“SASANDO ROTE GENERASI KE-III TYPE TERBARU”
Ciptaan: Drs.Simon Arnold Julian Jacob & Eben Haezer Jacob.
Seperti disebutkan
diatas bahwa pada tahun l994 di
Yogyakarta, dua bersaudara yaitu, Drs.Simon
Arnold Julian Jacob, dan Eben Haezer
Jacob, yang berasal dari Pulau Rote
(Roti) Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah membuat satu buah “Sasando Rote” versi rekayasa terbaru, dan telah dipublikasikan lewat suatu Tabloid terbitan Jakarta pada tanggal 23–29 Mei l995 yaitu Tabloid Mingguan “MUTIARA” oleh Wartawannya
Effendy Soleman dengan judul
:
”SASANDO ROTE ”-- LISTRIK MENUJU
GO INTERNASIONAL
Menarik Wisatawan”
Isi lengkap dari
pemberitaan Tabloit Mutiara Jakarta tanggal 23 – 29 Mei 1995 dikutip
sbb:
Sosok alat musik hasil modifikasi itu
memang lebih besar dan kurang menarik bila dibandingkan dengan yang
tradisional, “Sasando Rote”.Tetapi
terwujudnya alat musik itu merupakan usaha yang cukup baik, jika kita memang ingin mengembangkan bidang kepariwisataan lewat jalur seni budaya.
Selama ini orang mengenal “Sasando Rote” sebagai alat musik petik Pulau Rote, Nusa
Tenggara Timur, yang terbuat dari bambu,
daun lontar, dan dawai dari kabel baja. Melalui kreativitas dua
bersaudara, Drs.Simon Arnold Julian
Jacob dan Eben Haezer Jacob,
alat musik tersebut dikembangkan menjadi alat
musik modern bertenaga listrik.
Ide Pengembangan itu pertama kali
datang dari si kakak, Simon Jacob,
yang gemar mendalami seni budaya Indonesia. Ia melihat “Sasando Rote Tradisional” yang memang digemari
wisatawan mancanegara itu,
dengan menerapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat
dikembangakan menjadi alat musik yang
bisa “Go Internasional” pada tahun 2000-an. Lalu mereka membuat satu proto type
“Sasando Rote” modern dari kayu jati muda, dengan panjang 112 cm. Panjang “Sasando Rote” tradisional hanya sekitar 50 cm Bentuk dasarnya tidak berbeda. Tubuhnya berbentuk Selinder
tertutup bergaris tengah 21 cm. Pada
sepanjang tubuhnya diberi dawai yang
direntangkan vertikal. Kalau pada yang tradisional jumlah dawainya 30 – 42 buah, pada dawai “Sasando Rote” modern ini, tiga kali lipat, sebanyak 126 dawai. Sehingga suluruh tubuhnya seperti terbungkus dawai. Untuk segi praktisnya digunakan dawai gitar nomor l sampai dengan nomor 6 yang memang siap pakai.
“Susunan Dawai”
Keunikan “Sasando Rote” modern itu terletak
pada penyusunan dawainya. Ke-126 dawai itu dibagi menjadi dua
bagian yang mempunyai fungsi berbeda. Disebelah kanan, 56 dawai berfungsi sebagai melodi,
sedangkan sisanya 70 dawai sebagai pengiring.
Untuk memudahkan memainkannya, Eben
menata semua dawai itu dalam bentuk akord
(tiga nada atau lebih yang dibunyikan bersama-sama). Bambu pada “Sasando Rote”
Tradisional berfungsi sebagai resonator,
tempat menghasilkan suara. Daun
lontarnya berfungsi sebagai alat
penangkap getaran gelombang suara itu sehingga menghasilkan bunyi yang nyaring.
Pada “Sasando Rote” karya dua
kakak beradik tersebut, fungsi
itu tidak ada. Ruang berongga di dalam
tabung kayu jati muda, dimaksudkan bukan untuk hal itu, tetapi sekedar untuk
memperingan bobot kayu jati tersebut.
Oleh karena itu, agar bunyinya lebih
keras diperlukan sound system. Tanpa alat bantu itu
suaranya memang terdengar, karena terdapat beberapa lubang kecil bergaris tengah
kira-kira 5 milimeter, tetapi
nyaris tidak terdengar.
