Sejarah Masuknya Injil di Papua
TERLIBATNYA BADAN ZENDING GOSSNER
(BERLIN) DAN HELDRING (NEDERLAND) DALAM MISI P.I DI TANAH PAPUA (NEW-GUINEA)
1852-1870
Pemimpin Badan Zending Gossner (Gossner-Mission) Berlin dan Badan Zending
O.G.Heldring (Heldring Mission, Nederland merekalah yang pertama kali terlibat
dalam missi Pekabaran Injil ke Tanah Papua (New-Guinea- 1870)
Perjalanan Geisiser dan Ottow dari
(Berlin-Nederland)
Pada tanggal 25 April 1852, Geissier
dan salah seorang rekan yang disiapkan Giosner, S Nider berangkat ke Hrsmen
bersama dengan Pdt. O.G.Heldring dan disana mereka tinggal dua bulan. Pdt. O.G.
Heldring adalah seorang penggerak dibidang
Missi Zending ke daerah-daerah bangsa kafir. Kemudian mereka bertemu pula
dengan seorang rekan Missionaris C.W. Ottouw yang sudah dipersiapkan sebelumnya
oleh O.G. Heldring. Dan pada malam tanggal 26 Juni 1852 telah diutus menumpangi
kapal, ABEL TASMAN dan berangkat ke Rotterdam dan menuju Batavia. Tetapi sebelum
mereka naik Kapal Abel Tasman, mereka bersama-sama berdoa dan menyerahkan diri
mereka dengan sukacita kedalam pemeliharaan kuasa tangan Tuhan.
Pada tanggal 7 Oktober 1852 mereka
tiba dengan selamat-aman di tanah Batavia. Di Batavia (tanah Jawa) C.W. Ottoe
dan J.G. Geissier yang akan meneruskan perjalanan ke tempat tujuan dan
kerinduan mereka harus bersabar selama satu setengah tahun. Dan kesabaran,
kesetiaan mereka disini diuji oleh Tuhan. Disamping itu perlahan mereka
menyesuaikan diri dengan iklim negeri tropik.
Karenanya J.G. Geissler membuka dan
memimpin suatu sekolah rakyat di Pusat Missi Belanda bagi penduduk pribumi di
Batavia.
Pada bulan April 1854 terbuka jalan
Tuhan suatu kemungkinan untuk menggapai Tanah kerinduan mereka yaitu Papua. Di
Batavia ada seorang saudagar muda namanya “Ring” pemimpin dan pendiri
Perhimpunan Missi memberi informasi bahwa Pulau kecil Mansinam yang dekat
dengan daratan Manokwari penduduknya ramah, terbuka (namun disini sebenarnya
kala itu Tanah Papua penduduknya hidup tertutup, dianggap buas dan menolak
orang asing).
Penduduk dari daratan dore-Mnukwar
mengakui Sultan dari Tidore yang dibawah kekuasaan Pemerintah Belanda rupanya
tidak keberatan bila Missionaris Kristen datang ke Mansinam Papua. Begitu surat
jalan dari Pemerintah Balanda yang sampai ke Ternate, Ottow dan Geisler sangat
bersukacita atas berita keberangkatan ke Papua. Geisler menulis dalam suratnya
kepada Gossner sebagai berikut ” Terpujilah Tuhan, sehingga waktunya telah tiba
yang telah lama kami menantikan. Kami akan berangkat kesuatu tempat dimana
belum ada seorang Massionaris datangi dan tinggal karenanya kami tidak dapat
mengharapkan perlindungan dari Dia yang telah bersabda : Aku akan menyertai
kamu sampai kepada akhir zaman (Matius, 28 : 20) Perpisahan dan mereka
meninggalkan Batavia pada tanggal 9 Mei 1854.
