Masa
Resesi Ekonomi AS Di Ambang Gerbang
Oleh :
Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Lehman
Brothers, Bear Stearns, Merrill Lynch, Freddie Mac dan Fannie Mae, serta
AIG (American International Group), semuanya grup usaha raksasa finansial
AS, kini sudah terpuruk.Kekokohan mereka saat menghadapi resesi ekonomi dunia tahun 1930-an yang dikenal “the great depression” dan resesi ekonomi dunia 1973 akibat
embargo minyak OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak), tidak tampak
lagi saat menghadapi masalah kredit
perumahan “subprime mortgage” AS
itu.
Pasar
modal di New York, AS, yang dikenal Bursa
Wall Street, terus terguncang dan dalam sepekan terakhir masih tetap saja
anjlok drastis di setiap hari transaksinya, meski sudah ada “lampu terang”
tentang persetujuan dari Kongres AS menyangkut program penyelamatan sektor
keuangan AS mencapai 700 miliar dolar
AS. Demikian pula upaya bank sentral AS, “The Federal Reserve”,
yang menurunkan suku bunga The Fed
sebesar 50 basis poin menjadi 1,5 persen pada Rabu (9/10), kemudian serentak
diikuti Bank Sentral Eropa (ECB), bank sentral Inggris, Kanada, Swedia, Swiss,
dan China, namun tetap saja bursa Wall
Street tetap menukik turun yang diikuti bursa-bursa efek dunia lainnya.
Tujuan
bankir-bankir menurunkan bunga acuannya, menyusul upaya sebelumnya menyuntikkan
dana ke pasar uang agar tidak terjadi kekeringan
kredit (credit crunch) di sektor
riil dan likwiditas pasar semakin membaik, belum direspon dengan positif.
Sebaliknya trauma kejadian-kejadian buruk institusi-institusi finansial dan
pasar Wall Street itu masih menggerus kepercayaan pelaku pasar, yang tak
pelak lagi semakin membuat citra AS sebagai adidaya kapitalis dunia semakin
meluntur. Pemerintahan George W. Bush
yang pada tahun ini akan berakhir, sepertinya memang akan meninggalkan akhir
buruk bagi negerinya.
Strategi
pemulihannya belum menunjukkan tanda yang meyakinkan para investor.
Seperti kata Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin dalam pertemuannya dengan
Partai Komunis Rusia di Moskow dengan tegas berujar,”Kepercayaan terhadap AS
sebagai pemimpin ekonomi dan dunia yang bebas, serta keyakinan pasar terhadap Wall Street sebagai pusat kepercayaan
telah rusak, saya yakin, untuk selamanya. Tak akan terulang lagi kejayaan pada masa
lalu di AS.”
Resesi
Datang
Sebelumnya pada pertengahan September 2008, Alan
Greenspan (82), seorang arsitektur dunia keuangan AS empat masa presiden AS
(Ronald Reagan, George HW Bush, Bill Clinton, dan George W Bush hingga 2006)
telah memprediksi krisis finansial ini akan makin mendalam yang bisa
mengakibatkan resesi ekonomi di AS. “Kemungkinan AS bisa lolos dari resesi
ekonomi sangat kecil, di bawah 50 persen, ” kata Greenspan saat diwawancara ABC
News.
Pada kenyataannya ungkapan Greenspan itu senada dengan
survei Bloomberg News yang diperoleh dari 52 ekonom selama periode 3-8 Oktober
2008, menyatakan, hampir semua indikator perekonomian AS memang sudah diambang resesi. Perekonomian AS akan menyusut dengan laju
tahunan 0,2 persen pada kuartal III
2008 dan 0,8 persen pada kuartal IV
2008. Penyusutan itu akan terjadi menyusul penurunan pada empat tolok
ukur bulanan yang juga digunakan Biro Riset Ekonomi Nasional AS (NBER) untuk
menentukan resesi, yaitu daftar gaji, produksi, pendapatan dan
penjualan.
Biro yang berbasis di Cambridge Massachusetts itu
mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas
sepanjang waktu yang berkelanjutan. Biro itu tidak mengikuti aturan dasar
umum yaitu penurunan produk domestik bruto (PDB) kuartalan dua kali berturut-turut.
