Selasa, 20 Mei 2014
Malaysia Ber-ulah, TNI AL Siagakan KRI Sutedi Senoputra !!!

SANGAT DEKAT: Kapal milik Malaysia menancapkan tiang pembangunan
mercusuar di atas laut kemarin. Malaysia mengerahkan delapan kapal,
termasuk ponton, untuk membangun tiang yang jaraknya sangat dekat dengan
wilayah Indonesia.
Pembangunan mercusuar atau bikon oleh pihak Malaysia di perairan Tanjung
Datok Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas membuat TNI AL terusik.
Pangkalan TNI AL (Lanal) Pontianak mengirim dua armada yang terdiri dari
satu kapal perang dan pesawat udara untuk memantau perkembangan
pembangunan rambu suar tersebut. Pemerintah Malaysia diduga telah
melakukan aktivitas pembangunan rambu suar di kawasan perairan
Indonesia, tepatnya titik koordinat 02.05.053 N-109.38.370 E Bujur Timur
atau sekitar 900 meter di depan patok SRTP 1 (patok 01) di Tanjungdatu,
Paloh, Sambas.
Pihak Pangkalan TNI AL Pontianak tengah menyelidiki kemungkinan
pelanggaran batas wilayah perairan Indonesia oleh pihak Malaysia di
Tanjung Datuk, yang berada di daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan
Sarawak.
Informasi yang dihimpun Pontianak Post (grup Radar Lampung), aktivitas
pembangunan rambu suar itu setelah terpantau oleh petugas navigasi
perhubungan laut yang akan melaksanakan serah terima pos navigasi di
Temajok. Saat bersamaan, petugas navigasi melihat iring-iringan delapan
kapal Malaysia yang terdiri atas tiga kapal boat, empat tongkang
material, dan satu kapal angkatan laut bergerak menuju perairan lebih
kurang 900 meter di depan patok SRTP 01.
Kapal-kapal itu melakukan pemasangan tiang pancang besi dalam rangka
membangun mercusuar. Bahkan hingg kini sudah terpasang tiga tiang
pancang. ’’Informasi ini kami terima pada 15 Mei 2014 sekitar pukul
09.00 WIB,” kata Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Pontianak
Kolonel Dwika Tjahya Setiawan kemarin.
Dari informasi itu, pihaknya kini masih menyelidiki aktivitas yang
dilakukan oleh pihak maritim pemerintah Malaysia. ’’Kami masih melakukan
penyelidikan, apakah daerah itu masuk ke kawasan perairan Indonesia
atau tidak? Karena berdasarkan perundingan antara Indonesia dengan
Malaysia di Kinabalu (1975) dan Semarang (1978), wilayah Camarbulan
seluas 1.400 hektare di Kalimantan Barat merupakan wilayah Malaysia.
Namun, untuk kawasan perairan hingga kini belum ada kesepakatan antara
kedua negara,” kata Dwika.
Kendati demikian, lanjut Dwika, berdasarkan peta, aktivitas pembangunan
mercusuar oleh pihak Malaysia itu masuk ke perairan Indonesia.
Pembangunan mercusuar itu berada tak jauh di bawah mercusuar yang ada di
bukit Tanjungdatu. ’’Namun, kami masih selidiki dahulu kebenarannya.
Pesawat Cassa kami sudah melakukan pemotretan lewat udara. Dalam waktu
dekat ini, kami akan mengirim kapal perang ke lokasi aktivitas
pembangunan mercusuar itu. Jika memang terbukti melanggar daerah
teritorial, secara tegas akan dilakukan pengusiran,” tegasnya.
Adanya aktivitas pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia, kata Dwika,
sudah dilaporkan kepada Pangdam XII/Tanjungpura. Mendapatkan informasi
itu, Pandam XII/Tanjungpura, Mayjen TNI A. Ibrahim Saleh didampingi
Asintel As. Ops. dan Katopdam XII/Tanjungpura melakukan pengecekan di
lapangan dengan menggunakan Gun Helly.
’’Setelah saya mendapatkan informasi dari Danlanal Pontianak, saya
langsung mengecek ke lapangan,” kata A. Ibrahim Saleh kemarin.
