alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Sabtu, 10 Januari 2015

AGAMA BUDDHA

 

Agama Buddha

Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka(ajaran hukum metafisika dan psikologi).

Konsep Ketuhanan dalam Buddhisme           
{{main|Tuhan dalam agama Buddha}}
             
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan [[Tuhan]]. Konsep [[Tuhan dalam agama Buddha|ketuhanan dalam agama Buddha]] berbeda dengan konsep dalam [[agama Samawi]] [[dimana]] alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke [[surga]] ciptaan Tuhan yang kekal.     
             {{cquote|Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.}}   
           
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam [[bahasa Pali]] adalah ''Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang'' yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (''anatta''), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (''samkhata'') dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (''samsara'') dengan cara bermeditasi.       
                         
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.  
             
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang [[alam semesta]], [[terbentuknya Bumi]] dan [[evolusi manusia|manusia]], kehidupan manusia di alam semesta, [[kiamat]] dan Keselamatan atau Kebebasan.    
             
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (''anuttara samyak sambodhi'') atau pencerahan sejati [[dimana]] satu makhluk tidak perlu lagi mengalami proses [[tumimbal lahir]]. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

Moral dalam Buddhisme ==        
Sebagai mana agama [[Kristen]], [[Islam]], dan [[Hindu]] ajaran Buddha juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemoralan. Nilai-nilai kemoralan yang diharuskan untuk umat awam umat Buddha biasanya dikenal dengan [[Pancasila (Buddhis)|Pancasila]]. Kelima nilai-nilai kemoralan untuk umat awam adalah:    
* Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami      
* Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami   
* Kamesu Micchacara Veramani Sikhapadam  
* Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami      
* Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami     

Yang artinya:          
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.       
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan.      
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari melakukan perbuatan asusila        
* Aku bertekad akan melatih diri menghidari melakukan perkataan dusta    
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran         
             
Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab akibat. Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Jadi ada aksi atau karma baik dan ada pula aksi atau karma buruk. Saat ini, istilah karma sudah terasa umum digunakan, namun cenderung diartikan secara keliru sebagai hukuman turunan/hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:    
             
”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”
             
Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala).        
             
Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai Kamma Vipaka.

Aliran Buddha ==
Ada beberapa aliran dalam agama Buddha:
# [[Buddha Theravada]]
# [[Buddha Mahayana]]: [[Zen]]
# [[Vajrayana|Buddha Vajrayana]]

=== Buddha Mahayana ===
{{main|Buddha Mahayana}}
[[Berkas:Buddha lantau.jpg|thumb|250px|Patung Buddha Tian Tan. Vihara Po Lin, pulau Lantau, Hong Kong]]
[[Sutra Teratai]] merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran [[Buddha Mahayana|Mahayana]]. Tokoh [[Kwan Im]] yang bermaksud "maha mendengar" atau nama Sansekertanya "[[Avalokiteśvara]]" merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah [[titis|menitis]] beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan-lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok sebagai seorang [[dewi]].

Penyembahan kepada [[Amitabha]] Buddha (Amitayus) merupakan salah satu aliran utama Buddha [[Mahayana]]. Surga Barat merupakan tempat tujuan umat Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha [[dimana]] mereka tidak perlu lagi mengalami proses reinkarnasi dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di bumi.

Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah [[Dhamma]] dan Buddha Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap kesempurnaan [[dimana]] kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang [[Tionghoa]].

Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.

Menurut [[Buddha Gautama]] , kenikmatan Kesadaran [[Nirwana]] yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha [[Mahayana]] khususnya merujuk kepada banyak Buddha dan juga ''bodhisattva'' (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu). Dalam [[Tipitaka]] suci - intipati teks suci Buddha - tidak terbilang Buddha yang lalu dan hidup mereka telah disebut "spoken of", termasuk Buddha yang akan datang, [[Maitreya|Buddha Maitreya]] .


=== Buddha Theravada ===
{{utama|Buddha Theravada}}
Aliran Theravada adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang tinggal sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi [[Sri Langka]] dan wilayah [[Asia Tenggara]] (sebagian dari [[Tiongkok]] bagian barat daya, [[Kamboja]], [[Laos]], [[Myanmar]], [[Malaysia]], [[Indonesia]] dan [[Thailand]]) dan juga sebagian [[Vietnam]]. Selain itu populer pula di [[Singapura]] dan [[Australia]].

