endra’s Weblog
Tugas-Tugas Kuliah Hubungan Internasional
Sengketa Kepulauan Falkland/Malvinas antara Inggris dan Argentina
[Tugas Makalah Mata Kuliah: Hukum Internasional]
SENGKETA PEREBUTAN KEPULAUAN FALKLAND/MALVINAS ANTARA INGGRIS DAN ARGENTINA (1982)
Disusun Oleh :
HENDRA HERAWAN HUZNA
0401111553
HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan pada penulis sehingga penulis dapat
mengerjakan penulisan makalah ini. Hanya dengan Kuasa dan Izin dari-Nya
penulis memperoleh sesuatu hal yang berharga dalam kehidupan penulis
pribadi secara khususnya dan pembaca pada umumnya demi kebaikan kita
bersama.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi junjungan ummat
Islam di seluruh dunia yang telah membawa dunia ini dengan segala
pemikirannya dari pemikiran persis pada zaman kegelapan kepada pemikiran
dimana pola pemikiran ummat mendapatkan penerangan dan kemajuan jaman.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Jamaan dan
Ibu Yuli Fachri yang telah menuntun dan mengarahkan penulis dalam
penulisan makalah ini.
Dalam berbagai hal, “tidak ada segala sesuatu yang sempurna”
adalah sebuah ungkapan sangat dijunjung penulis. Sehingga penulis
mengajak pembaca agar dapat memahami apabila terjadi kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Penulis sangat membutuhkan
saran, kritikan dan masukan yang sifatnya membangun baik bagi penulis
secara pribadi dan pembaca pada umumnya.
Pekanbaru, 22 Januari 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kepulauan Falkland pada awalnya diperebutkan Inggris dan Spanyol
selama bertahun-tahun. Sampai pada 1816, terjadi perkembangan baru di
Amerika Selatan. Argentina menyatakan merdeka dari jajahan Spanyol, dan
membuat batas wilayah negaranya sampai ke Kepulauan Falkland. Jadilah
kini, Inggris yang berseteru dengan Argentina memperebutkan kepulauan di
Amerika Selatan itu.
Perebutan itu terus berlangsung selama bertahun-tahun. Bahkan
Argentina berhasil memasukkan masalah klaim kepulauan itu ke
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Pada 1965, PBB mengeluarkan Resolusi
2065 yang menyebutkan perlunya penyelesaian masalah itu, dengan
memperhatikan kepentingan penduduk yang ada di kawasan tersebut.
Pulau Malvinas ditemukan pada tahun 1832 oleh orang-orang Inggris dan
menjadi salah satu koloni Inggris. Argentina sendiri selalu mengklaim
bahwa Malvinas adalah bagian dari kawasan negaranya. Dengan alasan
inilah, Aregentina menyerbu Pulau Malvinas pada tahun 1982. Tindakan
Argentina ini tidak diterima oleh Inggris. Tentara Kerajaan Inggris
kemudian dikirim ke kawasan itu dan terjadilah pertempuran di antara
keduanya. Kecanggihan militer Inggris akhirnya mengantarkan tentara
negara itu meraih kemenangan dan mengusir tentara Argentina dari
Malvinas. Meskipun secara militer Argentina telah kalah, Bounes Aires
masih melakukan langkah-langkah diplomasi untuk memiliki pulau tersebut.
-
Perumusan Masalah
Penulisan makalah ini diarahkan untuk memahami pertikaian dan
pengketaan yang terjadi antara Inggris dan Argentina mengenai kepulauan
Falkland (versi Inggris) atau Malvinas (versi Argentina). Pada tahun
1982, Argentina di bawah kepemimpinan junta militer Galtieri mengagresi
dan menguasai kepulauan Falkland dari tangan Inggris melalui serangan
pasukan Argentina yang berasal dari kesatuan marinirnya. Inggris
menyebut tindakan yang dilakukan oleh Argentina tersebut sebagai “agresi
yang memprovokasi”, saat itu juga Iggris memutuskan hubungan diplomatik
kedua Negara dan menyerukan kepada Argentina untuk segera keluar dari
kepulauan Falkland yang telah dikuasai Inggris sejak tahun 1833 walaupun
Argentina mengklaim sebagai wilayahnya sejak kemerdekaanya tahun 1816.
Perang pun meletus. Perang ini membuat banyak kerugian bagi
Argentina, banyak peralatan perang mereka yang hancur, juga korban tewas
dari pasukannya. Dan, di pihak militer Inggris juga tidak sedikit yang
tewas. Akhir dari perang adalah kemenangan bagi Inggris, dan terusirnya
Argentina dari kepulauan Falkland, hubungan diplomatik Inggris –
Argentina yang terputus dinormalisasi tahun 1994. Kemudian tinjauan umum
mengenai analisis hukum Internasional yang mengatur tentang konflik
antara Inggris dan Argentina akan disampaikan dalam makalah ini. Penulis
juga memberi contoh-contoh konkrit yang dihadapi oleh kedua negara ini
dan dampak peperangan yang terjadi, dan hubungannya dengan kajian
persfektif hukum internasional agar dapat dipahami secara detail.
Berdasarkan latar permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut: Apa yang menyebabkan Inggris dan Argentina
harus berperang untuk memperebutkan pulau Falkland/Malvinas?
-
Tujuan Penelitian
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
-
Untuk mengetahui mekanisme peperangan yang terjadi di kepulauan Falkland yang telah banyak merenggut korban jiwa
-
Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari peperangan bagi kedua negara dan kepulauan Falkland itu sendiri
-
Manfaat Penelitian
- Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut dalam aspek yang sama maupun aspek yang berhubungan
- Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan penulis dalam Mata Kuliah Hukum Internasional yang telah
dipelajari pada masa perkuliahan
-
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan pembahasan mengenai peperangan yang terjadi
di kepulauan Falkland dana sebab-akibat dari peperangan tersebut serta
hubungannya dengan hukum internasional.
