alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Sabtu, 10 Januari 2015

SEJARAH AGAMA KRISTEN DI BALI


PENYEBARAN AGAMA KRISTEN DI BALI


Posted on by wito
Selama satu abad yang lalu segala upaya dilakukan untuk mengkristenkan orang Bali telah gagal, dan kisah Nicodemus, orang Bali pertama yang masuk Kristen, sudah sangat terkenal. Nicodemus adalah pelayan dan murid pertama seorang missionari yang datang ke Bali. Dia mengijinkan dirinya untuk dibaptis setelah beberapa tahun melayani missionari itu, tapi waktu berjalan dan tidak ada orang Bali lain yang dapat ia ajak masuk Kristen, demikianlah missionari itu mulai menekan Nicodemus untuk membaptis orang lain. Anak malang ini, yang secara mental telah tersiksa karena masyarakat (banjar dan keluarga besarnya) telah mengusirnya, dan menyatakan ia secara moral “sudah mati” tidak mampu lagi menahan keadaan ini lebih jauh, membunuh tuannya, membuang agama barunya, dan menyerahkan dirinya untuk dihukum menurut hukum adat Bali. Skandal ini menyebabkan dibuatnya suatu undang-undang di negeri Belanda untuk mencegah kegiatan missionari di Bali.
Namun ini tidak menghentikan kegiatan para penyebar agama Kristen; ijin diberikan kepada mereka pada tahun 1891, dan tahun 1920, dan lagi tahun 1924, ketika agama Katolik Roma meminta ijin khusus, tapi gelombang penolakan oleh orang-orang Bali membuat upaya-upaya konversi itu gagal. Pertemuan dilakukan oleh para pemimpin Bali untuk “menghentikan malapetaka/gerubug ini” dan ijin yang telah diberikan dibatalkan oleh Pemerintah Belanda.
Tapi pada akhir tahun 1930 missionari dari Amerika berhasil mendapat ijin masuk ke Bali, dengan tujuan hanya untuk memelihara “jiwa-jiwa yang sudah diselamatkan” dan tidak mencari pengikut baru. Tapi secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi mereka mulai bekerja di antara orang-orang Bali.

Para missionari awal yang lebih tulus berupaya mendapat pemeluk baru berdasarkan keyakinan tapi gagal, tapi para missionari yang datang kemudian menginginkan hasil yang lebih cepat dan memakai cara-cara yang efektif. Memanfaatkan krisis ekonomi yang mulai terasa di Bali, mereka berusaha meyakinkan calon-calon atau sasaran mereka yang umumnya sangat miskin dengan menyatakan bahwa bila mereka masuk Kristen kesulitan ekonomi mereka akan berakhir dan mereka akan bebas dari kewajiban-kewajiban (iuran) adat, – satu-satunya yang perlu mereka lakukan hanyalah formula “Saja pertjaya Jesoes Kristos”.
Bila orang yang mengucapkan kata-kata magik ini adalah seorang kepala keluarga, para missionari itu mengklaim setiap anggota keluarganya juga sebagai Kristen dan mereka akan menepuk dada mengenai tiga ratus orang pemeluk baru.
Tak berselang lama orang-orang Kristen baru ini segera mengetahui mereka ditipu; mereka tetap membayar pajak sama seperti sebelumnya, menjadi orang yang dibenci oleh desa adatnya, dan mereka diboikot (‘kesepekang’). Di Mengwi, dimana para missionari itu mendapat sukses besar, para penguasa menolak untuk membebaskan orang-orang yang pindah agama ini dari kewajiban-kewajibannya, mengakibatkan konflik tak berkesudahan dengan banjar atau desa adat dan subak; gugatan di pengadilan dilakukan dan kesusahanpun dimulai. Di banyak desa awig-awig dibuat dan menjadi hukum adat yang menetapkan bahwa orang-orang yang meninggalkan agama Bali dinyatakan sebagai orang yang “telah mati.”; rapat-rapat dilakukan untuk mendiskusikan kemungkinan untuk membuang orang-orang ini ke tempat-tempat jauh seperti Djimbrana (Jembarana) bersama-sama dengan para penjahat lain. Orang-orang Kristen (baru) ini juga menjadi sangat susah mengurus mayat-mayat keluarga mereka, karena mereka dilarang menguburkan mayat-mayat itu di kuburan desa dan tempat lain yang tersedia adalah sawah atau semak-semak (yang di Bali dilarang untuk mengubur mayat, pen). Pada saat itu suasana menjadi sangat tegang dan hampir-hampir meletus jadi kerusuhan. Para pemuka desa yang mempunyai keperdulian bicara dari hati ke hati dengan orang-orang yang pindah agama ini dan berhasil membawa mereka kembali kepada agamanya semula (agama Hindu).
Sangat unik adalah kisah Pan Luting, seorang kepala desa yang pindah agama dan membantu missionari menambah jumlah pengikutnya. Dia menyesal, mengaku ia telah ditipu, dan sebagai aktor topeng yang terkenal, dalam setiap pertunjukkannya ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengolok-olok para missionaris dan menyatakan kegembiraannya karena tidak lagi menjadi Kristen. Seorang yang lain juga berhenti menjadi Kristen karena penyakit sipilis yang dideritanya tidak sembuh setelah ia mengucapkan kata-kata magik “Saja pertjaja pada Jesoes Kristos,” sebagaimana ia dijanjikan oleh seorang missionari. Dan lagi, seorang pemeluk