==== Gramatika ====
Theravada berasal dari [[bahasa Pali]] yang terdiri dari dua kata yaitu thera dan vada. Thera berarti [[sesepuh]] khususnya sesepuh terdahulu , dan vada berarti perkataan atau [[ajaran]]. Jadi Theravada berarti Ajaran Para Sesepuh.

Istilah Theravada muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam [[Dipavamsa]], catatan awal sejarah [[Sri Lanka]] pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini juga tercatat dalam [[Mahavamsa]], sebuah catatan sejarah penting yang berasal dari abad ke-5
Di yakini Theravada merupakan wujud lain dari salah satu aliran agama Buddha terdahulu yaitu [[Sthaviravada]] ([[Bahasa Sanskerta]]: Ajaran Para Sesepuh) , sebuah aliran agama Buddha awal yang terbentuk pada [[Sidang Agung Sangha]] ke-2 (443 SM). Dan juga merupakan wujud dari aliran [[Vibhajjavada]] yang berarti [[Ajaran Analisis]] (Doctrine of Analysis) atau [[Agama Akal Budi]] (Religion of Reason).

==== Sejarah ==== 
Sejarah Theravada tidak lepas dari sejarah Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha. Setelah Sang Buddha [[parinibbana]] (543 SM), tiga bulan kemudian diadakan Sidang Agung Sangha ([[Sangha Samaya]]).         
             
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan           
Dipimpin oleh [[Y.A. Maha Kassapa]] dan dihadiri oleh 500 orang [[Bhikkhu]] yang semuanya [[Arahat]]. Sidang diadakan di [[Goa Satapani]] di kota [[Rajagaha]]. Sponsor sidang agung ini adalah [[Raja Ajatasatu]]. Tujuan Sidang adalah menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang [[Dhamma]] dan [[Vinaya]] agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. [[Y.A. Upali]] mengulang Vinaya dan [[Y.A. Ananda]] mengulang Dhamma.
             
Sidang Agung Sangha ke-2, pada tahun 443 SM , [[dimana]] awal Buddhisme mulai terbagi menjadi 2. Di satu sisi kelompok yang ingin perubahan beberapa peraturan minor dalam Vinaya, di sisi lain kelompok yang mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok yang ingin perubahan Vinaya memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika yang merupakan cikal bakal Mahayana. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut Sthaviravada.  
             
Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok [[Sthaviravada]]. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan [[Moggaliputta Tissa]] sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathavatthu yang berisi penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula [[Abhidhamma]] dimasukkan. Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian [[Y.M. Mahinda]] (putra Raja Asoka) membawa [[Tipitaka]] ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai Theravada.

==== Kitab suci Buddhisme ====
Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama [[Buddha Theravada]] adalah Kitab Suci [[Tripitaka]] yang dikenal sebagai [[Kanon Pali]] (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha yang paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali/Magadhi Kuno, yang terbagi dalam tiga kelompok besar (yang disebut sebagai "pitaka" atau "keranjang") yaitu: [[Vinaya Pitaka]], [[Sutta Piṭaka]], dan [[Abhidhamma Pitaka]]. Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).

Ajaran Buddhisme ==
=== Empat Kebenaran Mulia ===
{{utama|Empat Kebenaran Mulia}}
Ajaran dasar Buddhisme dikenal sebagai '''Empat Kebenaran Mulia''', yang meliputi:
* ''Dukkha Ariya Sacca'' (Kebenaran Arya tentang Dukkha),
Dukha ialah penderitaan. Dukha menjelaskan bahwa ada lima pelekatan kepada dunia yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan.

* ''Dukkha Samudaya Ariya Sacca'' (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha),
Samudaya ialah sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab, contohnya: yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah adanya keinginan kepada hidup.

* ''Dukkha Nirodha Ariya Sacca'' (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha),
Nirodha ialah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.

* ''Dukkha Nirodha Ariya Sacca'' (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha).
Marga ialah jalan kelepasan. Jalan kelepasan merupakan cara-cara yang harus ditempuh kalau kita ingin lepas dari kesengsaraan. Delapan jalan kebenaran akan dibahas lebih mendalam pada pokok pembahasan yang selanjutnya.