BAB III : KESIMPULAN
Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan mengenai
perang yang terjadi di kepulauan Falkland dan beberapa saran berharga
yang kemungkinan dapat dijadikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
BAB II
PEMBAHASAN
Kepulauan Falkland adalah sebuah wilayah luar negeri Britania
Raya Samudra Atlantik Selatan yang terdiri dari dua pulau utama,
Falkland Timur dan Falkland Barat, serta beberapa pulau kecil. Ibu
kotanya, Stanley, terletak di Falkland Timur. Kedaulatan kepulauan ini
dipertentangkan oleh Argentina yang menamakannya Islas Malvinas dalam bahasa Spanyol. Nama itu diambil dari bahasa Perancis Iles Malouines
yang berasal mula ketika nelayan dari St Malo menduduki Falkland pada
masa yang singkat. Kepulauan Falkland digolongkan oleh Komite
Dekolonisasi PBB sebagai salah satu dari 16 Wilayah Jajahan di dunia.
Kepulauan Falkland terletak 483 km dari daratan Amerika Selatan. Dia
terdiri dari dua pulau utama, Falkland Timur dan Falkland Barat , dan
sekitar 700 pulau-pulau kecil. Luas wilayah daratan sebesar 12.173 km²
dengan panjang garis pantai ±1.288 km.
2.1 Sejarah Kepulauan Falkland
Pada abad ke-18, Louis de Bougainville asal Perancis
mendirikan pangkalan angkatan laut di Port Louis, Falkland Timur pada
1764. John Byron asal Britania, yang mengabaikan kehadiran Perancis,
juga mendirikan pangkalan di Port Egmont, Falkland Barat pada 1765. Pada
1766, Perancis menjual pangkalannya ke Spanyol. Spanyol kemudian
menyatakan perang terhadap Britania Raya pada 1770 untuk memperebutkan
seluruh wilayah kepulauan. Perselisihan tersebut berhasil diselesaikan
setahun kemudian, dengan Spanyol menguasai Falkland Timur dan Britania
Raya menguasai Falkland Barat. Semasa penyerbuan Britania di Rio de la
Plata, Britania mencoba untuk merebut Buenos Aires pada 1806 dan 1807,
namun gagal.
Masalah ini sebenarnya belum terselesaikan hingga abad ke-19. Untuk
merebut Falkland, Argentina mendirikan koloni hukum pada 1820, dan pada
1829 melantik Luis Vernet sebagai gubernur. Britania Raya kembali
merebut kepulauan itu pada 1833, namun Argentina tidak mau melepas
klaimnya. Sejumlah ketegangan menyebabkan Argentina menyerbunya pada
1982. Namun Britania Raya kembali berhasil merebutnya. Tidak ada orang
pribumi yang tinggal di Falkland ketika bangsa Eropa datang, walaupun
ada beberapa bukti yang diperdebatkan mengenai kedatangan manusia
sebelumnya. Namun, bukti otentik dan fakta nya tidak kredibel.
Kemerdekaan yang diraih provinsi-provinsi jajahan Spanyol di Amerika
Latin pada 1816, ternyata berbuntut panjang. Argentina, sebagai negara
yang baru terbentuk, selanjutnya giat mengumpulkan pulau-pulau bekas
jajahan Spanyol yang dianggap layak masuk ke wilayah kedaulatannya. Di
antaranya adalah Las Malvinas yang juga diklaim milik Inggris.
Pertikaian demi pertikaian pun meletus dan mencapai puncaknya pada April
1982 (perang Falkland/Malvinas).
2.2 Pemerintahan Kepulauan Falkland
Otoritas eksekutif berada di bawah wewengan Ratu dan menjadi mandat gubernur. Pertahanan dan keamanan merupakan tanggung jawab Britania Raya. Sebuah konstitusi disusun pada 1985. Delapan orang Dewan Legislatif dipilih setiap empat tahun. Dewan Eksekutif yang menasihati Gubernur terdiri dari Kepala Eksekutif, Sekretaris Finansial dan tiga Dewan Legislatif. Dewan Eksekutif dipimpin oleh Gubernur. Dewan Legislatif terdiri dari Kepala Eksekutif, Sekretaris Finansial dan delapan Dewan Legislatif.
Otoritas eksekutif berada di bawah wewengan Ratu dan menjadi mandat gubernur. Pertahanan dan keamanan merupakan tanggung jawab Britania Raya. Sebuah konstitusi disusun pada 1985. Delapan orang Dewan Legislatif dipilih setiap empat tahun. Dewan Eksekutif yang menasihati Gubernur terdiri dari Kepala Eksekutif, Sekretaris Finansial dan tiga Dewan Legislatif. Dewan Eksekutif dipimpin oleh Gubernur. Dewan Legislatif terdiri dari Kepala Eksekutif, Sekretaris Finansial dan delapan Dewan Legislatif.
Kekalahan Argentina dalam perebutan Falkland mengakibatkan runtuhnya
kekuasaan diktator militer Argentina pada 1983. Pertentangan mengenai
kontrol kepulauan tersebut masih berlangsung hingga kini. Pada 2001,
Perdana Menteri Britania Tony Blair menjadi tokoh Britania
pertama yang berkunjung ke Argentina sejak perang terjadi. Pada
peringatan perang ke-22, Presiden Argentina Nestor Kirchner
berpidato dengan salah satu topiknya mengenai keyakinan bahwa Kep.
Falkland suatu saat akan menjadi milik Argentina. Selama menjabat
sebagai presiden pada 2003, Kirchner menjadikan kepulauan
tersebut sebagai prioritas utamanya.
Pada Juni 2003, isu tersebut
menjadi pembicaraan sebuah komite PBB, dan berbagai langkah telah
ditempuh untuk membuka pembicaraan dengan Britania untuk menyelesaikan
masalah ini. Penduduk Falkland tetap melihat diri mereka sebagai warga
negara Britania.