Dan akhirnya 30 mei 1854 mereka tiba
di Ternate dan diterima dengan sangat ramah oleh Pdt.J.E.Hoveker dan isteri
(yang sejak 1833 sebagai PdtJemaat Protestan yang kecil disitu). Serta tinggal
bersama dirumahnya. Disana mereka belajar dan memperdalam bahasa melayu serta
belajar mengkaji berbagai informasi tentang sikon Papua. Dan harus
bersabar menunggu selama setengah
tahun. Sesudah itu Residen Balanda C.Bosscher dari Ternate diharapkan dapat
menolong untuk perjalanan ke Papua. Rekan-rekan Missionaris di Batavia
mengirimkan 200 Gulden kepada mereka. Seorang guru Wehker dari Ternate yang
sangat kagum merelakan putranya yang bernama Frits berusia 12 tahun
untuk menjadi pelayan bagi mereka. Mereka diperbolehkan membawa barang-barang
sebanyak yang mereka butuhkan. Perjalanan itu mereka dibekali beberapa ekor
sapi, ayam, bebek, dan angsa.
Merka kemudian menerima surat jalan
dari Sultan Tidore yang dogmanya Islam. Disaat residen Belanda menjelaskan
kepada Sultan bahwa Ottow dan Geissler mereka adalah Peneliti Alam. Tetapi
Sultan yang sudah lama mengetahui identitas mereka, berkata “ah mereka kan
missionaries pekabaran Injil” jangan merubah status mereka, biarkan mereka
menyebarkan ke Kristenan mereka. Maka Sultan memberikan surat Ijin bagi mereka bahkan
memerintahkan kepada para kepala suku untuk melindungi dan menolong mereka jika
mereka kekurangan makanan.
TIBA DI TANAH PAPUA JANUARI 1855
Pada tanggal 12 Januari 1855
bertolaklah mereka dari Dermaga Ternate, menumpang Kapal (……) Ternate menuju
Pulau tujuan mereka Mansinam. Dan ketika menunggu pelayaran selama 25 hari pada
tanggal 5 Februari 1855 Kapal Ternate membuang sauhnya di depan pulau
Manansbari (Mansinam) Dalam agenda Harian Geislee, menulis kepada Gossner
demikian : Anda tidak dapat membayangkan betapa besarnya rasa sukacita kami
pada saat akhirnya dapat melihat tanah tujuan kami, Minggu pagi Zending sauh
dibuang untuk berlabuh di teluk Doreri. Matahari terbit dengan indahnya, ya
semoga matahari yang sebenarnya, yaitu Rahmat Tuhan yang menyinari kami dan
orang-orang kafir yang malang itu yang telah sekian lamanya merana didalam
kegelapan semoga Sang Gembala setia mengumpulkan mereka dibawah tongkat
GembalaanNya yang lembut. (Sekoci pertama yang menuju daratan membawa kedua
orang penginjil itu kedaratan Mansinam pada pagi hari). Sebagaimana tindakan
terakhir mereka lakukan saat berangkat dari Eropa, berdoa, maka masuk kedalam
semak-semak berlutut dan mencurahkan isi hati mereka (“Dalam Nama Allah kami
menginjak kaki di Tanah ini) Mereka memohon kepada Tuhan Allah untuk memperoleh
kekuatan, hikmat dan terang, agar dapat mamulai Missi Pekabaran Injil dengan
baik. Tentang reaksi dan respond (penerimaan) penduduk pulau Manamsbari kurang
disentil (F.C. Kamma, ajaib di mata kita,
Jakarta BPK 1981 hal 87) Namun tentunya pendaratan dan kehadiran serta
gerakan-gerakan mereka sebagai orang asing tak dilewatkan, terutama ketika
kedua Mssionaris itu masuk kedalam semak-semak berlutut dan menyerahkan isi
hati berdoa kepada Tuhan.
GAMBARAN UMUM PADA WAKTU ITU
New Guinea ditemukan oleh orang
Portugis yang bernama Meneses pada tahun 1526, sedangkan namanya oleh seorang
Spanyol yang bernama Alvarado pada tahun 1528 (jadi 300 tahun kemudian) orang
Belanda berupaya untuk membuat tempat pemukiman di Kolobai di Pantai barat yang
diberi nama DUBUS bagian selatan Papua daerah Fakfak sesuai dengan nama
komisaris Nederland Hindia namun pada tahun 1836 mereka menghentikan usaha
mereka karena dianggap terlalu mahal dan sia-sia. Pada tahun 1847 ada beberapa
Missionaris Khatolik yang bermukim di pantai timur laut, namun pada tahun 1852
mereka menghentikannya dan pindah ke pulau yang lain. Pemukiman besar yang
pertama di Puau yang besar, kaya dan diberkati ini dan diklaim kepemilikannya selama
350 tahun barulah terjadi melalui kedua orang Jerman Ottow dan Geislert pada
tahun 1855.
