KEBUTUHAN DASAR MANUSIA & KEMISKINAN
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Pengantar
Sebelum kita membahas tentang kemiskinan lebih lanjut
pertama-tama kita bicara soal “kebutuhan manusia”.
Bahwa kebutuhan manusia itu bermacam-maca ragamnya
(kebutuhan material dan kebutuhan non material, kebutuhan jamaniah dan
kebutuhan rohaniah serta kebutuhan akan lingkungan hidup yang sehat dll). Untuk
memenuhi kebutuhan, manusia harus bekerja keras untuk mendapatkan barang dan
jasa demi mempertahankan kelanjutan hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari,
banyak orang dengan mudah memenuhi kebutuhannya, sedang orang lain sangat sulit
memperolehnya. Tentu hal ini dipengaruhi oleh daya beli masing-masing orang,
sedang daya beli ditentukan pula oleh pendapatan atau penghasilan seseorang.
Bagi mereka yang kurang atau tidak memiliki penghasilan, maka mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa, karena kemiskinannya. Kebutuhan
manusia itu bermacam-macam coraknya, bukan saja kebutuhan jasmani tetapi juga
kebutuhan rohani. Mengapa banyak dari penduduk dunia menjadi hampir
miskin, miskin, dan miskin sekali, disebabkan karena mereka kurang/tidak
memiliki penghasilan yang cukup untuk membeli kebutuhan dasar mereka. Inilah
masalah pokok dunia yang sedang tren untuk dibahas, dan mencari penyebabnya,
maupun cara-cara penganggulangannya. Untuk tujuan itu perlu pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dasar manusia,
sebagai awal segala perjuangan berbagai pihak untuk mengatasinya, oleh karena
kemiskinan berawal dari masalah kebutuhan dasar ini, sehingga perlu dibahas
secara khusus pula.
Berikut ini akan kami kemukakan pengertian “kebutuhan dasar manusia” pada umumnya oleh beberapa
pakar dan berbagai disiplin ilmu antara lain sebagai berikut :
Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Para Ahli
Kebutuhan
(need) menurut para ahli
- Psikologi
: Keadaan di mana manusia merasa suatu kekurangan dan berupaya untuk
memenuhi kekurangan tersebut. Mengingat bahwa peri laku manusia sangat
ditentukan oleh dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dalam psikologi
banyak dilakukan penelitian mendalam tentang kebutuhan.
- Ekonomi
: Keinginan manusia yang dapat dipenuhi dengan pemilikan atas barang atau jasa; kebutuhan dibedakan atas kebutuhan individual
(perorangan) dan kebutuhan kolektif. Kebutuhan kolektif hanya dapat dengan penyediaan jasa secara kolektif
pula (keamanan, ketertiban, penyediaan rekreasi umum, dan sebagainya).
Berdasarkan
macam-macam tujuan yang akan dicapai, para sarjana psikologi membagi kebutuhan
dalam beberapa golongan;
Ralph
Linton (l945);
1). kebutuhan primer/kebutuhan fisiologik, misalnya
bernapas, makan dan minum;
2). Kebutuhan
sekunder/kebutuhan psikologik terdiri dari :
---kebutuhan akan rasa aman,
---bebas dari ancaman bahaya,
---dan bebas untuk menyatakan diri;
---kebutuhan akan responafeksional dari orang-orang lain,
---termasuk kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang,
---perlindungan dan persahabatan dari orang lain;
---kebutuhan akan
pengalaman baru,
---kebutuhan untuk mengetahui sesuatu yang baru.
L.J.Cronbach (l960); mendasarkan penggolongan pada
perkembangan jiwa, yaitu,
1). Kebutuhan akan afeksi atau kasih sayang (misalnya antara
anak dan orang tua;
2). Kebutuhan akan diterima kawan-kawan sebaya;
3). Kebutuhan untuk diterima oleh tokoh autoriter (ayah,
guru);
4). Kebutuhan akan rasa aman;
5). Kebutuhan akan harga diri; yaitu kebutuhan untuk
dihargai sebagai pribadi.
