alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 01 Februari 2015

MASA RESESI EKONOMI AS DI AMBANG GERBANG

Masa Resesi Ekonomi AS Di Ambang Gerbang

Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob


Lehman Brothers, Bear Stearns, Merrill Lynch, Freddie Mac dan Fannie Mae, serta  AIG (American International Group), semuanya  grup usaha raksasa finansial AS, kini sudah terpuruk.Kekokohan mereka saat menghadapi resesi ekonomi dunia tahun 1930-an yang dikenal “the great depression” dan  resesi ekonomi dunia 1973 akibat  embargo minyak OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak), tidak tampak lagi saat menghadapi masalah kredit perumahan “subprime mortgage” AS itu.

Pasar modal di New York, AS, yang dikenal Bursa Wall Street, terus terguncang dan dalam sepekan terakhir masih tetap saja anjlok drastis di setiap hari transaksinya, meski sudah ada “lampu terang” tentang persetujuan dari Kongres AS menyangkut program penyelamatan sektor keuangan AS mencapai 700 miliar dolar AS. Demikian pula  upaya bank sentral AS, “The Federal Reserve”, yang menurunkan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin menjadi 1,5 persen pada Rabu (9/10), kemudian serentak diikuti Bank Sentral Eropa (ECB), bank sentral Inggris, Kanada, Swedia, Swiss, dan China, namun tetap saja bursa Wall Street tetap menukik turun yang diikuti bursa-bursa efek dunia lainnya.

Tujuan bankir-bankir menurunkan bunga acuannya, menyusul upaya sebelumnya menyuntikkan dana ke pasar uang agar tidak terjadi kekeringan kredit (credit crunch) di sektor riil dan likwiditas pasar semakin membaik, belum direspon dengan positif. Sebaliknya trauma kejadian-kejadian buruk institusi-institusi finansial dan pasar Wall Street itu masih menggerus kepercayaan pelaku pasar, yang  tak pelak lagi semakin membuat citra AS sebagai adidaya kapitalis dunia semakin meluntur. Pemerintahan George W. Bush yang pada tahun ini akan berakhir, sepertinya memang akan meninggalkan akhir buruk bagi negerinya.

Strategi pemulihannya belum menunjukkan tanda yang meyakinkan para investor. Seperti kata Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin dalam pertemuannya dengan Partai Komunis Rusia di Moskow dengan tegas berujar,”Kepercayaan terhadap AS sebagai pemimpin ekonomi dan dunia yang bebas, serta keyakinan pasar terhadap Wall Street sebagai pusat kepercayaan telah rusak, saya yakin, untuk selamanya. Tak akan terulang lagi kejayaan pada masa lalu di AS.

 Resesi Datang

Sebelumnya pada pertengahan September 2008, Alan Greenspan (82), seorang arsitektur dunia keuangan AS empat masa presiden AS (Ronald Reagan, George HW Bush, Bill Clinton, dan George W Bush hingga 2006) telah memprediksi krisis finansial ini akan makin mendalam yang bisa mengakibatkan resesi ekonomi di AS. “Kemungkinan AS bisa lolos dari resesi ekonomi sangat kecil, di bawah 50 persen, ” kata Greenspan saat diwawancara ABC News.

Pada kenyataannya ungkapan Greenspan itu senada dengan survei Bloomberg News yang diperoleh dari 52 ekonom selama periode 3-8 Oktober 2008, menyatakan, hampir semua indikator perekonomian AS memang sudah diambang resesi. Perekonomian AS akan menyusut dengan laju tahunan 0,2 persen pada kuartal III 2008 dan 0,8 persen pada kuartal IV 2008. Penyusutan itu akan terjadi menyusul penurunan pada empat  tolok ukur bulanan yang juga digunakan Biro Riset Ekonomi Nasional AS (NBER) untuk menentukan resesi, yaitu daftar gaji, produksi, pendapatan dan penjualan.