Nama Papua berasal dari kata dalam bahasa melayu, yaitu “Pua-Pua” yang berarti rambut keriting dan kemudian disingkat Papua.
Orang Papua pada waktu itu sangat curiga
terhadap orang asing. Disamping itu mereka terkenal untuk merampok dan
berperang serta hidup dari berdagang.
Rumah-rumah mereka dibangun diatas air
untuk melindungi dari serangan musuh. Kebanggaan mereka adalah keberhasilan
membunuh orang lain, yang ditandai dengan jumlah bulu sebagai hiasan kepala.
Kebiasaan untuk memakai manusia juga
dijumpai di Tanah Papua Waktu itu. Mencuri dan perzinahan dipandang sebagai
pelanggaran yang besar dan mendapat hukuman yang besar pula. Seringkala pula
terjadi pembunuhan terhadap bayi-bayi yang baru lahir dan orang-orang yang
sakit keras dikubur hidup-hidup.
AWAL YANG SULIT DAN PENUH
TANTANGAN
PADA TANGGAL 5 Februari 1855 C.W.Ottow
dan rekannya J.G.Gaissler tiba di Mansinan yang letaknya berhadapan dengan Dore
(Manokwari). Sebagai tempat tinggal sementara mereka memakai sebuah gubuk
gudang penumpang batu bara peninggalan para pelaut ditepi pantai. Situasi yang
dihadapi mereka sangatlah sulit. Kapal yang menghantar mereka sudah kembali.
Tidak ada orang kecuali Frits yang dapat diajak berbicara. Mereka tidak bisa
berkomunikasi dengan penduduk setempat dan bahasanya, mereka mengurusi diri
mereka sendiri.
Penduduk setempat tidak memahami
maksud dan tujuan kedua orang asing ini untuk menetap di Mansinam.
Dalam surat pengantar dikatakan Sultan
Tidore mengirim mereka sebagi orang yang baik dan dengan maksud dan tujuan yang
baik, tetapi hal itu tidak dapat mereka percayai, karena Sultan belum pernah
melakukan kebaikan terhadap mereka (penduduk-masyarakat Pulau Mansinam- tetapi juga
Papua umumnya). Terlebih penduduk terbiasa harus menanggung ketidak adilan dari
Sultan Tidore.
Dengan alasan pajak setiap tahun
mereka dijarah dan anggota keluarga mereka dijadikan budak, sebab itu tidaklah
mengherankan kalu mereka tidak mempercayai isi surat dari Sutan Tidore dengan
segala penjelasannya. Dalam hidup sehari-hari nampak kecurigaan penduduk
setempat terhadap Ottow dan Geissler, kendatipun mereka tidak berani untuk
menyerang kedua orang asing itu, tetapi dimata mereka, sehingga menurut mereka
cepat atau lambat kedua orang asing ini akan disingkirkan, oleh sebab itu Ottow
dan Geissler bersikap selalu waspada.
MEMULAI DENGAN AKTIFITAS UJIAN PERTAMA
Tibalah saatnya untuk memulai
Pekerjaan mereka. Pertama-tama mereka harus mencari kayu yang cocok untuk
membuat perahu dihutan Pulau Mansinam untuk dijadikan sarana transportasi laut
untuk menyebrang kedaratan Manokwari, dimana rencana untuk membangun sebuah
rumah. Karena mereka tak berpengalaman dengan jenis-jenis kayu di Papua,
penduduk di Pulau Mansinam pun tidak menolong mereka dengan memberi informasi,
maka mereka berdua berapa kali salah memilih kayu, sehingga pekerjaan
berminggu-minggu menjadi sia-sia. (Kata Camma Geissler menulis dengan sampai
tiga kali pohon kayu yang kami pilih dan tebang adalah pohon kayu yang besar,
kayu besi yang tidak cocok karena berat dan akhirnya pecah karena kana panas
matahari maka kami hampir tidak berdaya lagi. Tetapi syukurlah saya melihat
sebuah perahu di rumah orang Papua, dan saya beruntung dapat membelinya dengan
harga 12 gelden. Dan akhirnya dengan Perahu itulah digunakan mereka untuk
menyeberang ke daratan Manokwari Teluk Dore (Kwawi) dan di daratan Kwawi setiap
hari mereka bekerja menebang pohon. Dan pada malam harinya mendayung kembali ke
pulau Mansinam.
