“Bencana Chernobyl” : Sebagai Acuan dalam Pembangunan PLTN di Tanah Air
Chernobyl adalah sebuah kota tak berpenghuni di Ukraina utara, tepatnya di Oblast Kiev dekat dengan perbatasan Belarusia.
Kota ini ditinggalkan penghuninya tahun 1986 setelah bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang terkenal sebagai Bencana Chernobyl
yang terletak 14,5 km utara-barat laut. Pembangkit tersebut dinamakan
sesuai dengan nama kotanya, dan terletak di Chernobyl Raion (distrik),
tetapi bukan merupakan tempat tinggal bagi pekerjanya. Pada saat
pembangunan pembangkit tersebut, sebuah kota kembar, Prypiat dibangun
didekatnya untuk para pekerjanya.
“Bencana Chernobyl“, kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl, atau hanya “Chernobyl“, adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Pada tanggal 26 April 1986 pukul 01:23:40 pagi (UTC+3), reaktor nomor empat di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang terletak di Uni Soviet di dekat Pripyat di Ukraina meledak. Akibatnya, kebakaran dan radioaktif menyebar. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari kota ini.
Penyebab Kecelakaan
Reaktor
Chernobyl jenis RBMK didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara
Ukraina, sekitar 80 mil sebelah utara Kiev. Reaktor unit 1 mulai
beroperasi pada 1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4
pada 1983. Sebuah kota kecil, Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl
untuk tempat tinggal pekerja pembangkit itu dan keluarganya.
Tipe
PLTN Chernobyl dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna pembuatan
senjata nuklir serta listrik. Tipe PLTN berfungsi ganda seperti ini
tidak ada di negara-negara Barat, seperti, AS dan Prancis, yang
merupakan negara pioner PLTN di samping Uni Soviet (pada waktu itu)
sebagai pioner pertama.
Secara
garis besar, bencana Chernobyl dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
25 April 1986 reaktor unit 4 direncanakan dipadamkan untuk perawatan
rutin. Selama pemadaman berlangsung, teknisi akan melakukan tes untuk
menentukan apakah pada kasus reaktor kehilangan daya turbin dapat
menghasilkan energi yang cukup untuk membuat sistem pendingin tetap
bekerja sampai generator kembali beroperasi.
Proses
pemadaman dan tes dimulai pukul 01.00 pada 25 April. Untuk mendapatkan
hasil akurat, operator memilih mematikan beberapa sistem keselamatan,
yang kemudian pilihan ini yang membawa malapetaka. Pada pertengahan tes,
pemadaman harus ditunda selama sembilan jam akibat peningkatan
permintaan daya di Kiev. Proses pemadaman dan tes dilanjutkan kembali
pada pukul 23.10 25 April. Pada pukul 01.00, 26 April, daya reaktor
menurun tajam, menyebabkan reaktor berada pada situasi yang
membahayakan. Operator berusaha mengompensasi rendahnya daya, tetapi
reaktor menjadi tak terkendali. Jika sistem keselamatan tetap aktif,
operator dapat menangani masalah, namun mereka tidak dapat melakukannya
dan akhirnya reaktor meledak pada pukul 01.30.
Kecelakaan
PLTN Chernobyl masuk level ke-7 (level paling atas) yang disebut major
accident, sesuai dengan kriteria yang ditentukan INES (The International
Nuclear Event Scale). Di samping kesalahan operator yang
mengoperasikannya di luar SOP (standard operation procedure), PLTN
Chernobyl juga tidak memenuhi standar desain sebagaimana yang ditentukan
oleh IAEA (International Atomic Energy Agency). PLTN
Chernobyl tidak mempunyai kungkungan reaktor sebagai salah satu
persyaratan untuk menjamin keselamatan jika terjadi kebocoran radiasi
dari reaktor. Apabila PLTN Chernobyl memiliki kungkungan maka walaupun
terjadi ledakan kemungkinan radiasi tidak akan keluar ke mana-mana,
tetapi terlindung oleh kungkungan. Atau bila terjadi kebocoran tidak
separah dibandingkan dengan tidak memiliki kungkungan.
Secara
perinci, kecelakaan itu disebabkan, pertama, desain reaktor, yakni
tidak stabil pada daya rendah – daya reaktor bisa naik cepat tanpa dapat
dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan reaktor (containment).
Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke udara. Kedua, pelanggaran prosedur. Ketika
pekerjaan tes dilakukan hanya delapan batang kendali reaktor yang
dipakai, yang semestinya minimal 30, agar reaktor tetap terkontrol.
Sistem pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes dilakukan tanpa
memberitahukan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap operasi
reaktor.
