alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Sabtu, 03 Januari 2015

ADAT  MAKAN  DAGING  DI ROTE
DAN STATUS  SOSIAL  SESEORANG

Adat Pesta di Pulau Rote

Di Pulau Rote, jarang kita mendengar orang berkata : “ mari kita ke-pesta .“ 
Pada umumnya mereka berkata begini : “ mari kita pergi makan daging. (Rote : masko pa o’ek) Ucapan ini memang sangat tepat, sebab dalam pesta-pesta itu kita akan menyaksikan sendiri betapa orang-orang Rote itu gemar makan daging. Dalam pesta itu tiap-tiap orang akan mendapat sajian daging yang banyak, sehingga kadang-kadang tidak terhabiskan.  Bagian yang sisa itu, boleh dibawa pulang kerumah masing-masing.Kalau kita makan di-restoran atau di-pesta-pesta di kota, kita akan menjumpai bermacam-macam masakan yang sedap-sedap misalnya : sup, farkadel, sate, berbagai gorengan daging, sayur-sayur, capcai dan berbagai masakan yang enak-enak lainnya, tetapi dalam pesta-pesta adat orang Rote, kita tidak akan menjumpai semua itu.

Tidak akan terdapat hidangan sayuran apapun di sana.
Kepada kita akan disajikan daging rebus serta sub yang agak hitam warnanya.
Biasanya kambing atau biri-biri/domba atau babi yang telah disembelih, tidak dikuliti, melainkan dibakar mempergunakan daun kelapa kering guna menghilangkan bulu-bulunya.   Sesudah dibakar, dibersihkan dengan cara digaruk dengan pisau atau parang disemua badan hewan itu, lalu dicuci dengan air hingga bersih dari sisa bulu-bulunya, kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil-kecil, lalu direbus dengan garam secukupnya tanpa bumbu-bumbu lengkap lainnya.

Sudah tentu sup atau kuah dari masakan daging ini agak kehitam-hitaman warnaya dari bekas kulit yang dibakar itu. Sesudah daging yang direbus telah masak, maka  di panggillah salah seorang laki-laki yang paham akan peraturan pembagian daging, untuk membagi-bagikan daging itu kepada para tamu.  Pembagian daging haruslah orang yang terpilih dan sangat paham tentang ‘adat pembagian daging kepada tamu-tamu,’ jadi tidak sembarang orang.  Hal ini disebabkan oleh karena sipembagi daging itu harus tahu, bahwa pantaskah bahagian daging tertentu itu diberikan kepada tamu yang bersangkutan atau tidak.

Biasanya daging itu dipotong-potong menurut peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah diadatkan  sejak dahulu kala, lalu diberikan kepada tamu-tamu sesuai dengan tinggi-rendahnya kedudukan atau status sosialnya si tamu itu didalam masyarakat adat.
Kalau si tamu itu seorang raja, seorang kepala atau seorang ketua adat, maka ia diberi daging kepala. Arti perlambang dari daging kepala itu ialah bahwa orang yang menerima daging itu adalah pemimpin yang patut dihormati.  Demikianlah dalam peraturan pembagian daging itu terdapatlah “adat penghormatan” kepada tiap-tiap tamu. Penghormatan ini diwujutkan dalam bentuk sajian yang berupa daging.  Artinya daging dari bagian mana dari hewan itu, yang akan diberikan kepada masing-masing tamu yang berbeda status sosialnya dalam masyarakat adatnya.   Tamu yang telah mengetahui akan adat pembagian daging ini, tentu tidak akan merasa tersinggung bila ia diberikan sekerat tulang leher, karena sesuai dengan kedudukannya di dalam masyarakat adat.
Mungkin seseorang dari kota akan merasa gembira menerima sepotong daging paha yang besar, tetapi bagi seorang kepala kampung hal ini dipandang sebagai suatu penghinaan karena daging paha itu sebenarnya hanya untuk anak-anak.

Adat Pengaturan Pembagian Daging Saat Pesta di Rote

Barangkali ada baiknya juga disusun peraturan adat itu dibawah ini, mudah-mudahan ada peminat atau pembaca yang ingin mengetahui adat pengaturan pembagian daging kepada para tamu di pulau Rote dengan istilah-istilah adatnya sebagai berikut:
1.    Langa laik = Separuh kepala bagian atas terhitung mulai dari moncong sampai ketelinga dan pangkal leher : yang patut menerima  adalah Raja, wakil raja, ketua adat, tua-tua kampung, serta orang-orang asing yang terpandang. Dalam hubungan kekeluargaan daging kepala itu untuk ayah atau paman.
2.    Timik =  Separuh dagu, terhitung mulai dari moncong sampai kepangkal leher : yang patut menerima adalah Orang yang lebih rendah kedudukannya dari pada orang-orang yang disebutkan diatas. Dalam hubungan kekeluargaan, daging dagu itu untuk saudara lelaki yang tertua.
3.    Tenek =  Separuh tulang dada bersama beberapa tulang rusuk : Yang berhak menerima adalah : Permaisuri raja atau wanita yang terpandang dalam pesta. Dalam hubungan kekeluarga, daging dada itu  untuk ibu atau bibi/ tante.
4.    Dimok =   Daging bagian pangkal paha : Yang berhak menerima adalah : Untuk kaum wanita yang lebih rendah kedudukannya dari tersebut diatas. Dalam hubungan kekeluargaan, bagian ini untuk saudara perempuan.
  1. Pa eik = Daging kaki atau paha, tidak terhitung kuku : Yang berhak menerima adalah Anak-anak.
  2. Iko tei lolo = Ekor serta sebagian perut : Yang berhak menerima  adalah Gembala.
  3. Pa duik = Tulang rusuk : Yang berhak menerima adalah , Orang-orang biasa atau tetangga.
Pembagian daging yang disebutkan diatas, adalah daging yang akan dibawa  pulang ke rumah masing-masing tamu setelah selesai pestanya. Sedang waktu jamuan makan saat pesta berlangsung, daging yang diberikan adalah daging dari berbagai bagian dari hewan itu seperti makan pesta pada umumnya, dan terserah dari seleranya masing-masing. Oleh adanya peraturan adat pembagian daging semacam ini, maka tidaklah terlalu mengherankan mengapa, sehingga dalam tiap-tiap pesta adat orang Rote diperlukan banyak hewan untuk di sembelih.