Inti ajaran Buddha menjelaskan bahwa hidup adalah untuk menderita. Jika di dunia ini tidak ada penderitaan, maka Buddha pun tidak akan menjelma di dunia. Semua hal yang terjadi pada manusia merupakan wujud dari penderitaan itu sendiri. Saat hidup, sakit, dipisahkan dari yang dikasihi dan lain-lain, merupakan wujud penderitaan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Bahkan kesenangan yang dialami manusia, dianggap sebagai sumber penderitaan karena tidak ada kesenangan yang kekal di dunia ini. Kesenangan atau kegirangan bergantung kepada ikatannya dengan sumber kesenangannya itu, padahal sumber kesenangan tadi berada di luar diri manusia. Sumber itu tidak mungkin dipengang atau diraba oleh manusia, karena tidak ada sesuatu yang tetap berada.
Semua penderitaan disebabkan karena kehausan. Untuk menerangkan hal ini diajarkanlah yang disebut pratitya samutpada, artinya pokok permulaan yang bergantungan. Setiap kejadian pasti memiliki keterkaitan dengan pokok permulaan yang sebelumnya. Ada 12 pokok permulaan yang menjadi fokus pratitya samutpada.

=== Jalan Mulia Berunsur Delapan ===
{{utama|Jalan Mulia Berunsur Delapan}}
Agar terlepas dari penderitaan mereka mereka harus melalui '''Jalan Mulia Berunsur Delapan''', yaitu:
           
1. Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
:a. Empat Kesunyataan Mulia
:b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
:c. Hukum Paticca-Samuppäda
:d. Hukum Kamma

2. Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
:a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
:b. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
:c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)

3. Ucapan Benar (Sammã Vãca)
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
:a. Ucapan itu benar
:b. Ucapan itu beralasan
:c. Ucapan itu berfaedah
:d. Ucapan itu tepat pada waktunya

4. Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.

5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
:a. makhluk hidup
:b. senjata
:c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
:d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
:e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:

:a. Penipuan
:b. Ketidak-setiaan
:c. Penujuman
:d. Kecurangan
:e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)

6. Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.

7. Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:

:- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
:- perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
:- perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
:- perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)

Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.

8. Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam.

Semadi itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian yaitu persiapan atau upcara semadi dan semadinya sendiri.
Persiapan atau upacara semadi ini maksudnya kita harus merenungi kehidupan dalam agamannya seperti 7 jalan kebenaran yang dibahas tadi dengan empat bhawana,yaitu: '''''[[metta]]''''' (persahabatan yang universal), '''''[[karuna]]''''' (belas kasih yang universal), '''''[[mudita]]''''' (kesenangan dalam keuntungan dan akan segala sesuatu), dan '''''[[upakkha]]''''' (tidak tergerak oleh apa saja yang menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dan sebagainya.
Sesudah merenungkan hal-hal tersebut barulah masuk kedalam semadi yang sebenarnya dalam 4 tingkatan yaitu: mengerti lahir dan batinnya, mendapatkan damai batiniahnya, menghilangkan kegirangannya sehingga menjadi orang yang tenang, sampai akhirnya sukha dan dukha lenyap dari semuanya, dan rasa hatinya disudikan. Dengan demikianlah orang sampai pada kelepasan dari penderitaan.

Secara umum sama dengan aliran agama Buddha lainnya, Theravada mengajarkan mengenai pembebasan akan dukkha (penderitaan) yang ditempuh dengan menjalankan [[sila]] (kemoralan), [[samadhi]] (konsentrasi) dan [[panna]] (kebijaksanaan).

Agama Buddha Theravada hanya mengakui [[Buddha Gautama]] sebagai Buddha sejarah yang hidup pada masa sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui pernah ada dan akan muncul Buddha-Buddha lainnya.

Dalam Theravada terdapat 2 jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai [[Pencerahan Sempurna]] yaitu [[Jalan Arahat]] (Arahatship) dan [[Jalan Kebuddhaan]] (Buddhahood).

Hari Raya ==
Terdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci [[Waisak]], sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha yang dijadikan hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.

=== Waisak ===
Penganut Buddha merayakan [[Hari Waisak]] yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta

=== Kathina ===
Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.


=== Asadha ===
Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati peristiwa [[dimana]] Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Arya Sangha Bhikkhu(Persaudaraan Para Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma (yang ditemukan oleh Buddha).

Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Buddha sebagai guru dan teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.

Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai [[Empat Kebenaran Mulia]]( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.

=== Magha Puja ===
Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu:Bhikkhu yang ditasbihkan sendiri oleh sang Buddha), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.
Tempat ibadah agama Buddha disebut [[Vihara]].

===Penyebaran di Asia dan Indonesia ==
Agama Buddha mulai berkembang di [[India]], yaitu tempat dimana Buddha Gautama mengajarkan ajarannya. Setelah wafatnya Buddha Gautama, ajaran tersebut tidak lenyap begitu saja, melainkan disebarkan oleh para pemuka agama sehingga bertahan sampai sekarang di berbagai belahan dunia, khususnya di [[Asia]].

