ALAT DAWAI : SEBUAH KONTEKS BUDAYA
Alat Dawai Dalam Sejarah Peradaban Manusia
Pentingnya alat dawai sebagai ekspresi kebudayaan manusia dapat
dilihat berdasarkan penemuan artefak-artefak. Sejarah di berbagai tempat di
dunia. Pada kejayaan peradaban Mesir di zaman Mesopotamia, alat dawai seperti
harpa dan lira yang sedang dimainkan ditemukan dalam bentuk pahatan lukisan
kuno di dinding bebatuan.
Di kebudayaan Cina ditemukan gambar seorang dewa yang sedang memainkan alat petik lut pipa. Di kebudayaan India banyak
ditemukan teks-teks sejarah kuno yang menceritakan dan menggambarkan
bagaimana alat dawai digunakan sebagai sarana meditasi. Di masyarakat Jepang,
alat dawai siter wagon juga yamato-goto merupakan alat musik penting yang
digunakan sebagai pengiring tarian spiritual “Azuma Asobi” dalam agama Shinto. Pentingnya alat ini digambarkan pada sebuah
patung kuno Haniwa yang sedang memainkan prototipe siter wagon (Malm 1959:27,
43). Demikian pula di Eropa, harpa digambarkan dengan menonjol lewat
lukisan-lukisan klasik dan tua.
Bagaimana pentingnya alat musik dawai. Salah satu situs
sejarah yang memeperlihatkan gambaran penggunaan alat-alat dawai pada masa
lampau dijumpai pada relief yang terdapat di salah satu dinding candi Borobudur
di Jawa Tengah. Relief yang menggambarkan orang yang sedang memainkan lut di
antara beberapa pemain alat musik lainnya.Berdasarkan sumber foto-foto sejarah,
di Kalimantan konon pernah ditemukan sejenis harpa dengan nama engkratong. Engkratong pernah digunakan oleh masyarakant Murut dan Iban
(Journal of Royal Asiatic Society no. 20,1904:hal. 55). Jenis harpa hampir
tidak ditemukan lagi di Nusantara. Dengan bukti dokumentasi foto yang ada
setidaknya kita tahu bahwa alat dawai harpa pernah ada di Nusantara.
Penggunaan Alat Dawai di
Masyarakat
Peran serta kegunaan alat musik dawai di dalam konteks kehidupan
manusia memiliki fungsi yang sangat beragam, diantaranya adalah sarana dalam
ritual atau peribadatan keagamaan. Sehtar dan tanbur adalah jenis alat musik
dawai yang digunakan dalam komunitas ritual sufi Islam di Timur Tengah. Alat
musik itu digunakan sebagai alat musik pengiring nyanyian, solo, maupun
ensembel. Di Turki, tanbur biasanya juga dimainkan dalam bentuk ensembel musik
sufi bersama alat lain, seperti santur (alat musik jenis siter pukul), al’ud
(alat musik dawai jenis lut petik), kemanche (alat musik dawai jenis lut
gesek), dan duf (gendang rangka satu sisi) atau gendang tamburin. Dalam konteks
ini, musik tersebut digunakan untuk membangun rasa khusuk yang dalam (dzikir)
untuk mengingat kebesaran sang Pencipta.
Alat petik vina di India Selatan dipakai sebagai sarana ritual meditasi lewat musik juga dilakukan dengan nyayian. Nyayian diiringi dengan alat-alat dawai seperti sarangi (jenis lut gesek), tanpura ( lut petik) dan pakhawaj ( jenis gendang dengan muka dua sisi).
Di kebudayaan musik Nusantara, alat musik
dawai dipakai sebagai sarana ritual dalam kepercayaan masyarakat tertentu.
Contoh alat-alat musik dawai Nusantara yang digunakan sebagai sarana ritual
kepercayaan diantaranya adalah kulacapi di masyarakat di Karo dan hasapi di
masyarakat Batak Toba, Sumatera Utara. Kulcapi dimainkan dalam upacara ritual Silengguri,
yakni satu bentuk upacara “penyucian” yang dilakukan seorang pemusik kulcapi
terhadap alat musik yang dimainkannya. Alat musik ini dimainkan dengan iringan
alat musik lain disebut dengan keteng-keteng (alat dawai jenis idiokord terbuat
dari bambu). Upacara ritual Silengguri dianggap sakral oleh pemusiknya dan
umumnya hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu saja. Orang-orang yang
terlibat hanyalah pemusik yang menjadi pelaku ritual, para pemusik pengiring
dan sebagian lainnya yang membantu mempersiapkan keperluan ritual.
