alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Jumat, 02 Januari 2015

KEPERCAYAAN KEPADA BERBAGAI MAKLUK HALUS/GAIB DAN JADI-JADIAN SUATU SISI DARI KEBUDAYAAN

Kepercayaan Kepada Berbagai
Makluk Halus/Gaib Dan Jadi-Jadian
(Satu Sisi Dari Kebudayaan
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob


Indonesia sangat kaya akan berbagai seni dan kebudayaan selain panorama yang mempersona, bukan saja sebagai aset nasional yang tak ternilai sosial budayanya, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi dan sekaligus sebagai obyek pariwisata. Selain dalam bentuk fisik tetapi juga non fisik berupa berbagai kepercayaan tradisional yang masih terawat dengan baik oleh penganutnya.

Diantaranya adalah kepercayaan terhadap dunia mistik dan gaib.
Kepercayaan kepada dunia gaib dan mistik, bukan saja dikenal di Indonesia, juga di Negara-negara Dunia Ketiga bahkan oleh Bangsa Barat sekalipun. misalnya, dikisahkan dalam Film maupun buku-buku tentang dunia gaib dan magis.  Hal ini perlu disajikan misalnya disini, sebagai pengetahuan, tetapi juga para wisatawan yang ingin mengetahui dan meminati berbagai kepercayaan unik dan spesifik tersebut yang memiliki daya tarik tersendiri. Juga sebagai bahan studi dan penyelidikan ilmia lebih jauh bagi pemerhati khusus dunia mistik di Indonesia.

Wisata tersebut dinamakan Wisata Budaya (Wisata minat khusus).
Selanjutnya dapat diikuti uraian-uraian selanjutnya sebagai berikut.
Kepercayaan kepada yang gaib atau makluk halus/siluman/jadi-jadian/sihir, Lelembut-Lelembut  pada umumnya tidak hanya terdapat pada bangsa Indonesia saja, tetapi  sesungguhnya terdapat pula pada bangsa-bangsa Timur lainnya, bahkan oleh orang-orang Barat sekalipuntetapi mungkin hanya berbeda dalam bentuk dan wujudnya serta penamaannya saja.
1.      Makluk-makluk halus itu dikenal oleh masyarakat luas dengan bermacam-macam nama, seperti Setan, Hantu, Pontilanak, Jadi-jadian yang berbentuk binatang, api, manusia atau benda lainnya, disamping itu kepercayaan pada guna-guna (sihir), dedemit, benda-benda gaib dan lainnya.
2.      Masyarakat suku bangsa di wilayah NTT, percaya bahwa akar hidup (mikro kosmos) serta segala aspek yang bertalian dengan hidup, tak lepas dari sejarah/hubungan/kaitan dengan yang gaib di sekitarnya dan lingkungan alamnya (makro kosmos).
3.      Orang harus hidup selaras dengan alam adalah merupakan konsepsi yang lazim dari mentalitas masyarakat petani. Ada getaran jiwa (emosi keagamaan) dalam diri mereka yang menimbulkan tingkah laku yang serba religi. Tingkah laku ini mempunyai nilai keramat (sacred value).
4.      Emosi yang menyebabkan mereka percaya akan adanya makluk halus  (animisme), yang berasal dari leluhur mereka yang telah mati, yang berada di sekitar mereka. Emosi karena rasa takut akan ancaman atau krisis-krisis dalam hidupnya, atau karena banyak gejala yang tak dapat diterangkan dan dikuasai oleh akalnya, menimbulkan kepercayaan akan kekuatan sakti di dalam alam (dinamisme) dan sebagainya.
5.      Tingkah laku yang religius inilah yang melahirkan bermacam-macam upacara (ritual), macam-macam kepercayaan (mistik), mitologi dan kelompok-kelompok penganutnya. Tingkah laku serba religius  beserta perwujudannya, telah menjalani dengan taat sebelum pengaruh Islam dan Kristen memasuki dan berpengaruh di Indonesia.
6.       Kebudayaan di Indonesia  itu telah lebih kaya, tetapi pada hakekatnya tetap tinggal dirinya pribadi (Prof.Mr.Koesoemadi, Pengantar Tata Hukum Indonesia), mengenai persoalan Masyarakat Hukum Bab XIX). Segala manusia sadar akan adanya suatu alam dunia yang tak tampak, yang ada di luar batas kemampuan panca indranya dan di luar batas akalnya.
7.       Dunia adalah dunia gaib atau supernatural. Dunia gaib didiami oleh berbagai makluk dan kekuatan yang tak dapat dikuasai oleh manusia dengan cara-cara biasa dan oleh karena itu pada dasarnya ditakuti oleh manusia. Makluk dan kekuatan yang menduduki dunia gaib itu adalah dewa-dewa yang baik dan jahat, makluk-makluk yang halus seperti roh leluhur, roh-roh lain yang baik dan jahat, hantu dan sebagainya dan kekuatan sakti yang biasa berguna dan yang biasa menyebabkan bencana.  
8.      Gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa alam yang dianggap sebagai sumber kekuatan-kekuatan luar biasa, melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenal oleh manusia di dalam alam sekelilingnya yang dianggap akibat  dari suatu kekuatan “Super Natural atau kekuatan luar biasa atau kekuatan sakti. (RR.MarrettThe Threshold of Religion – l909), Kepercayaan kepada kekuatan super natural sering disebut pula sebagai “Prae-animisme sebab dianggap lebih tua dari pada animisme.
9.      Mistik : (Yunani) = termasuk misteri, rahasia). Kepercayaan bahwa kehidupan ini orang dapat mengalami kesatuan transdental dengan yang adi kodrati dengan melalui meditasi dan disiplin-disiplin lain. Jalan ke kesatuan ini umumnya terdiri dari 3 tahap :
·         menjauhkan diri dari hasrat-hasrat jasmaniah atau kenikmatan rasa;
·         mensucikan kehendak atau karsa; dan
·         membuka pikiran  terang atau suci.
Mistik merupakan inti bagi kebanyakan kepercayaan Timur; juga penting dalam berbagai bentuk agama dunia pada umumnya.
10.  Misteri (Yunani = musterion = rahasia). Dalam agama dan kepercayaan, sesuatu kebenaran yang tersembunyi atau rahasia. Dapat diketahui melalui perantaraan wahyu, tapi tak terjangkau akal budi, walaupun tidak bertentangan dengannya. Orang dahulu memandang terhadap kekuatan tak terduga di balik alam semesta, sebagai sesuatu misteri yang menakjubkan. Upacara keagamaan Yunani dan Romawi kuno disebut misteri, karena dirahasiakan bagi awam dan hanya terbuka bagi anggota dan calon anggota. Dalam Perjanjian Baru orang Kristen, misteri besar Tuhan atau Kristus ialah rencana suci penebusan.
11.  Mantra :
·         Dalam kepercayaan tradisonal umumnya dan agama India; rumus kata-kata atau bunyi yang berkekuatan gaib; diucapkan berirama seperti senandung; digunakan sebagai doa bagi pengucap atau pendengar; wajib dihafal tepat untuk menghindari bencana jika keliru diucapkan. Walaupun (mantra(m) berasal dari India, namun sudah dikenal di Indonesia sebelum pengaruh Hindu datang. Umumnya mantra didahului dengan menyeru Allah, nabi-nabi, audia, dewa-dewa, arwah cikal bakal (Jawa) atau bunyi kata tak bermakna seperti hong, wilaheng dan lain-lain.
·         Dalam Rig Veda dan Yajur Veda mantra mempunyai arti teknik, sebaliknya dalam Atharva Veda yang tidak ortodoks. Mantra Gayatri paling terkenal dari masa Veda. Kitab Mantrapadha berisi 500 mantra untuk keperluan rumah tangga dan upacara-upacara.

Bagian dari tulisan ini hanyamemperlihatkan”, bahwa masih ada kepercayaan kepada makluk halus itu, tetapi  “b u k a n  menetapkan  adanya makluk-makluk halus itu
Segala macam bentuk dan nama makluk halus, serta tingkah lakunya ini biasanya dikenal diberbagai-bagai tempat dimana saja di Indonesia, dan dimana makluk halus ini berada, biasanya tempat-tempat tersebut dianggap “angker, menyeramkan,” sehingga menakutkan siapa saja jika ia menampakkan wujudnya”.
Biasanya nampak seram, dan biasanya muncul pada tengah malam. Keberadaan mereka biasanya, di hutan lebat, rumah-rumah kosong, atau pun yang dihuni orang, di pohon-pohon besar, di gua-gua, di kuburan, ditempat-tempat sunyi di gunung-gunung, dan di tempat lainnya.
Kepercayaan kepada makluk-makluk halus ini dapat dikatakan hingga kini masih meluas di tengah masyarakat umum. Apalagi akhir-akhir ini, makin ramai menjadi salah satu mata acara siaran pada beberapa TV tertentu yaitu Pemburu Hantu”. Ada peserta-peserta yang disebut “Uka-Uka”, diuji keberaniannya atau populernya “Uji-Nyali” sejauh mana ia dapat bertahan terhadap godaan-godaan hantu, setan, makluk halus lainnya berupa suara-suara, bunyi-bunyi aneh, wajah yang tak jelas/bayangan, atau berupa tiupan angin aneh, cahaya/sinar, maupun dalam bentuk bola-bola api yang beterbangan di udara, jika ia (calon peserta uji nyali) pada saat tengah malam, ditempatkan disuatu tempat yang dianggap ada makluk halusnya saat pengujiannya.

Rupanya acara TV ini ingin membuktikan kepada masyarakat pemirsa, kebenaran anggapan keberadaan makluk halus itu ditengah-tengah kita.
Dalam siaran-siaran itu, kita dapat melihat bahwa ternyata kebanyakan dari para Uka-Uka/peserta tersebut,  tidak tahan akan gangguan-gangguan makluk halus, seperti mengalami kemasukan/kerasukan, teriakan histeris, memperlihatkan tingkah laku yang aneh dan kadang tidak sadarkan diri sehingga tidak dapat meneruskan sampai batas waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari jam 0.00 hingga jam 4.00 pagi.
Dengan demikian, adegan ini mau membuktikan bahwa keberadaan makluk halus itu benar-benar ada ditengah-tengah kita.. Disini pun diperlihatkan adanya para spiritual/paranormal/dukun, yang dapat mendeteksi dimana terdapat lokasi-lokasi tempat yang angker, dan selain itu mereka juga dapat mengusir/memindahkan/ mengamankan rumah-rumah yang didiami makluk halus itu.
Seperti kita saksikan di siaran TV secara langsung, memperlihatkan para Paranormal berprilaku seperti sedang bersilat” atau “bergulat melawan dan menangkap para hantu/makluk halus pengganggu manusia di rumah-rumah yang dihuni maupun ditempat angker lainnya, lalu hasil tangkapan jin-jin pengganggu tersebut dimasukkan kedalam sebuah botol kosong’ atau wadah lainnya, kemudian ditutup rapat-rapat. (“Boleh percaya, boleh tidak”).

Disini terkesan bahwa bagi mereka yang bertakwa  dan beriman pada Tuhan Yang Maha Pencipta, (Allah),  tidak mudah mendapat gangguan atau pun dan akan berani menghadapi  jin-jin, setan-setan atau apapun namanya. Disini kami ingin menyajikan berbagai bentuk dan prilakunya serta penamaan  kepada makluk halus yang kini masih dipercaya oleh sementara orang.  
Berhubung penamaan bentuk-bentuk makluk halus itu berbeda-beda antara masing-masing daerah se–Indonesia, maka disini kami memilih memakai istilah-istilah atau nama-nama dalam bahasa/istilah Sunda (Jawa Barat) dan dalam bahasa Indonesia, yang menurut hemat kami  lebih lengkap perbendaharaannya.
Kepercayaan kepada makluk halus banyak ragamnya dan bentuknya, tingkah-lakunya maupun namanya. Pada bagian ini hanya sebagian kecil saja dari makluk-makluk halus yang umumnya dipercaya keberadaannya oleh masyarakat luas hingga kini, dapat kami kemukakan disini sebagai contoh saja untuk diketahui.
Kepercayaan kepada makluk halus, gaib, dll adalah satu sisi dari kebudayaan, sebagai suatu aset budaya Indonesia.