Kepulauan Falkland atau Malvinas adalah rangkaian pertempuran laut
yang paling besar dan panjang sejak perang Pasifik di masa Perang Dunia
II. Perang yang disebut Operasi “bersama” olehInggris,
berlangsung selama lima bulan, dan melibatkan operasi-operasi amfibi
yang terpenting sejak pendaratan Incheon pada 1950, saluran pipa
logistik sepanjang lebih dari 10.000 km, dan daerah pertempuran musim
dingin yang jauhnya 5.300 km. dari pangkalan bersahabat terdekat dekat
Pulau Ascension.
2.3 Awal Peperangan
Klaim Argentina atas Kep. Falkland (yang disebutnya Malvinas), didasarkan semata-mata pada kedekatan ke daratan Argentina dan apa yang disebutnya sebagai “warisan” kedaulatan dari pemerintahan Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna emosional penting bagi rakyat Argentina, dan telah selama beberapa generasi menjadi bagian kurikulum sejarah di sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi invasi Argentina pada April 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh junta militer Jenderal Leopoldo Galtieri yang berkuasa: ketidakstabilan internal di Argentina yang mengancam pemerintahan diktaturnya. Galtieri membutuhkan pengalihan perhatian yang mempersatukan, konflik luar untuk mengalihkan publik dan mempertahankan kontrol di dalam negeri.
Klaim Argentina atas Kep. Falkland (yang disebutnya Malvinas), didasarkan semata-mata pada kedekatan ke daratan Argentina dan apa yang disebutnya sebagai “warisan” kedaulatan dari pemerintahan Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna emosional penting bagi rakyat Argentina, dan telah selama beberapa generasi menjadi bagian kurikulum sejarah di sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi invasi Argentina pada April 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh junta militer Jenderal Leopoldo Galtieri yang berkuasa: ketidakstabilan internal di Argentina yang mengancam pemerintahan diktaturnya. Galtieri membutuhkan pengalihan perhatian yang mempersatukan, konflik luar untuk mengalihkan publik dan mempertahankan kontrol di dalam negeri.
Pada 19 Maret 1982, Argentina membuka konflik dengan mendaratkan 30
kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera
Argentina. Provokasi Argentina ini adalah untuk memancing perhatian
tentara Inggris yang ada di Falkland. Pertahanan di Falkland terdiri
dari 79 marinir Inggris dan 120 pertahanan sipil. Tentara Inggris di
Falkland segera memakan umpan strategi Argentina dengan mengirim satuan
tugas ke Georgia Selatan esoknya. 22 marinir dan seorang letnan dikirim
kesena dengan kapal HMS Endurance dari Port Stanley/Puerto Argentino.
Mereka diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal perang Argentina itu
kembali ke Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para marinir itu
mendarat.
Dengan alasan meyelamatkan kapal-kapal mereka, Argentina mendaratkan
100 pasukannya ke Georgia Selatan pada 26 maret. Pengalihan serangan
Argentina ke Georgia selatan menjadi alasan Argentina untuk menyerang
seluruh Falkland. Pada subuh 2 april 1982 hari jumat sekitar 4500
pasukan Argentina yang terdiri dari angkatan laut, darat dan udara
menyerang Puerto Argentino/Port Stanley. Pertahanan Falkland dengan
ibukota Port Stanley diserbu dan diduduki pasukan Argentina dan akhirnya
gubernur Inggris di kepulauan tersebut Rex Hunt menyerah pada
Argentina.
Pengalihan serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina merupakan
kejutan, dan memberikan alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland
Timur dan direbutnya Stanley. Pasukan-pasukan tambahan Argentina tiba
secara teratur dan dalam tempo 24 jam lebih dari 4000 pasukan Argentina
mendarat di pulau-pulau itu.
Penguasa Argentina mengungsikan warga negara Inggris yang mendiami
Falkland ke kedutaan besar Inggris dengan pesawat ke sebuah negara
Amerika latin . Argentina mengangkat Jenderal Benyamin Mendez sebagai
gubernur militer di Falkland. Reaksi Inggris setelah invasi Argentina ke
Falkland adalah memutuskan hubungan diplomatiknya pada hari itu juga-2
april 1982.
Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona Eksklusif Maritim 200 mil di
sekitar pulau-pulau itu, dengan maksud memperlemah pasokan Argentina dan
upaya-upaya memperkuat pasukannya. Tiga kapal selam penyerang nuklir
Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus tugas atas air tiga minggu
berikutnya. Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan
operasi-operasi blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands
pada akhir April: 20 kapal perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal
logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan Laut Kerajaan dan Angkatan Laut
Perdagangan.
Gugus tugas Inggris membawa 15.000 orang, termasuk kekuatan
pendaratan yang terdiri atas 7000 Marinir Kerajaan dan tentara.
Kapal-kapal logistik membawa bekal untuk pertempuran selama sekitar tiga
bulan. Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok aksi atas air Inggris
yang terdiri atas dua kapal perusak, enam helikopter dan 230 pasukan
menaklukkan pasukan pengawal Argentina yang jumlahnya 156 orang di
Georgia Selatan.
Gugus tugas AL Kerajaan Inggris tiba di timur Falkland pada1 Mei.
Rencananya adalah membangun keunggulan laut dan udara dengan memikat
kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina keluar dari daratan dan
menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan amfibi di Stanley. Dua
kapal selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk
mengamati kapal-kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina
yang utama dan kapal induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di
wilayah itu sejak 20 April.
Kapal selam ketiga ditempatkan di selatan Falkland untuk memantau
Exocet yang dipasang di kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan
dua kapal perusak yang mendampinginya. Kapal selam Inggris HMS Conqueror
mentorpedo dan menenggelamkan General Belgrano, yang kehilangan 368
dari 1042 awaknya. Gugus tugas Argentina di utara kembali ke pangkalan
dan tetap tinggal di sana hingga perang berakhir. De Mayo menurunkan
pesawat-pesawat A-4nya yang beroperasi dari pangkalan-pangkalan lepas
pantai hingga perang usai.