Sayang sekali,
ketika “Mutiara” melihat alat itu
dari dekat, tidak seorangpun yang biasa
memainkan alat tersebut, termasuk Simon
dan Eben. Sehingga belum bisa
dibuktikan bagaimana keindahan suaranya. Eben, yang sedikit-sedikit dapat bermain gitar, hanya memetik
beberapa nadanya. Suaranya memang lebih mirip gitar listrik. Menurut Simon
dan Eben, hasil kreativitas mereka itu mampu memainkan semua
jenis lagu, baik daerah, pop Barat,
Pop Indonesia, termasuk karya-karya simfoni. “Kalau pemain “Sasando
Rote” tradisional pasti akan
mampu memainkan alat ini, tinggal menyesuaikan diri terhadap banyaknya senar
ini saja. Dan suaranya bagus sekali”. Ujar Eben.
“Terang Bulan”
Sepanjang
keberadaannya, “Sasando Rote”
mengalami tiga kali perkembangan
terpenting, akibat tuntutan kebutuhan. “Sasando
Rote” Gong, yang adalah Embrio
“Sasando Rote” tradisional yang sangat terkenal itu, terbuat dari bambu,
daun lontar, dan dawai dari kabel kopling baja sepeda motor yang hanya
berjumlah 9-10 buah dari
jumlah nada Gong Rote,
terbuat dari cungkilan kulit bambu dan kemudian dari irisan kulit hewan. Oleh karena jumlah
dawainya sedikit, jenis lagu yang dimainkan pun terbatas. Pada waktu itu “Sasando
Rote” Gong digunakan hanya untuk mengiringi pesta-pesta adat seperti kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain
sebagainya. Biasanya dimainkan di bawah pohon
lontar saat terang bulan, itu perlu bagi pemain pemula, karena akan lebih
cepat pintar.
Pada tahun l826, ketika sekitar 10.000 penduduk Rote sudah menjadi orang
Kristen, “Sasando Rote” kembali mengalami perubahan. Saat itu
kebutuhannya adalah untuk mengiringi lagu-lagu gereja, yang beraneka ragam dan sudah jelas tidak bisa
diperdengarkan dengan alat musik yang
hanya berdawai sembilan dan tidak lengkap notasinya..
Maka dalam
perkembangan selanjutnya diupayakan penyempurnaannya dengan memperbanyak jumlah dawainya hingga mencapai 30
sampai 42 buah sesuai kebutuhan
kelengkapan nada-nada lagu gereja.
Penduduk Rote menamakannya “Sasando
Rote” Biola.
Sampai sekarang “Sasando Rote” Biola inilah yang popular
di kalangan wisatawan mancanegara. “Sasando
Rote” listrik itu bisa dikatakan sebagai “Sasando Rote” generasi ketiga. Simon
dan Eben Jacob masih belum mau
mempopulerkannya karena mereka sadar, setelah berulangkali dicoba
dan diteliti, masih banyak kekurangannya.
” Sasando Rote” ini belum sempurna“.
Masih banyak kekurangannya. Misalnya, ternyata alat ini membutuhkan alat penangkap gema. Supaya suaranya terkumpul, tidak
menyebar,” kata Simon.
Untuk keperluan itu, pada setengah keliling tubuh “Sasando Rote” tersebut akan dipasang sebuah kotak dari tripleks.
.Panjangnya kira-kira setengah panjang tubuhnya. Kotak suara itulah yang menggantikan fungsi daun
lontar pada “Sasando Rote”
tradisional. Selain itu letak dawai-dawainya terlalu rapat sehingga
menyulitkan gerak kesepuluh jari pemain.
Simon dan Eben masih akan mengatur dan
menggeser lagi susunan dawai itu tanpa
mengubah ukuran garis tengah tabung jati mudanya. Sementara melakukan pengamatan, percobaan,
dan perbaikan, Simon dan Eben saat ini sedang mengurus hak cipta dan patennya pada
Direktorat Jenderal Hak Cipta.Merek dan Paten Depatemen Kehakiman. Biaya
pembuatan satu “Sasando Rote” modern
itu, Simon dan Eben harus mengeluarkan satu juta rupiah.(l994).