Dibawah ini kami memperkenalkan beberapa kepercayaan masyarakat kepada dunia gaib masing-masing sebagai berikut :

HANTU/Kuntilanak (Java) : (B.Ingris : ghost; evil spirit. = a malicious supernatural belong that is the spirit of women who died in childbirth and that appears as a beautuful young women with a hole in her back)
Gejala-gejala di bidang parapsikologi; dikelompokkan dalam 2 golongan ; 
·         Yang berhubungan dengan orang seorang;
·         Yang berhubungan dengan tempat tertentu.
Gejala hantu dikenal dengan berbagai nama di Indonesia; menurut kepercayaan masyarakat ada hantu yang hanya kedengaran suaranya (hantu tektek, yang kedengaran mengetuk-ngetuk ), ada yang bersuara dan kelihatan (kuntilanak) atau hanya kelihatan (hantu bolong)
Gejala hantu dikenal pula di Jerman dengan nama (polltergeist); istilah tersebut kemudian dipakai secara umum di bidang parapsikologi.
Di Inggris dikenal rupping spirit, banyak dijumpai di dekat anak-anak remaja dan agaknya disebabkan telekinese”, (gerak berbagai benda walaupun tidak disentuh). Ada pula yang menjelaskannya sebagai khayal atau halusinasi yang disebabkan oleh telepati.

IBLIS, JIN DAN SETAN (B.Inggris =devil).

Secara umum: jenis makluk halus atau gaib.
1). Secara harafiah iblis berarti makluk yang habis harapan untuk memperoleh rahmat Tuhan; Jin berarti makluk yang tersembunyi atau tidak bisa dilihat; setan berarti makluk yang ingkar dan keras kepala.
2). Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa iblis dan jin diciptakan bukan dari tanah, tetapi dari api.
iblis termasuk dalam jenis jin; setan merupakan gelar yang dapat diberikan kepada iblis, jin dan manusia, yang membangkang kepada Tuhan;
3). Dalam Alkitab disebutkan sebagai kepala segala setan; makluk jahat yang melawan Allah. Adam dan Hawa dicobai iblis sehingga berbuat dosa dan diusir dari taman Firdaus. Menurut Kitab Suci, si Iblis dahulu seorang malaekat yang memberontak terhadap Allah, lalu diusir dari surga oleh Mikael.

JIMAT (B.Inggris = cahrm, talisman, amulet).
Dari (Arab.; ‘azimah). Suatu benda yang dipakai sebagai penagkal atau penolak bahaya. Di Eropa dan Amerika dapat disamakan dengan istilah amulet atau talisman.

JAMPI (B.Inggris =magic formula or spell, incantation)

Mantra berisi permohonan pada kekuatan-kekuatan gaib di luar manusia (hyang, dewa pada masa pra-Islam). Suluk seorang dalang dan rajah seorang juru-pantun (Sunda) pada hakikatnya juga merupakan jampi-jampi bersifat sinkretistik atau sinkkretik, yakni membaurkan  berbagai macam kepercayaan.
Dilihat dari sudut puitik, kadang-kadang terdiri dari sajak-sajak murni dan sederhana, tetapi indah.

ILMU GAIB (Magic)

Sistem ilmu yang tidak berdasar logika, disiplin dan metodologi ilmiah atau sains, tetapi berdasar logika primitif; berdasarkan metodologi membuat kesimpulan–kesimpulan hubungan dan sebab-menyebab menurut asosiasi ciri-ciri lahir atau berdasarkan kepercayaan pada kekuatan sakti.
Menurut fungsinya berbagai aktivitas ilmu gaib dapat dibagi dalam 4 golongan;
1.    Ilmu gaib produktif; misalnya ilmu gaib untuk meninggikan kesuburan tanah;
2.    Ilmu gaib penolak; misalnya ilmu gaib untuk menyembuhkan penyakit;
3.    Ilmu gaib agresif; misalnya guna-guna, untuk merugikan atau menyakiti orang lain;
4.    Ilmu gaib meramal; misalnya untuk mencari hari baik, barang hilang, untuk meramalkan masa yang akan datang, dan sebagainya.
Pelaksanaan ilmu gaib di Indonesia biasanya disebut “dukun”, ahli sihir atau tukang tenung.

LELEMBUT
Lelembat-lelembut itu ada dua macam yaitu, “Lelembutan dan “Lelembut. Yang disebut Lelembutan asalnya adalah “manusia, sedang yang disebut Lelembut ialah makluk latief “asli”. Maka persamaan kedua rupa makluk ini adalah dua-duanya berbadan halus. (Sunda=Sd.:”lelembut---latief) Lelembutan dan Lelembut masing-masing dapat dibagi lagi menjadi dua bagian lagi yaitu, yang baik dan yang jahat..
Sifat baik dan jahat ini tergantung dari pada adat-tabiatnya. Yang suka menolong manusia, atau paling sedikitnya  tidak mengganggu manusia di namakan yang baik. Sedang yang suka mengganggu manusia di namakan yang  jahat. 

A. LELEMBUTAN YANG BAIK.

l. Yang disebut LULUHUR/LELUHUR, tidak tampak, ialah roh dari nenek moyang (Sd=Karuhun) yang biasa diminta pertolongannya (Sd=disambat) atau diundang (Sd=dihaturanan), bilamana orang mengadakan riungan selamatan (Sd=hahajatan) seperti misalnya menyunati anak, mengawinkan dan sebagainya.
Kalau di NTT, atau di Rote, dalam pesta adat perkawinan, kematian, kelahiran, membangun rumah baru, dalam lingkungan pertanian dan adat lainnya.

2. MEONG KAJAJADEN
Nampaknya Macan, ia dapat disuruh menjaga badan dan kekayaan. Malah setengah orang mengatakan, bahwa Meong Jadi-jadian itu dapat di tunggangi sebagai kuda tunggang untuk bepergian jauh pada waktu malam (Kantong Macan), misalnya pergi ziarah kemakam Sunan Gunung Jati di Cirebon atau ke makam Waliyullah Syeh Abdul Muhyi di Paminjahan (Tasikmalaya pantai Selatan Jawa) dan sebagainya. Meong jadi-jadian ini kita masukkan kedalam golongan Lelembutan yang baik, oleh karena menurut cerita kunonya (Sd= dongeng sasakala), ia asalnya dari manusia biasa, ialah rakyat Raja Pajajaran yang termasyhur bernama Prabu Siliwangi (Sunda/Jawa Barat). Oleh karena ia tidak mau memeluk Agama Islam, maka ia kena laknat (Sd=disapa), sehingga menjadi macan bersama-sama dengan rakyatnya. Demikianlah Meong jadi-jadian ini sebenarnya Lelembutan. Juga ia itu termasuk golongan baik, oleh karena ia tidak mengganggu manusia, selain daripada menakut-nakuti orang yang hendak mengganggu (dimaksud Jahat) pada yang “memeliharanya” dengan memperlihatkan diri sebagai Macan.

ADEN-ADEN
Nampaknya manusia, sebenarnya Meong (kucing besar) jadi-jadian juga, rakyat Prabu Siliwangi (Sunda-Jawa Barat) tersebut. Sering-sering kedapatan dalam bulan  Rabiulawwal pada malam hari. Bilamana turun hujan ia turut berteduh di rumah manusia. Tandanya bahwa ia itu Ade-Aden : ia tak mau berhadap-hadapan muka dengan orang, sebab tidak berhidung (Sd:=Ponges). Bilamana ia berbicara, suaranya pun sangau (Sd=ngirung).

B. LELEMBUTAN YANG JAHAT

KUNTI atau KUNTILANAK, bilamana tampak, kelihatannya sebagai seorang perempuan, sebab ia roh seorang perempuan yang meninggal dunia ketika melahirkan, oleh karena itu gangguannya pun biasanya hanya kepada perempuan yang baru melahirkan saja. Apabila seorang perempuan yang baru melahirkan diganggu oleh Kuntilanak, bayinya terus mati, ibunya menjadi sakit kurang ingatan (Sd= siwah).
Demikian itu terjadi, apabila ia tidak lekas tertolong oleh dukun yang pandai.
Kunti ini dapat dikatakan tampaknya : seorang perempuan, rambutnya panjang terurai menutupi punggungnya yang berlubang besar.  Kebiasaan Kunti ini  keluar pada malam hari. Ia berjalan di selokan kecil sambil berbunyi : “Kut-kut-kut-kut,” seperti orang memanggil ayam. Bila kebetulan ia dapat ditangkap orang setelah diintai, rambutnya harus dipegang dari belakang, lantas ditarik dan lalu diputar-putar.
Kalau sudah terpegang  demikian, Kunti itu berteriak dan minta ampun sambil berjanji tidak akan datang lagi ketempat itu. Ia amat takut kepada jala dan upih mayang pohon pinang. Maka karena itu didekat perempuan yang baru melahirkan diletakkan sebuah jala, sedang “parajinya” (perempuan yang menolong orang yang melahirkan di kampung =dukun beranak) menyembur-nyemburkan ludah sepah/buah pinang.
Menurut kepercayaan, pohon pinang dapat dipergunakan sebagai syarat untuk menjauhkan Kunti, sedang sebaliknya, pohon sawo adalah tempat Kunti bersarang. Oleh karena itu seperti di Bali pohon sawo itu tidak pernah di tanam di halaman rumah melainkan ditanam di kebun-kebun jauh dari rumah tinggal mereka.

Dibawah ini suatu kejadian :
“Disalah sebuah desa di Priangan Timur Jawa Barat, pada suatu hari ada seorang perempuan melahirkan. Oleh karena peraji/dukun beranak satu-satunya didesa itu sedang bepergian, maka perempuan itu hanya ditolong oleh tetangga-tetangga saja. Pada malam harinya,  perempuan itu sekonyong-konyong menggigau, mengeluarkan perkataan yang bukan-bukan dan tidak ada artinya. Tetangga-tetangganya sama merasa heran dan bingung. Kebetulan diantara mereka ada seorang laki-laki yang di dalam desa itu terkenal sebagai seorang pemberani. Ia mempunyai pikiran, bahwa perempuan itu mungkin diganggu oleh Kunti. Lantas ia turun dari rumah (rumah panggung) itu dan menengok kekolong  rumah. Meskipun kurang terang,  karena hanya sinar bulan saja,  namun kelihatan olehnya ada seorang  “perempuan (kiuntilanak)  sedang berjongkok dikolong rumah tepat ditempat berbaringnya perempuan yang baru melahirkan itu. Dengan perlahan-lahan si pemberani itu masuk kekolong rumah menghampiri makluk tadi dari belakang. Setelah sampai, maka dengan tangkas dipegangnya rambutnya yang mengurai kebawah itu, ditariknya dengan sekuat tenaga dan lalu diputar-putarkan menjadi satu pada tangannya. Seketika itu juga berteriaklah perempuan yang sedang menggigau didalam rumah itu dan terus sadar kembali, sedang Kunti tadi menghilang dari pegangan laki-laki pemberani itu.”