Serangan udara dari pangkalan-pangkalan di Argentina terhadap
kapal-kapal Inggris sering terjadi selama perang. Meskipun memiliki
pertahanan AAW (“anti-air warfare” – peperangan anti serangan udara)
yang canggih serta menggunakan Sea Harriers yang cukup sukses dalam
pertahanan udara ke udara, AL Inggris hanya bertahan dalam menghadapi
kekuatan udara Argentina. Serangan pesawat Argentina menghantam sekitar
75 persen dari kapal-kapal Inggris dengan bom.
Namun hanya tiga kapal perang Inggris (satu perusak dan dua fregat)
serta dua kapal pendarat yang tenggelam atau rusak berat oleh bom.
Kapal-kapal Inggris lainnya yang tenggelam, satu kapal perusak (HMS
Sheffield) dan satu kapal pemasok, dihantam oleh misil Exocet.
AL Inggris berhasil menghancurkan lebih dari setengah dari 134 pesawat
tempur Argentina selama perang dengan menggunakan kombinasi perang
listrik, Harriers, misil darat ke udara, dan artileri anti pesawat
udara.
Perang diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982,
setelah tiga minggu operasi amfibi Inggris dan operasi darat mereka di
Pulau Falkland Timur. Senin 14 Juni pukul 21.00 waktu setempat (Selasa
pagi waktu Indonesia) pasukan Argentina menyerah di Port Stanley,
setelah 74 hari menguasai kepulauan tersebut. Brigjen Mario Benjamin
Menendez, Panglima Pasukan Argentina di Malvinas yang pernah bersumpah
akan bertahan “sampai prajurit dan peluru yang terakhir”, menandatangani
pernyataan menyerah Senin malam itu. Segera setelah itu Panglima
Pasukan Inggris yang memimpin penyerbuan ke Malvinas Mayjen Jeremy Moore
mengirim kawat ke PM Margaret Thatcher: “Kepulauan Falklands kembali berada di bawah pemerintahan Inggris seperti dikehendaki penduduknya. God save the Queen.”
Tiga posisi pertahanan Argentina sehari sebelumnya telah jatuh:
Tumbledown Mountain dan Mount William di sebelah barat daya kota dan
Wireless Ridge di barat laut. Tinggal “Lini Galtieri” yang merupakan
garis pembelaan Port Stanley terakhir, yang dipertahankan sekitar 7.000
tentara Argentina. Sambil melemparkan granat, pasukan payung dan pasukan
komando Inggris bergerak maju dari berbagai posisi mereka, mengepung
Argentino dan selama beberapa hari dihujani tembakan dari laut, mortir
dan artileri, yang sudah terkepung rapat.
Banyak tentara Argentina yang dilaporkan melemparkan senjata mereka
dan lari mundur. Menjelang senja, bendera-bendera putih terlihat
dikibarkan dari bangunan-bangunan kayu di sekeliling kota pelabuhan
tersebut. Pertempuran telah berakhir. Kemenangan ini disambut gembira di
Inggris. Ratu Elizabeth II, yang putranya Pangeran Andrew, 22 tahun,
bergabung dalam satgas ke Malvinas sebagai pilot helikopter, menyatakan
“gembira dan lega”.
PM Thatcher mempertimbangkan untuk mengunjungi Malvinas. Maksud dan
tujuan mengunjuni pulau tersebut adalah untuk memanfaatkan kemenangan
yang mengangkat tinggi popularitasnya ini untuk kepentingan politiknya.
Mengenai masa depan Malvinas, Thatcher telah mengisyaratkan:
pemerintahan sendiri tampaknya merupakan penyelesaian jangka panjang
terbaik. Namun Inggris juga menghadapi masalah: 11 ribu pasukan
Argentina yang menyerah (banyak di antaranya sakit dan kelaparan) jelas
merupakan beban.
Perang yang menewaskan 243 tentara Inggris dan 420 tentara Argentina
(menurut pengumuman resmi, walau diduga lebih banyak lagi yang tewas)
menimbulkan guncangan lebih hebat di Argentina. Protes terhadap
kekalahan di Malvinas berubah menjadi protes pada rezinl militeryang
berkuasa. Kekalahan di Malvinas memang telah mengakhiri dukungan populer
rakyat kepada junta militer Argentina yang telah berkuasa selama 6
tahun terakhir. Tatkala Presiden Galtieri melancarkan serbuan dan
menduduki Malvinas 2 April lalu, sekonyong-konyong Argentina yang
terpecah belah seakan bersatu. Galtieri, 55 tahun, mendadak dianggap
pahlawan bangsa. Puluhan ribu orang berteriak menyebut namanya dalam
suatu demonstrasi dukungan rakyat segera setelah tentara Argentina
menduduki Malvinas.
Kini situasi berbalik. Galtieri, yang memerintahkan Brigjen Menendez
menyerah, dianggap sebagai pengkhianat bangsa. Letjen Leopoldo Fortunato
Galtieri malahan kehilangan dukungan para rekannya. Selasa malam,
sehari setelah tentara Argentina di Malvinas menyerah, para jenderal
yang berkuasa memutuskan untuk mengganti Galtieri. Ia diberi pilihan:
mengundurkan diri atau didepak ke luar. Galtieri, yang menjabat presiden
selama 6 bulan, memutuskan mundur sebagai Panglima AD dan Presiden.
Selesainya perang di Malvinas mengembalikan Argentina kepada situasi
dalam negeri yang sulit, yang kini mungkin lebih parah. Keadaan ekonomi:
inflasi mencapai 131%, angka pengangguran 13% dan resesi ekonomi dunia
yang memukul hebat industri dalam negeri, jelas menghantam negara yang
berpenduduk sekitar 36 juta tersebut. Kekalahan Argentina akhirnya
membuat presiden Argentina Jenderal Leopold Galtieri mengundurkan diri
sebagai panglima AD dan presiden. BBC mengomentari pengunduran diri itu “orang yang memulai perang di Falkland menjadi korbannya yang paling akhir“.
