Masuknya agama-agama pada zaman
Kerajaan-Kerajaan Jawa
KONTEKS INDONESIA/NUSANTARA KETIKA INJIL MASUK
Kompetensi Dasar 2 (Tujuan Khusus)
Setelah berinteraksi dengan isi bab ini mahasiswa mampu:
Menjelaskan konteks geografis dalam hubungan
dengan misi (Pekabaran Injil pada
masa lampau).
Mahasiswa mencari sumber di Internet ttg konteks
geologi (3 lempeng) yang pada
periode-periode tertentu dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi dan tsunami di
Indonesia ,
seperti di Aceh.
Membuat refleksi tentang konteks politik
(kerajaan-kerajaan di Nusantara) dalam hubungan dengan kedatangan kerajaan
Kristus di Indonesia
dengan indicator lahir dan berkembangnya Gereja di Nusantara. Hasil refleksi
disampaikan di kelas untuk ditanggapi secara bersama. Untuk mengerjakan tugas
ini, mahasiswa dapat membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang.
Materi
Pembahasan:
Ketika Allah hendak
menyelamatkan seluruh umat manusia, Ia masuk dalam konteks (Inkarnasi).
Inkarnasi ini bersentuhan dengan berbagai konteks pada waktu itu. Misalnya
konteks Yahudi dan Hellenisme, konteks Politik
(pemerintahan Romawi).
Ketika para pekabar
Injil (para misionaris) dari Eropa ke
Indonesia, tentu berhadapan dengan berbagai konteks yang ada di Nusantara
(Indonesia) pada waktu itu. Dalam hal ini bahasan konteks Indonesia dimaksudkan
untuk memahami bagaimana keadaan Indonesia ketika para misionaris dari Eropa
memberitakan Injil di Indonesia.
Ada beberapa konteks yang dapat dipaparkan di sini.
1.1. Konteks Geografis
Secara geografis
Nusantara/Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia
disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Oleh karena wilayah kepulauan maka lingkungan alam,
letak yang terpisah dan terisolir oleh lautan, gunung-gunung dan sungai serta
hutan belantara yang lebat, tidak meratanya daya serap kebudayaan luar oleh
suku-suku tersebut, kesemuanya itu menimbulkan perbedaan-perbedaan yang
berderajat dalam tingkat kebudayaan, keterbukaan, penyesuaian dan sebagainya.
Nusantara kita terletak
pada garis katulistiwa, maka Indonesia hanya mengenal dua musin cuaca, yakni
musim hujan dan kemarau.
Posisi pada garis
katulistiwa ini juga mempunyai akibat terjadinya peletusan-peletusan gunung
berapi yang banyak terdapat di sepanjang pulau-pulau seperti Sumatera, Jawa,
Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan beberapa kepulauan di NTT, Sulawesi
Utara dan Halmahera. Hal ini menyebabkan nusantara tidak dapat menghindari
gempa bumi. Misalnya gempa di Padang.
Bila kita hubungkan
dengan penginjilan maka kita patut
menduga bahwa ada banyak kesulitan dalam melaksanakan pekabaran Injil di
Nusantara pada masa lampau. Namun kita juga bersyukur karena ada gereja di
Nusantara yang merupakan hasil pekaran Injil pada masa lampau di Nusantara,
baik pada masa VOC, Hindia Belanda, masa pengutusan zending-zending ke
Nusantara dan tanggungjawab orang Indonesia atas kabar baik tentang Yesus
Kristus yang sudah mereka terima dan sebarkan kepada orang lain.
Keadaan geografis juga
tidak dapat kita abaikan dalam pekabaran Injil masa kini dan masa yang akan
datang.
1.2. Geologi
Indonesia
Secara
geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat
melelehnya es
setelah berakhirnya Zaman Es, hanya 10.000 tahun yang lalu[1]. Lihat peta geologi Indonesia
di http://inigis.info/blog/download-peta-geologi-indonesia/ . Oleh karena letak Indonesia
pada beberapa pertemuan lempengan ini maka beberapa wilayah di Indonesia
rentan terhadap gempa bahkan Tsunami di Indonesia.
Letak Nusantara pada
pertemuan 3 lempengan ini
menyadarkan kita bahwa Nusantara rentan terhadap musibah-musibah yang sangat
dasyat, seperti Tsunami yang terjadi di Aceh. Kita belum tahu pasti apakah
pernah terjadi Tsunami pada masa lampau, yaitu abad 15-19 ketika pada misionaris memberitakan Injil di Nusantara.
Tetapi hasil ilmu pengetahuan dalam bidang geologi menolong kita untuk memahami
bahwa Negara kita (kepulauan di Nusantara) berada pada pertemuan 3 lempengan.
Kita juga jangan saling
mempersalahkan ketika terjadi musibah yang sangat dasyat karena patahan lempeng
bumi yang menyebabkan terjadinya bencana dasyat.