RIRIWA
Tampaknya macam-macam bentuk yang dapat menakuti orang penakut, sering juga tidak tampak, hanya kedengaran suara atau terasa pegangan tangan yang dingin seperti tangan orang mati saja. Ririwa itu adalah roh seorang dewasa, laki-laki atau perempuan, anak-anak yang telah (baru) mati “sebelum waktunya,” karena kecelakaan seperti misalnya bunuh diri dan lain sebagainya.
Yang dapat menjadi Ririwa itu adalah :
1.    Orang yang mati dengan tiba-tiba;
2.    Orang yang mati karena melahirkan;
3.    Orang yang mati karena dimakan macan.
4.    Orang yang mati karena tenggelam.
Adapun mati dengan tiba-tiba itu rupa-rupa penyebabnya seperti, jatuh dari pohon, pembunuhan, bunuh diri, atau pun karena penyakit yang sangat berat, sehingga si sakit terus mati pada hari atau malam itu juga. Ririwa ini umurnya hanya 40 hari, kemudian menghilang dan tidak datang kembali lagi.
Adapun cara ia mengganggu sbb :
1.      Menghamburkan tanah dari tempat yang gelap (malam hari dari luar rumah keserambi).
2.      Mengentak (menginjak-injakkan kakinya ketanah dengan keras);
3.      Memegang muka, terasa dingin;
4.      Memanggil-manggil
5.      Membayang pada malam hari didalam rumah
6.      Memadamkan lampu
7.      Mengombruk-ambruk perkakas dapur;
8.      Menghamburkan tanah merah ke atas rumah.

Dibawah ini suatu kejadian di Priangan Timur juga :
Disebuah desa ada seorang laki-laki bernama Wianta. Entah apa sebabnya, pada suatu hari ia menggantung diri. Pagi-pagi benar kedapatan ia telah tergantung dengan lehernya terikat diatas sebatang pohon nangka, ditepi jalan desa antara kampung Gunungputri dan Bantarawaru. Hari itu juga mayat Wianta diturunkan orang dan di kuburkan sebagai mestinya/biasa. Pada malam harinya dan beberapa malam berikutnya tidak ada seorang pun penduduk desa yang berani melalui tempat kejadian itu.
Pada suatu malam, kira-kira 5 hari kemudian, di kampung Bantarwaru ada orang  menanggap/ mengadakan pertunjukan wayang. Oleh karena itu banyak juga penduduk kampung tersebut terutama pemuda-pemudinya yang ingin pergi menonton wayang tertsebut. 
Oleh karena takut  Ririwa-Wianta, mereka pergi dalam beberapa rombongan dari 4 –5 orang. Rombongan pertama pergi sehabis magrib (setelah jam 6 malam). Ketika mereka melalui tempat kejadian itu, sekonyong-konyong terdengarlah suara kaki mengentak dibawah pohon nangka itu.
Pemuda-pemuda tadi berlari-lari ketakutan, dan mereka mendengar dengan nyata suara Wianta memanggil-manggilnya. Rombongan yang kedua yang berangkat tak lama kemudian, ketika melalui tempat tersebut, diganggu juga.  Salah seorang dari rombongan itu merasa pundaknya ada yang meraba dengan tangan yang sangat dingin. Karena kaget dan takutnya ia berteriak dan terus lari; maka teman-temannya pun ikut lari juga. Demikianlah pada malam itu semua orang yang lalu disana masing-masing diganggu dengan pelbagai cara : Ada yang dibisikin telinganya, ada yang ditarik banjunya dan lain sebagainya setidak-tidaknya dilempari tanah dari  bawah pohon nangka tadi.
Gangguan-gangguan semacam itu setiap malam terjadi pada orang-orang yang melalui jalan itu, tetapi makin lama makin berkurang dan setelah kurang lebih 40 hari gangguan-gangguan itu berhenti sama sekali; kata penduduk desa itu rohnya sudah pergi dari Alam Dunia ke Alam Gaib. Selain daripada itu Kunti dan Ririwa tersebut diatas, maka termasuk pula golongan Lelembutan yang jahat yaitu :

SILUMAN dan O M A N.
Tentang kedua rupa lelembutan ini nanti dibelakang akan diceritakan lebih jauh. Sekarang kita teruskan dahulu menceritakan :

LELEMBUT YANG BAIK

DANGIANG, ialah Lelembut yang menguasai suatu tempat, misalnya sebuah desa. Ia tinggal diatas pohon besar, umpamanya pohon beringin ditengah-tengah lapang (alun-alun) desa.
Dangiang ini juga dapat disambat (diminta pertolongannya), misalnya waktu ada penyakit menular yang membahayakan dan yang menyebabkan banyak orang mati, atau bilamana dalam desa banyak malingnya/pencurinya. Dangiang itu dianggap orang sebagai pelindung keselamatan dan kesejahteraan. Apabila sesuatu tempat yang tadinya subur dan ramai menjadi sunyi sepi, maka disebut orang Dangiangnya telah menghilang.

KABUYUTAN  adalah semacam Dangiang pula, dianggap sebagai yang berkuasa disesuatu termpat.
Pada tahun l917-l918 di Jampang-Wetan ditepi laut kidul (Samudra Hindia) diwaktu tengah malam ditengah-tengah suara pecahnya ombak yang kedengarannya sebagai gugur dari jauh, sekali-kali terdengarlah pula bunyi yang besar. Kedengarannya beberapa kali dengan antara kita-kira satu menit. Orang-orang disana menamakan itu ‘Kabuyutan’, yang tiap kali berbunyi, berarti memberi ingat kepada kita, bahwa  ia ada,  yang berkuasa disitu dan melindungi penduduk ditempat itu. Kata orang, bilamana akan ada kesusahan umum, seperti penyakit atau paceklik (susah beras di desa), maka Kabuyutan itu terdengar siang dan malam dan lebih sering daripada biasanya.

NYI POHACI SANGIANG SRI, adalah Ratu NYISRI   (DEWI SRI) (beras), yang memberi hidup kepada manusia. Adapun ceritanya, mungkin bermacam-macam, seperti cerita kuno.
Dibawa ini diceritakan tentang NYISRI : 
Pada suatu hari di zaman purbakala turunlah 7 orang Bidadari dari langit ke bumi untuk mandi-mandi disebuah lubuk/kolam air. Mereka itu turun memakai tangga emas yang tampak sebagai pelangi.
Sebelum mereka turun kelubuk untuk mandi, pakaiannya yang serba indah itu masing-masing diletakkannya dipinggir lubuk. Kemudian mereka semua pergi mandi sambil bermain-main dengan riang gembiranya. Sedang mereka asik bermain-main di lubuk, konon katanya datanglah seorang petani menghampiri lubuk/kolam itu.  Kelihatanlah olehnya betapa cantiknya bidadari-bidadari itu. Hatinya sangat tertarik, akan tetapi apa akalnya? Datanglah pikirannya yang cerdik. Dengan perlahan-lahan ia mengambil pakaian seorang bidadari itu dan disembunyikannya didalam rumahnya, yang tidak jauh dari tempat itu.
Kemudian, sesudah merasa puas bermain-main itu, maka ketujuh bidadari tadi keluarlah semuanya dari lubuk dan masing-masing memakai pakainnya lagi.
Seorang bidadari kehilangan semua pakaiannya. Oleh karena lama dicari-cari tidak ketemu juga, lalu pergilah bidadari yang enam itu kelangit lagi dengan memanjat pelangi tadi dengan mudah.
Adapun bidadari yang telah kehilangan pakaiannya itu tak dapat turut memanjat pelangi, oleh karena, bila tidak berpakaian, bidadari tak dapat memanjat pulang kelangit.
Sambil menangis berkatalah ia : barang siapa yang dapat mengembalikan  pakainku, maka aku mau dikawinnya.”. Perkataan itu terdengar oleh petani yang bersembunyi dibelakang sebatang pohon ditepi lubuk/kolam tadi. Maka keluarlah ia dari tempat persembunyiannya dan dihampirinya bidadari yang sedang menangis itu seraya  berkata, “bahwa ia dapat mengembalikan pakaiannya”. Alangkah girangnya bidadari itu dan lalu ia pergi bersama-sama petani itu kerumahnya. 

Selanjutnya mereka tinggal dirumah itu sebagaimana biasa orang orang berlaki-bini (suami-istri).
Keesokan harinya, waktu petani mengambil padi dari lumbungnya untuk ditumbuk dan dimasak buat dimakan, bidadari itu mengambil sebutir mayang padi dari ikatannya yang paling besar, dan dengan tidak ditumbuk terlebih dahulu, diletakkannya padi itu didalam periuk yang ada kukusannya diatas api, sebagai mana biasa orang memasak nasi. Di beberapa daerah di Indonesia dalam memasak nasi, mereka menaruh kukusan di dalam periuk setelah itu, baras yang akan dimasak itu dimasukkan ke dalam kukusan tersebut, sedang pada kebanyak orang, beras langsung dimasukkan kedalam periuk.
Petani itu merasa heran, tetapi ia tidak berkata apa-apa. Kemudian setelah sejenak dibuka kukusan itu oleh istrinya dan nampaklah nasi telah matang. Lalu mereka makan bersama-sama sampai kenyang, sedang nasi itu tidak menjadi berkurang sedikit pun.  Demikianlah setiap hari bidadari itu memasak nasi dengan mudah dan cukup dengan sebutir padi sehari.

Maka pada suatu hari, ketika bidadari itu sedang menanak/memasak nasi, ia melihat ada pelangi membusur kedalam lubuk/kolam, bekas ia dulu mandi-mandi dengan teman-temannya bidadari lainnya.
Berkatalah ia pada suaminya, “ Aku hendak pergi kelubuk/kolam air dahulu menemui kawan-kawanku yang sekarang sedang mandi dilubuk ini.”  Selama aku pergi, janganlah engkau berani membuka kukusan ini.” ujarnya Setelah itu pergilah ia.  Petani itu ingin sekali mengetahui bagaimana sebutir padi didalam kukusan bisa menjadi nasi yang dapat dimakan sehari-hari dengan tidak menjadi berkurang.
Lalu di bukanyalah kukusan tadi dan di lihatnyalah isinya; tampak padanya padi itu masih tetap sebutir padi juga. Pada saat itu juga terdengarlah olehnya suara bidadari istrinya itu, sedang orangnya tak nampak dimana-mana, berkata : “Oleh karena engkau telah melanggar pesanku, maka engkau terkena laknat sumpahku. Mulai sekarang engkau, apabila mau menanak nasi, akan bersusah payah lagi seperti sediakala/semula; engkau harus menumbuk padi lagi, dan harus menanak nasi secukupnya  buat keperluan kau makan. Adapun aku merasa  terlepas daripada janjiku semula, dan kembali ke Kahiangan/Kayangan dan tidak akan kembali lagi kepadamu.” Maka sejak itulah orang sangat menghormati induk-padi  yang dianggap berisi jiwa bidadari yang suci dan memberi berkat kepada padi. Agar tidak menjadi lupa kepada kenyataan itu, disebutnyalah beras yang berasal dari padi itu  “NYISRI” (Dewi Sri), sebab ia sebetulnya seorang Dewi dari Kayangan yang memberi kekuatan hidup kepada manusia.

NINI MERANAK, dapat disebut “Bidan Batin,” ialah yang menjaga anak-anak hingga umur 5-6 tahun. Bilamana seorang bayi “ tertawa,” kata orang ia tertawa kepada Nini Meranak yang membawa dia bermain-main. Kalau seorang anak kecil jatuh dari tempat tidur, ia ditadah oleh Nini Meranak, sehingga jatuhnya itu tidak menyebabkan apa-apa.