=== Penyebaran di India dan Asia Tengah ===
{{utama|Agama Buddha di India dan Asia Tengah}}
Dimulai dari India, tempat dimana Buddha Gautama lahir dan wafat. 100 tahun setelah Buddha mencapai [[Nirwana]], ajaran Buddha Gautama mulai memudar sehingga para [[biksu]] disana memutuskan untuk mulai melestarikannya agar tetap hidup. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuat ''[[Dharma]]'' atau  pengajaran. Di India jugalah tempat dimana mulai terbentuknya aliran [[Mahayana]] dan [[Theravada]] akibat perselisihan antara kelompok biarawan dan para kaum tua.Theravada umumnya mengajarkan bahwa tujuan tertinggi adalah menjadi [[arahat]], sedangkan Mahayana mengajarkan bahwa tujuan yang paling berharga adalah dengan mencapai Kebuddhaan.
Selain melalui kaum biarawan,agama Buddha juga disebarkan oleh raja-raja besar di India seperti [[Raja Ashoka]]. Ia mengajarkan kepada rakyatnya untuk tidak berpikiran jahat seperti serakah dan mudah marah. Ia menanamkan nilai-nilai moral, seperti menghargai kebenaran, cinta kasih dan amal.  Ashoka juga mengirim misionaris Buddha keberbagai negara tetangga, termasuk ke Sri Lanka dimana mereka diterima baik sehingga Sri Lanka menjadi basis agama Buddha.

=== Penyebaran di Asia Timur ===
{{utama|Agama Buddha di Asia Timur}}
Selama abad [[3 SM]], Raja Asoka mengirimkan misionaris ke barat laut India yaitu [[Pakistan]] dan [[Afganistan]]. Misi ini mencapai sukses besar karena kawasan ini segera menjadi pusat pembelajaran agama Buddha yang memiliki banyak biksu terkemuka dan sarjana. Ketika para pedagang Asia Tengah datang ke wilayah ini untuk berdagang, mereka belajar tentang Buddhisme dan menerimanya sebagai agama mereka. Dengan dukungan dari pedagang, [[biara gua]] banyak didirikan di sepanjang rute perdagangan di seluruh Asia Tengah. Pada abad [[2 SM]], beberapa kota Asia Tengah seperti [[Khotan]], telah menjadi pusat penting bagi Buddhisme. Melalui [[Jalan Sutera]] inilah, pertama kalinya orang [[Tiongkok]] (sekarang [[Cina]]) mengenal agama Buddha dari orang-orang di Asia Tengah yang sudah beragama Buddha.
Bentuk awal penyebaran agama Buddha di Cina adalah dengan adanya penerjemah yang bertugas menerjemahkan teks penting mengenai ajaran Buddha dari bahasa India ke bahasa Cina kala itu. Selain itu, juga lahirnya berbagai karya seni dan pahat dimana patung-patung Buddha dibuat. Bentuk perkembangan lainnya adalah dengan dibangunnya sekolah ajaran Buddha di Tiongkok yang mencakup [[seni]], [[patung]], [[arsitektur]] dan [[filsafat]] waktu itu.
Ada pula biarawan Tiongkok yang pergi ke [[Semenanjung Korea]] untuk memperkenalkan agama Buddha kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Korea pada waktu itu. Sehingga pada [[abad ke-6]] dan [[abad ke-7]], agama Buddha telah berkembang di bawah kerajaan tersebut. Selain di Korea, Buddhisme juga berkembang di kepulauan [[Jepang]].

=== Penyebaran di Asia Tenggara ===
{{utama|Agama Buddha di Asia Tenggara}}
Pada awal era [[masehi]], orang-orang di berbagai belahan [[Asia Tenggara]] datang untuk mengetahui ajaran Buddha sebagai hasil dari meningkatnya hubungan dengan para pedagang India yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang. Pedagang ini tidak hanya berdagang di Asia Tenggara, tetapi juga membawa agama mereka dan budaya dengan mereka. Di bawah pengaruh mereka, orang-orang setempat mulai mengenal agama Buddha, tapi tetap mempertahankan keyakinan lama dan adat istiadat mereka.
Sejak masuk di [[semenanjung Indocina]] (sekarang bagian Asia Tenggara), Buddhisme mulai masuk di [[Birma]], [[Siam]] (sekarang [[Thailand]]), [[Vietnam]], [[semenanjung Malaya]] (sekarang [[Malaysia Barat]]) dan kepulauan [[nusantara]] (sekarang [[Indonesia]]).