2.2 Kekuatan Militer yang digunakan pada perang
-
Kekuatan Militer Argentina
-
Kekuatan Angkatan Darat Argentina 130.000 personil dan 90.000 wajib militer;
- Angkatan Laut 36.000 personil (wajib militer 18.000)bersama 185 Tank
- Angkatan Udaranya 19.500 personil dengan 10.000 wajib militer
- 4 kapal selam, 1 kapal induk, 1 kapal penjelajah
- 9 kapal perusak, 6 penyapu ranjau , 10 kapal patroli
- 11 pesawat tempur serta 19 helikopter
- 9 pembom ,dan 145 pesawat tempur
Argentina mengoperasikan beberapa tipe pesawat tempur salah satunya
adalah pesawat-pesawat tempur Mirage tipe Dagger buatan Isarel. Mirage
sebenarnya buatan Prancis, tetapi diproduksi Isarel tanpa izin akibat
embargo persenjataan oleh Prancis. Embargo persenjataan ke Israel itu,
disebabkan Insiden peledakkan pesawat sipil di bandar udara Lebanon yang
dilakukan oleh agen Mossad Israel pada akhir 1970-an sebagai pembalasan
peristiwa “Black September”, dimana atlet Olympiade Israel dibunuh oleh
“gerilyawan PLO” di Munich, Jerman Barat. Juga digunakan rudal exocet
buatan Prancis yang berperan besar dalam peperangan ini.
- Kekuatan Militer Inggris
- Angkatan darat 176.248 personil 1414 tank
- Angkatan laut 74.687 personil dengan 32 kapal selam
- Angkatan udara 92.701 personil dengan 132 pembom berat dan 325 pesawat tempur
- 2 kapal induk, 14 perusak, 46 fregat, 38 penyapu ranjau, 25 kapal patroli
- 20 pesawat tempur serta 90 helikopter
- Jarak Inggris dan Falkland adalah 11.365 km
Kekuatan armada Inggris yang digunakan dalam perang Falkland,
mencapai 65 kapal perang dengan 2 kapal induk HMS Invicible dan HMS
Hermes. Jumlah yang sedikit bila dibandingkan konsentrasi armada kapal
perang Amerika di laut tengah, 52 kapal perang dengan 4 kapal induk
kelas tempur. Ataupun armada soviet di Asia pada tahun 82 atau dekade
80an dengan hampir 500 unit Angkatan laut modern, dengan 44 kapal tempur
utama berpeluncur rudal, 151 kapal selam 74 diantaranya bertenaga
nuklir.
2.3 Perselisihan Berlanjut
Pada tahun 2003 (19 tahun setelah perang Falkland), Argentina kembali
mempermasalahkan keabsahan pulau Malvinas adalah milik Inggris.
Argentina (walaupun telah kalah dalam perang), tetap ngotot ingin
menjadikan pulau tersebut adalah milik kedaulatan negaranya. Klaim
Argentina terhadap Kepulauan Malvinas yang menyebabkan perang dengan
Inggris tetap merupakan prioritas kebijaksanaan yang tinggi bagi
Argentina, kata Menteri Luar Negeri Argentina, Rafael Bielsa.
Berbicara kepada Komite Dekolonisasi PBB, Bielsa mengatakan,
pemerintah Inggris harus berhenti bersembunyi di belakang perang tahun
1982 itu untuk menghindari perundingan mengenai isu kedaulatan pulau
tersebut. Inggris menyebut kepulauan itu sebagai Kepulauan Falklands
dan berhasil mempertahankannya lewat perang tahun 1982 yang
dimenangkannya. Merebut kembali kedaulatan kepulauan itu merupakan “tujuan tak bisa disisihkan bagi rakyat Argentina,” kata Bielsa dalam persidangan yang khusus disediakan bagi gugusan pulau Atlantik Selatan.
Bielsa menyampaikan kasus tersebut untuk dibahas PBB menyangkut
isu-isu kedaulatan tiga pekan setelah kursi kepresidenan diisi oleh
Nestor Kirchner, yang lama menjadi gubernur Provinsi Santa Cruz,
Argentina selatan. Sebelum akhirnya jatuh ke tangan Inggris, provinsi
itu memiliki hubungan erat dengan Malvinas melalui perikanan dan
perdagangan. Malvinas terletak sekitar 550 km lepas pantai Argentina,
mulai dikuasai Inggris pada tahun 1833.
Perang Malvinas dilancarkan pemerintahan militer Argentina, guna
menghimpun kembali kekuatannya. Bielsa mengatakan, pemerintahnya tidak
bisa menerima alasan Inggris yang berpegangan pada perseteruan London
dengan pemerintahan militer Argentina waktu itu, untuk menghindari
perundingan menyangkut isu kedaulatan Malvinas. Ketika perang, PM
Margareth Thatcher dibantu secara politis oleh Presiden AS, Ronald
Reagan. Komite Dekolonisasi PBB diharapkan akan menyetujui sebuah
rancangan resolusi menyangkut perseteruan tersebut yang meminta
dimulainya kembali perundingan-perundingan yang akan menyelesaikan
persengketaan secara damai.
Pasca perang yang dimenangi Inggris, PM Tony Blair adalah PM Inggris
pertama yang mengunjungi Argentina sejak perang. Negara-negara Amerika
Latin, termasuk anggota komite Bolivia, Venezuela dan Kuba, teguh di
belakang tuntutan Argentina tersebut. Pekan lalu, Majelis Umum
Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) mengeluarkan pernyataan
solidaritasnya dengan Argentina dalam hal tuntutan terhadap Malvinas.
OAS menyerukan kepada Inggris dan Argentina untuk membuka kembali
perundingan menyangkut persoalan itu sesegara mungkin.
Pada tahun 2007, pemerintah Buenos Aires kembali mengklaim bahwa
kepulauan di Atlantik Selatan itu bagian dari kedaulatannya. Menlu
Argentina Jorge Taiana menegaskan, pemerintahnya ingin merebut kembali
Malvinas yang disebutnya telah diserobot oleh Inggris. Ambisi Argentina
untuk mengklaim kepemilikan Malvinas memanaskan hubungan negara Amerika
Selatan itu dengan Inggris. Karena 26 tahun lalu, kedua negara
mengobarkan perang selama 74 hari dengan kemenangan di pihak Inggris.
