatu dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Areal garap
meliputi 600 – 1.000 ha sawah,
sehingga kenaikan produksi secara keseluruhan sangat meningkat. (EI : 2776).
C. Hama Perusak
Tanaman, Penyebab Rendahnya Produktivitas Pertanian
Keberhasilan
panen pangan sangat ditentukan selain oleh keadaan iklim/cuaca, bencana alam seperti kebanjiran,
kebanyakan/kurang hujan, tetapi juga salah satu penyebab lainnya adalah masalah hama.
Oleh karena itu para petani perlu mengenal berbagai jenis hama perusak
dan ciri-cirinya dengan baik, termasuk cara pemberantasannya. Hama,
sebutan untuk berbagai jenis penyakit tumbuh-tumbuhan.
Ada beberapa macam
yang perlu diketahui dan perlu
diantisipasi dengan berbagai cara untuk mengatasinya.
Tentu hal
ini dinas pertanian sebagai tempat bertanya untuk mendapatkan obat-obatan atau
cara-cara pemberantasannya, baik dengan cara-cara tradisional maupun secara
ilmu pertanian. Obat-obatan pemberantas hama, seharusnya tersedia
disentra-sentra pertanian rakyat, sehingga dengan mudah diperoleh dengan harga
terjangkau. Idialnya obat-obatan tersebut
direkomendasikan oleh Dinas Pertanian dan tersedia di Koperasi Unit Desa. Bila hal ini diabaikan maka, hama akan
merajalela dan akibatnya memusnakan hasil pertanian dan gagal panen, sehingga
petani mengalami kerugian dan kekuarangan pangan menyebabkan kemiskinan dan
kelaparan, kurang gizi dan lain-lainnya.
Berikut ini
disebutkan beberapa jenis hama dan cara bekerjanya :
- Hama bawang : penyakit padi, disebabkan sejenis nyamuk puru bernama Pachydiplosis oryzae (Lat.). Nyamuk
ini bertelur pada daun atau pelepah daun padi di pesemaian.
Jentik-jentiknya bersarang dalam lubang yang dikorek di puncak batang
padi. Daun padi yang paling muda menjadi putih dan bergulung sehingga
merupakan pipa panjang. Pucuk batang padi yang tertutup di dalamnya tidak dapat tumbuh lagi, sehingga
tanaman itu menjadi kuning warnanya dan akhirnya mati. Kadang-kadang 50% dari bibit padi rusak karena
penyakit ini. Penyakit semacam ini juga terdapat pada beberapa jenis
rumput; hama ini juga dikenal dengan ‘hama ganjur’, ‘hama mendong’ atau ‘hama
paku’.
2. Hama bodas : penyakit pada tanaman bawang, cabai, kentang, tomat, labu air,
dan bayam; disebabkan oleh Thripstabaci
(Lat.). Daun bawang yang dihinggapi penyakit ini menunjukkan bintik-bintak
warna putih; makin mendalam penyakit itu, makin besar bintik-bintiknya. Ujung daun
bawang kemudian kuning dan akhirnya mati. Di Indonesia penyakit ini tidak
terdapat pada tanaman tembakau. Penyakit ini juga dikenal dengan nama ‘hama
liur’, ‘hama gurem’ atau ‘hama gremet’; penyakit pada tanaman pecai dan jenis
kol lainnya; disebabkan oleh ‘ulat-ulat Plutella
maculipennis’ (Lat.). Ulat-ulat
ini mengikis bagian bawah daun kol sehingga hanya tinggal epirdemis bagian atas
saja sebagai selaput putih. Kikisan itu biasanya tidak lebih dari garis tengah 0,5
cm, tetapi lama-kelamaan menimbulkan lubang-lubang; penyakit pada tanaman kina
dan gambir, disebabkan oleh ‘ulat-ulat’ Margaronia marginata (Lat.).
Ulat-ulat tersebut melipat daun-daun kina lalu memakannya. Mula-mula daun
tersebut berwarna muda, lama-kelamaan kelihatan layu, akhirnya gugur.Akibatnya
pohon kina tumbuh kurang subur. Pada
tanaman gambir ulat-ulat itu semula merusak bunga, kemudian daunnya. Akibatnya
hasil daun jadi berkurang. Ulat-ulat jenis ini juga terdapat pada pohon kaca
piring.
3. Hama lodoh : (Jawa : kresek); penyakit
padi, disebabkan semacam ‘bakteri’ yang belum dikenal jenisnya. Bakteri ini menembus ke dalam batang padi melalui
daun. Dari batang padi keluar ‘lendir’ dan lama-kelamaan tanaman padi mati.
4. Hama mentek :
penyakit padi yang sangat terkenal, mungkin sekali disebabkan oleh ‘cacing-cacing
kecil’. Daun padi layu, akarnya tidak sanggup lagi mengisap zat gizi dari
tanah. Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan sawah, besar-besaran. Juga
dikenal dengan nama ‘hama abang’, ‘hama merah’, ‘hama perkekeh’, ‘hama tepak’, ‘hama
pondoh’, atau ‘hama gabung’.
5. Hama merah : penyakit ubi kayu; disebabkan tunggau merah Tetranychus bimaculatus (Lat.).
Tunggau-tunggau itu melekat di balik daun ubi
kayu. Lama-kelamaan daun menjadi kuning. Juga menyerang bagian-bagian
batang yang hijau. Akhirnya tanaman ubi tersebut tidak berdaun sama sekali. Tunggau ini juga
menyerang kedelai, pohon kapas, jarak, dan banyak tanaman lain.
6. Hama putih: penyakit padi; disebabkan ‘ulat
Nymphula depunctalis’ (Lat.). Ulat ini makan daging daun padi
sehingga hanya tinggal kulit ari bagian bawah saja yang kelihatan putih. Ulat
ini hanya hidup pada ‘daun padi’. Hama putih juga dapat disebabkan oleh ‘ulat Cnaphalorocis
medinalis’.