Dalam pengamatan melalui udara, ditemukan ada pelaksanaan membangun
tiang pancang mercusuar di wilayah Tanjungdatu, tepatnya di segitiga
pasir berumput Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. ’’Tadi saya
sempat berputar tepat di atas tempat pemancangan mercusuar itu. Kurang
lebih 100-300 meter di sebelah utara patok A1, di mana pancangan
mercusuar ini berada di laut. Kami temukan tadi tinggal dua kapal. Satu
kapal maritim, kapal tongkang, dan dua tugboat. Sementara empat kapal
lainnya sudah meninggalkan tempat. Karena laporan awal ada delapan
kapal,” kata Pangdam.
Dijelaskan Pangdam, setelah beberapa saat memantau melalui udara,
pihaknya kembali ke markas. ’’Kondisi terakhir sekarang masih
melaksanakan kegiatan di sana,” katanya.
Disinggung soal lokasi pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia,
Pangdam belum bisa memastikan. Menurutnya, lokasi pembangunan mercusuar
itu berada di laut. Terlebih hingga kini belum ada kesepakatan mengenai
batas laut. ’’Kalau untuk darat sudah jelas,” ungkapnya.
Akibat pembangunan mercusuar tersebut, masyarakat Temajok mulai tidak
berani mencari ikan di kawasan segitiga pasir berumput karena lokasi itu
diklaim milik Malaysia. ’’Masyarakat merasa takut karena pihak Malaysia
melarang. Karena kawasan itu dianggap sebagai kawasan milik Malaysia.
Mengenai lokasinya, nanti kita pastikan lagi. Sudah ada pengerahan KRI
menuju lokasi,” katanya.
Jika aktivitas pembangunan mercusuar tersebut berada di wilayah perairan
Indonesia, tambah Pangdam, maka tidak ada alasan lain untuk menindak
tegas. “Tidak ada alasan lain. Maka akan kita usir mereka, tapi sesuai
prosedur,” tegasnya.
Malaysia Berulah, TNI AL Siagakan KRI Sutedi Senoputra

Tentara Nasional Indonesia (TNI) tak tinggal diam menyusul adanya
laporan pembuatan mercusuar yang dilakukan Malaysia di kawasan Tanjung
Datu, Kecamatan Paloh, perbatasan Kalimantan Barat. Kemudian,
menindaklanjuti hal itu, pihak Lanal Pontianak mengirim kapal SSA serta
membuat foto udara menggunakan pesawat TNI AL. Namun hingga Minggu
(18/5) masih ada kegiatan pemasangan lampu suar oleh pihak Malaysia di
wilayah itu.
Dari Koarmabar TNI di Jakarta dikabarkan juga telah mengirim kapal KRI ke kawasan tersebut untuk memastikan kebenarannya.
Sementara perwira di Lanal Pontianak yang enggan disebut namanya
membenarkan dan mengatakan masih dilakukan tindak lanjut apakah kegiatan
pihak Malaysia melanggar batas wilayah atau tidak. Tanjung Datuk
merupakan wilayah perbatasan di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas,
Kalbar.
Areal Tanjung Datuk termasuk di dalamnya Gosong Niger di wilayah laut
dan Camar Wulan di wilayah darat yang sampai sekarang titik ikat dan
patok batas Provinsi Kalimantan Barat (Republik Indonesia) Negara
Bagian Sarawak (Federasi Malaysia), masih bermasalah karena belum
disepakati. (T011)
Panglima TNI, Jenderal Moledoko menegaskan, terkait hal itu TNI bahkan
telah mengirimkan sejumlah personelnya untuk memastikan kebenaran
laporan tersebut.
"Sekarang sedang dicek. Itu masuk Indonesia atau tidak, atau bahkan
masuk abu-abu, tentu akan kami protes. Secara administrasi, panglima
sudah melayangkan surat karena itu adalah pelanggaran. Kami sudah kirim
surat itu ke menteri luar negeri," tegas Moeldoko usai memberikan kuliah
umum di Universitas Indonesia (UI) Depok, Selasa 20 Mei 2014.
Saat ini, lanjutnya, satu unit kapal dan pasukan telah diterjunkan ke
lokasi untuk memastikan kebenaran laporan sekaligus melakukan patroli di
wilayah perbatasan itu. "Sudah ada satu kapal yang dikerahkan," kata
dia.
Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Pontianak, Kolonel Dwika Tjahja
Setiawan mengatakan, pengiriman dua armada tersebut untuk melakukan
pemantauan pembangunan mercusuar yang dilakukan pihak Malaysia di
perairan Tanjung Datok. Sekaligus sebagai upaya pengamanan di kawasan
perbatasan. “Tadi malam KRI SSA (Sutedi Seoputra) sudah berangkat dan
sekarang berada di sekitar lokasi pembangunan mercusuar di Tanjung
Datok. Selain itu, kami juga melakukan patroli dengan pesawat udara TNI
AL U 621 untuk pemantauan,” kata Dwika kepada Pontianak Post, kemarin.