A.H.Maslow (l953);
1).
Kebutuhan fisiologik;
2).
Kebutuhan akan rasa aman;
3).
Kebutuhan akan cinta dan milik;
4). Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti sesuatu;
5). Kebutuhan akan harga diri;
6). Kebutuhan akan aktualisasi diri, atau menampilkan diri sendiri sesuai dengan
potensi yang tersedia,
7)kebutuhan untuk mengekspresikan diri sendiri sesuai
dengan kehendak sendiri.
B. Kebutuhan Dasar Manusiawi
Kebutuhan pokok/dasar yang perlu dipenuhi untuk menjamin
kehidupan manusiawi yang layak sesuai dengan martabat manusia; dapat
dianggap sebagai hak asasi manusia (HAM).
Kebutuhan
tersebut dapat diperinci atas;
1.Kebutuhan
fisik minimum, yang perlu dipenuhi untuk kelestarian hidup;
2.Kebutuhan
penting, adalah kebutuhan yang dianggap perlu; setelah kebutuhan itu terpenuhi,
kemudian diganti lagi dengan kebutuhan baru yang juga dianggap penting.Kedua
kebutuhan di atas terbagi lagi menjadi kebutuhan “obyektif” dan “subyektif”.
Kebutuhan dasar juga dibedakan menurut jenis konsumsi
untuk pemenuhannya; yaitu :
- Kebutuhan
minimum keluarga untuk konsumsi perorangan ( termasuk sandang, pangan,
perumahan yang memadai);
- Jasa-jasa
penting yang disediakan oleh dan untuk masyarakat; termasuk fasilitas
kesehatan, pendidikan, pengangkutan, saluran air minum dll.
- Disamping
itu, ada kebutuhan penting lagi disamping kebutuhan dasar, yakni : Kebutuhan
non material, seperti kebutuhan untuk menentukan nasip sendiri, berdiri
sendiri, kebebasan politik dan keamanan, menentukan tujuan hidup dan
pekerjaan, dan lain-lain.
C.
Kebutuhan Sumber Daya Dan Strategi
Kebutuhan Dasar
Sumber
daya yang diperlukan untuk pelaksanaan strategi kebutuhan tergantung dari
sasaran yang ingin dicapai. Jika sasaran itu agak rendah, kebutuhan sumber daya
akan rendah pula. Di negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan
ekonomi pesat, dana investasi yang perlu disalurkan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar tidak perlu besar; terlebih-lebih untuk negara di mana tingkat pendapatan dari golongan
miskin adalah sangat rendah dan
ketimpangan dalam pembagian pendapatan, tinggi sekali. Di negara tersebut realokasi yang relatif kecil dalam pola
investasi, sudah akan dapat membawa
peningkatan yang cukup berarti dalam tingkat
hidup golongan berpenghasilan rendah. Strategi kebutuhan dasar tidak a-priori bertentangan dengan teknologi
maju. Sebaliknya, standarisasi dan skala
produksi yang lebih besar dari barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar akan
lebih banyak memerlukan teknologi modern daripada sekarang. Meskipun demikian, strategi
kebutuhan dasar memerlukan suatu pilihan selektif terhadap teknologi yang perlu
digunakan. Artinya, teknologi maju hanya digunakan di mana ada keuntungan
sosial bagi masyarakat (social profitability) yang tinggi. (Sumber : Insklopedi Indonesia Edisi Khusus, (
EI), Buku 3 :1707-1708)
Standar Kebutuhan Dasar
Patokan mengenai tingkat konsumsi atau persediaan
berbagai unsur atau komponen kebutuhan dasar yang ditetapkan dalam rencana
pemenuhan kebutuhan dasar sebagai
sasaran yang harus dicapai. Karena kebutuhan dasar sebagai pengertian yang relative, maka standar minimum
untuk kebutuhan dasar bisa berbeda sekali, tergantung dari factor-faktor seperti;
tingkat pendapatan, kedudukan social, jenis pekerjaan, golongan usia, iklim,
lokasi, besar dan komposisi rumah tangga dll. Meskipun demikian rencana pemenuhan
kebutuhan dasar dapat juga menerapkan standar minimum absolute dari kebutuhan
dasar yang perlu dipenuhi lebih dahulu bagi seluruh penduduk.