Hasapi merupakan jenis alat musik dawai
yang dipakai dalam sarana ritual peribadatan pada masyarakat Parmalian Batak
Toba. Ensembel gondang hasapi terdiri dari alat-alat musik sarana etek (sejenis
klarinet berukuran kecil), garantung (sejenis gambang kayu berbilah lima), dua
buah hasapi (lut petik bersenar dua) hasapi ende dan hasapi doal, serta hesek
(perkusi botol). Perayaan Sipaha Sada dilaksanakan di dalam rumah peribadatan
Parmalian (Bale Pasogit). Namun demikian, kulcapi ataupun hasapi juga digunakan
sebagai bagian dari ensembel yang dimainkan dalam konteks musik hiburan.
Kulcapi Karo dan hasapi Toba dapat dimainkan solo sebagai hiburan bagi orang
yang memainkannya. Ensembel musik untuk jenis musik hiburan di Batak Toba disebut
dengan uning-uningan.
Penggunaan alat musik dawai dalam konteks
ritual keagamaan juga terdapat pada masyarakat Sunda di Jawa Barat. Tarawangsa
(alat gesek) serta kecapi (alat petik) dipakai dalam upacara bubur Sura di
daerah Sumedang. Upacara tersebut diadakan setiap tanggal 10 sura oleh
sekelompok masyarakat sebgaian bagian dari ritus.
Di dalam upacara yang umumnya berjalan selama semalam dan sehari penuh itu, dimainkan kacapi dan tarawangsa hampir tiada henti. Alat musik itu mengiringi tarian berkelompok secara bergantian. Contoh lain dari bentuk ensembel musik ritual lain di Nusantara adalah Cokek yang berasal dari Cirebon. Selain dimainkan di dalam perayaan sosial, cokek, yang terdiri dari beberapa alat dawai gesek, juga sering ditampilkan dalam upacara keagamaan masyarakat Cina di sana.
Di dalam upacara yang umumnya berjalan selama semalam dan sehari penuh itu, dimainkan kacapi dan tarawangsa hampir tiada henti. Alat musik itu mengiringi tarian berkelompok secara bergantian. Contoh lain dari bentuk ensembel musik ritual lain di Nusantara adalah Cokek yang berasal dari Cirebon. Selain dimainkan di dalam perayaan sosial, cokek, yang terdiri dari beberapa alat dawai gesek, juga sering ditampilkan dalam upacara keagamaan masyarakat Cina di sana.
Di luar konteks ritual keagamaan, alat
dawai juga umum dipergunakan dalam konteks hiburan. Di berbagai kebudayaan alat
dawai untuk hiburan biasanya dipakai sebagai musik instrumental, musik
mengiringi nyayian, atau mengiringi tarian.
Pemain kora adalah pemusik profesional yang
biasanya bermain di tempat keramaian. Di Spanyol, gitar dimainkan untuk
mengiringi tarian flamenco. Biasanya dilakukan di kedai-kedai minum.
Di Irlandia, biola diamainkan bersama alat musik lain seperti akordeon dan gendang badhran.
Di amerika serikat, ensembel yang sangat
populer adalah bluegrass, bluegrass terdiri dari beberapa dawai, seperti gitar,
biola, kontra bas, mandolin, dan banjo.
Di India Utara, alat dawai seperti sitar,
sarad dan sarangi di mainkan dalam hiburan apresiasif. Di Korea, alat dawai
gesek ajaeng kadang di mainkan dalam ensembel kecil dengan iringan sebuah
gendang.
Beberapa pertunjukan dawai kadang
menggabungkan alat musik dawai dari berbagai daerah. Contohnya pertunjukan dawai
Shamisen Jepang yang ensambelnya di sertakan biola dan sela barat dengan
diiringi gendang dan nyayian.Di Jawa terdapat ensambel musik keroncong. Alat
utamanya adalah gitar, cuk (ukulele, mandolin, banjo), sela, kontrabas, kadang
juga ditambah dengan suling.
Di Betawi ada orkes Gambang kromong, yaitu ensembel yang
menggunakan alat dawai gesek dengan ukuran berbeda-beda ukuran kecil disebut
kang ah yan dan teh yan, sedangkan yang besar disebut sukang.
Di Melayu gambus merupakan alat musik dawai
untuk mengiringi tarian zapir, atau masyarakat Melayu kalimantan disebut tarian
dana. Gambus umumnya dimainkan degan biola dan gendang marwas. Kadang di sertai
nyayian.Kacapi di masyarakat Sunda di mainkan untuk mengiringi nyayian yang
disebut tembang cianjuran yang sering ditampilkan dalam perhelatan
perkawinan.Contoh alat dawai yang digunakan untuk mengiringi nyayian bercerita
panjang adalah kora (Afrika), gitar blues (Amerika) dan kacapi bugis
(Nusantara)
Teks dalam nyanyian bercerita umumnya
mengenai cerita-cerita epik, legenda, maupun dari pengalaman sosial masyarakat.
Pertunjukan musik dawai di jalanan sering
disebut dengan “pengamen” (street musician). Kadang alat dawai yang digunakan
seperti biola (Eropa, Amerika), gitar (Nusantara), rebab (Arab), Kora (Afrika
Barat).Contoh pertunjukan musik pengamen lainnya adalah menggunakan siter kotar
(siter betot) dan tamburin. Siter kotar umumnya terbuat dari karet ban.