Rata-rata dalam tiap-tiap pesta penguburan orang meninggal/mati atau perkawinan diperlukan 20 sampai 40 ekor hewan besar–kecil untuk disembelih. “Kami tidak mau malu kata orang-orang Rote itu. Apa guna kami membanting tulang dan memeras kering selama hidup untuk memelihara hewan serta mengumpulkan makanan (padi).
Sesungguhnya demikian, orang-orang Rote itu selama hidupnya bekerja keras,  rajin beternak  dan bersawah-ladang, tetapi  sebaliknya jarang mereka makan nasi atau menyembelih hewannya untuk dijadikan lauk-pauk  sehari-hari untuk keluarganya.
Segala sesuatu yang telah diusahakannya disimpan, ia seperti kata pepatah : “Sedia payung sebelum hujan.”
Padi atau beras yang tersimpan dilotengnya, baru akan ditanak / dimasak, kalau ada tamu yang berkunjung atau kalau ada pesta  yang perlu diselenggarakan. (Minggus Manafe, Aneka Kehidupan di Pulau Roti, Balai Pustaka ,Jakarta, l968)

Dalam kehidupan sehari-hari  cukuplah mereka minum tuak / nira gula air/gula cair dari pohon lontar yang disadapnya atau gula hasil rebusan nira lontar,  dengan ikan asin kering,  sayur kelor, ikan, kepiting atau udang, sayur laut (latu), gurita (pado) yang direbus dengan cuka Rote,  rebusan daun pepaya, dan sayur lainnya sebagai menu sehari-harinya.  Memang ada juga sesekali  kelihatan beberapa diantara mereka turun kekota membawa beras, jagung, kacang-kacangan, gula rote, kambing atau hasil kebun lainnya  untuk dijual.  Kalau mereka lapar ya... ia minum gula, jika haus juga minum gula, gula sepanjang hidupnya. Tidak heran jika para peneliti Barat menyebut orang Rote sebagai : Masyarakat Berbudaya Lontar” ada juga memberi gelar “No Eating People” atau “Live No Eating.”(Kehidupan tanpa makan).
 Aneh Tapi Nyata”, unik dan spesifik.
Hal ini dapat terjadi kalau mereka sangat membutuhkan uang  untuk membeli barang-barang yang dipandang penting, misalnya pisau, parang, alat pertanian, minyak tanah, sirih pinang, tembakau atau pakaian 
Pembagian 

Adat Pembagian Daging Kepada Para Tukang
Saat Membangun Rumah Baru di Rote
(UPAH TUKANG)

Upah para tukang yang sedang membangun rumah baru, seperti di jelaskan pada Buku tentang “Arsitektur Rumah Adat Rote”, (Oleh Penulis)  setiap tukang mendapat upah selain dalam bentuk barang, juga berhak menerima pembagian daging. Umumnya hewan yang disembelih saat pekerjaan sedang berjalan, adalah kambing, domba, anjing atau babi. Mengenai upah (sesebak) dari para tukang ini sangat berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan dibagian mana dari rumah yang dibangun itu,  ia ditugaskan.
Ø  apakah di bagian kepala rumah,
Ø  bagian tengah rumah atau,
Ø  dibagian belakang rumah.
Di tiap-tiap bagian dari rumah itu dikepalai oleh seorang kepala tukang  (Ndoloe ana) semacam jabatan setingkat dibawah kepala tukang atau  Ndoloe Ina.

Sedang yang memimpin atau kepala dari semua pekejaan pembangunan rumah baru tersebut disebut (Ndoloe Ina).
Upah dalam bentuk barang dan daging yang diberikan, pembagiannya sebagai berikut :
Ø  Ndoloe Langgak (kepala tukang)  menerima 3 lembar selimut (lafa) dan kepala-kepala (langgak) dari setiap babi, domba, kambing, atau anjing yang disembelih.
Ø  Ndoloe tenadaleh (tukang yang bertugas dibagian tengah rumah) menerima 3 lembar selimut, dan bagian dada (tenek) dari setiap hewan yang disembelih.
Ø  Ndoloe  mengoti haik (tukang yang ditugaskan di belakang rumah) mendapat pembagian 3 helai selimut (lafa) dan bagian belakang dari  hewan yang disembelih.
Ø  Ndoloe Aloek, menerima 3 helai selimut dan kaki depan (ei aloek) dari setiap hewan yang disembelih.
Ø  Ndoloe boeboeik (tukang di bagian ekor rumah) menerima 3 helai selimut dan kedua Ndoloe sakiboeik, yang masing-masing mendapat  3 helai selimut dan menerima kaki-kaki belakang (ei boeik)  dari hewan-hewan yang disembelih.

Umumnya pemberian upah baik bentuk barang atau daging, kepada para tukang, bervariasi antara satu nusak/ kerajaan dengan nusak/kerajaan lainnya. Cara pembagian diatas terdapat di Ba’a

1 komentar:

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.