7. Hama
sundek : penyakit padi yang disebabkan ‘ulat Schoenobius bipunctfer(Lat.)’.
Ulat-ulat itu makan padi sambil mengorek batangnya. Tanaman yang terserang
penyakit ini tidak bertambah besar, sebaliknya merumpun berkali-kali. Penyakit
ini juga menyerang tumbuhan padi muda secara besar-besaran. Penyakit ini juga
disebut juga ‘beluk’.
8. Hama
werang/wereng : penyakit padi disebabkan
sejenis ‘serangga padi’;
· serangga padi berwarna coklat Liburnia sordescens (Lat.);
· serangga padi putih Tettigoniella
spectra (Lat.);
· serangga padi hijau Nephottettix-apicalis
(Lat). Tanaman padi yang terserang
penyakit ini berubah warna menjadi coklat dan tetap kecil. Serangga ini juga
hidup pada tumbuhan rumput lain.
9. Hama wedang : penyakit yang antara lain terdapat pada tembakau dan kacang tanah;
disebabkan oleh ‘bakteri Pseudomonas
solanacearum’ (Lat.). Tanaman
yang dihinggapi penyakit ini kelihatan seperti tertimpa air panas. Merupakan
salah satu penyakit paling berbahaya pada perkebunan tembakau di Deli, Sumatera
Utara).
10. Hama
kepompong : Serangga ‘kupu-kupu, belalang’, dan sejenisnya,
biasanya bertelur di atas daun tanaman jeruk, atau di pohon-bunga, kemudian
menjadi kepompong yang akan memakan daun dimana ia hinggap hingga tinggal tulang
daunnya saja.
11. Hama
belalang : sasarannya
ialah memakan daun padi atau daun-daun pohon lainnya, sehingga tinggal
tulang daunnya.
12. Hama
kumbang/penggerek : biasanya bersarang pada pohon kelapa, dan
memakan baik daunnya maupun buah mudanya.
13. Hama keong
mas : hama ini memakan batang padi, sehingga mati
14. Hama tikus : binatang ini memakan batang padi atau bagian lain dari padi.
15. Hama ulat : hama ini memakan berbagai
bagian dari batang padi.
16. Burung
pipit : dapat disamakan pula sebagai hama juga, yang
memakan butir-butir padi yang telah bernas. Untuk mencegahnya, biasanya para
petani menggantungkan berbagai plastik, kertas, kain-kain sobek atau dengan
membuat orang-orangan, kaleng-kalrng susu bekas yang beriasi batu-batu krikil,
dan semuanya ini dirangkai pada seutas tali yang panjang, diikat pada dua atau lebih tiang, lalu di
tarik-tarik atau digoyang-goyang , sehingga semua yang tergantung pada utas
tali tersebut bergoyang-goyang, melambai-lambai, dan menghasilkan bunyi untuk mengusir burung
yang ada disawah atau ladang tersebut yang ingin memakan buah padi. Ada juga
yang memakai bambu belahan dua yang jika diayun menghasilkanm bunyi menakuti
burung-burung pipit dan cara-cara tradisional lainnya.
17.
Hama-hama lainnya yang tidak disebutkan di sini.
Semua ‘hama-hama’ ini
penyebab kurang atau gagal panen, menyebabkan kerugian bagi petani.
Tetapi gagal
panen juga disebabkan karena kekeringan, dan tidak mendapatkan aliran air dari
irigasi, atau juga karena akibat banjir karena kelebihan curah hujan. Atau juga karena tidak diterapkan “Panca Usaha
Tani”. Karena itu penting sekali upaya penyuluhan dari Dinas Pertanian
kepada petani-petani tradisional yang kurang mengenal berbagai jenis obat-obatan
anti hama maupun teknik pemberantasannya. Demikianlah pengenalan berbagai jenis
hama untuk diperhatikan oleh para petani, dan cara–cara pencegahannya dapat mempergunakan
berbagai obat-an pembasmi hama yang dianjurkan, maupun dengan cara-cara
tradisional yang dikenal dalam budaya setempat.
‘Hama’ adalah salah satu penyebab rendahnya produktivitas pertanian, dan
gagal panen, selain penyebab lainnya.
Karena itu
para petani diharapkan memperhatikan berbagai gejala penyakit tanaman yang
muncul dan segera mengatasinya secara dini, sebelum berkembang atau meluas
keseluruh tanaman padi atau tanaman
lainnya. Faktor-faktor tersebut di atas
adalah awal kemiskinan di pedesaan karena akibat gagal panen. Sejauh mana
perhatian pemerintah terhadap para petani dalam upaya meningkatkan produksi dan
produktivitas pertanian, perlu dipertanyakan.
MACAM
– MACAM PESTISIDA NABATI/ALAMI DAN CARA PEMBUATANNYA
Deprecated: Assigning the return value of new by reference is deprecated in/home/admingro/public_html/blh/administrator/components/com_imageshow/classes/jsn_is_readxmldetails.phpon line 109
MACAM – MACAM PESTISIDA
NABATI/ALAMI DAN CARA PEMBUATANNYA
Written by AdministratorSaturday,
04 August 2012 17:37
INSEKTISIDA ALAMI ATAU
PESTISIDA NABATI
Seperti halnya dengan manusia, tanaman juga akan mengalami sakit
atau terserang hama maupun penyakit, bila kondisi fisiknya tidak baik.
Dikarenakan adanya perubahan iklim /cuaca atau memang sejak awal menggunakan
benih /bibit yang tidak baik jadi mudah terserang , bisa juga dari kondisi
tanahnya, dan lain-lain. Banyak
kendala-kendala yang mempengaruhinya. Untuk mengatasinya tentu saja dapat
menggunakan obat-obatan yang pilihannya banyak di pasaran. Tergantung dari
tanamannya menderita apa dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat
memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali. Bila
kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang
ditawarkan yaitu menggunakan “BAHAN-BAHAN ALAMI” untuk mengusir atau menghalau
musuh-musuh alami yang menyerang tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga
siklus EKOSISTEM masih tetap terjaga. Adapun bahan-bahan INSEKTISIDA ALAMI itu
adalah sebagai berikut: Tembakau, Kenikir, Pandan, Kemangi, Cabe Rawit, Kunyit
, Bawang Putih, Gadung , Sereh dan masih banyak lagi yang dapat di pakai
sebagai bahan-bahan pembuat insektisida alami . Bila melihat bahan-bahan
tersebut , semua ada di lingkungan kita, mudah di dapat dan murah, yang pasti
juga aman karena tidak beracun.