Dikatakan Dwika, KRI SSA (Sutedi Senoputra) yang dikirim ke lokasi
dilengkapi dengan peralatan perang dan tim Hidros TNI AL sebagai tim
survey untuk mengidentifikasi lokasi. “Armada ini kami siagakan di
sana,” kata Dwika.
Dari hasil pemantauan melalui pesawat udara, lanjut Dwika, pihaknya
tidak melihat adanya aktivitas pembangunan oleh pihak Malaysia. Kendati
demikian, dari pemantauan tersebut, anggota yang diturunkan melihat
keberadaan kapal tongkang, tugboat dan kapal Malaysia. “Cuaca hari ini
tidak kondusif. Saat pemantauan terjadi hujan deras dan gelombang yang
mengakibatkan jarak pandang sangat terbatas. Kami di sana tidak melihat
ada aktivitas pembangunan, namun kami melihat keberadaan beberapa kapal
di lokasi pembangunan,” lanjutnya.
Kendati demikian, TNI Angkatan Laut Pontianak membenarkan adanya upaya
pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok.
“Kami membenarkan adanya upaya pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia
di Tanjung Datok. Namun apakah hari ini aktivitas itu berlangsung, kami
tidak melihat karena cuaca buruk,” jelasnya.

Disinggung soal keberadaan lokasi pembangunan, Dwika mengatakan,
berdasarkan floting peta laut yang dimiliki TNI AL, pembangunan rambu
suar oleh pihak Malaysia berada di perairan Indonesia tepatnya di titik
koordinat 02.05.053N-109.38.760E. “Berdasarkan peta itu, lokasi
pembangunan oleh pihak Malaysia secara yuridis berada di perairan
Indonesia. Namun kami masih melakukan pengecekan kembali,” katanya.
Aktivitas pembangunan tersebut setelah terpantau oleh petugas navigasi
perhubungan laut yang akan akan melaksanakan serah terima pos navigasi
di Temajok. Saat bersamaan, petugas navigasi melihat iring-iringan kapal
Malaysia yang berjumlah delapan buah yang terdiri dari tiga kapal boat,
empat tongkang material, dan satu kapal angkatan laut bergerak menuju
perairan lebih kurang 900 meter di depan patok SRTP 01.
Anggota DPR RI asal daerah pemilihan Kalimantan Barat, Sukiman meminta
Pemerintah menindaklanjuti dan menyelidiki secara serius pembangunan
Mercusuar oleh Malaysia di Kawasan Perairan Tanjung Datu, Kabupaten
Sambas, Provinsi Kalbar. ”Pemerintah harus bertindak tegas seandainya
pembangunan Mercusuar memang masuk ke wilayah kedaulatan RI,” ungkapnya
Senin (19/5) via telepon.
Menurut dia pelanggaran yang dilakukan Malaysia tidak hanya sekali
dilakukan. Pertama lepasnya Sipadan-Ligitan sudah membuat muka Indonesia
tertampar di dunia internasional. Lalu patok batas di Camar Bulan ikut
diganggu juga. ”Lalu muncul lagi persoalan baru dengan membangun
Mercusuar di Kabupaten Sambas,” ungkapnya.
Katanya Malaysia sepertinya tidak pernah puas dan selalu senang mengusik
kedaulatan NKRI I. “Ini sudah menyangkut harga diri bangsa. Kita
seperti diinjak-injak. Harus ada sikap tegas. Tegur pemerintah Malaysia
melalui jalur diplomatik,” usulnya.
Politisi PAN asal Kalbar ini menambahkan pembangunan Mercusuar di
wilayah perairan bahkan sampai melibatkan pengawalan dari militer
kerajaan Malaysia segala. Bahkan ada kapal perang yang ikut nongkrong di
perairan wilayah RI menunggu proses pembangunan tersebut. Sepertinya
ada misi khusus kenapa dibangun Mercusuar.
”Seandainya mereka hormat seharusnya dibangun tetapi dengan melakukan
koordinasi ke Pemerintah RI. Jangan hanya menguntungkan salah satu
negara. Apalagi soal perbatasan sangat rentan. Wilayah perairan tersebut
juga masih bersengketa,” terangnya.