Misalnya, standar minimum absolute dapat ditetapkan untuk
kebutuhan pangan menurut jumlah konsumsi kilokalori yang rata-rata perlu
dikonsumir oleh setiap orang sehari. Untuk pemukiman, standar ini dapat
dinyatakan menurut luas rumah dalam meter persegi, yang minimal dapat ditempati
oleh rata-rata rumah tangga yang beranggotakan 5 orang untuk rumah, misalnya,
agak sulit untuk menetapkan standar fisik minimum. Kesulitan ini mungkin dapat
dipecahkan dengan menentukan suatu persentase tertentu dari anggaran minimum
dari rata-rata rumah tangga, yang perlu dikeluarkan untuk memenuhi segala
kebutuhan dasar. (Insiklopedi Indonesia,
(EI) edisi khusus Buku 6 :3291).
E. Statistik Kebutuhan Dasar
Bahan keterangan statistik mengenai kebutuhan dasar, pada
umumnya dikumpulkan melalui sorvei rumah tangga.Bahan ini dapat dibagi dalam
dua kelompok: Bahan keterangan statistik yang mengungkapkan sampai berapa jauh
berbagai kebutuhan dasar seperti : pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, dan
pendidikan, dapat dipenuhi oleh rumah tangga tersebut. Bahan keterangan
mengenai ciri-ciri rumah tangga seperti : pola pemilikan harta, sumber-sumber
pendapatan, dan tingkat partisipasi tenaga kerja yang dapat menerangkan,
mengapa kebutuhan dasar belum dapat sepenuhnya dipenuhi (Insiklopesi Indonesia Edisi Khusus Buku 6 : 3293)
F. Strategi Kebutuhan Dasar
Strategi pembangunan yang terutama bertujuan untuk,
memenuhi kebutuhan dasar seluruh penduduk dalam kurun waktu satu generasi,
yaitu menjelang tahun 2000.
Untuk
mencapai tujuan ini, ditetapkan dua
rangkaian sasaran;
·
Yang menyangkut kebutuhan konsumsi perorangan, termasuk papan, sandang, dan
pemukiman;
·
Yang menyangkut jasa-jasa umum, termasuk penyediaan fasilitas pendidikan
dan kesehatan, fasilitas pengangkutan dan hiburan, serta saluran air minum.
Pelaksanaan strategi pembangunan yang mengutamakan
pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk memerlukan perubahan social
dan struktur yang mendalam, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat
internasional. Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan sumber daya
produktif yang tersedia serta pembagian harta (assets) yang tidak merata di
kebanyakan negara. Walaupun langkah kebijaksanaan yang perlu diambil pada
tingkat nasional maupun internasional saling berhubungan, namun pada dasarnya
sasaran kebutuhan dasar terutama ditetapkan pada tingkat nasional, oleh karena
konsep kebutuhan dasar sangat tergantung dari keadaan khas suatu negara. Dengan demikian, maka
tanggung jawab utama dalam menentukan sasaran khusus dan merumuskan langkah
kebijaksanaan yang diperlukan untuk
mencapai sasaran tersebut terletak pada
pemerintah negara yang bersangkutan. Keberhasilan strategi ini akan banyak
bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Namun usaha pemenuhan kebutuhan dasar akan memerlukan
suatu perubahan dalam pola pertumbuhan ekonomi kearah produksi barang-barang
dan jasa-jasa kebutuhan dasar yang lebih besar.
Perubahan
dalam pola pertumbuhan ini hanya dapat terjadi dengan, perubahan structural
dalam alokasi, dan pengerahan
sumber-sumber daya produktif, termasuk redistribusi harta. Pelaksanaan strategi
yang berhasil juga memerlukan partisipasi rakyat banyak dalam pengambilan
keputusan pelaksanaan berbagai proyek pembangunan. Partisipasi rakyat banyak
itu sangat penting untuk mempertahankan momentum perubahan structural yang
diperlukan untuk pelaksanaan strategi. Dengan demikian maka pada strategi ini
juga terdapat suatu dimensi politik, yang tidak terdapat pada strategi
pembangunan lainnya. (EI : 3308).