Biro yang berbasis di Cambridge Massachusetts itu mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas sepanjang waktu yang berkelanjutan. Biro itu tidak mengikuti aturan dasar umum yaitu penurunan produk domestik bruto (PDB) kuartalan dua kali berturut-turut.

Disebutkannya, para ekonom yang menilai kondisi  perekonomian AS saat ini sedang/segera, berada dalam kondisi resesi adalah 90 persen, naik dari 51 persen dalam survei September. Berita buruknya dalam masa resesi ini pemerintah terbebani tingkat pengangguran AS mencapai 6,1 persen (per 8 September) level tertinggi sejak 2004.

Tingkat pengangguran ini ada peluang besar meningkat, dan kalau ada pekerjaan pun sulit menemukan yang berkualitas. Di sisi lain, bagi warga umum di AS, terutama para pensiunan, uang investasi yang ditempatkan di lembaga-lembaga dana pensiun, ternyata sudah menguap sekitar 2 triliun AS sepanjang 15 bulan terakhir atau melorot 20 persen dari total investasi dana pensiun gara-gara krisis ini.

“Keluarga?

Keluarga biasa di AS tidak seperti para eksekutif di Wall Street, yang memiliki ‘parasut emas’. Jaminan hari tua para pensiunan di AS kemungkinkan menjadi korban terparah dari krisis keuangan ini,” kata anggota Partai Republik AS, George Miller seperti dikutip AP. Secara global, menurut Francis Fukuyama (Newsweek, 13 Oktober 2008), AS tidak lagi bisa menikmati posisi hegemoni yang dipegangnya selama ini, terlihat jelas saat kejadian invasi Rusia ke Georgia 7 Agustus.  Demikian pula kemampuan  AS membentuk perekonomian global melalui pakta perdagangan, IMF dan Bank Dunia akan menyusut, sebagaimana halnya sumberdaya keuangannya. ( ant/ Zaenal Abidin )

Artikel Resesi  dalam kategori : Opini 

Dalam ekonomi makro, resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse).

Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah di atas dengan cara ini:  "sebuah resesi” adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan;  “depresi” adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan

Referensi

Opini : Resesi, depresi, inflasi? 


Terus terang saya merasa terganggu dengan 3 istilah ini. terlebih tentang isu resesi Amerika yang hangat dibicarakan pada minggu-minggu terakhir di berbagai media. Saya sempat baca bahwa salah satu langkah yang diambil USA, dalam hal ini kebijakan fiskal, untuk mengatasi economic instability akibat kolapsnya stockmarket di tahun 70an dan 80an yaitu menciptakan resesi dengan sengaja untuk mengurangi efek inflasi dalam negeri, pertanyaan saya adalah, apa logikanya?
anatasya
by anatasya  Anggota sejak: 31 Oktober 2007

 Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak


Ini ada hubungannya dengan tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan fungsi bank sebagai lembaga intermediaries [menghimpun dana dari masyarakat (dalam  bentuk tabungan) dan menyalurkannya ke masyarakat (dalam bentuk pinjaman) resesi adalah l (satu) situasi dimana perekonomian lumpuh karena sektor usaha tidak berjalan; salah satu penyebab resesi adalah tingginya tingktat suku bunga yang menyebabkan pengusaha sulit untuk memperoleh modal demi melangsungkan usahanya,, di sisi lain, inflasi adalah  situasi ketika jumlah uang beredar jauh melebihi jumlah barang di masyarakat, daya beli masyarakat melebihi supplai oleh produsen/ demand lebih besar dari supplai) sehingga harga barang-barang  melonjak, untuk mengatasi ini, maka bank sentral harus menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan menarik dana masyarakat ke dalam bentuk tabungan) dengan demikian, jumlah uang beredar dalam masyarakat akan berkurang,, (kurva demand akan bergeser dan mencapai titik kesetimbangan/equilibrium dengan kurva supplai --> harga berangsur normal) nah,,,