Karena mereka bekerja begitu keras
pagi hingga malam sehingga akhirnya mereka jatuh sakit. Pertama-tama anak Frits
menjadi sakit dan kemudian Ottow terkena kelengar mata hari, sehingga Ottow
hampir meninggal . menghadapi keadaannya itu Geissler menulis dalam buku
hariannya, saya sangat sedih dan memikirkannya, tetapi saya berdoa kepada
Tuhan.
Tuhan saya membutuhkan dia dan
orang-orang kafir ini membutuhkan dia, demi
kerajaan-Mu, pulihkanlah dia kembali dan Tuhan yang Maha Mendengar seruan
doa hamba-Nya dan akhirnya Ottow menjadi sembuh. Tak lama kemudian Gaissler
yang kena giliran sakit. Tamu yang jahat yaitu demam Malaria menyerang dia.
Juga terkena luka borok (abses) di kakinya yang sangat membahayakan atau
menyakitkan. Ottow juga berulang kena radang otak. Demikian mereka berdua
terbaring dalam kesakitan, lemah dan tanpa pertolongan apapun di gubuk mereka
di Mansinam.
Penduduk Mansinam mulai sadar bahwa
kedua orang ini tidak membahayakan, kendati demikian mereka tidak menolong,
acuh dan tanpa perasaan terhadap Ottow dan Gaissler. Ada sekelompok orang dari
penduduk setempat sempat datang ke dalam gubuk untuk menengok , tetapi mereka
hanya duduk saja, hanya memperhatikan Ottow dan Gaissler selama berjam-jam
tanpa menolong sedikitpun. Tidak ada tangan yang diulurkan untuk memberikan
segelas air.
Akhirnya datanglah pertolongan yang
diharapkan. Gaissler menulis : “Sesudah demam malaria meninggalkan saya dan
saya untuk pertama kalinya dapat keluar gubuk. Saya merasakan kesakitan di kaki
kiri saya, Borok itu semakin besar dan memerah, sehingga saya tidak dapat
meninggalkan tempat tidur. Kesakitan saya begitu luar biasa, sehingga saya
berteriak dan terus merintih dan berdoa kepada Tuhan yang menjanjikan :
Mintalah, carilah, ketuklah. Meskipun kami tudak mempunyai harapan akan jalan
keluar dari penderitaan ini, akan tetapi tetaplah benar apa yang Tuhan katakana
: Tidak ada hal yang mustahil bagi mereka yang percaya, walaupun tidak terjadi
mujizat yang luar biasa, tetapi Tuhan telah memimpin hati manusia seperti aliran
sungai sehingga tanpa terduga datanglah sebuah kapal uap ke Mansinam, sehingga
saya diselamatkan. Saya harus kembali ke Ternate. Tetapi keputusan ini
sangatlah berat bagi saya. Beberapa tuan besar diatas kapal tersebut termasuk
dokter kapal berusaha untuk meyakinkan saya, tetapi sia-sia karena saya masih
tetap mau bertahan di Mansinam.
Akhirnya Residen Belanda sendiri
mengirim pesan sampai ketempat tidur saya dan mengatakan :Saya memberikan
kebebasan kapada Anda untuk datang ke Tanah Papua dan untuk berusaha hidup,
tetapi karena kepada saya disampaikan Anda dalam keadaan kritis (hampir mati),
maka saya hanya dapat mengatakan Anda harus kembali. Demikianlah akhirnya saya
menyerah dan ikut ke Ternate.
Di Ternate J.G. Gaissler mendapat
perawatan dan akhirnya sembuh, tetapi harus menunggu Kapal selama ± 10
(sepuluh) bulan untuk kembali ke Mansinam.