Kristen baru pada saat menjelang kematian cepat-cepat membuang agama barunya ketika ‘balian’ desa menolak mengobatinya, karena menurutnya obatnya tidak akan mempan terhadap seorang Kristen. Dia sembuh, dan tak perlu dikatakan lagi ia lalu mengadakan piodalan besar di sanggahnya. Kisah-kisah semacam ini terus berulang di Bali, tapi ilustrasi yang terbaik yang menggambarkan kedangkalan keyakinan para pemeluk baru ini terhadap agama Kristen adalah percakapan antara seorang pemuda yang baru masuk Kristen dengan seorang pejabat yang
tersadarkan berikut ini :
“Knapa Ktoet boeang agama Bali?”
“Sebeb saja pertjaja!”
“Pertjaja apa?”
“Saja pertjaja Toean Jesoes Kristos.”
“Siapa dia?”
“Itoe Toean jang pake badjoe itam jang sering datang deri lombok.”
Akhirnya kekacauan sudah sangat jelas dan Missionari Amerika ini harus pergi meninggalkan Bali. Sampai saat itu para missionari Belanda telah menahan diri untuk melakukan kegiatan di Bali, tapi ketika datang berita bahwa missionaris saingannya berhasil mendapat berapa orang pemeluk, mereka mulai muncul kepermukaan dan melakukan segala upaya agar undang-undang yang melarang missi di Bali diubah. Kontroversi yang sengit marak di surat-surat kabar di Belanda dan Jawa; para missionari mengklaim bahwa orang-orang Bali sudah masak untuk dialih-agamakan sebab rasa keagamaan mereka, akhirnya sudah pecah. Seorang Dr. Kraemer, kepala dari missionari Protestan, pergi ke Bali untuk melakukan penyelidikan dan setelah tinggal di pulau ini selama sebulan, menulis satu laporan tebal yang dimaksudnya untuk membuktikan kegagalan dari agama Bali, dan ide bahwa orang-orang Bali sesungguhnya ingin menjadi Kristen, tapi ditentang oleh para intelektual Eropa yang tinggal di Bali. Argumen ini segera dijawab oleh Tjokorda Gede Raka Soekawati, wakil Bali di Volksraad, “DPR” di Batavia. ‘Temuan’ Dr. Kraemer yang penuh prasangka itu segera dihancurkan oleh jawaban-jawaban dan analisis atas argumennya yang dilakukan oleh para peneliti yang sebenarnya (real students) tentang Bali, orang-orang seperti Bosch, Goris, Korn, Haga, Lekkerkerker, De Bruyn Kops dan Damste. Dr. Goris menunjukkan bahwa pandangan para missionari didasarkan atas prinsip bahwa semua manusia pada dasarnya “buruk” (no good) dan dalam “konflik jiwa” tanpa harapan yang hanya dapat disembuhkan oleh satu jenis agama khusus yang dipropagandakan oleh para missionari. Menemukan bukti kecil dari “konflik jiwa” ini mereka memperbesarnya dan menciptakannya dengan mengadu domba antara kasta-kasta dan mempermainkan kemiskinan mereka, dengan demikian mereka mendorong pertentangan antar kasta ini dari pada menghilangkannya, itulah klaim mereka. Aneh sekali, missionari yang sama yang menuduh orang Bali dangkal agamanya justru menyetujui pengalihan agama berdasarkan kepura-puraan yang sama sekali tidak tahu apapun mengenai agama Kristen kecuali beberapa istilah Melayu yang umum.
Sementara itu, sementara kontrversi terus berkobar, para missionari yang cerdik mulai menemukan pijakan. Dewasa ini seorang pastor Katolik dan seorang pendeta Kristen Protestan ditempatkan di Denpasar, dan seorang missionari lain di tempatkan di Buleleng, ketiga-ketiganya tentu saja berhati-hati tapi tak kenal lelah dalam upayanya untuk “menyelamatkan” orang-orang Bali.

Tapi Bali sama sekali bukanlah tempat dimana para missionari ini dapat memperbaiki dengan cara apapun standar moral dan phisik orang-orang Bali dan sangat sulit untuk percaya, mengetahui karakter orang-orang Bali, bahwa mereka (para missionari itu) akan berhasil. Agama bagi orang Bali lebih dari sekedar upacara spektakuler dengan musik, tarian, dan sentuhan drama kejantanan; agama Hindu adalah hukum mereka, kekuatan yang membuat mereka tetap bersama. Agama Hindu adalah pendorong terbesar bagi hidup mereka sebab ia memberikan mereka etika, budaya, kebajikan dan kebahagiaan dengan upacara-upacara yang penuh kegembiraan yang mereka cintai. Lebih dari sekedar agama, agama Hindu adalah phalsafah moral dengan nilai spiritual yang tinggi, kegembiraan dan bebas dari fanatisme, yang menjelaskan kepada mereka kekuatan-kekuatan misterius dalam alam semesta ini. Sulit sekali untuk membayangkan bahwa agama (Hindu) ini akan dapat digantikan oleh agama eskapis (lari dari dunia nyata, pen) yang hambar kosong dari keindahan dan upacara-upacara yang dramatis.
Pulau kecil yang bernama Bali, sekarang terkenal karena keindahan orang-orangnya, kehidupan beragamanya yang sangat sungguh-sungguh (intense), dan keseniannya yang sangat kaya, musik dan theater, masih merupakan satu diantara bangsa-bangsa yang sangat mengagumkan yang tidak akan pernah kita kenal lagi, salah satu dari negeri-negeri yang disebut sebagai primitif. Memang benar orang-orang Bali adalah orang-orang primitif, sekalipun kita menggunakan istilah ini untuk membedakannya dengan peradaban kita yang materialis dari budaya asli dimana kehidupan sehari-hari, masyarakat, seni, dan agama membentuk satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan kedalam unsur-unsur tanpa
menghancurkannya; kebudayaan dimana nilai-nilai spiritual menuntun cara hidup.

Sumber : www.iloveblue.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.