G.
Teknologi dan Kebutuhan Dasar
Teknologi
yang diperlukan untuk strategi kebutuhan dasar di suatu negara berkembang
terutama harus, dipusatkan pada kebutuhan golongan-golongan yang berpenghasilan
rendah, yaitu petani-petani gurem, industri kecil dan kerajinan rakyat; dan
orang-orang yang bekerja di sector
informal. Dengan demikian maka strategi
kebutuhan dasar memerlukan dan perlu ditunjang oleh suatu teknologi “tepat guna”
(appropriate technologi) yang khusus.
Teknologi
khusus ini perlu memenuhi dua persyaratan :
- Teknologi
yang menyesuaikan teknologi impor dari Negara-negara maju dengan keadaan
khas di Negara berkembang;
- Teknologi
penunjang usaha pemerataan
pendapatan yang diperlukan untuk strategi kebutuhan dasar.
Dengan
demikian, teknologi khusus yang diperlukan
untuk strategi kebutuhan dasar dapat disebut teknologi “tepat guna
tangkap” (doubly appropriate). Teknologi
“tepat guna tangkap” ini memerlukan inovasi teknologi yang lebih besar
daripada teknologi “tepat
guna biasa”, yang dengan lebih mudah
dapat memilih dan menyesuaikan teknologi yang ada dengan keadaan khas di negara
berkembang. (EI : 3481)
H.
Perkembangan Teknis
Dalam
ekonomi, perubahan dalam kemampuan dan pengetahuan teknis dalam suatu
masyarakat, yang dimanifestasikan berupa perubahan peralatan yang digunakan dan
atau cara mempergunakannya. Perubahan dalam pengetahuan teknis atau kemampuan
teknis sering kali disebut perkembangan teknologi, Sedangkan perubahan dalam peralatan yang
telah dipakai, atau cara penggunaannya, disebut inovasi sejauh ada perubahan
pada peralatan itu (Insklopedi
Indonesia—(EI)-3480).
I.Tenaga
Beli
Tenaga
beli (purchasing power)—Juga kekuatan membeli, dalam ekonomi ialah, kemungkinan
untuk memperoleh benda-benda ekonomi dengan pertukaran alat pembayaran.
- Tenaga
beli uang: Kekuatan beli uang, dalam pengertian, jumlah barang dan jasa
yang mungkin diperoleh dengan cara membeli, dengan sejumlah satuan mata
uang.
- Tenaga
beli perorangan : Kekuatan beli seseorang, kekuatan mana tergantung kepada
persediaan alat pembayaran yang
berada di bawah kekuasaannjya.
- Tenaga
beli masyarakat : Kekuatan membeli masyarakat, kekuatan mana tergantung
kepada pembagian pendapatan masyarakat.
- Pembagian
pendapatan masyarakat, bukan saja
menentukan bagian mana dari
kekuatan beli akan digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi atau
barang modal, tetapi juga menentukan
sejauh mana daya beli itu tetap laten.
Selain itu daya beli bisa juga aktif, tergantung,
digunakan atau tidaknya, kesempatan beli yang tersedia. Masyarakat dikatakan memiliki daya beli cukup, bila jumlah
persediaan uang untuk maksud itu cukup tersedia. (EI :3497).
J.
Injeksi Tenaga Beli
·
Injeksi Tenaga
Beli (purchasing power injections);
Bantuan pemerintah berupa keringanan pajak, atau pinjaman (yang diambil)
sebagian kekuatan membeli laten golongan “ekonomi kuat” yang dialihkan kepada
golongan “ekonomi lemah” agar kelompok penduduk yang tidak memiliki kekuatan
membeli menjadi mampu melakukan permintaan
yang berdaya beli.