JIN ISLAM, Kepercayaan datang pada orang Sunda tentu karena pengaruh Agama Islam.
Jin Islam bertempat tidak tentu, ada dirumah atau halaman, ada digunung, didalam danau atau di sungai.
Dibawah ini kita sajikan sebuah cerita mengenai Jin Islam

Pada zaman dahulu kala orang-orang bangsawan kebanyakan sakti. Demikian pula halnya dengan  Dalem Cikundul”, seorang Bupati yang sangat berkuasa dan dicintai diseluruh Cikundul di Pasundan.
Untuk menambah kesaktiannya, sering beliau  pergi bertapa. Maka pada suatu hari beliau pergi bertapa lagi dimuara  sungai Cikundul.
Tapanya itu mengambang di permukaan air sungai.  Ketika beliau sedang bertapa itu, beliau bertemu  dengan seorang putri Jin, ialah anak  Raja Jin Islam yang bersemaiam dalam sebuah istana didasar muara sungai itu.  Setelah mereka berkenalan lalu menyelam kedasar muara sungai menghadap Raja Jin, ayah Putri Raja Jin tadi. Setelah ‘Dalem/Raja’ Cikundul tinggal bertapa lama  didalam istana Raja Jin tadi sebagai tamu, beliau kemudian nikah dengan putri Jin tadi.  Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yang sulung laki-laki dan yang bungsu perempuan. Ketika masih kecil-kecil kedua anak itu diinang/ dijaga oleh ibunya saja didalam istana di dasar muara sungai. Adapun Dalem/Raja Cikundul sendiri tidak tinggal disana, melainkan pulang lagi ketempat semayamnya/istananya di kota Cikundul.

Setelah kedua anak itu agak besar, ibunya tidak dapat lagi mengekangnya karena dua-duanya sebagaimana sifatnya bangsa Jin, sangat nakal.  Diserahkannyalah kedua anak itu kepada ayahnya..
Dalem/raja Cikundul berkata : “Bawa sajalah mereka itu kepadaku, nanti aku ayun-ayunkan.” Oleh karena sangat keras mengayunkannya, kedua anak itu keluar dari dalam ayunan dan jatuh kebumi, yang laki-laki jatuhnya di Gunung Gede dan yang perempuan di Gunung Ciremai (Jawa Barat).  Kemudian yang laki-laki itu disebut “Eyang Suria Kancana.” Adapun yang perempuan tidak terkenal namanya, hanya ia disebut orang parasnya sangat cantik. Oleh karena itu, konon kabarnya, hingga sekarang perempuan-perempuan yang asli keturunan daerah itu pada umumnya cantik-cantik semua.
Orang-orang keturunan Dalem Cikundul sampai sekarang masih ada juga yang suka mengundang Eyang Suria Kancana tadi, untuk memohon berkatnya pada waktu ada kejadian penting didalam hidupnya (mengawinkan, menyunati, pindah tempat dan lain-lain).

Untuk mengundangnya, orang harus menyediakan secangkir kopi, roti dan cerutu. Diletakkannya sajian-sajian itu biasanya didekat tempat penyimpanan beras didalam rumah. Bilamana Eayang Suria Kancana itu datang, rumah terasa bergoyang dan kemudian kedengaran orang bersiul atau menyanyi
Maka orang-orang keturunan Dalem Cikundul itu tidak boleh mengayun anaknya (anak kecil diayun supaya bisa tidur), sebab bisa  jadi terus menghilang diambil oleh Eang Suria Kancana ke Gunung Gede, dan bila anaknya itu perempuan, diambil oleh saudara perempuannya ke Gunung Ciremai.
Berhubung dengan itu bilamana orang hendak mengayun di ayunan, anaknya harus menurut syarat-syarat yang tertentu sebagai berikut :
1.      Palang kayu diatas untuk membelitkan tali ayunan itu harus dibikin/dibuat dari bambu kaur kuning (bambu berwarna kuning).
2.      Membikin ayunan harus selesai dalam tempo 1 hari.
3.      Diatas ayunan harus dipasang geladak yang dibikin dari selimut bertambal-tambalan.
4.      Diatas ayunan, dibawah geladak harus digantungkan :
·         bawang putih 3 biji;
·         bawang putih itu harus diikat dan digantungkan dengan kanteh putih (bahan tenun)
·         kapas 3 kepal, digantungkan dengan kanteh putih juga;
·         semacam rumput yang tertentu (Sd=jukut palias).
·         Jala yang telah buruk/tidak terpakai lagi, jala inipun digantungkan diatas ayunan itu. (Wiku,Indonesia, Majalah Kebudayaan, No.6 Tahun VII-Djuni l956, hal.488)

LELEMBUT YANG JAHAT

JIN KAFIR, Sebaliknya dari Jin Islam, maka Jin Kafir ini disebut juga “JIN KASKAS,” yang selalu  mengganggu manusia; orang yang di ganggunya sering-sering sakit dan ada juga yang sampai meninggal.

DEDEMIT, Adanya ditempat-tempat yang sunyi dan silam/gelap, demikian pula didalam hutan.
Apabila suatu tempat dikuasai oleh Dedemit, tempat itu menjadi angker (Sd=sanget), dan kalau dilalui orang, orang itu  akan sakit mendadak, yang disebut “kabadi” atau “kasambet”. Dedemit itu suka juga mengganggu orang yang melalui tempatnya dengan memperlihatkan diri sebagai suatu benda yang dapat menakutkan, misalnya sebagai mayat dibungkus (Sd=beungkeut lima), oleh karena lawon/si-mati  yang dipakai membungkus mayat itu diikat lima kali) atau sebagai kepala manusia yang sekelilingnya penuh dengan mata belaka. Bila nampaknya sebagai bungkusan mayat, ia terlentang ditengah-tengah jalan yang sedang dilalui orang itu; kalau nampaknya sebagai kepala manusia, kepala itu berguling-guling mengelilingi orang yang sedang berjalan itu.

DEDEWA, serupa Dedemit juga hanya derajatnya agak lebih tinggi dari pada Dedemit. Adapun Dedemit itu semata-mata Lelembut yang jahat, sedang Dedewa tidak selalu jahat, malah sering dapat disambat/dimintakan pertolongan, oleh karena, sebagaimana ternyata dari namanya pun, ia pula termasuk Dewa, hanya derajatnya sangat jauh dibawahnya.

A U L,  nampaknya seekor kera kecil, adanya ditengah-tengah tumbuh-tumbuhan yang kecil-kecil (semak-belukar) yang lebar-lebar daunnya. Kebiasaan Aul itu meludahi daun-daun semak-semak itu. Bilamana ludah AUL ini terpegang oleh manusia, maka tangannya gatal dan terus menjadi luka yang bernanah (Sd=radang) yang amat sukar sembuhnya.

RENGKENEK, seperti AUL juga, kelihatannya sebagai kera, tetapi kakinya yang belakang lebih panjang dari pada kaki depannya, jadi seperti kanguru dapat melompat jauh. Bilaman kelihatan oleh manusia, Rengkenek itu lantas menari (Sd=ngarengkenek), sehingga orang yang melihatnya tertawa gelak-gelak dan tak berdaya untuk menangkapnya. Bilamana ia diburu oleh orang banyak, ia melompat dan terus menghilang. Maka Rengkenek itu tidak sejahat Aul, yang merugikan manusia. Ia hanya mencuri buah-buahan  yang sengaja ditanam orang, seperti pisang dan buah-buahan lainnya. Iapun mahluk latief, sebab suka menghilang dan belum pernah ada orang yang dapat menangkapnya.

SI CEBOL,  tampaknya manusia, tetapi sangat kecil, tempat tinggalnya didalam hutan yang berbatasan dengan ladang. Pada malam hari ia datang keladang untuk mencuri umbi, seperti ubi, ketela dan lainnya. Aul, Rengkenek dan si Cebol tidak termasuk golongan lelembut yang suka “mengganggu” (menyakiti) manusia.

KICIWIS, tempat tinggalnya dibawah pohon, biasanya dipinggir jalan. Bilamana ada orang melalui tempat itu sendirian, tampaklah Keciwis itu sebagai seekor kucing, yang “mencegat” orang itu ditengah jalan. Kalau orang lalu/lewat itu tidak menghiraukannya, hantu itu mengganggu langkahnya dengan berjalan mengelilingi kaki orang itu sehingga ia merasa sangat di rintanginya. Apabila dipukul atau ditendang, badannya sekonyong-konyong menjadi besar; lalu tampaknya menjadi sebagai asap yang makin lama makin tinggi sehingga mencapai puncak pohon. Kemudian ia menghilang. Gangguannya itu tidak menjadikan orang sakit apa-apa, hanya bilamana orang yang diganggu itu seorang yang penakut, ia akan sangat terkejut dan melarikan diri sekuat tenaga.

LOKLOK,  sebetulnya hanya seekor burung saja, yaitu burung hantu (Sd=hingkik), tetapi menurut kepercayaan orang, Loklok itu sungguh-sungguh hantu, setidak-tidaknya hantu itu masuk kedalam badan burung, seolah-olah meminjam tubuh (Sd=raga badag) makluk lain. Hantu ini sangat ditakuti orang, sebab suka menelan sukma (jiwa) manusia. Bilamana berbunyi, maka kedengarannya : “Lok-lok-lok-lok.” Adapun perkataan “Lok-lok” itu dalam bahasa Sunda artinya telan atau “ di “Lok-lok”  artinya ditelan bulat-bulat. Kalau kedengaran suara-suara lok-lok demikian, maka yang mendengar itu lalu berkata : “pergilah kesana kepada orang (yang berbaring) dipondok !”. Maksudnya pondok atau gubuk ditengah-tengah sawah atau ladang, tempat orang menjaga tanamannya jangan sampai dirusak babi hutan. Kalau kebetulan didalam gubuk itu ada seorang penjaga sedang tidur nyenyak, maka “di telannyalah” sukmanya, dan orang itu mati seketika; akan tetapi bilamana orangnya tidak tidur, maka tidaklah terjadi apa-apa.

COLEK - COLEK, adalah sebangsa Lok-lok. Juga hantu ini “manjing raga” (masuk tubuh) seekor burung, yaitu masuk kedalam badan burung Tuweuw. Apabila orang pada malam mendengar suara “Colek-colek”, meskipun kurang nyata karena jauh, maka lantas harus membangunkan teman-teman serumahnya yang sedang tidur nyenyak, sedang anak-anak yang tidurnya berbaring pada punggungnya (terlentang) lekas dibalikkan supaya berbaring pada pinggirnya (tidur posisi menyamping/tidur miring), sebab hantu Colek-colek ini hanya mengambil sukma/jiwa seseorang pada malam hari, yang sedang tidur dan berbaring pada punggungnya (terlentang). Bilamana orang mendengar suara colek-colek itu lantas dijawab, Kesana, keseberang ke Palembang!”, maksudnya supaya hantu itu jauh dari padanya. Palembang itu letaknya diseberang lautan dan (dari Pasundan) ada disebelah Barat, arah atau tempat matahari terbenam, sehingga alam menjadi silam/gelap dimata orang, pantas sekali sebagai tempat-tempat hantu yang jahat.

BUNGAOK, Bila berbunyi kedengarannya “Ngaok-ngaok.” Apabila suaranya itu terdengar pada malam hari, diluar rumah sedang sunyi sepi, bagi kebanyakan orang betul-betul menakutkan, sebab orang tahu bahwa dirumahnya atau dikampunya akan ada sesuatu malapetaka, misalnya salah seorang saudaranya yang dicintainya atau sahabat karib yang disayanginya, atau pun ia sendiri akan mendapat kesusahan yang amat besar atau kena sakit yang sangat payah, bahkan akan sampai meninggal..

BANASPATI, Tampaknya manusia biasa, tetapi tiada berhidung, hanya kelihatan dua lubang hidungnya saja sebesar tengkorak mata. Bila berbunyi suaranya pun sengau (seperti Aden-aden); bunyi itu kedengarannya “O’ek-O’ek.” Kalau berjalan, selalu melihat keatas, sebab malu, takut kelihatan lubang hidungnya yang menganga (terbuka lebar), dan kalau turun hujan, jalannya itu melihat kebawah, sebab takut lubang hidungnya kemasukkan air hujan. Bilamana ia bersuara, maka ini adalah suatu tanda, bahwa  kepala daerah’ itu akan menderita kesusahan, biasanya dilepas daripada jabatannya atau dihukum penjara, karena melakukan sesuatu tindakan yang tidak adil seperti KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan lain-lain.Oleh karena itu  Para pejabat yang KKN, hati-hatilah, karena sesewaktu akan kedatangan BANASPATI menjemput anda. Jadi lain daripada hantu-hantu yang lain, maka Bungaok dan Banaspati itu, bilamana kedengaran suaranya, adalah menjadi tanda bahwa akan datang suatu malapetaka menimpa kampung halamannya. Suara kedua hantu ini “membawa” melapetaka kekampung halaman. Dan karena itulah Bungkaok dan Banaspati ditakuti orang terutama koruptor (KKN).