Berikut
Tabel yang menunjukan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai Insektisida
Alami atau Pestisida Nabati :
Tabel Jenis Tanaman Pestisida Nabati
Berikut “ RESEP “ pembuatan Insektisida Alami untuk
menghilangkan hama kutu dan ulat pada tanaman.:
Bahan:
Tembakau
100gr
Kenikir
100gr
Pandan
100gr
Kemangi
100gr
Cabe
rawit 100gr
Kunyit
100 gr
Bawang
Putih 100gr
Aquadestilata
1 lt
Decomposer
BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 cc
Gula
pasir 2 sendok makan.
Cara Pembuatan :
Semua
bahan di blender dan di tambah 1lt air suling
Masukkan
ke dalam botol yang steril
Tambahkan
gula pasir 2 sdm
Tambahkan
Decomposer BSA 1-2 cc
Tutup dan
biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi
Kemudian
di saring.
Siap
dipergunakan
Pengaplikasian /dosis
pemakaian:
60 cc
untuk 1 lt air
Disemprotkan
ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya
1 minggu
1 kali
Pencairan
1lt harus habis 1kali pemakaian.
Untuk tanaman padi, hama yang
terkenal menyerang tanaman padi adalah HAMAKRESEK, HAMA PENGGEREK BATANG, HAMA WERENG. Masyarakat
Paguyuban Petani Organik Purwakarta untuk mengatasi ini mereka membuat
bakteri CORYNE
BACTERIUM dengan cara merebus AIR KENTANG sebanyak 20 liter ditambah GULA dan DECOMPOSER
BSA. Bakteri “ Coryne
bacterium” dapat melawan“Xanthomonas
campestris pv oryzae “ (bakteri penyebab penyakit
kresek). Bakteri Coryne ini mempunyai sifat “Pathogen”, dapat menekan serangan , dan
mengurangi kerusakan lebih dari 80%. Untuk menumpas hama penggerek batang yang
diperlukan adalah bakteri Tryclogramma
spp(agen hayati parasitoid). Dan untuk jamur tumbuhan di pakai
bakteri Trychoderma sp.
Sedangkan untuk menekan populasi hama wereng batang coklat laba-laba dan
kumbang dibiarkan hidup untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Nah, itu tadi contoh Masyarakat
Paguyuban Petani Organik Purwakarta dalam menangani masalah hama dan penyakit
tanaman pada tanaman padi dengan menggunakan insektida alami ataupun pestisida
nabati.
Mereka memperoleh keuntungan
dari musim tanam ke musim tanam berikutnya :
Produksi padi yang terus
meningkat bisa mencapai 7-8 ton /ha
Ongkos produksi yang menurun
sekitar Rp1juta-Rp 2 juta/ha dibandingkan dengan pertanian
anorganik yang mencapai Rp 3 juta –
Rp 4 juta/ha.
Dapat tetap menjaga kualitas
tanah , air dan lingkungan, karena mereka dapat menggantikan pupuk kimia dengan
organik sebagai contoh: Urea, SP 36 dan NPK dapat diganti dengan jerami, pohon
pisang , serbuk gergaji, sekam dan kotoran hewan. Untuk dosisnya tergantung
dari kondisi tanahnya karena di dalamnya sudah ada kandungan Na, K, P dan S.
Tahan terhadap hama dan penyakit
Macam
– macam Pestisida Nabati/Alami
1. Pestisida Nabati “Daun
Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga
efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
Cara
Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di rajang
- Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2
sendok makan minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan semalam.
- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
2. Pestisida
Nabati “Biji Jarak”
Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” , efektif untuk
mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ), Juga
efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).
Cara
Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak
dan panaskan selama 10 menit dalam
air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.
3. Pestisida Nabati ” Daun
Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan aktif “Annonain dan Resin
“. Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “
Cara
Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100
lembar daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter
air, + 15 gr detergen, aduk rata dan
diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter
larutan pestisida dengan 10 – 15
liter air
- Siap disemprotkan ke tanaman.
4. Pestisida Nabati ”
Daun Sirsak dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone,
Metil eugenol, Eugenol “
Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.
Cara
Pembuatan:
- Tumbuk halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang
jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20
liter, di + 20 gr sabun colek, aduk
rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter
pestisida dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke tanaman.
5. Pestisida Nabati ”
Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin,
flavonoin, dan tanin. Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara
Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr
ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr
detergen kemudian direbus selama 45-75
menit dan diaduk agar menjadi larutan.
- saring dengan kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.
6. Pestisida Nabati ”
Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung nikotin. Efektif untuk
mengendalikan hama penghisap.
Cara
Pembuatan :
- Rajang 250 gr (
sekitar 4 daun ) tembakau dan
direndam dalam 8 liter air selama
semalam.
- Tambahkan 2 sendok
detergen, aduk merata kemudian disaring.
- Siap disemprotkan ke tanaman.
7. Pestisida Nabati ”
Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk
hama penghisap.
Cara
Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg
daun sirih hutan segar, 3 siung
bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10
liter air, 50 gr deterjen dan diaduk
rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.
8. Pestisida Nabati ”
Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan
fenol. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara
Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong
kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke
tanaman.
9. Pestisida Nabati ”
Daun Mimba “
Daun mimba mengandung Azadirachtin, salanin, nimbinen dan
meliantriol. Efektif mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur,
bakteri, nematoda dll.