,jadi jelas bahwa ketika pemerintah menaikkan suku bunga (menciptakan resesi) maka di sisi lain ini akan menurunkan inflasi (karena mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat) NB: paparan di atas adalah kebijakan moneter karena setahu saya kebijakan fiskal adalah kebijakan yang menyangkut pengaturan besarnya pengeluaran dan belanja negara,, dan resesi serta inflasi biasanya selalu dikaitkan dengan suku bunga (moneter)

Opini :
Lagi, Resesi Ekonomi Amerika
Saturday, 23 August 2008
Ben S. Bernanke, Ketua Federal Reserve Bank Sentral Amerika dalam sebuah sidang darurat Dewan Komisaris Federal Reserve menyebut, inflasi yang terjadi saat ini sangat membebani ekonomi Amerika. Dan menurutnya, tingginya inflasi tentu saja menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi para pengambil kebijakan di Bank Sentral. Ke depannya, Bernanke mengingatkan aktivitas ekonomi masih menurun sementara angka pengangguran semakin bertambah. Ia juga tidak lupa menjelaskan betapa atmosfir ekonomi Amerika saat ini telah berubah menjadi krisis ekonomi dan politik Amerika. Mencermati semakin dekatnya waktu Pemilu Capres Amerika, ekonomi merupakan salah satu slogan kampanye bagi kandidat dari Partai Demokrat dan Republik guna meraup suara terbanyak. Dua kubu ini berusaha keras mengampanyekan program mereka guna memperbaiki kondisi perekonomian Amerika. Warga Amerika sendiri akan memberikan suaranya kepada kandidat yang memiliki program ekonomi terbaik guna menyelamatkan Amerika dari resesi ekonomi. Kini angka resmi pengangguran di Amerika telah mencapai 6 persen dan angka ini dapat dikatakan sebagai yang terbesar bila dibandingkan dengan 4 tahun lalu.

Mayoritas analis berkeyakinan, resesi ekonomi Amerika dampak dari tingginya angka pengangguran dan inflasi lebih dari tahun-tahun sebelumnya.
Resesi ekonomi Amerika semakin diperpuruk dengan bangkrutnya lembaga-lembaga finansial di sana. Bila dihitung sejak awal tahun 2008 hingga kini ada sekitar 100 lembaga finansial di Amerika yang mengalami masalah serius keuangan, sementara puluhan lainnya telah dinyatakan bangkrut.

Sebab utama pailitnya lembaga-lembaga tersebut dikarenakan
ketidakmampuan para kreditor rumah membayar cicilan kreditnya. Di tahun-tahun terakhir, perumahan menjadi bisnis paling menjanjikan di sektor ekonomi Amerika. Bahkan bisnis properti ini berperan penting dalam perputaran uang dan modal serta menyediakan lapangan kerja. Krisis kredit yang tidak dapat dibayar secara praktis membuat Amerika terperosok dalam resesi ekonomi.

Namun tentunya kenaikan harga bahan bakar merupakan sebab lain krisis ekonomi di Amerika. Belum lagi Amerika sampai saat ini telah mengeluarkan miliaran dolar di perang Irak dan Afghanistan dan yang menerima getahnya adalah warga Amerika. Karena biaya gila-gilaan itu didapat dari pajak yang diambil dari rakyat Amerika sendiri. Dana sebesar itu dapat menyelamatkan ekonomi Amerika bila dialokasikan ke dalam negeri.

Ekonomi dunia berkelindan/berhubungan  erat dengan perekonomian Amerika. Dan tentu saja, resesi ekonomi yang terjadi di Amerika berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Bila Amerika tidak mampu menyelesaikan masalah ekonominya baik di sektor perbankan maupun properti, maka masalah ini akan berubah menjadi krisis ekonomi. Sebagian analis bahkan meramal ekonomi Amerika bakal menyamai krisis ekonomi di tahun 1929.(Internet).13 Oktober 2008 | 15:36





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.