Pada saat itu juga, Jorge Taiana menyatakan bahwa Inggris telah
berikap arogan dengan mengadakan parade kemenangan militer untuk
memperingati perang tersebut. “Apa yang mereka ingin lakukan
bukanlah apa (PM Tony Blair) sebut satu peringatan, tapi satu parade
kemenangan militer, satu sikap arogan,” katanya.
Argentina secara sepihak membatalkan perjanjian bilateral eksplorasi
minyak dengan Inggris dan mengumumkan sanksi-sanksi terhadap
perusahaan-perusahaan yang mengeksplorasi di daerah yang disengketakan
itu. Tidak ada lagi yang mempersatukan rakyat Argentina seperti ysng
terjadi pada perang Falkland. Pada tahun 1982, Argentina dikuasai rejim
militer sayap kanan, yang menyerang kepulauan itu untuk mengalihkan
perhatian dari ekonomi yang merosot dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dekolonialisasi Majelis Umum PBB (MU PBB) menuduh Inggris sengaja
menghambat proses dialog secara terbuka untuk menentukan status
Malvinas. Seperti diketahui, perang Malvinas berakhir pada 14 Juni 1982
setelah pasukan Argentina ditarik mundur namun Argentina tidak pernah
secara resmi melepas kepulauan itu kepada Inggris. “Kengototan Inggris
selama ini menghalangi dimulainya proses dialog yang terbuka dan jujur
antara kedua negara. Argentina beberapa kali menawarkan untuk membuka
negosiasi, namun Inggris menolaknya,” tegas Jorge.
Perselisihan mengenai
Malvinas itu sudah yang ke sekian kalinya membuka ‘perang’ kedua negara
di PBB, bahkan Presiden Argentina Nestor Kirchner pekan lalu menegaskan
Kepulauan Malvinas adalah milik mereka dan harus kembali menajdi milik
Argentina.
Meski tidak menegaskan apakah upaya merebut Malvinas akan dilakukan
dengan upaya terakhir (perang), Kirchner masih mengatakan pihaknya masih
menempuh cara damai. “Perang itu merupakan kemenangan penjajah, karena
itu Argentina masih memiliki legitimasi atas wilayah Malvinas. Saya
mengatakan kepada Margareth Thatcher (PM Inggris waktu itu) bahwa
Inggris memenangkan perang (1982) karena ia memiliki kekuatan besar.
Namun ia tidak pernah mengalahkan Argentina dengan kekuatan akal atau
keadilan,” katanya. Sementara Jorge menjelaskan bahwa Argentina
berkeras menyelesaikan perselisihan mengenai kepemilikan Malvinas karena
klaim Inggris di sana sangat mengganggu perjanjian mengenai batas teritorial, isu keamanan perairan dan hak pencarian ikan.
Secara bersamaan, MU PBB mendesak Argentina dan Inggris memantapkan
proses dialog dan kerjasama melalui upaya negosiasi guna menemukan
solusi damai secepatnya. Dalam resolusi yang disponsori Bolovia, Chile,
Kuba dan Venezuela, MU PBB juga mendesak agar pembicaraan Argentina dan
Inggris melibatkan semua aspek. Namun mewakili penduduk Inggris di
Malvinas, atau Falklands, Richard Davies yang juga anggota Dewan
Legislatif Falklands, justru menanggapi dingin imbauan MU PBB dan
tuntutan Argentina itu.
Penduduk pulau itu menolak keras upaya negosiasi, pemimpin Argentina
sengaja mengaitkan pulau itu sebagai bagian dari wilayah di abad
pertengahan guna mengalihkan perhatian orang atas kegagalan di dalam
negeri,” kata Davies. Falklands tidak berminat menjadi bagian dari
negara Argentina. Setelah 25 tahun, kami tetap meghormati pengorbanan
para tentara Inggris yang membebaskan kami,”.
BAB III
KESIMPULAN
Karena meremehkan “Wanita Besi” dan Rudal Exocet,
“Perang (Malvinas/Falkland) itu ibarat dua orang gundul
yang memperebutkan sisir.”
(Jorge Luis Borges, penulis Argentina)
Mungkin saja pernyataan pengarang Argentina tersebut benar. Artinya,
lebih-lebih dalam konteks sekarang, orang bisa bertanya, “Untuk apa sih
sebenarnya Inggris dan Argentina sampai harus berperang memperebutkan
Kepulauan Falkland (menurut Inggris) atau Malvinas (menurut Argentina).
Akan tetapi, terhadap sejarah kita diingatkan, tidak ada kata
“seandainya”. Faktanya, perang ini akan dikenang sebagai perang yang
mengandung pertempuran laut paling besar dan paling panjang semenjak
kampanye Pasifik di masa Perang Dunia II.
Perang yang oleh Inggris disebut dengan nama Operation Corporate
ini juga melibatkan operasi amfibi paling besar semenjak pendaratan
Inchon pada tahun 1950. Juga penyelenggaraan logistik sejauh 11.000 km
dari Inggris ke Atlantik Selatan, medan tempur musim dingin yang jauhnya
sekitar 5.000 km dari pangkalan sahabat terdekat di Pulau Ascension.
Argentina menyerbu Malvinas/Falkland karena mengklaim kepulauan ini
sebagai miliknya. Selain dekat dengan wilayah utama (mainland), juga
karena merasa pihaknya merupakan pewaris kedaulatan dari Pemerintah
Spanyol yang gagal pada tahun 1810 dan menyebabkan kepulauan itu lalu
dikuasai Inggris. Klaim ini merasuk ke dalam sanubari rakyat Argentina
dan masuk dalam kurikulum sejarah di sekolah dari generasi ke generasi.