Cara
pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba
“
- Tumbuk halus 200 -300
gr biji mimba
- rendam dalam 10 liter
air semalam
- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba
“
- Tumbuk halus 1 kg
daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter
air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda
puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap
lubang tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur
Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2
-6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1
liter. Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.
10. Pestisida Nabati
” Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara
Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15
-25 gr biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter
air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1
malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.
11. Pestisida Nabati
“ Daun Gamal “
Daun gamal mengandung Tanin. Efektif untuk mengendalikan
ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan
detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida. Penggunaan nya harus
hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau
bila mendekati panen.
12. Pestisida
Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara
Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun
mimba dan 2 buah umbi gadung racun,
ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian
diamkan semalam, saring dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.
13. Pestisida Nabati
“Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk
mengendalikan ulat.
Cara
Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr
detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan
ke tanaman.
Nah selamat mencoba …… !!! semoga bermanfaat …….!!!
Pengamat
Hama & Penyakit Tumbuhan
PENGGEREK BATANG PADI (BELUK/ SUNDEP )
Hama Penggerek batang padi merupakan hama penting tanaman padi karena jika menyerang fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan dan jika menyerang fase generatif hama ini secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen.
Hama Penggerek batang padi merupakan hama penting tanaman padi karena jika menyerang fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan dan jika menyerang fase generatif hama ini secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen.
Terdapat empat spesies hama penggerek batang
padi yaitu:
Penggerek batang padi
kuning (Scirpophaga incertulas)
Penggerek batang padi
putih (Scirpophaga innotata)
Penggerek batang padi
bergaris ( Chilo supressalis)
Penggerek batang padi
merah jambu (Sesamia inferens)
Imago aktif pada
malam hari dan terbang kesawah untuk meletakkan telur. Pada siang hari merek hanya
berdiam diri dan bersembunyi dibalik daun padi atau gulma disekitar tanaman.
Penggerek
batang padi mampu
terbang sejauh 2 km. Imago sangat
tertarik pada cahaya dan mudah tertangkap
oleh lampu perangkap
saat malam gelap. Betinanya mampu bertelur hingga 200-300 butir dalam masa
hidupnya selama 4 hari.
Telur diletakkan
berkelompok, terdiri dari 5-200
butir per kelompok pada daun atau seludang daun.
Bentuk telur,
kelompok telur, dan tempat meletakkan telur bervariasi sesuai dengan
spesiesnya.
Larva yang baru
ditetaskan sering menggantungkan tubuhnya pada daun padi dengan benang sutera
dan bila tertiup
angin akan berpindah ke tanaman lainnya. Mereka kadang-kadang juga membuat
tabung dari potongan
daun, lalu menjatuhkan diri ke air dan berenang ke tanaman lain. Larva muda
memakan daun atau
seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk keseludang daun dan
makan diantara
seludang daun dan tangkai malai beberapa hari sebelum masuk kedalam batang.
Larva yang lebih tua
masuk kedalam batang dan makan pada bagian dalam batang di dekat
pangkalnya. Larva
instar terakhir didalam batang dapat bergerak turun kebawah permukaan tanah
untuk berdiapose
kalau keadaan tidak menguntungkan.
Pupa terbentuk
didalam batang beberapa centimeter dibawah permukaan tanah. Imago keluar dari
pupa dan merangkak
keluar dari lobang keluar yang telah dibuat sebelumnya oleh larva sebelum
menjadi pupa.
Kalau serangan
terjadi pada vase vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena
titik
tumbuh dimakan. Pucuk
yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut
sebagaiSUNDEP.
Kalau serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan mati karena
pangkalnya dikerat
oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan
bulirnya
hampa. Malai ini
mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan pada
tahap ini disebut BELUK.
INSEKTISIDA ORGANIK/ALAMI BUAT
WERENG DAN PENGGEREK BATANG
Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP
DEPTAN BANTEN )
Hama utama tanaman padi antara lain penggerek batang dan wereng.
Biasanya petani menggunakan pestisida untuk membasmi ke-2 hama tersebut. Untuk
penggerek batang biasanya petani memakai spontan, hipolag, manuver, dll.
Dan untuk wereng biasanya para petani memakai upplaud, avidor, degger , curbix,
dll.
Selain insektisida buatan, ada juga petani yang memakai cara
alami dengan beberapa bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Salah satu
insektisida alami itu adalah seperti yang dibuat oleh BBPP Ketindan di Malang.
Berikut ini keterangannya, ” Kita telah tahu bagaimana akibat
yang ditimbulkan oleh hama wereng dan penggerek batang. Jika kita tidak waspada
dan tanggap situasi dan terlambat dalam pengendalian wereng dan penggerek
batang maka tidak mustahil kita akan kehilangan hasil panen kita 100 %.
Dalam pengendalian kedua hama tersebut tidaklah harus selalu
menggunakan insektisida kimia. Ada sebuah alternative yang patut dicoba untuk
mengendalikan kedua hama ini secara organic.
Alasan kenapa kita selalu dianjurkan menggunakan bahan organic
adalah karena bahan tersebut bisa didapat tanpa membeli, bisa dibuat sendiri
dan harganya biasanya relative lebih murah.
Bahan:
1.
20 liter air
2. brotawali 2 kg (boleh daun atau batangnya),
3. lengkuas/laos 2 kg,
4. kluwak muda 15 biji dan
5. 5 daun lidah buaya untuk perekat.
2. brotawali 2 kg (boleh daun atau batangnya),
3. lengkuas/laos 2 kg,
4. kluwak muda 15 biji dan
5. 5 daun lidah buaya untuk perekat.
Cara
Pembuatan :
1.
Semua bahan ditumbuk dan disimpan (difermentasi) pada wadah tertutup selama 3 hari
2. Kemudian disaring
3. Aplikasi/penggunaan pada saat penyemprotan yaitu 2 gelas aqua (250 ml) untuk satu tangki (10 liter)
2. Kemudian disaring
3. Aplikasi/penggunaan pada saat penyemprotan yaitu 2 gelas aqua (250 ml) untuk satu tangki (10 liter)
Kalau kita lihat ada kandungan apa
dari bahan-bahan yang digunakan tersebut diatas:
1.