KELONG, adalah hantu betina (perempuan), susunya besar, katanya sebesar bantal guling, gunanya untuk menyembunyikan anak-anak nakal, yang masih bermain-main diluar rumah pada waktu magrib (soreh menjelang malam). Anak-anak yang dibawa oleh Kelong (Sd=dirawu kelong), menjadi tidak tahu atau tidak ingat apa yang dilakukan. Ia menjadi liar, sukar dipegang orang, larinya amat cepat dan dapat memanjat pohon-pohon yang besar dan tinggi sampai kepuncaknya. Biasanya yang di “ rawu Kelong” itu ialah anak-anak, tetapi orang dewasa pun bisa juga. Akibatnya rupa-rupa, ada yang terus sakit panas dan bila sembuh kembali, ia menjadi kelu (gagu-bisu), tetapi ada juga tidak menjadi apa-apa. Kata orang, untuk mencegah supaya jangan “dirawu kelong” , orang harus memakai cincin.
Dibawah ini suatu kejadian kira-kira tahun l920 di Priangan Timur sbb:  Seorang anak laki-laki umur 6 tahun bernama Kasa, anak seorang janda, pada suatu hari senja/soreh hari,  dipanggil-panggil oleh ibunya supaya masuk rumah dan berhenti bermain-main diluar. Si Kasa tidak menyahut. Ibunya memanggil-manggil lagi, tetapi si Kasa tidak menyahut. Sekonyong-konyong/tiba-tiba kelihatan oleh Ambu Kasa ada sepotong kayu ditusukkan orang dari kolong rumah (rumah panggung) kedalam dan digoyang-goyangkan. Karena kaget, lalu Ambu Kasa  berteriak-teriak.

Datanglah tetangga-tetangganya menengok, seraya bertanya ada apa. Ambu Kasa menunjuk kepada kayu yang masih bergoyang-goyang itu. Setelah banyak orang didalam rumah, kayu yang bergoyang-goyang itu ditusukkan pindah-pindah tempat dari kolong kedalam rumah (rumah panggung), seolah-olah dipakai mencolok-colok orang dari bawah. Semua orang-orang lalu pergi keluar rumah dan menengok kekolong rumah. Nampaklah si Kasa sedang bermain-main dengan sepotong kayu tadi. Ia dipanggil-panggil orang, tetapi tak menghiraukannya.
Lalu seorang laki-laki masuk kekolong rumah menghampiri si Kasa, tetapi anak itu lalu lari keluar dari kolong rumah itu. Beberapa orang memburunya, tetapi anak itu lari-lari kian kemari. Kemudian tangannya dipegang oleh salah seorang laki-laki tetangganya, tetapi hanya satu saat saja. Anak itu dapat melepaskan diri dengan mudahnya. Kata orang yang memegang itu, bahwa tangan anak itu licin sebagai belut, tak dapat dipegang. Anak itu lalu lari dengan sangat kencangnya, sehingga tak terkejar oleh orang-orang dewasa.  Waktu itu keluarlah bulan, sehingga lari anak itu kelihatanlah juga. Ramailah orang kampung itu mengejarnya. Ketika ia dikelilingi orang banyak, maka dengan menakjubkan/mengherankan semua orang disitu, karena seketika itu juga ia lalu memanjat pohon kelapa yang sangat tinggi dengan sangat cepatnya, bagaikan seekor tupai.

Diatas pohon kelapa itu ia melompat-lompat dari daun ke-daun, sehingga orang yang melihatnya semua merasa kuwatir  ia akan jatuh. Tetapi tidaklah terjadi demikian. Orang-orang dibawah pohon kelapa itu berunding sambil melihat-lihat keatas, bagaimana akalnya supaya anak itu bisa didapat dengan selamat.  Mereka memanggilnya dengan bermacam-macam bujukan yang manis-manis, tetapi si Kasa tidak mau turun dan terus berjalan dengan senangnya keujung salah satu daun pohon kelapa itu. Ada juga orang yang hendak memanjat pohon kelapa itu, tetapi sesudah ia melihat  anak itu diatas pohon kelapa berjalan kian kemari seolah-olah ia berada ditanah, orang itu pun tak sanggup lagi memanjatnya. Oleh karena tidak akal lain, maka ditunggulah anak itu oleh berpuluh-puluh orang dibawah pohon kelapa tadi. Lama kelamaan anak itu turun sendiri dengan sangat cepatnya dan dengan mudahnya, tetapi orang-orang yang menunggu dibawah telah bersiap-siap. Ketika anak itu tiba ditanah, lekaslah ia dirangkul oleh seorang yang menunggu tadi dengan sehelai kain dan terus dililit-lilitkannya keseluruh tubuhnya sehingga ia tak dapat terlepas lagi dan lalu dibawa kerumah ibunya. Sesampai dirumah, anak itu sadar kembali dan menangis, katanya merasa sakit seluruh badannya. Setelah diberi minum, lalu ia tidur nyenyak sampai pagi. Kemudian kejadian itu tidak mengakibatkan apa-apa kepada anak itu. Oleh karena itu kalau hari sudah petang, anak-anak tidak boleh bermain diluar rumah, karena takun timbul kejadian seperti yang diceritakan ini.

KOROD, bilamana KELONG itu disebut hantu betina, maka KOROD adalah hantu jantan. Maka oleh karena itu Korod ini biasanya hanya mengganggu gadis-gadis saja. Mengganggunya seperti Kelong juga pada waktu senja, menjelang malam diluar rumah. Berhubung dengan itu gadis-gadis dan anak-anak pada waktu senja tidak boleh bermain-main diluar rumah, apalagi pergi kesungai untuk mandi atau lain-lainnya. Dalam cerita dibawah ini akan jelas nampak bagaimana Korod mengganggu manusia : “Beberapa puluh  tahun yang lalu disuatu kampung kecil di Pasundan ada seorang gadis, kira-kira umurnya 16 tahun. Ia tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Pada suatu senja/soreh sudah agak magrib ia pergi mandi sendirian kepancoran (tempat mandi yang airnya keluar dari pancoran bambu). Pancoran itu adalah dipinggir kali kecil. Di sepanjang pinggir-pinggir kali kecil itu tumbuh pelbagai pohon-pohon dan lain-lain tumbuhan, sehingga di pancoran itu sangat gelap dan sunyi sepi.  Selesai mandi gadis itu keluar. Alangkah terkejutnya ia melihat didekat pancoran itu seorang remaja pria yang tampan wajahnya dan rapi benar pakaiannya, sedang ia sama sekali  tidak kenal kepadanya.
Terpikirlah oleh gadis itu, bahwa ia tadi ketika sedang mandi dengan tidak ketahuan telah diintai/diintip oleh anak  muda itu sebab kedapatan ia sangat dekat sekali pada pancoran tempat ia mandi.  Anak muda itu tersenyum dengan manisnya, sehingga si gadis merasa sangat tertarik hatinya. Akan tetapi oleh karena ia tidak kenal  dan berada ditempat sunyi itu, hanya seorang diri bersama anak muda itu, ia merasa malu dan takut pula padanya. Karena itu ia lekas-lekas pulang kerumahnya, yang tidak jauh dari situ. Setibanya dirumah, gadis itu lalu berpakaian seperti biasa, tetapi pikirannya selalu melayang kepada anak muda pria tadi.  Malam itu ia tidak bisa tidur, sebab anak muda tadi itu selalu terbayang dalam pikirannya.

Kira-kira tengah malam, gadis itu bangun dan keluar dari kamar tidurnya, pergi duduk dikursi ditengah rumahnya. Disana itu ia bermain-main dengan lampu gantung, digoyang-goyangnya seperti kelakuan anak kecil. Waktu itu ayahnya  kebetulan bangun dan melihat bayangan lampu bergoyang-goyang. Ia kaget dan lalu keluar dari kamar tidurnya, pergi menengok ketengah rumah.. Nampaklah anaknya sedang duduk diatas kursi dan mengoyang-goyangkan lampu gantung. Ketika ditegur oleh ayahnya kenapa ia tidak tidur, tetapi bermain-main seperti anak kecil, si gadis tidak menyahut apa-apa, melainkan terus saja menggoyang-goyangkan lampu. Ayahnya merasa heran dan lalu didekatinya anaknya itu. Dipegangnya tangannya, yang terasa amat dingin, sehingga ayahnya pun terkejut. Ia menanyakan lagi, kenapa ia bermain-mainkan lampu dan tidak pergi tidur. Alangkah herannya ia, ketika anaknya itu menyahut : “ Saya mau kawin dengan pemuda tadi,” dan perkataan itu diulangi lagi beberapa kali.

Ayahnya lalu memanggil  ibunya, yang segera keluar dari kamar tidurnya  dan menghampiri suami dan anaknya. Ia pun sangat heran, ketika mendengar  anaknya berkata demikian itu. Anak gadisnya ditanya, siapa gerangan “pemuda tadi,” itu, anaknya menjawab, bahwa tadi waktu senja sehabis mandi dipancoran ia telah bertemu dengan seorang pemuda, yang ia tidak kenal  dan tersenyum kepadanya. Lalu anak gadis itu dibujuk oleh ibunya supaya tenang dan pergi tidur. Anak itu rupanya menurut juga dan pergilah ketempat tidurnya. Maka ibu dan ayahnya tidak terus  tidur seketika, tetapi duduk berdua ditengah rumah membicarakan hal anaknya itu. Oleh karena tetap tidak terbayang, siapa gerangan “pemuda” tadi itu, yang sangat dirindukan oleh anaknya, dan direncanakan besok akan diseledikinya lebih jauh.

Mereka pun pergi tidur lagi. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ketika ayah dan ibunya bangun, mereka merasa  heran melihat pintu depannya  yang malamnya terkunci seperti biasanya, telah terbuka, seakan-akan telah ada orang yang pergi keluar rumah. Mereka teringat akan anaknya, dan lalu ibunya pergi menengok anaknya dikamar tidurnya. Tampaklah tempat tidur telah kosong; lalu hal ini diberitahukannya kepada suaminya. Lalu mereka pergi ketempat mandinya yang biasa, kalau-kalau anaknya sedang mandi, tetapi dipancoran itu ia tidak ada. Mereka sangat terkejut dan lalu mencari ketempat-tempat yang mungkin didatangi anaknya itu, seperti kerumah-rumah familinya/keluarganya, ketetangga-tetangganya tapi dimana-mana tidak di ketemukannya. Setelah diketahui orang, bahwa anak gadis itu telah pergi dari rumah orang tuanya, dan setelah tetangga-tetangganya itu mendengar cerita ayahnya apa yang telah terjadi tadi malam, beberapa orang mengemukakan sangkaan, bahwa mungkin sekali ”pemuda itu sebetulnya hantu “Korod” yang telah mengintai dan membawa anak gadis itu.