C.W. Ottow dengan pembantu mereka
Frits tinggal sendirian di Pulau Mansinam. Walaupun terkadang di serang, Demam
Malaria tapi selalu memperoleh keberanian, tenaga keteguhan hati pada keyakinan
dan visinya. Untuk mengatasi kesepian Ottow mengintensifkan hubungan dengan
para penduduk terutama melalui imbal dagang. Ottow membeli hasil-hasil
penduduk, kacang-kacangan, ikan, burung cenderawasih, kerang, perisai- senjata tradisional,
teripang dan di jual kepada saudagar dari kapal Van Duivenbode, hasil uang dari
penjualan tersebut digunakan untuk belanja kebutuhan pokok, obat-obatan. Pada
tanggan 12 Januari 1856 (Gaissler) berangkat dengan kapal kembali ke Tanah Papua
Mansinam di sertai 5 orang tukang kayu untuk membangun rumah disana.
Tugas
pewartaan pemberitaan Firman.Injil, atau penyebaran.
Pada tanggal 25 September 1858, datang 12 orang dalam kondisi
lemah yang selamat dari kecelakaan kapal Belgia “Constant” Kapal tersebut pada
tanggal 12 Juni 1858, menabrak batu karang dan pecah akibat salah leinnya
disebelah selatan pulau karang Mansinam. Orang-orang Papua yang ramah pada saat
itu melihat pada punggung salah satu awak kapal terdapat tulisan doa dalam
bahasa Belanda akhirnya membawa mereka kepada Ottow dan merawat serta memberi
makan pada anak buah kapal yang kena musibah tersebut selama 6 bulan.
Kedua misionaris dengan bantuan dari
tukang dari Kapal tersebut, bersama 4 orang tukang dari Halmahera (Gelela)
Ottow mengadakan pelayanan kebaktian setiap hari Minggu kepada mereka dalam
bahasa Belanda. Dengan penuh rasa syukur mereka menngalkan Mansinam dan
menggunakan perahu layer pada tanggal 11 April 1859 dan tiba di Ternate 1 Juni
1859 dan dalam bulan Oktober tahun yang sama mereka tiba di Amsterdam.
Nb. Gaissler dalam buku hariannya
menulis : sering berulang-ulang menolong para Pelaut yang karena kapal-kapal
dagang Jerman dan Belanda yang karam di perairan Papua. Hal menolong bukanlah
sesuatu yang mudah, karena membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit dan
bersedia untuk merawat, memelihara sejumlah besar pelaut dan pengobatan.
PENYELAMATAN PARA PELAUT JERMAN YANG
KAPALNYA KARAM
Pada bulan Maret 1857 mereka mendengar
berita tenteng karamnya Kapal dagang Jerman yang terdampar pada batu karang di
kawasan Teluk Cenderawasih, untuk menyelamatkan anak buah Kapal demi terhindar
dari perbudakan dan kematian sebab ada tiga (3) orang anak buah kapl itu sudah
dibawa ke Windesi. Ottow dan Gaissler menyiapkan barang-barang dagang untuk
barter dan uang menyewa sebuah perahu dengan 22 orang laki-laki tenaga
pendukung, setelah melalui suatu perundingan untuk menentukan siapa diantara
mereka yang harus berangkat, sebab seorang harus tinggal di Mansinam, akhirnya
membuang undi, dan pilihan jatuh pada Gaissler. Sehngga ia yang berangkat
dengan para pendayung, dan pada tanggal 11 April 1857 ia berhasil menyelamatkan
dan menebus 3 orang awak kapal sedang yang seorang berada di tempat yang jauh,
namun setelah mendengar berita bahwa ia telah meninggal, para bajak laut sudah
mengambilnya dan membunuh dengan kejam di semenanjung Wandamen. Leh sebab itu
Gaissler dan para pendayungnya segera berangkat kembali ke Mansinam. Ketiga
awak kapal yang diselamatkan itu, mereka dalam keadaan sakit dan terus dirawat
oleh Ottow dan Gaissler. Sesudah mereka sembuh lalu mereka berangkat dengan
kapal dan tiba dengan selamat di tanah air mereka (Jerman).