Brotowali mengandung : Pikoretine; Alkaloida; Berberin; Columbin
2. Rasa pahit pada kluwak disebabkan kandungan hydrocyanic acid
3. Lengkuas/laos mengandung minyak terbang, minyak atsiri, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan kristal kuning.
4. Dan kandungan gel lidah buaya adalah air (98,5%), karbohidrat (0,3%), asam amino, lipid, sterol, tanin, dan beberapa enzim. ( BBPP Ketindan; Jl. Ketindan No. 1 – Malang)
2. Rasa pahit pada kluwak disebabkan kandungan hydrocyanic acid
3. Lengkuas/laos mengandung minyak terbang, minyak atsiri, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan kristal kuning.
4. Dan kandungan gel lidah buaya adalah air (98,5%), karbohidrat (0,3%), asam amino, lipid, sterol, tanin, dan beberapa enzim. ( BBPP Ketindan; Jl. Ketindan No. 1 – Malang)
THURSDAY,
FEBRUARY 9, 2012
Cara membuat
pestisida nabati / bahan alami penting untuk menggantikan fungsi pestisida kimia.
Pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan aman, berbeda dengan Pestisida
kimia. Pestisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan mudah dengan biaya
murah sehingga banyak petani beralih untuk dapat menekan biaya produksi
pertanian. Petani perlu alternatif baru guna memangkas biaya produksi
pertanian. Pestisida nabati dapat berfungsi untuk memberantas berbagai jenis
hama tanaman, bahannya mudah jumpai di sekitar kita. Cara membuat pestisida
nabati berkwalitas bisa Anda simak tips berikut ini.
Bahan/cara membuat Pestisida nabati:
Daun brotowali dan kecubung wulung
- Bisa kita gunakan untuk mengatasi lalat buah, ulat grayak atau hama penggerek batang.
Larutan jahe dan cengkeh
- Untuk mengatasi hama Plutella xylostella pada kubis.
Mimba
- Membasmi ulat tanah Agrotis sp, belalang, aphids, dan ulat grayak. bisa
- Mengatasi antraknosa pada tanaman cabe merah gunakan daun mimba + daun sirih.
Umbi bawang putih dan bawang merah.
- Mengendalikan serangan ngengat dan kupu-kupu, Alternaria porii, dan layu fusarium.
Daun mindi
- Mengatasi ulat grayak Spodoptera sp dan ulat daun Plutella xylostella.
Daun cocor bebek.
- Mengatasi larva ulat daun Plutella xylostella.
Akar dan daun serai wangi
- Mengatasi aphids dan tungau.
Daun babadotan
- Membasmi ulat pada tanaman sayur
Daun cengkih
- Sebagai fungisida jamur tanaman sayur.
Umbi gadung
- Mengendalikan aphids dan tikus.
Buah maja
- Mengusir jika padi Anda terserang walang sangit.
Buah mengkudu
- Bahan larvasida untuk tanaman yang terserang larva
Kulit / batang pasak bumi
- Membasmi lalat buah
Daun tembakau
- Membasmi hama Aphids.
Teh basi.
- Mengusir semut.
Bahan dan cara membuat Pestisida nabati:
*Bahan-bahan:
- 3.5 kg kunyit (haluskan), 3.5 kg temulawak (haluskan), 3 kg temu hitam (haluskan), 3 buah maja (haluskan), 100 liter urine sapi.
Cara membuat:
- Tuang urine ke dalam tong. Kemudian campur kunyit, temulawak, temu hitam, dan buah maja yang telah halus, lalu masukkan campuran ini kedalam karung plastik dan ikat. Campuran direndam dalam urine sapi dan aduk tiap tiga hari sekali. Satu bulan karung plastik baru diangkat dan pestisida urinsa siap digunakan. Efektif mengendalikan hama tanaman padi.
*Bahan-bahan:
- 1kg bawang putih halus, tambahkan 100 cc EM4 dan gula pasir 100 gr.
Cara membuat:
- Aduk bahan sampai rata dan larutkan dalam 5 liter air. Diamkan / fermentasikan selama 1 minggu. Saat digunakan saring dahulu.
Aplikasi:
- Dengan melarutkan pada air dengan perbandingan 1:20, efektif mengendalikan thrips pada tanaman cabai.
*Bahan-bahan:
200 -300 gr biji mimba tumbuk halus.
Cara membuat:
- Rendam dalam 10 liter air selama satu malam, aduk rata / saring, disemprotkan ketanaman yang terserang untuk mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri dan nematoda.
*Bahan-bahan:
- 1 kg Daun mimba ditumbuk halus.
Cara membuat:
-Rendam dengan 10 liter air semalam, saring / untuk obat semprot.
*Bahan-bahan:
- 500 gr Umbi gadung ditumbuk halus .
Cara membuat:
- Peras dan tambahkan 10 liter air, aduk rata kemudian semprotkan ke tanaman. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
* Bahan-bahan:
daun mindi 2 kg, tembakau 2 kg, brotowali 2 kg, buah mengkudu 5 kg, dan andaliman 1 kg.
Cara membuat:
- semua bahan dihaluskan dengan cara menumbuk. Bahan-bahan tersebut direndam/dilarutkan dalam air 10 liter. Simpan selama lima hari dalam wadah yang tertutup rapat .
Kegunaan:
- Pestisida dillarutkan pada media air dengan perbandingan 1:30. Efektif mengendalikan hama kutu kebul pada cabai, tungau, jenis ulat dan lainnya.
Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas diatas bisa Anda cari di lingkungan sekitar. Praktis dan murah. Demikian tips kami tentang bahan dan cara membuat Pestisida nabati
Bahan/cara membuat Pestisida nabati:
Daun brotowali dan kecubung wulung
- Bisa kita gunakan untuk mengatasi lalat buah, ulat grayak atau hama penggerek batang.