Sukiman meminta Pemerintah RI perlu menambah Pangkalan TNI AL
berkedudukan di perairan Kabupaten Sambas. Pembangunanya harus
dilengkapi dengan perlengkapan teknologi dan komunikasi sangat canggih.
Tujuannya untuk menjaga segala potensi dan kedaulatan perbatasan wilayah
kelautan RI. “Sistem komunikasi canggih sangat berguna mendeteksi
gangguan di wilayah perbatasan RI,” ujarnya.
Selain itu, ia meminta Pemerintah RI melengkapi TNI AL di Kalbar
kapal-kapal patroli dengan kemampuan sangat cepat menjangkau perairan
perbatasan. Kapal-kapal tersebut mampu dipergunakan untuk memonitor
wilayah perbatasan dan perairan di jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia
(ALKI).
Sukiman berjanji, ia bersama kawan-kawannya di DPR RI terutama Komisi
Hankam akan membawa pembangunan Mercusuar oleh Malaysia pada sidang
paripurna besok (hari ini). “Jelas saya sebagai bagian dari NKRI dan
wakil rakyat dari Kalbar sangat menyayangkan tindak tanduk Pemerintah
Malaysia dengan membangun Mercusuar tersebut,” tuturnya.
Pemprov Kirim Utusan ke Paloh
DPRD Kalbar meminta pemerintah Republik Indonesia segera mengambil
langkah tegas. ’’Kalau memang benar, kita harus berani berbuat tegas.
Tidak boleh satu negara manapun mengambil sejengkal lahan negara RI. Itu
sama saya menginjak-injak harga diri kita!” kata Wakil Ketua DPRD
Kalbar Prabasa Anantatur kemarin via telepon dari Jakarta.
Menurut dia, isu pencaplokan kawasan perairan Republik Indonesia memang
bukan barang baru. Pada 2011 sempat diributkan dengan sengketa patok
batas, tepatnya di Desa Camarbulan, Temajuk Kecamatan Paloh, Kabupaten
Sambas. ”Untuk yang satu ini, kita memang harus berhati-hati menyikapi.
Namun, seandainya memang aktivitas mercusuar berada di kawasan
Tanjungdatu, kita harus berani berbuat tegas,” ujarnya.
Sebagai bagian dari pemerintah di Kalimantan Barat, DPRD Kalbar jelas
merasa geram adanya aktivitas itu. Siapa pun tidak akan pernah terima
jika ada orang asing nyelonong masuk dan tiba-tiba beraktivitas. ”Itu
sama saja tamu tidak diundang. Kita tunggulah seperti apa. Tapi,
sebaiknya pemerintah Indonesia memang memberikan teguran keras,”
ungkapnya.
Sementara itu pemprov mengutus Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Togi L
Tobing, untuk meninjau lokasi pembangunan mercusuar oleh Malaysia yang
diduga masuk kawasan Tanjung Dato, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.
“Kami mengutus staf ahli bidang hukum untuk meninjau lapangan dan
setelah pulang akan dibuat laporannya,” ujar Wakil Gubernur Kalbar,
Christiandy Sanjaya seusai paripurna di DPRD Provinsi Kalbar, Senin
(19/5).
Menurut Christiandy, pengutusan staf ahli tersebut untuk mengetahui
kondisi detil di lapangan, kendati persoalan perbatasan menjadi
kewenangan pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi Kalbar pun
melaporkannya secara resmi kepada pemerintah pusat, setelah mendapat
informasi di lapangan.
“Saya sudah mendapatkan informasi dari Danlanal. Gubernur juga sudah
mendapatkan informasi tersebut. Informasinya TNI dan Polri juga sudah
melaporkannya kepada Kementerian Luar Negeri. Secepatnya akan kami
laporkan kepada pemerintah pusat,” ungkap Christiandy.
Christiandy menuturkan selama ini Pemerintah Malaysia tidak pernah
membicarakan pembangunan mercusuar dengan Pemprov Kalbar selaku kawasan
yang berbatasan dengan negara tersebut. Tetapi, lanjut Christiandy,
dirinya belum mendapatkan informasi apakah persoalan itu pernah
dibicarakan Malaysia dalam pertemuan Sosek Malindo.
Christiandy menambahkan saat ini sedang diselidiki perihal pembangunan
mercusuar. Jika pembangunan itu memasuki wilayah Kalbar, Indonesia, ia
meminta ditindak tegas karena melanggar kedaulatan negara.