·
“Injeksi
tenaga beli” mungkin terjadi sebagai akibat dari pengeluaran besar, seperti
proyek raksasa atau anggaran militer yang tidak mungkin ditutup dengan pendapatan biasa.
·
Akibat
yang timbul disebut “inflasi”.
·
Jika injeksi
itu diberikan karena ekonomi yang depresif (resesi ekonomi), maka situasi
disebut “reflasi”.(EI : 3497)
Maka dalam
mengatasi krisis atau resesi ekonomi sekarang ini, adalah pemerintah perlu mengadakan
upaya
“Injeksi Tenaga Beli”, dengan berbagai cara yang efektif
dan produktif, misalnya,
1.menurunkan harga BBM,
2.melonggarkan kredit murah kebidang-bidang produktif
kepada pengusaha UMKM, Koperasi,
3.membatasi impor barang-barang konsumsi yang juga telah
diproduksi di dalam negeri,
4.menurunkan suku bunga,
5.kampanye cinta produk dalam negeri kepada masyarakat,
6.menciptakan padat karya di tingkat pedesaan, sehingga
mendorong masyarakat pulang kampung,
7.serta ciptakan pasar murah.
K. Pasaran dan Strategi Kebutuhan Dasar Strategi kebutuhan
dasar dapat dilaksanakan
melalui :
- Merkanisme pasar atau juga dengan,
- Intervensi
dalam mekanisme pasar.
Titik
tolak strategi kebutuhan dasar adalah keharusan untuk mengubah struktur
permintaan efektif dan srtuktur produksi yang timbul sebagai akabat keadaan pasar
dewasa ini, yang mencerminkan pola pembagian pendapatan yang tidak merata. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengubah keadaan pasar, tanpa melampaui atau
mengabaikan mekanisme pasar, agar dengan demikian pola permintaan efektik di
pasar lebih banyak mencerminkan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai hal ini,
maka, pendapatan dari golongan yang berpendapatan rendah perlu ditingkatkan, agar ketimpangan dalam pembagian pendapatan dapat
lebih banyak dikurangi, yang akan tercerminkan
pula dalam srtuktur permintaan
masyarakat yang baru.
Struktur
permintaan ini akan, lebih banyak mendorong timbulnya srtuktur produksi, yang
mengutamakan produksi barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi masyarakat
banyak.
Disamping
srategi kebutuhan dasar yang
berorientasi pada meknisme pasar, terdapat juga srtategi kebutuhan dasar yang
dilaksanakan dengan mengadakan intervensi dalam mekanisme pasar. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan system
penjatahan khusus barang-barang kebutuhan dasar bagi daerah-daerah
miskin atau golongan yang berpendapatan
rendah. Intervensi dalam mekanisme
pasar dapat juga dilakukan dengan
menetapkan suatu tingkat harga tertentu bagi
barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar yang tidak ditentukan oleh
kekuatan pasar.Intervensi lain dalam mekanisme pasar adalah penetapan batas-batas maksimum untuk pemilikan tanah
atau harta lain. Strategi kebutuhan
dasar kebanyakan Negara berkembang merupakan suatu campuran dari penggunaan
mekanisme pasar dan intervensi dalam mekanisme
pasar, sesuai dengan struktur ekonomi di Negara-negara tersebut yang
kebanyakan bersifat “ekonomi campuran” (mixed
economy) di mana terdapat baik sector pemerintah maupun sktor swasta. (EI : 2574).
L. Latar Belakang Perkembangan Gagasan, Kebutuhan Dasar
Gagasan tentang strategi pembangunan yang berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk, yang dikemukakan dalam
penerbitan “ILO berjudul Employment,
Growth, Basic Needs : A One World Problem”. Dalam gagasan itu dikemukakan
bahwa semua Negara di dunia menghadapi masalah pemenuhan kebutuhan dasar bagi
penduduknya, walau kebijaksanaan untuk mencapai pemenuhan tersebut tentu
tergantung dari tingkat perkembangan Negara bersangkutan, tetapi untuk
melaksanakan strategi pemenuhannya diperlukan kerjasama semua Negara di dunia.