Disebutkannya, para ekonom yang menilai kondisi
perekonomian AS saat ini sedang/segera, berada dalam kondisi resesi adalah 90 persen, naik dari 51
persen dalam survei September. Berita buruknya
dalam masa resesi ini pemerintah
terbebani tingkat pengangguran AS
mencapai 6,1 persen (per 8 September) level tertinggi sejak 2004.
Tingkat
pengangguran ini ada peluang besar meningkat, dan kalau ada pekerjaan pun sulit
menemukan yang berkualitas. Di sisi lain, bagi warga umum di AS, terutama para
pensiunan, uang investasi yang ditempatkan di lembaga-lembaga dana pensiun,
ternyata sudah menguap sekitar 2 triliun
AS sepanjang 15 bulan terakhir atau melorot 20 persen dari total investasi
dana pensiun gara-gara krisis ini.
“Keluarga?
Keluarga
biasa di AS tidak seperti para eksekutif di Wall Street, yang memiliki ‘parasut emas’. Jaminan hari tua para
pensiunan di AS kemungkinkan menjadi korban terparah dari krisis keuangan ini,”
kata anggota Partai Republik AS, George Miller seperti dikutip AP. Secara
global, menurut Francis Fukuyama (Newsweek,
13 Oktober 2008), AS tidak lagi bisa menikmati posisi hegemoni yang
dipegangnya selama ini, terlihat jelas saat kejadian invasi Rusia ke Georgia 7
Agustus. Demikian pula kemampuan AS membentuk perekonomian global
melalui pakta perdagangan, IMF dan Bank Dunia akan menyusut, sebagaimana halnya
sumberdaya keuangannya. ( ant/ Zaenal
Abidin )
Dalam ekonomi makro, resesi
adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan
penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja,
investasi, dan keuntungan perusahaan.
Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya
harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya
harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama
disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat
depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy
collapse).
Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah
di atas dengan cara ini: "sebuah resesi”
adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; “depresi” adalah ketika kamu yang
kehilangan pekerjaan
Referensi
The Thirty-Five Most Tumultuous Years in Monetary History:
Shocks and Financial Trauma, by Robert Aliber. Presented at the IMF Encyclopaedia Britannica, Depression Recession? Depression? What's the difference? (About.com)
Opini : Resesi, depresi, inflasi?
Terus
terang saya merasa terganggu dengan 3 istilah ini. terlebih tentang isu resesi Amerika
yang hangat dibicarakan pada minggu-minggu terakhir di berbagai media. Saya
sempat baca bahwa salah satu langkah yang diambil USA, dalam hal ini kebijakan
fiskal, untuk mengatasi economic instability akibat kolapsnya stockmarket di
tahun 70an dan 80an yaitu menciptakan resesi dengan sengaja untuk mengurangi
efek inflasi dalam negeri, pertanyaan saya adalah, apa logikanya?
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak
Ini
ada hubungannya dengan tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan fungsi bank
sebagai lembaga intermediaries [menghimpun dana dari masyarakat (dalam bentuk tabungan) dan menyalurkannya ke
masyarakat (dalam bentuk pinjaman) resesi adalah l (satu) situasi dimana perekonomian
lumpuh karena sektor usaha tidak berjalan; salah satu penyebab resesi adalah
tingginya tingktat suku bunga yang menyebabkan pengusaha sulit untuk memperoleh
modal demi melangsungkan usahanya,, di sisi lain, inflasi adalah situasi ketika jumlah uang beredar jauh
melebihi jumlah barang di masyarakat, daya beli masyarakat melebihi supplai
oleh produsen/ demand lebih besar dari supplai) sehingga harga barang-barang melonjak, untuk mengatasi ini, maka bank
sentral harus menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan menarik dana
masyarakat ke dalam bentuk tabungan) dengan demikian, jumlah uang beredar dalam
masyarakat akan berkurang,, (kurva demand akan bergeser dan mencapai titik
kesetimbangan/equilibrium dengan kurva supplai --> harga berangsur normal)
nah,,,
,jadi
jelas bahwa ketika pemerintah menaikkan suku bunga (menciptakan resesi) maka di
sisi lain ini akan menurunkan inflasi (karena mengurangi jumlah uang beredar
dalam masyarakat) NB: paparan di atas adalah kebijakan moneter karena setahu
saya kebijakan fiskal adalah kebijakan yang menyangkut pengaturan besarnya
pengeluaran dan belanja negara,, dan resesi serta inflasi biasanya selalu
dikaitkan dengan suku bunga (moneter)
Opini :
Lagi,
Resesi Ekonomi Amerika
Saturday,
23 August 2008
Ben
S. Bernanke, Ketua Federal Reserve Bank Sentral Amerika dalam sebuah sidang
darurat Dewan Komisaris Federal Reserve menyebut, inflasi yang terjadi saat ini
sangat membebani ekonomi Amerika. Dan menurutnya, tingginya inflasi tentu saja
menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi para pengambil kebijakan di Bank Sentral.