Sebagai tanda terima kasih kepada penyelamatan anak buah kapal
Jerman dimana Pemerintah Belanda (Den Haag) mendengar bagaimana kedua
missionaries Ottow dan Gaissler mempertaruhkan nyawa dan milik mereka
untuk menyelamatkan anak-anak buah kapal yang karam itu, kepada Ottow dan
Gaissler diberikan hadiah kepada masing-masing sebesra 250 Gulden kepada
mereka. Dalam agenda Gaissler menulis, Mereka merasa bersukacita bahwa sekarang
mereka tidak perlu lagi hidup semata-mata dari uang persembahan Missi/Badan
Zending, tetapi dapat hidup dari gaji Pemerintah Belanda, sehingga mereka lebih
leluasa dalam menjalankan tugas.
MANOKWARI KOTA ADMINISTRATIF
(PEMERINTAH) TERSULUNG DI TANAH PAPUA
Kebupaten Manokwari adalah Kabupaten
tersulng di Tanah Papua yang amat penting dalam sejarah peradaban dan perubahan
budaya orang Papua. Oleh karena Kota Manokwari sebagai pusat penyebaran agama
Kristen dan pusat Pemerintahan pertama di Tanah Papua. Kota Manokwari menjadi
start Gereja (Zending) dengan Pemerintahan Belanda memulai pembangunan semesta
(modern) bagi suku bangsa yang mendiami Tanah Papua. Kemungkinan atas dasar
tersebut, orang Biak Numfor mengabadikan/mengungkapkannya dalam etimologi, dari
tiga morfem dasar Mnu, Kampung- dan kwar, lama + “dia” itu) Kemudian disebut
dengan nama Manokwari yang diartikan dengan ungkapan “Kampung yang didahulukan,
tertua, terlama, dimana dimulainya sebuah peradaban dan budaya asing dalam
konteks terang penyebaran Kekristenan tentang Injil Kristus. Sejarah dengan
mencatat sejak Tokoh Legendaris berkebangsaan Jerman yang pertamakali bergabung
dalam missi Pekabaran Injil Zending (Goissner) Jerman (Heldering Nederland) di
Tanah Papua melalui utusan Missionaris Ottow dan Gaissler yang mulai
menginjakkan kaki di Pulau Mansinam tanggal 5 Februari 1855 dengan doa Sulung
mereka, “Dengan Nama Allah kami menginjak Tanah ini”.
Menandakan bahwa pembangunan yang modern
di Tanah Papua sudah dimulai sejak Injil Kristus atau penyebaran Agama Kristen
mulai masuk dan menerangi kegelapan dan kekafiran orang Papua Tempo itu di
Pulau Mansinam Manokwari. Oleh sebab itu, siapapun tidak dapat menyangkal bahwa
hasil karya besar yang diperjuangakan dengan susah payah oleh para Pekabar
Injil dulu ituah yang setiap suku bangsa dari manapun yang mendiami bumi Teluk Cenderawasih Tanah Papua
boleh menikmati dan alami saat ini di era demokrasi-otonomisasi ini dalam
berbagai bidang sektor pembangunan di Tanah Papua.
Dokumen sejarah Pekabaran Injil juga
dapat mencatat bahwa atas jasa, kerja keras dan perjuangan gigih yang panjang
yang dilakukan oleh zending (Gereja) terus menerus dan mendesak pemerintah
Belanda untuk segera menetapkan dan melaksanakan pemerintahan secara definitive
d Tanah Papua untuk menghentikan perlakuan yang betahun-tahun dilakukan oleh
Kesultanan Tidore dan Pemerintah VOC dalam bentuk pembunuhan-perampasan harata
benda-penjualan-pembelian budak pembakaran kampong-kampung penduduk orang Papua
dan sesama etnis Papua saat itu. Oleh sebab itulah kota Manokeari pada tanggal
9 November 1896, Pemerintah Belanda secara definitive atau resmi memulai sistim
Pemerintahan di Tanah Papua. Dengan demikian secara resmi di Kota Manokwarilah
pihak Pemerintah Belanda pertama
kali memulai system pemerintahannya untuk membangun orang Papua menuju
kehidupan modern.
Sumber
: www.manokwarikab.go.id
Gereja
Kristen Injili Di Tanah Papua
(Anggota
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
Badan
Pekerja Klasis Manokwari
Phaul Heger• Label: Berita, Injil, Manokwari, Mansinam, Papua, Pekabran Injil, Sejarah Injil Di Papua •
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.