“Institusi pengamanan di perbatasan seperti jajaran TNI dan petugas kita
di perbatasan juga akan memberi data selengkapnya,” katanya.
Bukan pertama kali Malaysia mengobok-obok wilayah
NKRI.

Ulah Malaysia memprovokasi Indonesia seolah tak pernah habis. Tiga tahun
paskasengketa patok batas di Desa Camarbulan Temajok, Kecamatan Paloh,
Kabupaten Sambas, antara pemerintah negara Indonesia dan Malaysia pada
Oktober 2011.
TNI AL Berhasil Hentikan Aktivitas di Tanjung Datuk
Saat dihubungi secara terpisah Kadispenal Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir menyampaikan tim verifikasi sebanyak 80 anggota sudah tiba di Tanjung Datuk Senin Pukul 15.30. Kedatangan mereka kata dia, sudah berhasil menghentikan semua kegiatan pembangunan mercusuar Malaysia di Tanjung Datuk.
"Area itu sudah diamankan oleh anggota TNI AL yang betugas di Pos Angkatan Laut (posal) Temajuk," katanya.
Simorangkir berkata TNI AL sudah mengerahkan satuannya untuk melakukan pengamanan dengan menurunkan satu kapal jenis KRI SS-378 dan satu pesawat udara patroli maritim Nomer U-621 milik pos angkatan laut Temajuk dekat Tanjung Datuk Lanal Pontianak.
Menurutnya, Indonesia memang memiliki persoalan mengenai garis batas dengan 10 negara, yaitu di antaranya Singapura dan Malaysia. Mengenai garis batas di Tanjung Datuk ini, kata Simorangkir tidak pernah selesai dengan Malaysia.
Jadi yang harus bicara mengenai garis batas itu kata Simorangkir adalah pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri bukan TNI.
"TNI Angkatan Laut yang jadi anggota personalnya KRI," katanya.
Saat ini kata Simorangkir kapal milik Malaysia berjumlah tujuh kapal dengan tiga kapal tongkang dan empat kapal on board yang digunakan sebagai aktivitas pemasangan tiang mercusuar sudah berhasil ditarik ke perbatasan.
TNI AL Berhasil Hentikan Aktivitas di Tanjung Datuk
Saat dihubungi secara terpisah Kadispenal Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir menyampaikan tim verifikasi sebanyak 80 anggota sudah tiba di Tanjung Datuk Senin Pukul 15.30. Kedatangan mereka kata dia, sudah berhasil menghentikan semua kegiatan pembangunan mercusuar Malaysia di Tanjung Datuk.
"Area itu sudah diamankan oleh anggota TNI AL yang betugas di Pos Angkatan Laut (posal) Temajuk," katanya.
Simorangkir berkata TNI AL sudah mengerahkan satuannya untuk melakukan pengamanan dengan menurunkan satu kapal jenis KRI SS-378 dan satu pesawat udara patroli maritim Nomer U-621 milik pos angkatan laut Temajuk dekat Tanjung Datuk Lanal Pontianak.
Menurutnya, Indonesia memang memiliki persoalan mengenai garis batas dengan 10 negara, yaitu di antaranya Singapura dan Malaysia. Mengenai garis batas di Tanjung Datuk ini, kata Simorangkir tidak pernah selesai dengan Malaysia.
Jadi yang harus bicara mengenai garis batas itu kata Simorangkir adalah pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri bukan TNI.
"TNI Angkatan Laut yang jadi anggota personalnya KRI," katanya.
Saat ini kata Simorangkir kapal milik Malaysia berjumlah tujuh kapal dengan tiga kapal tongkang dan empat kapal on board yang digunakan sebagai aktivitas pemasangan tiang mercusuar sudah berhasil ditarik ke perbatasan.
Penyusun : Yohanes Gitoyo.
Sumber :
- http://www.antaranews.com/berita/434883/malaysia-diduga-langgar-wilayah-di-tanjung-datuk
- http://www.ns1.radarlampung.co.id/read/berita-utama/69937-lagi-malaysia-provokasi-ri
- http://www.pontianakpost.com/nasional/15401-tni-al-siagakan-kri-sutedi-senoputra.html
- http://nasional.news.viva.co.id/news/read/505931-tni-kirim-pasukan-pantau-pembangunan-mercusuar-malaysia
- http://garudamiliter.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.