Sejarah masuknya Kekristenan ke suku Batak
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah masuknya agama
Kristen pada suku Batak
adalah sejarah yang menceritakan masuknya injil dan konteks
perkembangannya sekitar tahun 1820-an
hingga berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).[1]
Konteks Kehidupan Suku Batak Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak
Suku Batak adalah salah
satu suku di Indonesia yang mempertahankan kebudayaanya; mereka memegang teguh
tradisi dan adat.[1]
Pada masa lampau orang Batak tidak suka terhadap orang luar (Barat/sibottar mata) kerena mereka dianggap
sebagai penjajah.[2]
Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang berada di luar suku mereka
adalah musuh, sebab masa itu sering terjadi perang antar suku.[2]
Sebelum Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah berhala.[rujukan?] Kehidupan
agamanya bercampur, antara menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan
magi.[2]
Ada banyak nama dewa atau begu
(setan) yang disembah, seperti begu
djau (dewa yang tidak dikenal orang), begu antuk (dewa yang memukul kepala seseorang sebelum ia mati),
begu siherut (dewa yang membuat
orang kurus tinggal kulit), dan lainnya.[3]
Suku Batak hidup dengan bercocok
tanam, berternak hewan dan berladang.[4]
Mereka menjual hasil dari perternakan dan cocok tanam ke pasar
("onan") pada hari tertentu.[4]
Di pasar mereka melakukan transaksi untuk keperluan sehari-hari seperti membeli
beras, garam, tembakau, dan lainnya.[4]
Keadaan yang dinamis ini,
sering terusik oleh permusuhan antara satu kampung dengan kampung lainya. Tidak
jarang permusuhan berakibat pembunuhan dan terjadi saling balas dendam
turun-temurun.[4]
Jika di kampung terjadi wabah, seperti pes dan kolera, mereka akan
meminta pertolongan Raja Si Singamangaraja
yang berada di Bakkara.[4]
Raja Si Singamangaraja
kemudian datang dan melakukan upacara untuk menolak "bala" dan kehancuran.
Hampir semua roda kehidupan
orang Suku Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat.[4]
Sejak mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak
hingga meninggal harus mengikuti ritual-ritual adat.[4]
Masuknya Penginjil ke Tanah Batak
Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris
Pada tahun 1820 tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan Ward, Evans dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk
menemui Raffles.[5]
Kemudian Raffles
menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke daerah tempat tinggal suku Batak
yang masih kafir.[5]
Burton dan Ward menuruti petunjuk Raffles.
Mereka pergi ke Utara, awalnnya mereka bekerja di pesisir, kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi, yakni Silindung-wilayah
suku Batak Toba.[6]
Saat mereka tiba di Silindung, mereka diterima dengan baik oleh raja setempat,
namun perjalanan penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah paham dengan
penduduk.[6]
Penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil tersebut yang mengatakan bahwa
kerajaan mereka harus menjadi lebih kecil, seperti anak kecil. Penduduk tidak
suka hal ini, karena itu para penginjil tersebut diusir pada tahun itu juga.[6]
Penginjil utusan American Board of Commissioners for Foreign Mission
Pada tahun 1834 dua orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang merupakan utusan
gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The
American Board of Commissioners for Foreign Mission (ABCFM) di Boston untuk masuk
ke Sumatera.[6]
Pada 17 Juni 1834 mereka tiba di
Sibolga dan
menetap beberapa hari di sana. Pada 23 Juni 1834, mereka
berangkat menuju pegunungan Silindung.[6]
Dalam perjalanan, ketika tiba di pinggir Lembah Silindung, pada
malam hari 28 Juni 1834, mereka
dihadang, ditangkap, dan dibunuh di dekat Lobu Pining. Pembunuhnya
adalah Raja Panggalamei, yang
merupakan Raja di Pintubosi yang tinggal di Singkak. Ia membunuh bersama dengan
rakyatnya.[6]
Penginjil utusan Rheinische Missionsgesellschaft
Pada tahun 1840, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn melakukan
perjalanan ke daerah Batak dan kemudian menerbitkan karangan tentang suku
Batak. Dalam buku tersebut Junghuhn
menasihatkan pemerintah kolonial untuk membuka zending Kristen guna membendung
pengaruh Islam di bagian utara Pulau Sumatera.[7]
Karangan tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche
Bijbelgenootschap di Belanda, hingga mereka mengirim seorang ahli bahasa
bernama H. Neubronner van
der Tuuk untuk meneliti bahasa Batak dan untuk menerjemahkan Alkitab. Van der
Tuuk adalah orang Barat pertama yang melakukan penelitian ilmiah tentang
bahasa Batak, Lampung, Kawi, Bali.[4]
Ia juga orang Eropa pertama yang menatap Danau Toba dan bertemu dengan Si
Singamangaraja. Ia merasa senang berkomunikasi dan menyambut orang Batak di
rumahnya.[4]
Van der Tuuk memberi
saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke Tapanuli,
langsung ke daerah pedalamannya.[4]
Tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, utusan
dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda, melakukan pelayanan di Tapanuli Selatan.[4]
Ia menembus beberapa pemuda dan memberi mereka pengajaran Kristiani. Pada 31 Maret 1861, dua orang
Batak pertama dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon
dan Simon Siregar.[4]
Pada tahun yang sama—tepatnya pada 7 Oktober 1861—diadakan rapat
empat pendeta di Sipirok,
yang diikuti oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer serta oleh dua pendeta
Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Mereka melakukan rapat
untuk menyerahkan misi penginjilan kepada Rheinische Missionsgesellschaft.[4]
Hari tersebut dianggap
menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).[4]
Kemudian Ludwig Ingwer Nommensen (1834—1918) tiba di Padang
pada tahun 1862.[4]
Ia menetap di Barus
beberapa saat untuk mempelajari bahasa dan adat Batak
dan Melayu.[4]
Ia tiba melalui badan Misi Rheinische Missionsgesellschaft.[4]
Kemudian, pada tahun 1864, ia masuk
ke dearah Silindung,
mula-mula di Huta Dame, kemudian di Pearaja (kini menjadi
kantor pusat HKBP).[4]
Dalam menyampaikan Injil, Nommensen
dibantu oleh Raja Pontas Lumban
Tobing (Raja Batak Pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya dari Barus
ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa ia tidak bertanggung jawab atas
keselamatannya.[4]
Pada awalnya Nommensen tidak diterima
baik oleh penduduk, karena mereka takut kena bala karena menerima orang lain
yang tidak memelihara adat.[4]
Pada satu saat, diadakan pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya disembelih korban.[4]
Saat itu, sesudah kerasukan roh, Sibaso (pengantara orang-orang halus) menyuruh
orang banyak untuk membunuh Nommensen
sebagai korban, yang pada saat itu hadir di situ. Dalam keadaan seperti ini, Nommensen hadir ke permukaan dan
berkata kepada orang banyak:
“
|
Roh yang berbicara melalui orang itu
sudah banyak memperdaya kalian. Itu bukan roh Siatas Barita, nenekmu, melainkan roh jahat.
Masakan nenekmu menuntut darah salah satu dari keturunanya! Segera Sibaso jatuh ke tanah.
|
”
|
—Ludwig Ingwer Nommensen[4]
|
Menghadapi keadaan yang
menekan, Nommensen tetap ramah dan
lemah lembut, hingga lama-kelamaan membuat orang merasa enggan dan malu berbuat
tidak baik padanya.[4]
Pada satu malam ketika para raja berada di rumahnya hingga larut malam dan
tertidur lelap, Nommensen mengambil
selimut dan menutupi badan mereka, hingga pagi hari mereka terbangun dan merasa
malu, melihat perbuatan baik Nommensen.
Sikap penolakan raja Batak ini disebabkan
kekhwatiran bahwa Nommensen adalah
perintisan dari pihak Belanda.[4]
Perkembangan Kekristenan setelah Injil Masuk di Tanah Batak
Suku Batak yang masuk Kristen mendapat
tekanan dan diusir dari kampung halamanya karena tidak mau memberi sumbangan
untuk upacara-upacara suku. Keadaan seperti ini mamaksa mereka berkumpul pada
satu kampung tersendiri, yaitu Huta Dame (kampung
damai). Setelah tujuh tahun Nommensen
melakukan penginjilan,
orang Batak yang masuk Kristen berjumlah 1.250
jiwa. Sepuluh tahun kemudian—pada tahun 1881—jumlahnya naik
lima kali lipat, hingga jumlah orang Batak yang masuk Kristen adalah
sekitar 6.250 orang. Pada tahun 1918, sudah tercatat 185.731 orang Kristen di wilayah RMG Sumatera Utara. Pada
tahun 1881, Nommensen
diangkat menjadi Ephorus
oleh RMG. Jabatan tersebut dipegangnya hingga ia meninggal dunia pada 23 Mei 1918. Suku Batak
memberi gelar kepada Nommensen
dengan sebutan Ompunta (Nenek Kita). Gelar ini menyejajarkan Nommensen dengan Si Singamangaraja
atau tokoh sakti lainya.
Referensi
2.
^ a
b
c
M.C. Ricklefs,(terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. hal, 314.
3.
^ Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum, 1961. Seratus Tahun Kekristenan Dalam Sejarah
Rakyat Rakyat Batak. Jakarta: Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum.
4.
^ a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
B. Napitupulu, 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP. hal
442.
5.
^ a
b
Al Lumban Tobing, 1992. Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, Jakarta: BPK Gunung
Mulia. hal 65.
6.
^ a
b
c
d
e
f
Van den end & Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, hal 182.
7.
^ Kozok, Uli. Utusan
Damai di Kemelut Perang. Peran Zending dalam Perang Toba berdasarkan Laporan
L.I. Nommensen dan Penginjil RMG lain. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor,
École française d’Extrême-Orient. Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial,
Unimed, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Jakarta 2011. 217 hal. ISBN
978-979-461-776-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.