alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Senin, 11 Mei 2015

KUE RAMAH LINGKUNGAN

Kue ramah lingkungan.

21 12 2007
solar-cook01.jpg
Pernahkah anda mendengar kue ramah lingkungan? Saya rasa jarang. Sebab istilah itu hanya karangan saya. Jika sebelumnya sudah ada yang menggunakan itu, berarti kebetulan sama.

Saya beberapa kali merasakan nikmatnya kue ramah lingkungan (green cake). Ceritanya begini.
Semester lalu saya mengambil mata kuliah Renewable Energy and Sustainable Development. Bagi saya, kuliah ini agak membosankan. Bagaimana tidak? Di mata kuliah ini dipelajari pola konsumsi energi dunia, dengan penekanan pada negara-negara berkembang. Pada minggu-minggu awal, kami belajar tentang lampu teplok, lampu petromax, lampu badai, tungku masak, kompor minyak tanah, kompor sekam. Juga belajar animal power seperti kerbau pembajak sawah dan human power misalnya sepeda dayung, pompa air manual, dll.
Yang membuat saya bosan adalah karena bagi saya semua itu sudah sangat biasa. Saya melihat dan menggunakan semua itu setiap hari di kampung halaman saya. Saya berpikir bahwa semua itu adalah teknologi masa lalu yang mesti ditinggalkan, beralih ke teknologi modern.
Yang membuat saya agak terhibur adalah cara dosen membawakannya secara menarik. Kami juga mendekatinya dari sisi fisika, misalnya berapa energi yang dikeluarkan saat mendayung sepeda dan berapa serta jenis makanan yang perlu dimakan untuk menghasilkan energi tersebut. Atau berapa energi yang diperlukan kerbau untuk membajak sawah dan berapa jumlah rumput yang mesti dimakan kerbau untuk memenuhi energi itu, dsb. Pada bagian akhir, juga dipelajari metode yang mesti dilalui pelaksana proyek penerapan energi baru di negara berkembang. Dipelajari bagaimana penduduk bisa menerima perubahan itu, bagaimana proyek supaya sukses, dsb.
Namun tetap saja 60% membosankan.
Tapi saya sungguh tercengang. Setiap kuliah, kelas selalu heboh, karena mahasiswa/i bule ternyata sebaliknya. Mereka amat tertarik. Tercengang. Tidak percaya bahwa di dunia ini lebih 2 Miliar manusia menggunakan peralatan-peralatan ‘primitif’ itu. Jumlah ini sangat signifikan, sehingga masih relevan dipelajari. Mereka sangat antusias, mengajukan pertanyaan dan aktif dalam diskusi. Semua mereka tidak pernah melihat kompor minyak tanah. Juga tidak satu pun pernah melihat orang memasak menggunakan kayu api. Di negeri mereka, semua serba listrik, serba gas.
Baru kemudian saya sadari bahwa bukan mata kuliahnya yang salah, tapi paradigma mahasiswa yang berbeda.
Wah ceritanya jadi kemana-mana. Kembali ke kue ramah lingkungan.
Pada mata kuliah ini kami melakukan tiga praktikum berkelompok, yaitu biogas (memasak menggunakan gas yang dihasilkan dari kotoran hewan), solar cooker, dan solar dryer (mengeringkan buah-buahan menggunakan tenaga matahari).
Yang akan saya ceritakan di sini adalah solar cooker, karena dua praktikum lain lebih scientific, rada garing.
solar-cook09.jpg
Kelompok saya memilih memasak kue bolu. Untuk keperlua itu kami menggunakan dua jenis kompor matahari (solar cooker), yaitu Sun Co (buatan Portugal) dan Sun Oven (buatan Australia). Eksperimen dibagi menjadi dua bagian, yaitu memasak air dan memasak kue. Pada percobaan memasak air, kami membandingkan kompor mana yang lebih cepat membuat air mendidih dengan volume air dan intensitas cahaya matahari sama. Melalui berbagai pengukuran, di bagian akhir kami bisa menentukan jenis kompor matahari yang lebih efisien dan parameter-parameter yang mempengaruhi.