Sebenarnya
pendekatan “strategi kebutuhan dasar” merupakan hasil kekecewaan yang makin
besar terhadap ketidakberhasilan pertumbuhan ekonomi dan merupakan usaha untuk
mengurangi kemiskinan secara berarti di negara-negara sedang berkembang. Walaupun
pertumbuhan ekonomi negara-negara selama dasawarsa terakhir cukup pesat, tetapi
sering masih ada ketimpangan “pembagian
pandapatan” dan tidak membawa
pengurangan yang berarti dalam “kemiskinan absolut”. Kegagalan tersebut di atas
mendorong berbagai organisasi, lembaga nasional dan internasional sejak awal dasawarsa 70-an
untuk mengembangkan model pembangunan ekonomi yang secara khusus memerinci
langkah-langkah kebijakan yang perlu ditempuh untuk mengkoordinasikan “model
pertumbuhan ekonomi yang pesat” dengan “pengurangan kemiskinan relatif maupun absolut”.
Hingga
kini 3 model pembagian ekonomi yang menarik perhatian dunia, yaitu :
- Model
redistribusi dengan pertumbuhan yang dikembangkan oleh Bank Dunia,
bekerjsama dengan Lembaga Studi Pembangunan dari Universitas Sussex;
- Model Bariloche dari Amerika Latin yang dikembangkan
kelompok Bariloche dari Argentina;
- Model Bacchue dari ILO mengenai strategi kebutuhan
dasar.
Gagasan tentang “kebutuhan dasar manusia” itu untuk
pertama kali diajukan di forum internasional pada Kompernsi Kesempatan Kerja
Dunia ( World Employment Conference),
yang diselenggarakan ILO pada tahun l976 di Jenewa dalam rangka memperingati
setengah abad berdirinya ILO.
M. Kebutuhan dasar, Strategi Pembangunan Berorientasi pada Kebutuhan Dasar Pencipta
formal konsep strategi pembangunan yang berorientasi pada “kebutuhan dasar”,
adalah ILO yang mengemukakan sebuah
program aksi “Kerja, Pertumbuhan, dan Kesempatan Kerja Sedunia” (Jenewa) Juni 1976. Sebenarnya, tuntutan
untuk mengaitkan pembangunan ekonomi
dengan pembangunan sosisal telah banyak disuarakan oleh berbagai pihak sejak
awal tahun “70-an (Laporan Pearson, D Nohlen/F.Nuscheler, Deklarasi Cocoyoc, Bank Dunia)” Tujuan utama strategi pembangunan berorientasi
“kebutuhan dasar” adalah “pemenuhan kebutuhan dasar” (basic needs) untuk sebanyak mungkin manusia di dalam sebuah
jangkauan waktu yang dapat diterima secara politis.
Strategi
pembangunan yang bertujuan “kebutuhan dasar”, meliputi dua komponen penting :
- Penjaminan
perlengkapan minimal dengan barang konsumsi pribadi, terutama pangan,
pakaian, dan rumah yang sesuai, serta peralatan rumah tangga dan mebel;
- Penyediaan
jasa public mendasar, seperti pengadaan air minum, instalasi saniter, transportasi, pelayanan
kesehatan, dan sarana pendidikan.
Selain
itu, strategi pembangunan yang berorientasi pada “kebutuhan dasar” mengandung
partisipasi politik dari kelompok-kelompok sasaran, yang dimengerti sebagai “kebutuhan
dasar non-material”.
·
Kelompok
sasaran stratregi pembangunan ini adalah kelompok (manusia) suatu bangsa yang
konsumsi individu dan/atau spesifik
kelompok tidak mencapai misi standar atau relative barang konsumsi
kebutuhan dasar privat dan/atau umum.
·
Kriteria
batasan kelompok sasaran adalah ukuran dan struktur perlengkapan barang, jenis
akses sumber daya, pembatasan pemakaian factor-faktor produksi serta ciri-ciri
social.