Larutan jahe dan cengkeh
- Untuk mengatasi hama Plutella xylostella pada kubis.
Mimba
- Membasmi ulat tanah Agrotis sp, belalang, aphids, dan ulat grayak. bisa
- Mengatasi antraknosa pada tanaman cabe merah gunakan daun mimba + daun sirih.
Umbi bawang putih dan bawang merah.
- Mengendalikan serangan ngengat dan kupu-kupu, Alternaria porii, dan layu fusarium.
Daun mindi
- Mengatasi ulat grayak Spodoptera sp dan ulat daun Plutella xylostella.
Daun cocor bebek.
- Mengatasi larva ulat daun Plutella xylostella.
Akar dan daun serai wangi
- Mengatasi aphids dan tungau.
Daun babadotan
- Membasmi ulat pada tanaman sayur
Daun cengkih
- Sebagai fungisida jamur tanaman sayur.
Umbi gadung
- Mengendalikan aphids dan tikus.
Buah maja
- Mengusir jika padi Anda terserang walang sangit.
Buah mengkudu
- Bahan larvasida untuk tanaman yang terserang larva
Kulit / batang pasak bumi
- Membasmi lalat buah
Daun tembakau
- Membasmi hama Aphids.
Teh basi.
- Mengusir semut.
Bahan dan cara membuat Pestisida nabati:
*Bahan-bahan:
- 3.5 kg kunyit (haluskan), 3.5 kg temulawak (haluskan), 3 kg temu hitam (haluskan), 3 buah maja (haluskan), 100 liter urine sapi.
Cara membuat:
- Tuang urine ke dalam tong. Kemudian campur kunyit, temulawak, temu hitam, dan buah maja yang telah halus, lalu masukkan campuran ini kedalam karung plastik dan ikat. Campuran direndam dalam urine sapi dan aduk tiap tiga hari sekali. Satu bulan karung plastik baru diangkat dan pestisida urinsa siap digunakan. Efektif mengendalikan hama tanaman padi.
*Bahan-bahan:
- 1kg bawang putih halus, tambahkan 100 cc EM4 dan gula pasir 100 gr.
Cara membuat:
- Aduk bahan sampai rata dan larutkan dalam 5 liter air. Diamkan / fermentasikan selama 1 minggu. Saat digunakan saring dahulu.
Aplikasi:
- Dengan melarutkan pada air dengan perbandingan 1:20, efektif mengendalikan thrips pada tanaman cabai.
*Bahan-bahan:
200 -300 gr biji mimba tumbuk halus.
Cara membuat:
- Rendam dalam 10 liter air selama satu malam, aduk rata / saring, disemprotkan ketanaman yang terserang untuk mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri dan nematoda.
*Bahan-bahan:
- 1 kg Daun mimba ditumbuk halus.
Cara membuat:
-Rendam dengan 10 liter air semalam, saring / untuk obat semprot.
*Bahan-bahan:
- 500 gr Umbi gadung ditumbuk halus .
Cara membuat:
- Peras dan tambahkan 10 liter air, aduk rata kemudian semprotkan ke tanaman. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
* Bahan-bahan:
daun mindi 2 kg, tembakau 2 kg, brotowali 2 kg, buah mengkudu 5 kg, dan andaliman 1 kg.
Cara membuat:
- semua bahan dihaluskan dengan cara menumbuk. Bahan-bahan tersebut direndam/dilarutkan dalam air 10 liter. Simpan selama lima hari dalam wadah yang tertutup rapat .
Kegunaan:
- Pestisida dillarutkan pada media air dengan perbandingan 1:30. Efektif mengendalikan hama kutu kebul pada cabai, tungau, jenis ulat dan lainnya.
Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas diatas bisa Anda cari di lingkungan sekitar. Praktis dan murah. Demikian tips kami tentang bahan dan cara membuat Pestisida nabati
D.Sektor Pertanian Dianak Tirikan
Indonesia sebagai negara agraris kurang lebih 80 persen penduduknya
bergantung pada sektor pertanian, sejauh mana memberi kesejahteraan dan pangan
yang cukup bagi rakyatnya terutama para petaninya. Dari sisi budaya : Sektor pertanian ini
lebih dikenal dengan sebutan: “budaya pedalaman/daratan/agraris.” Sedang
sebaliknya istilah untuk nelayan (maritim) disebut “budaya pesisir/pantai”
Mereka yang tergolong dalam kedua sebutan ini identik dengan “kemiskinan”
yang kurang memperoleh akses pelayanan
umum yang memadai. Faktor-faktor
apa saja sebenarnya yang menjadi akar permasalahannya? Berikut ini disajikan topik tentang perkembangan dan sejauh mana
perhatian pemerintah pada sektor yang satu ini. Dalam perjalanan 67 tahun Indonesia merdeka, sektor
pertanian tercatat pernah menjadi primadona atau (leading sector)
dalam perekonomian yang menyumbangkan sekitar, 70 persen lebih dari
produk domestik bruto dan, penciptaan lapangan kerja. Namun,
semrawut dan tak adanya visi jangka panjang pembangunan ekonomi di negara ini,
membuat pertanian kemudian terpuruk dan peran sektor pertanian dalam
perekonomian tak lebih dari sekedar
pengganjal atau pelengkap bagi sektor lain (adjusting atau following
sector).
Dalam
satu dekade lebih terakhir, sebagian besar subsektor,
1. pertanian,
2. perkebunan,
3. peternakan,
dan
4.
perikanan,
mengalami
kemerosotan kinerja dan petaninya mengalami pemiskinan secara dramatis.
Sementara ketergantungan pada impor
pangan dan produk pertanian lain meningkat tajam, bahkan, Indonesia sempat
menjadi penerima bantuan pangan terbesar dunia pada masa krisis. Seorang pakar holtikultura Indonesia
menceritakan bagaimana sekitar tahun l980 dan l990 Ia di undang ke Vietnam, dan untuk mengajar para peneliti
Thailand yang datang ke Indonesia tahun l992 soal budidaya tanaman hias. Kini, kedua negara ini sudah
menyalip “Sang Guru” dalam industri budidaya tanaman hias. Indonesia yang pada
awal abat ke-19 merupakan eksportir gula
terbesar kedua dunia (setelah Kuba), kini berbalik menjadi impor gula terbesar
kedua dunia.