solar-cook11.jpg
Pada percobaan memasak kue, kami menggunakan prinsip yang sama. Tapi kali ini yang dimasak adalah kue. Adonan kue dimasukkan ke dalam sebuah mangkok berwarna hitam. Alasannya karena warna hitam paling bagus menyerap panas. Lalu mangkok dimasukkan ke dalam kompor matahari, dan ditutup rapat supaya panas tidak keluar. Kompor ini bagian dalamnya juga berwarna hitam, dengan alasan yang sama. Terdapat beberapa cermin pada kompor matahari. Sun Co memiliki 8 cermin (4 di luar dan 4 di dalam), dan Sun Oven memiliki 5 cermin (1 di luar dan 4 di dalam). Semua cermin ini memantulkan cahaya matahari ke dalam ruangan kompor di mana kue dimasak. Sebagai hasilnya, pada ruangan tersebut, terjadi peningkatan energi panas berlipat-lipat.

Kemudian kami hadapkan kedua kompor ke sinar matahari. Setiap lima menit kami mengukur suhu di dalam kompor dan membandingkannya dengan suhu luar. Terlihat bahwa semakin lama suhu di dalam kompor semakin panas. Dalam waktu hanya belasan menit, suhunya mencapai 90 derajat. Saat itu kami mulai mencium aroma kue menyeruak keluar, singgah di hidung kami, memancing rasa lapar. Warna kue pun perlahan-lahan menjadi semakin gelap. Kami juga mengukur kelembaban, kecepatan angin, dll.
solar-cook17.jpg
Ahkirnya kue kami matang sempurna. Hal pertama yang kami lakukan adalah bersama-sama mencium baunya yang sedap. hmmmmmm. Ketika sang dosen datang. Kami bersama-sama menikmati kue buatan kami. Mereka mengatakan bahwa rasanya lebih sedap dibandingkan dimasak dengan api atau oven. Tapi saya tidak bisa membedakannya, karena lidah saya tidak sensitif terhadap makanan. Yang saya tahu, kue itu enak sekali. Apalagi karena itu adalah kue bolu rasa pisang kesukaan saya. Teman saya mengatakan, “This is a honeymoon in the Pacific.”

Terlepas dari rasa kue yang enak sehingga ludes dalam sekejab, yang membuat saya takjub adalah proses memasaknya. Kompor kami tidak menggunakan minyak. Juga tidak menggunakan gas. Tidak ada kabel yang terhubung ke colokan listrik. Tidak ada api. Bahan bakarnya hanya cahaya matahari. Tidak ada batubara dan minyak yang dibakar saat itu. Tidak ada karbon yang dilepaskan ke udara. Kue yang bersih. Inilah kue ramah lingkungan pertama saya. Terasa makin nikmat bukan karena rasanya, tapi karena ‘rasa puas’ mengkonsumsi sesuatu tanpa merusak lingkungan.
Setelah semester berakhir, kami beramai-ramai meminjam kompor matahari lagi ke laboratorium, kembali menikmai bulan madu di Pasifik.
Saat mebuat laporan, saya menemukan bahwa cahaya matahari sesungguhnya membawa energi yang amat besar. Kita tidak merasakannya sebab ia tersebar. Tapi saat disatukan dengan beberapa cermin, energinya berlipat ganda, menghasilkan panas sampai melebihi 100 derajat, dalam waktu hanya sekitar setengah jam. “Energi cahaya matahari yang mencapai bumi dalam satu jam, lebih besar daripada seluruh energi fosil yang digunakan seluruh dunia selama setahun” (California Institute of Technology).
Bagaimana kalau saat itu cahaya matahari tidak cukup karena hujan dan mendung? Jawabannya, ya tidak bisa memasak. Dan memang teknologi energi terbarukan kini bukan berambisi menggantikan energi fosil secara total. Hingga kini, energi terbarukan ditujukan struktur energy mix, yaitu mencampurkan penggunakan energi terbarukan dengan energi lain, seperti fosil. Logikanya, jika selama ini kita menggunakan energi fosil 100% dan menghaburkan karbon ke udara, dengan adanya energi terbarukan, kita menurunkannya menjadi 50% misalnya, yang berarti mengurangi emisi karbon menjadi separuhnya.
https://kunaifi.wordpress.com/category/209-tenaga-matahari/page/2/

Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.