·
Sebagai
kerangka defenisi pembuatan konsep strategi pembangunan yang berorientasi “kebutuhan
dasar”, dapat dikonsepkan sebuah hierarki tujuan hidup yang elementer, di
dalamnya dapat berlangsung spesifikasi dan kuantifikasi barang privat dan umum,
tersedia untuk “pemenuhan kebutuhan dasar kelompok sasaran” serta memungkinkan
akses kelompok sasaran kepadanya.
·
Kebutuhan
dasar yang dikemukakan konsep ILO secara prinsipil diakui ada di mana-mana,
tetapi penetapan konkret tingkat absolute atau relative dan/atau komsumsi
barang privat dan/atau kolektif yang perlu dicapai melalui “strategi-strategi
pembangunan berorientasi kebutuhan dasar”, hanya dapat dibuat system
masing-masing konteks social, cultural, dan politik yang ada dalam sebuah
kelompok penduduk, selama kebutuhan (dasar) dimengerti sebagai “perasaan
kekurangan secara subyektif”.
·
Strategi-strategi
berorientasi “kebutuhan dasar” perlu mempunyai tujuan lebih daripada hanya “sedekah
internasional” ataupun sebagai “pemberian
jaminan sebuah eksistensi minimum” yang dapat diobyektifkan.
Sebab,
“pemenuhan kebutuhan dasar” bukan dimengerti sebagai tujuan akhir pembangunan,
melainkan sebagai langkah (pertama) untuk “pemenuhan kebutuhan kemanusiaan”.
Tujuan
(antara) kebutuhan dasar, secara menyeluruh dimengerti sebagai tersedianya
ketenteraman badaniah, jiwa, dan social dalam lingkungan yang wajar untuk hidup,
dan ini kembali lagi dimengerti sebagai persyaratan penting untuk bertanggung
jawab atas diri sendiri (self-reliance)
dan kemampuan partisipasi
manusia—dihasilkan dari sebuah pandangan social-etis dan social-emansipatoris
mengenai “pembangunan”. Namun tujuan pemenuhan kebutuhan dasar sekaligus
mempunyai sebuah karakter fungsional-instrumental, sejauh mana kesehatan,
pendidikan, dan pangan serta pemenuhan kebutuhan dasar lain dimengerti sebagai
factor-faktor persyaratan ekonomi dari produktivitas manusia. Strategi
pembangunan berorientasi kebutuhan dasar diajukan oleh berbagai organisasi
internasional menjadi program—paling tidak untuk sementara waktu--meskipun ada
juga yang hanya sebagai rumus kompromi (UNICEF
: Strategi untuk Jasa-jasa Dasar tahun 1976/1977,
WHO, 1978.
·
Kesehatan
untuk Semua sampai tahun 2000, PBB);
·
Strategi
Pembangunan Internasional untuk Dasawarsa Pembangunan Ketiga tahun 1980; Konferensi
Khusus PBB untuk Negara-Negara yang paling Sedikit Berkembang, tahun 1981).
·
Penekanan
konsep “kebutuhan dasar” dalam rancangan-rancangan politik pembangunan yang
dibuat organisasi-organisasi diterima oleh banyak pemerintah Negara berkembang
mulai dari sikap pesimis sampai menolak.
Sebab,
dalam konsep ini mereka melihat adanya usaha Negara-negara industri untuk
mengalihkan perhatian dari tuntutan akan sebuah ‘tata ekonomi dunia baru’ dan
menghalangi program-program industrialisasi dalam negeri sendiri. Sejak
pertengahan tahun ’80-an, Negara-negara donor terpenting dan organisasi-organisasi
penyandang strategi pembangunan berorientasi “kebutuhan dasar” untuk kembali ke
jalur konsep pembangunan yang “berorientasi pertumbuhan”. Berpaling dari orientasi
kebutuhan dasar dengan alasan a.l. landasan teoritis yang kurang kuat dan
kesulitan pelaksanaan. Sejauh mana diolah implikasi-implikasi teoritis dan
politik konsep kebutuhan dasar, makin menguat pula kelangsungan pertikaian
politik pembangunan sekitar konsep ini. Sebab,
strategi-strategi pembangunan berorientasi pembangunan berorientasi kebutuhan
dasar tetap berkaitan erat dengan teori yang luas mengenai “keterbelakangan dan
pembangunan”. Akibatnya, cara mereka “memerangi kemiskinan” atau penghapusan defisit-defisit
dalam pemenuhan kebutuhan dasar berbeda-beda sebagai tugas social-politik,
pemerataan pendapatan, barang dan jasa, politik peningkatan pertumbuhan ekonomi
dan/atau produktivitas.