Beras yang dulu
swasembada, kini harus impor. Hal yang sama terjadi untuk produk pangan penting
lain, seperti jagung dan kedelai, serta produk holtikultura, seperti
buah-buahan dan tanaman hias, seperti pisang, jeruk, durian, dan mangga dll.
·
Dulu, kita bisa memenuhi sendiri kebutuhan
dalam negeri, bahkan ekspor.
·
Kini produk impor menyerbu bukan saja untuk
konsumsi hotel, restoran, dan supermarket, tetapi juga untuk rumah tangga.
Ketergantungan pada impor produk
holtikultura dari luar semakin meningkat, seiring dengan pertumbuhan pesat jaringan supermarket internasional di
kota-kota besar di Indonesia sejak sekitar tahun tahun l990.
Tahun
2002 nilai impor mencapai :
1.
217 juta dollar
AS untuk buah-buahan,
2.
111 juta
dollar AS untuk sayur-sayuran, dan
sekitar
3.
0,824 juta dollar AS untuk tanaman
hias.
Untuk produk perkebunan terjadi
penurunan pangsa ekspor teh di hampir semua jenis teh yang di ekspor Indonesia
pada periode 1997-2001, kecuali
jenis teh hijau curah. Kondisi suram dan penurunan pangsa pasar juga dihadapi
komoditas kopi karena kondisi tanaman yang umumnya sudah tua, kurang
terpelihara, dan produktivitas yang semakin menurun. Indonesia yang sebelumnya
produsen ketiga terbesar, tergusur ke urutan keempat oleh Vietnam pada tahun l998.
Jatuh bangun
Jatuh bangun sektor pertanian sangat terkait erat dengan
berbagai faktor, seperti,
---sistem nilai,
---kemajuan ilmu pengetahuan, perubahan teknologi,
---kebijakan
ekonomi makro,
---dan strategi
pembangunan ekonomi yang diterapkan pemerintah.
Setelah mengalami
fase-fase kritis masa revolusi hingga pertengahan tahun l960-an, menurut pengamat pertanian Bustanul Arifin, Indonesia
sebenarnya cukup berhasil membangun fondasi atas basis pertumbuhan ekonomi yang
baik pada tahun l970-an, dengan
terintegrasinya pembangunan pertanian dalam kebijakan ekonomi makro. Salah satu
indikator yang dirasakan langsung oleh masyarakat banyak adalah, terciptanya
swasembada beras tahun l980-an. Namun, kondisi kondusif bagi pertanian itu
berakhir tragis pada akhir l980-an
dan l990-an, dengan terjadinya fase
dekonstuktif sektor pertanian karena, proteksi berlebihan terhadap industri
yang, mengorbankan pertanian.
E. Fase-fase Pembangunan Pertanian di Indonesia Secara ringkas,
pembangunan pertanian
Indonesia bisa dibagi dalam enam fase.
1. Fase Revolusi (l945-l965).
Langkah pertama Presiden Soekarno membangun pertanian
adalah melakukan nasionalisasi perkebunan dan perusahaan milik eks pemerintah
kolonial Belanda dan Jepang. Pada fase ini, pertanian pangan belum mampu
meningkatkan kesejahteraan rakyat hingga akhir tahun l950-an.Produksi dan prodktivitas
baru meningkat setelah gerakan intensifikasi dibakukan menjadi Bimbingan
Massal pada awal tahun l960-an. Gerakan intensifikasi baru menemukan momentumnya dengan adanya
Demonstrasi Massal berupa plot-plot percontohan dari para petugas pertanian di
pantai utara Jawa. Apalagi, pada saat yang sama juga peneliti/mahasiswa tingkat
akhir Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada lahan bermunculan berbagai varietas unggul baru padi, gandum, jagung, dan
tanaman biji-bijian lainnya.
2.Fase Konsolidasi (l967-l978).
Pada fase ini, sektor pertanian tumbuh 3,30 persen. Pertumbuhan ini terutama disumbangkan oleh sub sektor
tanaman pangan dan perkebunan yang tumbuh 3,58
persen dan 4,53 persen. Produk beras
mencapai di atas 2 juta ton pada
tahun l970-an dan produktivitas berhasil
ditingkatkan menjadi 2 kali lipat
dari tahun l973, yakni menjadi 2,5 ton per hektar.
Tiga kebijakan penting pertanian diterapkan pada masa ini, yakni,
1.
intensifikasi,
2.
ekstensifikasi, dan
3. deversifikasi, yang didukung kemampuan meningkatkan produksi pada
produktivitas pertanian.
Fondasi
kokoh untuk terjadinya pertumbuhan tinggi sektor pertanian pada periode
berikutnya juga berhasil diciptakan pada fase ini.
Perhatian besar ditujukan oleh pemerintah pada upaya mengenjot
pembangunan sarana/infrastruktur vital pertanian, seperti,
1.
sarana irigasi,
2.
jalan, dan
3. industri pendukung, seperti semen dan pupuk.
Selain itu dilakukan berbagai pembenahan institusi ekonomi,
seperti :
1.
konsolidasi kelompok tani
hamparan,
2.
koperasi unit desa,
3.
koperasi pertanian lainnya,
4.
terobosan skema pendanaan,
5.
sistem latihan dan kunjungan
sebagai andalan sistem penyuluhan.
6.
peranan kredit pertanian
(bersubsudi), keterjangkauan akses finansial hingga pelosok pedesaan yang
terjadi pada masa tersebut, dinilai sebagai reformasi spektakuler bidang
ekonomi yang tidak bisa ditandingi oleh negara berkembang mana pun.