Ini sebenarnya juga isu yang umum semenjak berakhirnya Perang Dunia II,
yaitu satu negara berkembang mengajukan klaim teritorial yang sudah lama
diyakini terhadap bagian dari bekas negara si penjajah.
Namun, sejumlah pihak melihatnya dari sisi lain. Motivasi utama
Argentina melancarkan perang ini adalah untuk mengalihkan ancaman
terhadap rezim Jenderal Leopoldo Galtieri yang sedang mendapat tekanan
dari berbagai penjuru karena dituduh melancarkan “perang kotor”, di mana
15.000 sampai 30.000 rakyat sipil Argentina dibunuh atau “hilang”,
selain karena ekonomi buruk. Dengan adanya faktor terakhir, ide merebut
kembali Kepulauan Malvinas yang terletak sekitar 500 km dari pantainya
diperkirakan bisa menggalang dukungan kalangan nasionalis.
Tampak bahwa perang ini pecah akibat adanya salah hitung, baik di
pihak Inggris maupun Argentina, ditambah adanya pengaruh AS. Argentina
mengklaim bahwa AS mengisyaratkan pihaknya tidak akan ikut campur kalau
Argentina mengkalim Kepulauan Malvinas. Oleh sebab itu, adanya bantuan
AS ke Inggris dalam bentuk intelijen dan material dipandang sebagai
wujud pengkhianatan terhadap Argentina dan warga Amerika Latin yang
berharap bisa melihat adanya persatuan sesama warga hemisfer (Selatan)
di pihak AS, atau sekurang-kurangnya sikap netral.
Argentina melihat peran AS kritikal dan menegaskan bahwa perang tidak
akan pecah kalau saja Inggris tidak mendapat dukungan dari AS.
Organisasi Negara-negara Amerika dan Amerika Latin pada dasarnya
mendukung Argentina, tetapi pengaruh AS membuat anggota organisasi tak
bisa mengambil langkah konkret. Pihak Inggris benar-benar mengharapkan
bantuan AS untuk membebaskan warga Falkland dari cengkeraman rezim
militer. Inggris juga mendapat dukungan dari masyarakat Eropa pada
umumnya. Perancis, misalnya, mengembargo ekspor senjata ke Argentina,
yang lalu secara drastis memangkas kemampuan militer Argentina.
3.1 Pelajaran Berharga
Tidak ada perang yang tidak meninggalkan korban dan kisah sedih, dan
oleh karena itu sebisa mungkin memang perang harus dihindari. Untuk
perang yang telah terjadi, sebagaimana Perang Malvinas/Falkland, dunia
harus bisa menangkap pelajaran darinya. Ini diperlukan justru ketika
dunia masih terus terperangkap dalam potensi konflik akibat perbedaan
kepentingan antarbangsa yang sulit diselesaikan secara damai.
Di antara yang digugat oleh Perang di Atlantik Selatan ini adalah
benarkah yang selalu terjadi adalah perang dipicu oleh serangan pihak
yang “lebih kuat” terhadap “pihak lebih lemah”. Argentina, negara
terpencil yang sejarahnya tidak mencatat adanya perang nyata semenjak
pertengahan abad ke-19, ternyata berani menyerang negara yang lebih
kuat, bahkan bersenjata nuklir lagi.
Argentina ternyata juga bisa menyerang Inggris, negara yang menjadi
konsumen terbesar ekspor pertaniannya. Terus siapa yang menyangka bahwa
Inggris, anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB dan Pakta Pertahanan
Atlantik Utara (NATO), akan berperang untuk mempertahankan kepulauan
berbatu terpencil di Samudra Atlantik Selatan yang sebagian besar
penghuninya penggembala biri-biri? Juga siapa yang mengira bahwa Inggris
akan pergi berperang untuk mempertahankan sisa-sisa imperiumnya 37
tahun setelah Perang Dunia II? Yang juga baik, antara Argentina dan
Inggris pun terjadi rekonsiliasi dan keduanya memulihkan hubungan
diplomatik. Pada tahun 1995, kedua negara menandatangani sebuah
kesepakatan untuk mempromosikan eksplorasi minyak dan gas di Atlantik
Baratdaya, mencairkan isu yang sensitif sekaligus membuka peluang kerja
sama lebih lanjut.
Meski telah lama berakhir, Pemerintah Inggris pada tahun 2005
menerbitkan sejarah resmi mengenai Perang Falkland. Tentu saja buku
versi pemerintah Inggris ini membangkitkan kembali perdebatan mengenai
apa sesungguhnya makna perang tersebut. Seperti dikutip di awal tulisan
kesimpulan pertama, penulis Jorge Luis Borges menyebut perang tersebut
sebagai “dua orang botak yang memperebutkan sisir“. Sementara
dari Inggris dan juga banyak tempat lain tidak sedikit yang menyebut
perang tersebut sebagai sikap imperialisme ketinggalan zaman.
Meski demikian, tulis William Pfaff di International Herald Tribune
(2/10/2005), orang harus melihat satu sisi penting yang dulu maupun
sekarang jarang dilihat orang, yakni Perang Malvinas/Falkland adalah
perang untuk membela hukum internasional dan ketertiban antarbangsa.
Dari segi aksi, tindakan junta militer Argentina, menurut Pfaff, bisa
dibandingkan dengan invasi Saddam Hussein ke Kuwait tahun 1990. Pada
kasus Kuwait, Amerika Serikat membentuk koalisi internasional yang
dikukuhkan DK PBB untuk membebaskan Kuwait. Ini pun aksi untuk
menciptakan ketertiban.
Lebih dari itu, dampak jatuhnya pemerintahan diktator di Argentina
setelah kekalahan perang Falkland, juga berimbas ke bidang politik
negara lain, yakni Cile dan Brasil. Di kedua negara ini rezim pun
beralih ke pemerintahan demokratis. Pfaff mencoba melihat, mungkin saja
Presiden George W Bush mencoba menerapkan Perang Irak untuk menciptakan
demokratisasi di Timur Tengah. Namun, hasil yang dicapai, karena
sejumlah alasan, ternyata beda jauh dari keinginan awal. AS justru
dengan invasi ke Irak kini dikenal sebagai pencipta ketidaktertiban dan
ketidakadilan, bukan pencipta ketertiban dan keadilan.