Akulturasi, Adaptasi dan Estetika Musik
Proses terbentuknya sebuah budaya baru yang
diakibatkan oleh pengaruh budaya itu sendiri merupakan gejala yang umum dan
sering terjadi di berbagai kebudayaan masyarakat di dunia. Fenomena
bercampurnya dua atau lebih budaya yang berbeda disebut degan akulturasi.
Berbagai cara penerimaan atau penyesuaian
dari proses akulturasi yang terjadi disebut dengan adaptasi. Permainan gitar di
Nusantara memiliki keunikan cara, gaya, maupun teknik bermain tersendiri.
Bentuk permainan gitar pada ensambel tarling di cirebon, pada dasarnya
menirukan permainan alat musik gamelan yang ada di Cirebon. Di Jawa, misalnya,
gitar dipakai dalam ensambel musik Kroncong, di permainan siteran. Pada
prinsipnya permainan gitar mengisi pola melodi pokok, baik oleh sebuah nyayian
tertentu ataupun musik instrumental. Gitar dalam tradisi Kroncong tidak dapat
berdiri sendiri, gitar menjadi bagian dari alat musik pengiring.
Di Sumba Nusa Tenggara Timur, gitar juga dimainkan lewat cara dan ekspresi yang dipengaruhi oleh gaya permainan musik tradisi masyarakatnya. Cara memainkan gitar ada yang menggunakan teknik seperti layaknya bermain alat jungga (jenis lut tradisi di Sumba). Di Jawa Barat juga ditemukan cara bermain gitar dengan menirukan kacapi Sunda.
Di Madagaskar Afrika, gitar dimainkan
dengan teknik seperti yang terdapat pada alat dawai valiha. Permainan gitar
pada masyarakat Afrika-Amerika, yang dikenal dengan istilah gitar blues juga
memiliki gaya dan pendekatan bermain tersendiri. Demikian pula permainan gitar
yang terdapat di Turki, di Spanyol, dan tempat-tempat lainnya di dunia.
» Ornamen dan Hiasan alat Dawai
» Ornamen dan Hiasan alat Dawai
Ornamen ataupun hiasan tidak hanya sebagai
sesuatu yang bersifat artistik, maupun kadang kala juga dapat dilihat sebagai
ungkapan dari berbagai simbol budaya. Di masyarakat Batak di Sumatera Utara
umum di jumpai bentuk kepala pada alat dawai jenis lut dengan di beri ornamen
ukiran. Ukiran kepala pada alat musik biasanya berbentuk kepala ayam jago atau
ukiran manusia yang tersusun secara bertingkat. Bentuk ukiran pada alat dawai
Batak, seperti hasapi Toba, kulcapi, kora, atau hasapi papak dan simalungun.
Ayam jago merupakan simbolisasi debata (dewa) dalam mitologi kepercayaan Batak. Ukiran manusia yang tersusun bertingkat juga memiliki makna di dalam kebudayaan Batak, yakni menggambarkan pentingnya memiliki dan menjaga keturunan.Di masyarakat Toraja di pulau Sulawesi, dapat menemukan bentuk ukiran pada kepala dari alat dawai petik katapi. Ukiran kepala kacapi berbentuk jalinan motif yang berlubang. Bentuk keseluruhan kecapi kelihatan seperti sebuah perahu. Di pulau Kalimantan umum ditemukan alat dawai yang diberi ukiran ornamentasi. Keseluruhan badan alat musik mulai kepala, papan jari, kontak resonator hingga bagian bawah alat musik di beri lukisan ornamen. Motif ukiran yang terdapat pada alat dawai umumnya ditemukan pada produk budaya artistik lainnya seperti pada lukisan kain tenunan.
Ayam jago merupakan simbolisasi debata (dewa) dalam mitologi kepercayaan Batak. Ukiran manusia yang tersusun bertingkat juga memiliki makna di dalam kebudayaan Batak, yakni menggambarkan pentingnya memiliki dan menjaga keturunan.Di masyarakat Toraja di pulau Sulawesi, dapat menemukan bentuk ukiran pada kepala dari alat dawai petik katapi. Ukiran kepala kacapi berbentuk jalinan motif yang berlubang. Bentuk keseluruhan kecapi kelihatan seperti sebuah perahu. Di pulau Kalimantan umum ditemukan alat dawai yang diberi ukiran ornamentasi. Keseluruhan badan alat musik mulai kepala, papan jari, kontak resonator hingga bagian bawah alat musik di beri lukisan ornamen. Motif ukiran yang terdapat pada alat dawai umumnya ditemukan pada produk budaya artistik lainnya seperti pada lukisan kain tenunan.
15 SEPTEMBER 2008
pENULIS : dRS.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.