Ke
depannya, Bernanke mengingatkan aktivitas ekonomi masih menurun
sementara angka pengangguran semakin bertambah. Ia juga tidak lupa
menjelaskan betapa atmosfir ekonomi Amerika saat ini telah berubah menjadi
krisis ekonomi dan politik Amerika. Mencermati semakin dekatnya waktu Pemilu
Capres Amerika, ekonomi merupakan salah satu slogan kampanye bagi kandidat dari
Partai Demokrat dan Republik guna meraup suara terbanyak. Dua kubu ini berusaha
keras mengampanyekan program mereka guna memperbaiki kondisi perekonomian
Amerika. Warga Amerika sendiri akan memberikan suaranya kepada kandidat yang
memiliki program ekonomi terbaik guna menyelamatkan Amerika dari resesi
ekonomi. Kini angka resmi pengangguran di Amerika telah mencapai 6 persen dan
angka ini dapat dikatakan sebagai yang terbesar bila dibandingkan dengan 4
tahun lalu.
Mayoritas analis berkeyakinan, resesi ekonomi Amerika
dampak dari tingginya angka pengangguran dan inflasi lebih dari tahun-tahun
sebelumnya.
Resesi
ekonomi Amerika semakin diperpuruk dengan bangkrutnya lembaga-lembaga finansial
di sana. Bila dihitung sejak awal tahun 2008 hingga kini ada sekitar 100
lembaga finansial di Amerika yang mengalami masalah serius keuangan, sementara
puluhan lainnya telah dinyatakan bangkrut.
Sebab
utama pailitnya lembaga-lembaga tersebut dikarenakan
ketidakmampuan
para kreditor rumah membayar cicilan kreditnya. Di tahun-tahun terakhir, perumahan menjadi bisnis paling
menjanjikan di sektor ekonomi Amerika. Bahkan bisnis properti ini berperan
penting dalam perputaran uang dan modal serta menyediakan lapangan kerja. Krisis kredit yang tidak dapat
dibayar secara praktis membuat Amerika terperosok dalam resesi ekonomi.
Namun tentunya kenaikan harga bahan bakar merupakan sebab
lain krisis ekonomi di Amerika. Belum lagi Amerika sampai saat ini telah
mengeluarkan miliaran dolar di perang Irak dan Afghanistan dan yang menerima
getahnya adalah warga Amerika. Karena
biaya gila-gilaan itu didapat dari pajak yang diambil dari rakyat Amerika
sendiri. Dana sebesar itu dapat menyelamatkan ekonomi Amerika bila dialokasikan
ke dalam negeri.
Ekonomi dunia berkelindan/berhubungan
erat dengan perekonomian Amerika. Dan tentu saja, resesi ekonomi yang
terjadi di Amerika berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Bila Amerika
tidak mampu menyelesaikan masalah ekonominya baik di sektor perbankan maupun
properti, maka masalah ini akan berubah menjadi krisis ekonomi. Sebagian analis
bahkan meramal ekonomi Amerika bakal menyamai krisis ekonomi di tahun
1929.(Internet).13 Oktober 2008 | 15:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.