Maka segeralah tetangga-tetangganya ikut mencari. Baru setelah  siang harinya anak gadis itu diketemukan orang dikebun orang lain, yang agak jauh dari rumahnya. Anak gadis itu di dapat menyisip (Sd=nyelap) ditengah-tengah rumpun pohon salak yang penuh duri itu sedang berdiri, mukanya pucat, semua tubuhnya berdarah karena tertikam duri-duri pohon-pohon salak itu. Matanya terbuka biasa, tetapi rupanya seakan-akan tidak melihat dan tidak merasa apa-apa. Dengan susah payah ia dikeluarkan orang dari rumpun pohon-pohon salak yang berduri tajam tadi. Setelah keluar, ternyata anak gadis itu tidak berdaya dan tidak ingat apa-apa, sedang seluruh tubuhnya penuh dengan duri pohon salak melukai badannya. Segera anak itu dibawa kerumah orang tuanya dan kemudian dibawah kerumah sakit untuk mendapat perawatan dokter. Dirumah sakit pun kabarnya anak itu tidak pernah sadar lagi, hanya selalu meraban/menggigau mengatakan, bahwa ia mau kawin dengan “pemuda” tadi saja. Kemudian setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit, anak gadis itu meninggal dunia. Kata orang oleh karena sukmanya/jiwanya telah diambil oleh Korod tadi.

LULUN SAMAK (Tikar yang menggulung), Di Jakarta dan dibeberapa tempat lain disebut orang juga LEMBU.  Tempat di lubuk-lubuk/kolam bagian air yang dalam. Kelihatannya sebagai tikar menghampar/tikar yang direntang/terbuka, dibawah air (Lulun=menggulung; Samak=tikar).
Bila ada orang mandi di lubuk/sungai itu dan mendekati dia, lalu badannya digulung dan terus dibawa kedalam air. Di dasar lubuk/sungai orang itu dihisap darahnya, sehingga habis. Karean itu orang yang ditangkap oleh Lulun Samak selamanya terus mati. Lubuk/sungai, ditempat mana telah ada orang yang ditangkap oleh Lulunsamak, biasanya menjadi angker dan tidak banyak orang yang berani mendekatinya.  Biasanya orang lalu dapat mengetahui bahwa lubuk itu angker, sebab lubuk itu terus diberi nama orang yang telah celaka itu, misalnya “Leuwi Arga” (Sd=leuwi lubuk) dikali Cimanuk di kota Garut. Di lubuk itu dahulunya ada orang yang bernama Arga telah tenggelam hingga mati, kata orang karena ditangkap oleh Lulun Samak. Lulun Samak tidak selamanya menghampar/berada dipermukaan air, malah kebiasaannya tidak kelihatan, sebab ia bersembunyi didasar sungai/lubuk. Bilamana dilubuk itu banyak orang, misalnya sedang bermain-main menjala ikan, Lulun Samak itu menunggu didasar lubuk/sungai yang paling dalam dan biasanya yang paling banyak ikannya berkumpul. Apbila ada jala jatuh kedekatnya, lalu dipegangnya, sehingga jala itu tidak dapat ditarik orang lagi keatas. Kalau ada orang yang berani menyelaminya ketempat jala tersebut, lalu digulungnya oleh Lulun Samak tadi, dan orang itu mati.

WIANGGA, Hantu ini sebetulnya “hantu darat”, bukanlah “hantu air seperti Lulun Samak, hanya Wiangga membunuh orang seperti Lulun Samak didalam air. Wiangga tinggal dipinggir kali dekat sebuah lubuk/kolam/sungai.. Apabila ada orang yang hendak menangkap ikan atau hendak mandi dilubuk itu, diikutinya dari belakang,  tetapi tidak nampak kelihatan oleh orang. Sesampainya ditepi lubuk, orang itu dilompatinya dari belakang tapi tidak nampak kelihatan oleh orang. Sesampainya ditepi lubuk, orang itu tadi jatuh kedalam lubuk. Orang yang telah dilompati Wiangga, kalau telah jatuh kedalam air, menjadi lemas dan tidak berdaya lagi, sehingga ia dengan mudahnya dapat diseret oleh Wiangga kedasar sungai dan disana dihisap otaknya.

IPRI,  adalah hantu betina tempat tinggalnya diperairan yang luas, misalnya di laut, di danau, di kolam besar ataupun di mata air dibagian yang dalam. Nampaknya sebagai manusia. Bagian keatas tubuhnya seperti perempuan cantik dan bagian tubuh dibawahnya nampak ikan (ikan duyung.)
Bila orang melihatnya, maka orang itu lalu sakit panas dan juga terus meninggal. Sebagian orang mengatakan, bahwa Ipri itu adalah sebagian ular, ketasnya tubuh perempuan dan bagian bawahnya ular besar. Tempat tinggalnya di Gunung Buntar, bawahnya daerah Cicalengka. Ipri ini katanya suka dipuja, dengan maksud bermohon kekayaan. Perbuatan ini disebutnya ngipri.” Dibawah ini kita sajikan sebuah kisah tentang kelakuan seorang yang “mengipri,” sebagai berikut : 
Mula-mula ia pergi kegunung Buntar tersebut. Disana kata orang ada sebuah gua besar dan dalam, ialah tempat bersemayam Ipri Ular. Didalam gua itu orang tadi membakar kemenyan dan mengajukan permintaannya untuk mendapat kekayaan, dan berjanji akan menerima segala permohonannya dan resikonya. Bagaimana perjanjiannya itu akan ternyata dalam cerita dibawah ini : Ada seorang laki-laki yang pekerjaannya berdagang jual-beli kerbau, telah menderita rugi banyak sekali, sehingga habislah segala kekayaannya. Selain daripada uang modalnya, juga rumah dan tanahnya telah habis terjual untuk membayar hutang-hutangnya. Karena sangat menderita itu datang pikirannya untuk “mengipri” Setelah ia menghadap kepada Ipri digua itu, ia berjalan kaki pulang kerumahnya. Ditengah jalan ia bertemu dengan seorang kawannya pedagang jual-beli kerbau juga.

Dengan sangat mengherankan,  karena tidak diminta lebih dahulu, kawannya itu menawarkan kepadanya pinjaman uang (Belanda) f.100,- untuk memulai lagi berdagang  jual-beli kerbau (di zaman itu harga kerbau hanya f.40,- sampai f.60,- seekor) dan tidak memakai suatu perjanjian apa-pun. Demikian dengan sangat mudahnya pada hari itu juga ia telah mendapat keuntungan besar yang tidak terduga-duga dari semula. Begitulah seterusnya, hampir setiap hari ia mendapat keuntungan yang besar. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa ia dalam setahun saja telah dapat membeli lagi rumah bersama halamannya dan lain-lain kekayaan lagi, sedang perusahaannya makin lama makin berkembang saja. Sepuluh tahun kemudian,  konon kabarnya orang itu telah menjadi sangat kaya. Ia sekarang telah pergi naik haji sampai beberapa kali ke tanah suci bersama istrinya hingga tiga kali. Hidupnya senang tidak kurang satu apapun. Kemudian datanglah saatnya ia harus memenuhi perjanjian-perjanjiannya kepada IPRI tadi.

Pada suatu hari, ketika duduk dikursi-goyangnya bersama istrinya, tiba-tiba nampaklah didepan mereka seorang anak kecil, kira-kira berumur satu tahun, bertelanjang bulat/tanpa pakaian apapun, wajahnya hitam, matanya merah dan seluruh tubuhnya penuh dengan luka-luka yang bernanah; melihanya saja orang sangat jijik. “Anak” itu tidak ketahuan dari mana datangnya. Ia minta netek/menyusui kepada istri orang kaya itu. Mula-mula istrinya menolak tidak mau, tetapi “anak” itu melompat keatas pangkuannya dan memaksa dengan keras dan kuatnya, sehingga perempuan itu tak dapat mengusirnya. Juga suaminya tak berdaya, sebab ketika itu, ia dicekik lehernya dengan sangat keras, sehingga hampir jatuh pingsan. Ketika anak hantu itu meneteknya (menyusui), keluarlah dari luka-lukanya yang  banyak  itu nanah kotor yang mengenai kulit dan pakaian perempuan tadi. Sesudah sejenak, menghilanglah ‘anak kecil hantu’ itu dengan tidak ketahuan kemana perginya.

Semenjak itu, istri orang kaya tadi kena penyakit kudis yang sangat gatal dan berbau busuk dan sama sekali tak dapat diobati. Karena kelamaan penyakit kudis itu meliputi seluruh badannya dan setelah menderita sangat, ia pun meninggal dunia. Kemudian suaminya itu kawin lagi, tetapi juga istrinya yang baru ini didatangi hantu kecil tadi dan meminta netek kepadanya. Maka juga istri keduanya ini kemudian meninggal juga. Untuk kedua dan ketiga kalinya orang kaya itu kawin lagi, tetapi semua perempuan yang dikawininya itu mati dan tidak lama kemudiannya dengan penderitaan yang sama. Sesudah terkenal demikian, maka tidak ada lagi perempuan yang mau  dikawininya. Setelah ternyata, bahwa tiada lagi perempuan yang dapat dijadikan korban, maka sekarang datang gilirannya ia sendiri menderita penyakit gatal diseluruh tubuhnya.

Penyakit kulit ini tiada bernanah, melainkan kering, tetapi sangat gatalnya dan tak dapat diobati. Penyakit ini terkenal namanya di Pasundan sebagai penyakit Kesrek”. Oleh karena ia ingin sembuh, pergilah ia kemana-mana mencari obatnya bagaimana pun mahalnya pun dibelinya, akan tetapi penyakitnya sedikit pun tidak berkurang. Dengan demikian maka perusahaan jual-beli kerbaunya terpaksa ia hentikan. Maka habislah uang dan segala kekayaannya itu dipakai berobat kian kemari dengan tidak ada hasilnya. Kemudian ia mati dalam keadaan sangat miskin dan menyedihkan sekali (orang mencari pesugihan/kekayaan lewat jin-jin tetapi ada tumbalnya/resikonya dan terakhir menderita kesengsaraan dan mati secara tragis seperti contoh di atas). Oleh karena itu janganlah coba-coba mencari kekayaan dengan meminta dari jin-jin, oleh karena akan menerima tumbal bahayanya, tetapi harus bekerja banting tulang dan bekerja keras, ulat, akan mendatangkan hasil kekayaan yang berlimpah-limpah tanpa resiko. Mencari kekayaan di masa modern ini adalah dengan korupsi karena godaan setan, dan bukan penyakit yang di terima melainkan masuk penjara sebagai  hukumannya. Inilah salah satu cara cepat menjadi orang kaya?

HANTU, Di Pasundan “hantu adalah nama makluk latief  tertentu, yang tempat tinggalnya di udara. Hantu ini dapat dibagi dalam tiga bagian : sebagai berikut :

HANTU GENI,    keluarnya waktu malam hari, nampaknya seperti bintang “jatuh”, tapi berekor panjang dan bernyala. Hantu ini membawa penyakit panas. Bila ini kedapatan melayang diatas sesuatu rumah, maka seisi rumah kena penyakit panas.

HANTU BANYU (banyu= air), Orang yang diganggu Hantu Banyu sakitnya kedinginan, seperti orang yang terlalu lama berada didalam air.

HANTU KANCING,  Orang yang diganggu Hantu Kancing ini mulutnya tertutup dan tak dapat dibuka, sehingga ia tak dapat makan dan minum. Hantu ini asalnya  binatang biasa, seperti ikan mas yang besar sekali, belut, ular yang amat tua, jadi tidak mati terbunuh oleh manusia atau oleh binatang lainnya. Bila umurnya telah sangat tua itu, kelak matinya itu disambar petir/gledek. Kemudian ia menjadi hantu.

JURIG, ada bermacam-macam. Sebetulnya  yang disebut Jurig itu ialah makluk latief  yang suka mengganggu manusia. Maka selain daripada yang telah disebutkan diatas, ada lagi  yang lainnya dibawah ini.

JURIG TONGTONGHOT,  Jurig ini tempat tinggalnya didalam jurang atau di sumur. Nampaknya sebagai manusia hanya ia tidak berkulit. Jadi nampaknya itu hanya daging saja yang penuh berdarah. Kalau ada anak-anak atau orang dewasa pun jatuh kedalam sumur atau kedalam jurang, ini di sebabkan karena ditarik oleh Jurig Tongtonghot itu.