Selain
jalan keluar secara teknokratis untuk pemenuhan kebutuhan dasar material yang
dihasilkan dari rancangan-rancangan strategis, diikutsertakan juga partisipasi,
kebutuhan-kebutuhan individual-kejiwaan, dan kultur ke dalam konsep. Belum ada
sebuah teori pemenuhan kebutuhan dasar yang sesuai tempat dan cukup
terdeferensiasi yang dapat memberi petunjuk-petunjuk tindakan secara langsung
untuk pelaksanaan politik pembangunan, yang ada hanya pengetahuan rinci
mengenai setiap aspek dari pemenuhan kebutuhan dasar, tetap dengan
hubungan-hubungan kausalitas yang tetap tidak jelas. Strategi
pembangunan berorientasi kebutuhan dasar perlu tetap menjadi bagian dari
pembahasan politik pembangunan karena setidaknya ia tetap terbuka untuk kemungkinan dan
kepentingan pembangunan yang ditentukan sendiri. Sebab, menurut tingkat pengetahuan yang ada
sekarang, tidak ada alasan-alasan fisik maupun teknik yang tertutup untuk
pemenuhan kebutuhan dasar material bagi penduduk dunia di masa depan. (Dieter Nohlen (ed), Kamus Dunia Ketiga, Penerbit Gramedia, Jakrta,1994.
hal 312)
N. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Dasar
Tujuan pembangunan adalah, “pemenuhan kebutuhan dasar”, sedangkan “pertumbuhan
ekonomi” merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Pendekatan konvensional dalam strategi pembangunan
didasarkan atas asumsi bahwa cara terbaik untuk mencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan dasar adalah secara tidak langsung melalui “pertumbuhan ekonomi”.
Melalui proses otomatis yang “menetes ke bawah” (tricledown process) hasil-hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat
dinikmati pula oleh golongan-golongan yang berpendapatan rendah dan ekonominya
rendah.
Pertumbuhan ekonomi yang dapat pesat juga menyediakan
sumber-sumber daya bagi pemerintah yang dapat disalurkan kepada
golongan-golongan yang memerlukannya.
Pengalaman kebanyakan Negara berkembang memperlihatkan,
bahwa “pertumbuhan ekonomi” yang pesat tidak menghasilkan suatu proses “menetes
ke bawah” yang menguntungkan golongan yang berpendapatan rendah, malahan
sebaliknya yang terjadi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang pesat sering lebih
banyak menguntungkan golongan yang berpendapatan tinggi dan menengah daripada
golongan yang berpendapatan rendah. Berhubung dengan kekurangberhasilan
strategi pembangunan konvensional untuk menanggulangi masalah pemenuhan
kebutuhan dasar bagi golongan yang berpenghasilan rendah, maka dikembangkan
pendekatan “pertumbuhan dasar” sebagai strategi
pembangunan yang secara langsung menggarap masalah pemenuhan dasar bagi
seluruh penduduk, khususnya golongan yang berpendapatan rendah dan lemah
ekonominya. Tetapi dengan melaksanakan
strategi kebutuhan dasar, maka hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan dasar “diputarbalikkan”. Jika dalam strategi pembangunan konvensional
yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi diharapkan bahwa
pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dasar yang
lebih baik, maka dalam strategi kebutuhan dasar diharapkan pemenuhan kebutuhan
dasar yang menyeluruh akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. (Sumber :EI : Ensiklopedi Indonesia--2689).
Penulis
: Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.