=== Penyebaran di Nusantara ===
{{utama|Agama Buddha di Indonesia}}
[[Berkas:Borobudur-Nothwest-view.jpg|thumb|400px|[[Candi Borobudur]], monumen [[Dinasti Syailendra]] yang dibangun di [[Magelang]], [[Jawa Tengah]].]]
Pada akhir [[abad ke-5]], seorang biksu Buddha dari India mendarat di sebuah kerajaan di [[Pulau Jawa]], tepatnya di [[Jawa Tengah]] sekarang. Pada akhir [[abad ke-7]], [[I Tsing]], seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke [[Pulau Sumatera]] (kala itu disebut [[Swarnabhumi]]), yang kala itu merupakan bagian dari kerajaan [[Sriwijaya]]. Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas oleh rakyat, dan ibukota Sriwijaya (sekarang [[Palembang]]), merupakan pusat penting untuk pembelajaran Buddhisme (kala itu [[Buddha Vajrayana]]). I Tsing belajar di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanannya ke India.

Pada pertengahan [[abad ke-8]], Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan raja-raja [[Dinasti Syailendra]] yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka membangun berbagai monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu [[Candi Borobudur]]. Monumen ini selesai di bagian awal [[abad ke-9]].
Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di puncak kejayaan dalam kekayaan dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan [[Semenanjung Malaya]].

==== Akhir zaman kerajaan Hindu-Buddha dan Peninggalannya====
Pada akhir [[abad ke-13]] seiring berkembang pesatnya pengaruh Islam dari [[Timur Tengah]], kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri di Sumatera, dan agama Islam segera menyebar ke Jawa dan Semenanjung Malaya lewat penaklukan dan penyebaran sistematis oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan ''[[Wali Sanga]]''. Akibatnya Buddhisme mengalami penurunan popularitas dan pada akhir [[abad ke-15]] Islam adalah agama yang dominan di nusantara dan Semenanjung Malaya. Buddhisme diperkenalkan kembali ke nusantara hanya pada [[abad ke-19]], dengan kedatangan pedagang dan orang-orang Tiongkok, Srilanka dan imigran Buddhis lainnya.

===Candi-Candi Penginggalan Kerajaan Budha===
Candi Candi peninggalan agama Buddha diantaranya:
* [[Candi Kalasan]], candi ini didirikan oleh Rakai Panangkaran pada tahun 778 M untuk memuja Dewa Tara. Candi ini terletak di Yogyakarta.
* [[Candi Sewu]], candi ini terletak di timur laut dari Candi Prambanan.
* [[Candi Mendut]], terletak pada satu garis lurus ke arah timur dari Candi Borobudur.
* [[Candi Pawon]], candi ini juga terletak pada garis lurus ke arash timur dari Candi Borobudur.
* [[Candi Borobudur]], candi ini merupakan candi Buddha terbesari di dunia. Candi Borobudur dibangun oleh raja-raja Wangsa Saleindra pada abad ke-9 M dan bangunan candi terdiri atas sepuluh tingkat. Candi Borobudur terletak di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
* [[Candi Muara Takus]], Candi ini terletak di dekat Pekanbaru dan Biaro Bahal di dekat Padangsidempuan, Sumatera Utara merupakan bangunan bercorak Buddha.

Pranala luar ==                    
* [http://www.hikmahbudhi.or.id/ Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI)]
* [http://www.walubi.or.id/ Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi)]     
* [http://www.dhammatalks.net/index2.htm#Indonesia Buddha dan DhammaNya]             
* [http://www.bhagavant.com/ Bhagavant.com (Ajaran Buddha Gautama)] 
* [http://www.samaggi-phala.or.id/ Samaggi Phala (Buddhist Information Network)]
Rujukan ==
* {{en}}[http://www.religionfacts.com/buddhism/history/se_asia.htm Religionfacts.com, Buddhisme di Asia Tenggara], diakses 14 April 2011, pk 19.00
* {{en}} [http://www.buddhanet.net/e-learning/buddhistworld/spread.htm Buddhanet.net, Penyebaran Buddhisme], diakses 14 April 2011, pk 19.00
{{Buddhisme-topik}}
[[Kategori:Buddhisme| {{PAGENAME}}]]
[[Kategori:Kepercayaan]]
{{Link FA|ar}}
{{Link FA|ro}}
{{Link FA|vi}}
{{Link GA|es}}
{{Link GA|is}}
{{Link GA|lt}}
{{Link GA|zh-classical}}

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.