JURIG JARIAN, Bertempat tinggal dihalaman rumah, ialah ditempat orang membuang sampah  (tempat sampah). Juring Jarian itu dapat disambat/diminta pertolongan. Kalau disambat ia masuk kedalam badan  yang menyambatnya  atau kedalam benda yang dipergunakan  untuk menyambatnya, dan benda itu menjadi “hidup”. Kebiasaan Jurig Jarian disambat kedalam rupa-rupa permaianan. Dibawah akan dijeskan .

KUDA LUMPING, Yang menjadi Kuda Lumping itu biasanya lima orang laki-laki. Mereka masing-masing “menunggangi” kuda-kudaan dari kulit binatang, umpamanya kulit kambing. Kalau Jurig Jariannya sudah di sambat (kemasukan), lantas kuda lumpingnya yang lima itu menjadi jalang/galak/liar. Mereka berlari-lari dan melompat-lompat bagaikan kuda yang baru ditunggangi. Yang paling jalang/galak diantara yang ke-lima itu, seorang yang dinamai si Belo. Apa yang diberikan orang kepadanya, ia makan mentah-mentah, umpamanya padi, buah-buahan, malah pecahan kaca pun ia kunyah dan lalu ditelannya tanpa berakibat apa-apa.

MOMONYETAN, ialah permainan anak-anak yang mudah berbahaya dan oleh karena itu anak-anak yang memainkannya demikian selalu dipimpin oleh orang dewasa yang tahu menyambat/pandai dan menghilangkannya lagi Jurig Jarian yang telah disambat/kemasukkan itu. Dalam permainan itu, maka anak yang dimasuki Jurig Jarian itu kelakuannya tidak berbeda seperti kera biasa. Ia memanjat pohon yang tinggi-tinggi dan besar-besar, dan diatas pohon itu ia melompat-lompat dari ranting-keranting dengan tiada takut dan selalu tepat. Bila sudah agak lama, ia disuruh turun, lalu dipegang oleh teman-temannya. Sebagaimana kera yang liar, ia dengan sangat buasnya menggigit-gigit kiri-kekanan supaya terlepas, untuk melarikan diri keatas pohon lagi. Pada waktu itu, dikeluarkanlah Jurig Jariannya oleh orang tua yang telah menyambatnya itu. Kemudian anak itu jatuh pingsan sejenak setelah sadar kembali, ia merasa sangat lelah. Setelah kepalanya dibasahi dengan air dan diberi minum pula, tidak lama kemudian ia menjadi biasa lagi.

BABAGONGAN, Ialah permainan anak-anak juga yang dipimpin oleh orang-orang dewasa seperti Memonyetan tadi. Anak yang dimasuki Jurig Jariannya lalu merangkak seperti babi hutan (bagong=babi hutan). Merangkaknya itu cepat sekali dengan kepalanya kebawah, sebagaimana babi hutan mencari makanannya ditanah. Sekali-sekali ia menyungkur tanah dengan mulutnya sehingga mulutnya luka. Anak-anak yang lainnya menurutinya dari belakang. Anak yang menjadi Babagongan itu melarikan diri dengan merangkak kedalam kebun atau hutan kecil yang dekat disitu dan lalu diburu/dikejar oleh teman-temannya. Bila tertangkap babangongan itupun  menggigit kian kemari, lakunya seperti babi hutan yang liar. Kalau sudah demikian dikeluarkanlah Jurig Jariannya oleh orang tua yang menyambatnya, dan seterusnya sebagaimana kejadian pada permainan momonyetan tadi.

DUDUKUNAN,  Jurig Jarian itu disambat (diminta/diundang)  juga untuk menunjukkan barang yang hilang, umpamanya kunci, uang, dan lain-lain, maka suka juga dipakai orang untuk mencari pencuri ayam dan pencuri lainnya. Adapun caranya demikian : Orang mengambil sebuah kukusan yang sudah tidak terpakai lagi/rusak, lalu ujungnya ditusuk dengan sebuah centong/gayung air, sehingga tangakainya berada didalam kukusan dan centongnya disebelah luarnya. Tangkai sendok tadi diikat dengan tali pada sepotong barera (Sd=kayu alat tenun), yang ditusukkan kedalam kukusan tadi dari pinggir kepinggirnya, sehingga kukusan itu berada di tengah-tengah panjangnya barera tadi. Barera ini dipeganglah oleh seorang laki-laki dengan kedua tangannya. Lalu Jurig Jarian-nya disambat oleh orang yang bisa menyambat. Setelah “masuk” maka orang yang memegang barera dan kukusan itu badannya menggeletar dan sekonyong-konyong ia lari, diikuti, dituruti oleh orang banyak. Larinya itu langsung ketempat ayam yang telah hilang itu. Biasanya ayam itu didapat kembali. Dibeberapa tempat permainan demikian itu dilarang oleh Kepala Desa, sebab sering-sering menjadikan permusuhan, oleh karena orang yang kedapatan  ayam yang hilang tersebut  di halamannya, tidak suka disangka sebagai telah mencuri ayam atau barang lainnya yang hilang.

KECIT atau LONGLONGAN,  dapat dipakai atau disuruh mencuri uang kepunyaan tetangga. Akan tetapi tidak banyak orang suka memelihara Kecit atau Longlongan ini, sebab orang yang demikian itu sesudah matinya menjadi Kecit juga, ialah sebagai pembelinya. Kebanyakan orang tentu tidak mau menjadi hantu, bilamana ia sudah mati, sebab hal demikian itu melanggar Agama.
  
GONDORUWO, dibayangkan sebagai makluk  halus bertubuh besar menakutkan dan biasa berdiam dipohon-pohon besar.

BI-BI,  adalah  makluk halus perempuan yang bertetek/payudara besar, suka menyembunyikan anak kecil di belakang teteknya yang besar itu , lalu disembunyikan anak curiannya tersebut di atas rumah, di puncak pohon besar dan tempat-tempat yang kotor dan sulit didatangi orang.

LI‘BALI’BUKAK”, Sejenis makluk halus wanita yang punggungnya berlubang besar (Jawa=Sundal-Bolong).

SETAN GUNDUL,  sejenis makluk halus bertubuh kecil  kepala gundul (Jawa=Tuyul), yang menurut kepercayaan, dapat dipelihara orang, dan dapat meminta kekayaan kepadanya namun dengan syarat ada tumbal  (korban pengganti sesuai permintaannya yang terkadang meminta jawa manusia atau korban lainnya), dapat disuruh mencuri uang, sehingga orang yang memeliharanya menjadi kaya.

DIN-DADIN, makluk halus yang bisa menjelma menjadi apa saja, suka mengganggu/menakut-nakuti orang.

JARANGKONG, sejenis makluk halus penjelmaan dari roh orang yang kematiannya tidak ikhlas, mati terkejut karena kecelakaan misalnya. Suka mengganggu keluarga yang ditinggalkan atau para tetangganya.

PATOGUNA, yaitu makluk halus yang menjadi penunggu suatu tempat, misalnya “patoguna rumah (makluk halus yang menjadi penunggu rumah), “patoguna sumur” yang menjadi penunggu sumur. Umumnya tidak suka mengganggu isi rumah, asal setiap malam Jumat selalu diingati  beri bakar dupa.

SE-ARAKSA. (Jawa=Baureksa=benda-benda yang ada kekuasaannya) Adalah memang makluk halus yang dipercayai sangat kuasa dan sakti.

SE ARAKASA TASE, yang menguasai laut, karena tiap tahun harus ngatori rokad (memberi sesajen/korban/sedekah laut) dalam bentuk “rokat tase”, berupa kepala kerbau atau sapi dibungkus kain putih disertai sesajen lainnya ditaruh di suatu tempat di laut yang diperkirakan sebagai tempat ‘Se-Arakasa” tadi karena itu sangat “angker”. Hal ini merupakan selamatan rutin bagi para nelayan agar hasil penangkapan ikannya banyak. Masing-masing benda-benda alam tertentu dipercaya orang memiliki Khodam (penunggu gaibnya/goipnya). Bila manusia berkepentingan pada alam (benda-benda tertentu) yang di kehendakinya maka, haruslah meminta izin/minta restunya pada benda yang dianggap memiliki kekuasaan “Se Araksa” itu. Karena itu kemudian lahirlah hal-hal “keramat,” “senget/singit, berrit (angker) dan  “bada patoguno (ada penunggunya). “Se-araksa, “patoguna”, tempat  “se senget, atau “se Berrit” itu bisa ditempati oleh “roh-roh  leluhur”, “jin”, “setan”, “gondoruwo”, “din-dadin” dan sebagainya. Ini adalah pandangan “kosmologi” pada masyarakat tradisional diseluruh wilayah Indonesia, (walapun mereka telah memeluk suatu agama resmi, yang masih dipercaya hingga kini dan besar sekali pengaruhnya pada manusia. Karena kepadanya juga diberikan sesajian/sesajen, korban, dan lain-lain.
Menurut kepercayaan, para makluk halus super natural power tersebut turun dari tempatnya dan berkeliaran yaitu pada soreh hari, yaitu waktu matahari mau tenggelam dan setiap malam Jum’at. Karena itu setiap malam Jum’at dibakar dupa untuk menyambut  roh leluhur atau makluk halus yang baik. Untuk makluk yang jahat dibakarnya garam/belirang sebagai pengusirnya, sebab suka mengganggu, terutama anak-anak kecil. Karenanya waktu menjelang Magrib, ibu-ibu mencari anak-anaknya agar membasuh kaki dan tangannya (takut “etero” setan) dan diam di rumah. Pohon pepaya adalah mengusir dan penagkis sihir jahat, sedang pohon sawo adalah tempat tinggal Gondoruwo.
Selain makluk-makluk halus yang disebutkan diatas, ada juga yang suka mengganggu manusia sehingga menyebabkan orang menjadi sakit, takut atau kematian, dikenal pula “manusia” sebagai pengganggu sesama manusia lainnya. Mereka itu dikenal dalam masyarakat sebagai “TUKANG SIHIR

DUKUN SIHIR atau TUKANG SANTET,  di pulau Rote-Nusa Tenggara Timur disebut SUANGGI jika di Bali disebut LEAK. Leak ini dalam menjalankan profesinya selalu pada malam hari; mereka bisa berubah ujudnya seperti seekor kera, babi, anjing, gumpalan bola api, yang terbang di udara pada malam hari  atau dalam bentuk lainnya.
Ada cerita yang mengatakan sebelum mereka keluar pada tengah malam mencari mangsanya (manusia), ia berbaring  dalam keadaan telanjang bulat di suatu ruangan tersendiri dirumahnya dengan posisi tengkurap/matono. Kemudian keluarlah  jiwanya/sukmanya  melalui lubang pantatnya (duburnya) pergi berkelana untuk mengganggu orang lain yang dibencinya atau akan berperang melawan musuh sesama Leak dimana saja. Perang tanding antar sesama leak diudara terkadang dapat terlihat  seperti  gumpalan-gumpalan bola-bola api yang  saling menyerang.

Bagi yang kalah dalam peperangan tanding ini  kelak akan mati. Namun matinya bukan seketika itu, tetapi biasanya ia memohon tenggang waktu penundaan  kematiannya kepada lawan Leak yang menang;  misalnya untuk jangka waktu beberapa bulan lagi atau beberapa tahun kemudian, jika disetujui oleh lawan leaknya.
Jika  waktunya telah tiba sesuai permintaannya, maka tanpa sebab, orang Leak yang kalah tadi akan meninggal dunia. Jika tubuhnya si mati ini diberi air kelapa kuning/kelapa gading, maka akan nampak pada seluruh tubuhnya bekas-bekas luka yang menganga terkena pedang lawan leaknya, sudah membusuk, karena sebenarnya ia telah lama meninggal/mati yaitu  pada saat ketika ia kalah perang dengan lawan Leaknya itu..