Ketiga, budaya keselamatan. Pengusaha
instalasi tidak memiliki budaya keselamatan, tidak mampu memperbaiki
kelemahan desain yang sudah diketahui sebelum kecelakaan terjadi
Penilaian
atas berbagai kelemahan PLTN Chernobyl menghasilkan evaluasi
internasional bahwa jenis kecelakaan seperti ini tidak akan mungkin
terjadi pada jenis reaktor komersial lainnya. Evaluasi ini ditetapkan
demikian karena mungkin berdasarkan analisis jenis reaktor lain yang
memenuhi persyaratan keselamatan yang tinggi, termasuk budaya
keselamatan yang dimiliki para operator sangat tinggi.
Dampak Kecelakaan
Pada
2003, IAEA membentuk “Forum Chernobyl” bekerja sama dengan organisasi
PBB lainnya, seperti WHO, UNDP, ENEP, UN-OCHA, UN-SCEAR, Bank Dunia dan
ketiga pemerintahan Belarusia, Ukraina, dan Rusia. Forum ini bekerja
untuk menjawab pertanyaan, “sejauh mana dampak kecelakaan ini terhadap
kesehatan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi kawasan beserta
penduduknya.” Laporan ini diberi nama “Cherno- byl Legacy”.
Diperkirakan
semula dampak fisik akan begitu dahsyat. Artinya, akan menimbulkan
korban jiwa yang luar biasa banyaknya. Namun, ternyata data sampai
dengan 2006, jumlah korban yang meninggal 56 orang, di mana 28 orang
(para likuidator terdiri dari staf PLTN, tenaga konstruksi, dan pemadam
kebakaran) meninggal pada 3 bulan pertama setelah kecelakaan, 19 orang
meninggal 8 tahun kemudian, dan 9 anak lainnya meninggal karena kanker
kelenjar gondok.
Sebanyak
350.000 likuidator yang terlibat dalam proses pembersihan daerah PLTN
yang kena bencana, serta 5 juta orang yang saat itu tinggal di
Belarusia, Ukraina, dan Rusia, yang terkena kontaminasi zat radioaktif
dan 100.000 di antaranya tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai
daerah strict control, ternyata mendapat radiasi seluruh badan sebanding
dengan tingkat radiasi alam, serta tidak ditemukan dampak terhadap
kesuburan atau bentuk-bentuk anomaly.
Di
sisi lain, hasil studi dan penelitian terhadap likuidator menunjukkan
bahwa “tidak ada korelasi langsung antara kenaikan jumlah penderita
kanker dan jumlah kematian per satuan waktu dengan paparan radiasi
Chernobyl
Kemudian
pada 1992-2002 tercatat 4.000 kasus kanker kelenjar gondok yang
terobservasi di Belarusia, Ukraina, dan Rusia pada anak-anak dan remaja
0-18 tahun ketika terjadi kecelakaan, termasuk 3.000 orang yang berusia
0-14 tahun. Selama perawatan mereka yang kena kanker, di Belarusia
meninggal delapan anak dan di Rusia seorang anak. Yang lainnya selamat.
Berdasarkan
laporan “Chernobyl Lecacy”, sebagian besar daerah pemukiman yang semula
mendapat kontaminasi zat radioaktif karena kecelakaan PLTN Chernobyl
telah kembali ke tingkat radiasi latar, seperti sebelum terjadi
kecelakaan. Dampak psikologis adalah yang paling dahsyat, terutama
trauma bagi mereka yang mengalaminya seperti stres, depresi, dan gejala
lainnya yang secara medis sulit dijelaskan.
Berdasarkan
laporan “Chernobyl Lecacy”, sebagian besar daerah pemukiman yang semula
mendapat kontaminasi zat radioaktif karena kecelakaan PLTN Chernobyl
telah kembali ke tingkat radiasi latar, seperti sebelum terjadi
kecelakaan. Dampak psikologis adalah yang paling dahsyat, terutama
trauma bagi mereka yang mengalaminya seperti stres, depresi, dan gejala
lainnya yang secara medis sulit dijelaskan.
Akibat
kecelakaan itu, IAEA dan semua negara yang memiliki PLTN membangun
konsensus internasional untuk selalu menggalang dan memutakhirkan
standar keselamatan. Di sisi lain, pihak yang anti-PLTN telah
menggunakan isu kecelakaan di Chernobyl sebagai bahan kampanye untuk
menolak kehadiran PLTN, termasuk di Indonesia, dengan berbagai informasi
yang keliru karena ketidaktahuan akan kebenaran informasi sebab
terjadinya kecelakaan Chernobyl.
Belajar
dari kecelakaan Chernobyl, IAEA telah menetapkan standar tambahan untuk
memperkuat syarat keselamatan yang tinggi bagi pembangunan dan
pengoperasian PLTN, antara lain, perbaikan desain sampai pada generasi
ke-4, aturan main dalam bentuk basic safety, dan berbagai konvensi
keselamatan.
Disarikan dari Berbagai Sumber
https://zeniad.wordpress.com/2009/03/03/bencana-chernobyl-sebagai-acuan-dalam-pembangunan-pltn-di-tanah-air/
Penulis : Drs.simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.