Seperti itulah bahwa setelah 25 tahun Perang Malvinas masih terus
dikaji dampak dan pengaruhnya. Namun, satu hal yang menarik adalah
komentar yang muncul di situs online Daily Telegraph London. Satu dari
196 komentar yang masuk mengatakan bahwa satu hari nanti, cepat atau
lambat, Malvinas akan kembali ke kedaulatan Argentina. Ini hanya masalah
waktu. Namun, jelas itu hanya pandangan dari satu sisi, yaitu dari
warga Argentina. Dari sisi Inggris, muncul komentar “Falkland milik Inggris, sekarang dan selamanya!” Biarlah waktu terus berjalan dan sejarah masa depan yang akan memutuskan.
3.2 Kajian Perspektif Hukum Internasional
“Frontiers are the chief anxiety of nearly every Foreign Office in the civilized world“, demikian tukas Lord Curzon dalam kuliahnya yang termasyhur di Universitas Oxford pada tahun 1907, genap seratus tahun yang silam. Pernyataan mantan Wakil Kerajaan Inggris yang menyelia lima komisi perbatasan di anak benua India sebelum menjadi Menteri Luar Negeri itu mengandung kebenaran profetis. Dua Perang Dunia yang berkecamuk sesudahnya tidak lepas dari ambisi teritorial sejumlah aktor penting percaturan politik dunia pada masa itu.
“Frontiers are the chief anxiety of nearly every Foreign Office in the civilized world“, demikian tukas Lord Curzon dalam kuliahnya yang termasyhur di Universitas Oxford pada tahun 1907, genap seratus tahun yang silam. Pernyataan mantan Wakil Kerajaan Inggris yang menyelia lima komisi perbatasan di anak benua India sebelum menjadi Menteri Luar Negeri itu mengandung kebenaran profetis. Dua Perang Dunia yang berkecamuk sesudahnya tidak lepas dari ambisi teritorial sejumlah aktor penting percaturan politik dunia pada masa itu.
Konflik-konflik internasional paling serius dalam sejarah umat
manusia seringkali berpangkal dari klaim wilayah yang tumpang tindih di
sepanjang garis perbatasan. Penelitian empiris di kemudian hari bahkan
menunjukkan bahwa dibandingkan isu lainnya, masalah perbatasan
berpotensi dua kali lipat lebih besar untuk tereskalasi menjadi konflik
bersenjata.
Di berbagai penjuru dunia, kontrol atas wilayah merupakan sesuatu
yang diperebutkan tanpa ragu mengorbankan nyawa manusia. Kepulauan
Falkland/Malvinas adalah salah satu saksi sejarah pertumpahan darah
akibat perebutan wilayah. Peta dunia kontemporer seperti sekarang ini
bukanlah sesuatu yang statis.
International Boundaries Research Unit (IBRU) di Universitas Durham
mengidentifikasi bahwa dewasa ini masih terdapat berpuluh-puluh
perbatasan darat dan laut serta klaim kedaulatan atas sejumlah pulau
yang secara aktif dipersengketakan. Bahkan masih terdapat ratusan
perbatasan maritim internasional yang belum disepakati oleh
negara-negara yang berbatasan. Memang, banyak di antara pertentangan
yang terjadi baru berlangsung di tataran diplomasi, namun tidak tertutup
kemungkinan hal itu memburuk menjadi konflik yang berujung perang: “war starts where diplomacy ends“.
Sejarah dunia hanya mengenal tiga cara untuk mensahkan perbatasan
antarnegara: negosiasi, litigasi, atau kekuatan bersenjata. Dalam studi
konflik internasional, dengan mudah terlihat bahwa sengketa wilayah
masih merupakan sumber pertentangan yang paling potensial. Dengan
demikian, masalah perbatasan antarnegara adalah suatu ancaman yang
konstan bagi perdamaian dan keamanan internasional. Karena menyangkut
kedaulatan yang seringkali sifatnya tidak dapat dinegosiasikan
(non-negotiable), konflik teritorial tergolong pertentangan yang paling
sulit dipecahkan.
Perbatasan internasional juga merupakan faktor penting dalam upaya
identifikasi dan pelestarian kedaulatan nasional. Bahkan negara-negara
bertetangga yang menikmati hubungan yang paling bersahabat pun perlu
mengetahui secara persis lokasi perbatasan mereka guna menegakkan hukum
dan peraturan masing-masing negara. Oleh karena itu, penetapan
perbatasan antarnegara secara jelas tidak hanya dapat mengurangi resiko
timbulnya konflik perbatasan di kemudian hari, tetapi juga dapat
menjamin pelaksanaan hukum di masing-masing sisi perbatasan.
PETA KEPUALAN FALKLAND/MALVINAS
REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Falklandhttp://www.raf.mod.uk/falklands/battles.html
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0705/28/teropong/3559326.htm
http://www.gatra.com/2003-06-17/artikel.php?id=29317
http://www.ranesi.nl/eropa/eropa/25)thn_perang_malvinas070402
http://www.raf.mod.uk/falklands/preface.html
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/malvinas.htm
http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/1982/06/26/LN/mbm.19820626.LN46930.id.html
http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=5875
http://www.hupelita.com/baca.php?id=14696
http://www2.irib.ir/worldservice/MelayuRadio/kal_sejarah/masehi/april/02april.htm
Ali M. Sungkar, Peran Strategis Deplu Dalam Menjaga Keutuhan NKRI, diakses dari http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=39
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1999/05/27/0124.html
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=Xg4GBVNVBVVf
http://www.kapanlagi.com/h/0000151104.html
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0706/14/lua06.
https://younkhendra.wordpress.com/2009/01/26/sengketa-kepulauan-falklandmalvinas-antara-inggris-dan-argentina/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.