Ada lagi yang mengatakan, jika  roh si orang Leak itu waktu pergi berperang atau mencari mangsanya ditengah malam, misalnya posisi letak kepalanya semula menghadap kearah timur, tetapi kemudian jika ada orang lain yang merobah  arah letak kepalanya menghadap ke-barat misalnya, maka ketika rohnya/sukmanya  kembali dari operasinya hendak masuk   kedalam tubuhnya lagi,  rohnya itu  tidak akan menemukan lagi arah lubang pantatnya (dubur) ketika ia keluar, karena sudah berubah arahnya, maka saat itu juga ia akan mati seketika.

Biasanya  jiwa orang leak itu keluar dari arah mana,  ketika akan masuk kembali ketubuhnya, ia  harus masuk juga dari arah yang sama pula seperti  arah semula. Tetapi apabila letaknya dirubah seperti dikatakan di atas, maka ketika itu pun ia akan mati, karena tidak ditemukan tempat semula ketika ia keluar.
Leak ini disaat beroperasi dimalam hari, jika ia menemukan tahi anjing, tahi babi atau lainnya maupun bangkai bintang yang telah membusuk, ia akan makan dengan lahapnya karena dianggap sebagai makanan yang sangat lezat baginya.
Untuk menjadi Leak, biasanya ia belajar ilmu leak. Ada juga yang mengatakan bila dalam operasinya ia tidak mendapatkan mangsanya, maka terkadang orang dalam rumahnya sering menjadi korban, entah anaknya, cucunya, atau malahan istrinya sendiri yang akan menjadi sasaran korbannya.. Orang yang berilmu leak ini disiang hari seperti biasa-biasa saja dan tidak menunjukkan tanda-tanda keanehan apapun  Namun pada saat ini gejala-gejala semacam ini  tidak tertarik lagi bagi generasi mudanya dan mulai ditinggalkan masyarakat penganutnya. Mungkin masih dianut oleh warga-warga tua yang masih tersisa sekarang ini.

PESUGIHAN Ada lagi yang disebut PESUGIHAN, ilmu mencari kekayaan/jabatan dengan jalan pintas dengan mendatangi tempat-tempat yang dianggap angker, keramat, dengan memberi sesajen, korban binatang, malahan ada yang siap merelakan/mengorbankan salah satu jiwa keluarganya sendiri sebagai tumbalnya/imbalannya demi kekayaan. Ada tempat-tempat tertentu seperti kuburan orang yang dianggap memiliki kharisma dalam suatu agama tertentu, digunung-gunung, atau ditempat keramat lain sebagai tempat meminta pesugihan/ kekayaan. Inilah aneka kepercayaan dunia mistis – misteri yang masih dipercaya sebagian orang-orang bangsa timur seperti di Indonesia..

Hampir disetiap daerah  di Indonesia terdapat Tukang Sihir, Dukun Sihir serta Tukang Santet, Suanggi ini, tetapi dengan penamaan yang berbeda-beda pula, walau pun sama ujudnya/bentuknya/sifatnya.
Jika mereka membinci seseorang atau iri hati kepada seseorang, maka mereka akan tidak segan-segan menyihir/menyantet orang tersebut, baik untuk menyakitinya dengan berbagai sakit yang aneh-aneh yang sukar diobati dengan medis modern, sehingga menyebabkan orang tersebut menjadi sengsara seumur hidupnya, seandainya tidak dapat diobati secara dukun pula.

Ada yang mengakibatkan orang jadi gila, tidak waras, atau dalam waktu singkat akan meninggal. Mereka juga terkadang menyihir/menyantet seseorang wanita hamil sehingga sukar melahirkan anaknya.
Pada sebelum tahun 2000, terjadi peristiwa yang menghebohkan masyarakat di Jawa Timur, dimana banyak orang yang dicurigai sebagai Tukang Sihir/Santet dibunuh, baik dilakukan oleh seorang diri  atau oleh sekelompok orang, dengan alasan anggota keluarga mereka telah disihir atau disantet oleh orang yang mereka duga sebagai tukang santet itu. Namun karena sulit pembuktiannya secara hukum, sehingga si pembunuh tetap dijatuhi hukuman sebagai perbuatan kriminal pembunuhan.

Dunia Gaib: 
Alam dunia yang biasanya berada di luar batas kemampuan pengertian akal manusia dengan sikap yang dijiwai rasa keramat, angker dan takut. Dalam kitab-kitab Inggris dipakai istilah supernatural.

DEWA (juga ditulis deva);  (B.Inggris = God, idol).
1) Makluk Tuhan yang berasal dari sinar. Deva (Dewa) berarti sinar. Dewa bukan Tuhan. Sering terjadi salah pengertian dengan menganggap bahwa dewa itu  Tuhan. Dewa sebagai makluk Tuhan, diciptakan pada awal penciptaan alam semesta dan ditugaskan untuk mengendalikan kekuatan alam ini; jadi sebagai unsur penguasa/pengendali salah satu aspek alamiah.
2) Dalam agama Hindu, kekuasaan baka dan gaib yang ada dalam segala gejala, umpamanya Dewa Agni (dewa api), Dyauss (dewa langit). Bandingkan bahasa Latin : Deus, Divus (dewa), Divinus (bersifat dewa), bahasa Yunani :Zeus (dewa agung;  menurut etimologi sama dengan Dyaus), Arti yang asli; gilang-gemilang; dewa yang bersinar atau makluk Tuhan yang  berbentuk sinar. Dalam kitab Reg Weda X 90, dewa diciptakan setelah penciptaan alam semesta dan mempunyai tugas khusus. Dalam Reg Weda III 55, Tuhan yang bersifat absolut dan satu, tetapi pada hakikatnya memiliki berbagai wujud. Wujud inilah yang disebut dewa yang dapat dibayangkan.

LIKANTROPI, (Yunani, : lykos = serigala); anthrops = manusia).
1) Serigala jadi-jadian. Kepercayaan bahwa dengan ilmu sihir atau ilmu gaib orang dapat berubah bentuk dan sifat sebagai binatang. Kepercayaan yang telah berabad-abat tuanya ini terdapat di mana-mana. Faham totemisme agaknya berhubungan dengan kepercayaan ini. Hasil sastra dunia mempunyai banyak cerita tentang hal ini; juga penggunaan nama-nama binatang untuk nama diri. Di Indonesia di samping terdapat pada cerita-cerita pedalangan dan dongeng rakyat, juga  pada nama-nama tokoh sejarah masa lalu; Mahisa Wunga, Kebo Kunigara, kuda Wanengpati dan lain-lain.
2) Penyakit jiwa yang mendorong hasrat untuk makan daging sesasma manusia.

MAGIS
Magis atau ilmu gaib merupakan teknik-teknik atau kompleks cara-cara yang dipergunkan oleh manusia (di luar batas akal dan sistem pengetahuannya) untuk mempengaruhi alam sekitarnya sedemikian rupa hingga sekitarnya itu menuruti kehendak dan tujuannya. Dasar ilmu gaib itu adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti dan hubungan sebab akibat menurut hubungan-hubungan asosiasi, misalnya persamaan waktu, persamaan wujud, totalitas dan persamaan bunyi sebutan.
·         Bunyi katak diasosiakan dengan hujan (persamaan waktu);
·         Melihat gambar dari orang, maka asosiasi pada diri orangnya yang sebenarnya (persamaan wujud);
·         Diketemukan saputangan, maka orang mengasosiakan dengan pemiliknya (bagian dari totalitas);
·         Orang  mendengarkan kata belanak segera mengasosiakan dengan akan beranak (persamaan bunyi sebutan).
Orang banyak mengartikan magis sama dengan sihir. Ilmu gaib (magis) dalam pengertian sihir ini dalam kehidupan masyarakat masih berakar kuat. Sihir menular (contagious magic atau sihir parsprototo) dan sihir kias atau sihir imitatif  ( sympathetic magic) seperti dikemukakan oleh Sir James Frazer (bukunya “The Golden Bough New York l923) dalam masyarakat masih nampak dipraktekkan.
·         Misalnya bagian-bagian penting yang membahayakan dari badan dan pakaian seorang gadis harus hati-hati membuang atau menyimpannya.
·         Misalnya potongan rambut dan kuku atau pakaiannya yang masih terkena keringat si gadis tersebut yang masih belum dicuci, jangan sampai jatuh pada seorang laki-laki yang menyenanginya.
·         Sebab benda-benda tersebut si gadis dapat disihir (benda tersebut merupakan pasfoto dari si gadis) sehingga si gadis jatuh cinta atau tergila-gila kepada laki-laki tersebut.
·         Orang-orang tua terutama di desa selalu memperingatkan hal ini kepada anak-anak gadis mereka.
Contoh dari pada sihir imitatif adalah upacara mendatangkan hujan dengan mengadakan upacara ‘tiban” disamping tontonan tandak. Debu yang beterbangan karena banyaknya penonton (sebab diselenggarakan bersama-sama dari beberapa desa) diasosiakan sebagai awan/mendung dan tetesan darah yang mencucur dari luka akibat pukulan cambuk lidi (tiban) lambang dari tetesan-tetesan air hujan.
R.Firth (bukunya Human Types – London l956) membagi magis menjadi tiga bagian berdasarkan tujuan dan lingkungannya  yaitu :
1.    Sihir produktif (productive magic) untuk memperoleh hasil perburuan yang banyak, untuk menyuburkan tanah pertanian, sehingga memperoleh hasil yang besar (berbentuk doa-doa dan sajen), minta hujan, untuk memperoleh hasil ikan yang banyak  (seperti upacara “komasan”(sedekah laut) di pantai Selatan/Samudra Indonesia untuk Nyi Loro Kidul dan sedekah laut diberbagai daerah nelayan), sihir supaya usaha dagangnya berhasil (dengan mantera-mantera sajen/benda-benda imitatif), sihir percintaan (dengan boneka tiruan, foto, atau bagian dari anggota badan yang dituju).
2.    Sihir untuk melindungi (protective magic), berwujud adanya tabu (pantangan-pantangan) bagi perlindungan miliknya, mengusir pengaruh jahat, menyembuhkan penyakit, keselamatan bepergian dan sebagainya.
3.    Sihir perusak (destructive magic), ditujukan untuk mencelakakan orang, membuat sakit dan dapat juga membunuh orang. Tukang tenunglah (witcheraft) yang banyak mengerjakan hal-hal ini.
Melihat baik buruknya tujuan penggunaannya, magic dibagi dua, yaitu magic putih (white magic) yang ditujukan untuk kebaikan, umumnya dilakukan oleh dukun dan kiyai. Sedangkan magic hitam (black magic) ditujukan pengunaannya untuk kejahatan/keburukan yang biasa dilakukan oleh tukang santet’. Ilmu gaib (magic/magis) masih banyak digunakan dalam kehidupan, tidak saja oleh penduduk desa, tetapi juga oleh penduduk kota di mana saja di Indonesia, bahkan di negara Dunia Ketiga atau di negara Barat sekalipun.
Ada pula terdapat permainan rakyat yang  mempergunakan Ilmu yang disebut :

ILMU KEBAL SENJATA TAJAM.
Hampir diseluruh daerah wilayah Indonesia masing-masing terdapat pengikut ilmu kebal senjata ini, seperti ditusuk dengan kawat kebagian tubuhnya tidak mengeluarkan darah maupun tidak terasa sakit, atau jika dipotong dengan sebilah parang/pedang yang tajam ke bagian-bagian tubuhnya tidak luka terpotong.
Suatu contoh Debus dalam permainan rakyat orang Sunda (Jawa Barat) .
Dalam permainan itu ia memperlihatkan berbagai binatang yang dikeluarkan dari dalam mulutnya/hidungnya seperti kelalawar, kalajengking, ular, kodok, tidur diatas paku-paku, kaca beling, duri–duri salak, menggoreng telur diatas kepala, memotong lidah dengan senjata tajam tidak putus, makan pecahan kaca dan lain-lain.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.