Selain untuk alat, berikut 126
dawainya (berdawai/senar rangkap 3),
“Sasando Rote” tersebut juga
memerlukan kaki sebagai penyanggah yang
dapat distel naik-turun guna memberi posisi yang pas bagi pemainnya saat
dimainkan, setinggi kira-kira 50 cm sebagai penyanggah. (Lihat Gambar
di atas).
“Masih Rahasia”
Yang menarik dari kakak beradik pencipta “Sasando Rote” itu adalah
keduanya tidak mempunyai latar belakang pendidikan musik. Eben memang bisa bermain gitar sedikit-sedikit.Tetapi anak kelima Pdt.Bernabas
Jermias Jacob dan Ruth Elisabet Jacob-Sereh kelahiran pulau Rote itu memang gemar mengutik-atik segala macam peralatan
untuk menciptakan sesuatu. Profesinya adalah karyawan Migas di Cepu, Jawa Tengah.
Sedangkan Simon (anak ke-tiga dari
14 bersaudara sekandung) lebih
berfungsi sebagai gudang ide. Profesinya adalah : Kepala Seksi Penerimaan dan Keberatan
pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Kramatjati itu semasa masih berdinas di Yogyakarta antusias terhadap
perkembangan seni budaya
Indonesia. Ratusan buku - buku mengenai
hal tersebut dikumpulkan dan dipelajarinya. Sehingga akhirnya
timbul ide membuat “Sasando Rote” listrik.
Simon dan Eben sampai saat ini masih merahasiakan
kreasi mereka itu. Jika sudah diperbaiki dan disempurnakan barulah mereka akan membawanya kebeberapa ahli musik untuk diuji. Simon pun sedang memanggil salah
seorang pemain “Sasando Rote”
terpandai dari Pulau Rote untuk
mendemontrasikan alat itu suatu saat nanti. ( Sumber :-M/IP Tabloit Mingguan
“Mutiara”,Jakarta,23-29 Mei l995).
Catatan Penulis : “Tragis”. Sayangnya Alat musik “Sasando
Rote” Modern” ini terbawa banjir
besar, ketika terjadi hujan lebat di Jakarta
pada tahun l996, namun telah
difoto / di dokumentasikan sebelumnya, dan dapat dilihat dalam berbagai
posisi tertera dibawah ini.
Gambar
: Posisi Atas “Sasando
Rote” Listrik Modern” Type Terbaru Generasi ke III, memiliki putaran dan
dawai rangkap sebanyak 126 buah, jika di petik akan mengeluarkan suara 1,
2, 3, sekaligus, dan stelan suaranya mengikuti nada suara Piano,
dapat memainkan segala jenis lagu,. Bodynya terbuat dari batang pohon
jati yang telah dikeluarkan isi dalamnya, Nampaknya rumit, tetapi sangat rapi.,
suatu perpaduan antara imajinasi, daya hayal serta kreasi teknik yang unik, Ciptaan:
Drs.Simon Arnold Julian Jacob (Karyawan Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Kramatjati, & Eben Haezer Jacob (Karyawan Migas Cepu-Jawa Timur),
Putra Ayah Pendeta Bernabas Jermias Jacob dan Ibu Ruth Elisabet Jacob-Sereh,
asal Nusak Ringgou-Kecamatan Rote Timur-Kabupaten Rote Ndao-Prov.Nusa
Tenggara Timur.
Gambar : Posisi ujung bawah “Sasando
Rote” Listrik Modern” Type
terbaru (l994). Bentuk kepala “Sasando Rote” Modern”
dengan 126 alat penyetelannya yang
sangat rumit dengan 126 dawainya.
Pada setiap semat/kayu penongkat dawai nada, diberi dawai rangkap 3,
sehingga saat memetiknya akan terdengar
suara 1-2 dan 3 sekaligus. Penyetelannya
dan dawainya adalah sama seperti yang biasa dipergunakan pada Gitar, yang mudah diperoleh di pasaran
bebas. Penyetelan nada-nya mengikuti
nada-nada/not di Piano sehingga
suaranya seperti bunyi Piano.
Diciptakan oleh
Drs.Simon Arnold Julian Jaco, dan Eben Haezer Jacob, di Yogyakarta, 30-04-l994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.