3.Fase TumbuhTinggi (l978-l986).
Ini fase cukup penting bagi ekonomi pertanian Indonesia.
Sektor pertanian tumbuh di atas 5,7 persen
karena strategi pembangunan
ekonomi berbasis pertanian.
1.
produksi pangan,
2.
perkebunan,
3.
perikanan, dan
4. peternakan meningkat, dengan angka pertumbuhan 6,8 persen.
Lonjakan
kinerja produksi, terutama pangan, seperti beras, jagung, dan biji-bijian
lainnya ini, terutama disebabkan oleh meningkatnya peran riset atau iptek dalam
sektor pertanian,
1.
Program Revolusi Hijau dan,
2.
Revolusi teknologi pangan
berhasil meningkatkan produktivitas pangan hingga 5,6 persen dan memungkinkan tercapainya swasembada pangan pada tahun l984.
Ketika
itu daerah produksi padi identik dengan kesejahteraan pedesaan.
Kecuali
demikian, Revolusi Hijau melalui
sistem monokultur---yang dipaksakan di semua wilayah yang secara geografis
sangat beragam dan secara tradisional selama ini mampu subsisten dengan bahan makanan
pokok lain, seperti jagung, ubi, dan sagu—menyebabkan ketahanan pangan sangat
rentan terhadap perubahan iklim dan mengakibatkan ekologi memburuk. Revolusi Hijau juga memunculkan
ketergantungan petani kecil dan buruh tani pada tuan tanah dan pada input pertanian yang mahal dari luar,
seperti bibit, pupuk, dan pestisida.
4.Fase Dekonstruksi (l986-l997).
Akibat kebijakan yang
diterapkan sebelumnya dan diterapkan selama periode ini, sektor pertanian
mengalami konstruksi pertumbuhan hingga 3,4
persen per tahun. Para perumus kebijakan dan ekonom meng-acuhkan/mengabaikan
sektor ini sehingga pertanian terbengkalai.Anggapan telah dicapainya
keberhasilan swasembada pangan telah memunculkan persepsi bahwa pembangunan
pertanian akan bergulir dengan sendirinya (taken for granted) dan, melupakan
prasyarat pemihakan dan kerja keras seperti yang dilakukan pada periode
sebelumnya. Masa gelap pertanian, semakin kental dengan adanya kebijakan
teknokratik pembangunan ekonomi yang mengarah pada strategi industrilisasi
footloose secara besar-besaran pada awal tahun l990-an. Sejak pertengahan l980-an, berbagai komponen proteksi untuk sektor industri diberikan,
sehingga industri dan manufaktur tumbuh diatas 2 digit per tahun. Saat itu muncul keyakinan Indonesia telah mampu
bertransformasi, dari negara agraris menjadi, negara industri. Kebijakan yang
diterapkan pemerintah dengan penuh kesadaran waktu itu diarahkan untuk menyedot
seluruh sumber daya dari sektor pertanian
ke sektor industri karena proyek-proyek pertanian dianggap tak bisa
mendatangkan hasil yang secepat industri
atau investasi di perkotaan. Kebijakan pangan murah yang pada waktu itu
didesain untuk menyubsidi industri dengan cara menjaga harga barang-barang
tetap terjangkau oleh upah para pekerja di perkotaan yang masih rendah.
Upaya proteksi besar-besaran secara
sistematis terhadap industri itu, membuat
profitabilitas usaha pertanian tergerogoti, memicu kemerosotan investasi dan
produktivitas di sektor pertanian, serta,
merapuhkan basis pertanian di tingkat yang paling dasar atau petani
dipedesaan, kebijakan pertanian
juga sangat distortif sehingga meresahkan masyarakat. Salah
satu contoh, upaya memangkas rantai tata
niaga komoditas dengan mendirikan lembaga pemasaran baru yang kental dengan
aroma perburuan rente oleh pelaku ekonomi dan birokrasi yang sangat
sentralistik (contoh perniagaan cengkeh). Kebijakan ini mengakibatkan ambruknya
kesejahteraan petani dan pelencengnya pembangunan pertanian di Indonesia.
5.Fase Krisis (l997-2001).
Pada fase ini, sektor
pertanian yang sudah babak belur harus menanggung dampak krisis, yakni menyerap
limpahan tenaga kerja sektor informal dan perkotaan, dan harus menjadi
penyelamat ekonomi Indonesia.Ketergantungan petani pada input produksi mahal dari
luar, akibat kebijakan di masa lalu, menjadi bumerang dan, saat panen gagal akibat kekeringan
atau, saat krisis ketika keran
devisa, subsidi pupuk dicabut, dan invasi beras dari luar menyerbu pasar
domistik, baik dalam bentuk bantuan pangan murah, beras selundupan maupun, impor.
6.Fase Transisi dan Desentralisasi
(2001—sekarang).
Ini
fase yang serba tidak jelas bagi para pelaku ekonomi dan bagi sektor pertanian
Indonesia. Pembangunan pertanian pada era desentralisasi, yang mestinya
diterjemahkan menjadi peningkatan basis kemandirian daerah dan wewenang daerah
untuk lebih leluasa melakukan kombinasi strategi pemanfaatan keunggulan
komparatif dan kompetitif, ternyata tidak berjalan.
Pembangunan
sektor pertanian di tangan pemerintah daerah semakin terabaikan. Dari gambaran
periodisasi pembangunan pertanian
ekonomi bisa disimpulkan naik turunnya pertanian sangat erat terkait dengan
kebijakan ekonomi makro. Tidak ada kebijakan yang, konsisten, sistematis dan, terencana, untuk mengembangkan sektor
pertanian, dengan menjadikan pembangunan pertanian sebagai bagian penting dari
kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan pengurangan kemiskinan secara
keseluruhan. Juga tidak ada kebijakan secara sadar untuk menjadikan keunggulan
komparatif di sektor pertanian sebagai dasar membangun industri berbasis
pertanian. (SRI HARTATI SAMHADI, Kompas, 16-8-2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.