1.3. Politik
Secara politik, sebelum
datangnya kekuatan politik dari Eropa, sudah ada kerajaan-kerajaan di Nusantara
yang berkuasa atas wilayah-wilayah di Nusantara. Kerajaan-kerajaan yang
dimaksud (hanya dua saja yang dipaparkan di sini) yaitu:
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma[2]
Tarumanaga adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara
yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan
artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan
Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Raja yang pernah berkuasa
dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai
Gomati dan Candrabaga (Kali
Bekasi) sepanjang 6112
tombak (sekitar 11 km).
Selesai penggalian, sang
prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Kerajaan Tarumanegara
diperkirakan berkembang antara tahun 400-600
M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada
waktu itu adalah Purnawarman.
Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi
hapir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.
Kekuasaan Tarumanagara
berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa,
karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya
sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan
kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang
tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Kerajaan Majapahit
adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai
puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara
terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya
terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
Hayam
Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada
masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah
perintah Gajah Mada (1313-1364),
Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada
tahun 1377, beberapa tahun
setelah kematian Gajah
Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa
batasan alam dan
ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah
berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama
lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga
memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok[4].
Kejatuhan
Majapahit. Sesudah
mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi
perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan
Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang
dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan
pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim
dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan
baru yang berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka,
mulai muncul di bagian barat Nusantara.
|
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha,
beberapa kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatra, dan
Jawa sejak abad ke-4
hingga abad ke-14. Kutai, merupakan
kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Di
wilayah barat pulau Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara.
Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda dari
tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan
Melayu yang berpusat di Minanga Tamwan, Sumatera. Sriwijaya mengalahkan
Melayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di Nusantara.
Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu, sekaligus
mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan.
Dibawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa-wangsa Syailendra dan Sanjaya berhasil
mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur dan candi Prambanan. Di akhir
abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan
mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah
Indonesia kini; dan sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah
Indonesia.
Jadi, jelas bahwa abad 4 – 14 Masehi banyak kerajaan di
Nusantara sangat dipengaruhi oleh Hindu dan Budha sampai munculnya Islam di
Nusantara. Beberapa kerajaan dipengaruhi Islam.
Kedatangan pedagang-pedagang
Arab dan Persia melalui
Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin
oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini
pada awal abad ke-15.[18] Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa
wilayah Nusantara. Samudera Pasai yang
berdiri pada tahun 1267, merupakan
kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka
menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi
mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis
pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan
menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai
yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali
untuk koloni mereka, Timor Portugis). Pada
masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme
lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel. Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II,
awalnya melalui VOC, dan kemudian
langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Kesultanan-kesultanan
Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan
legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak
menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan
seorang Putri Cina, yang
dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit.
Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha
membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering
kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui
hubungan tersebut. Bali secara
khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap
diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.
Para penggerak
nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di
awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya,
sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan
batas politik negara Republik Indonesia saat ini. Dalam propaganda yang
dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya
tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang
diromantiskan. Sukarno juga
mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan
negara. Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang
luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Kerajaan/politik
di Nusantara yang dipengaruhi Agama
Bagian ini tidak harus berdiri
sendiri, karena uraian di atas, telah menunjukkan bahwa ada kerajaan yang
dipengaruhi Agama Hindu-Budha, dan Islam. Sub judul ini hanya menekankan kembali
bagaimana agama mempengaruhi kekuasaan (baca: kerajaan-kerajaan yang
dipengaruhi agama tertentu). Kerajaan yang dipengaruhi agama suku tidaklah
dibahas di sini karena belum ada data untuk itu, maka pengaruh tersebut lebih
banyak diarahkan pada agama-agama yang datang dari luar Nusantara, seperti
Hindu-Budha, Islam dan Kristen, tetapi Kong Fu Chu tidak dibahas di sini
(alasannya belum ada data untuk itu), mudah-mudahan di kesempatan lain dapat
diwujudkan.
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa
kerajaan terbentuk di pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa sejak abad ke-4 hingga abad ke-14. Kutai,
merupakan kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri pada abad ke-4 di hulu sungai
Mahakam, Kalimantan Timur. Di wilayah barat pulau
Jawa, pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M berdiri kerajaan Tarumanegara.
Pemerintahan Tarumanagara dilanjutkan oleh Kerajaan
Sunda dari tahun 669 M sampai 1579 M. Pada abad ke-7 muncul kerajaan
Melayu yang berpusat di Minanga Tamwan, Sumatera. Sriwijaya
mengalahkan Melayu dan muncul sebagai kerajaan maritim yang paling perkasa di
Nusantara. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu,
sekaligus mengontrol perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China
Selatan.[6]
Dibawah pengaruh Sriwijaya, antara abad ke-8 dan ke-10 wangsa-wangsa Syailendra dan Sanjaya
berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan
peninggalan bersejarahnya seperti candi Borobudur dan
candi Prambanan.
Di akhir abad ke-13, Majapahit
berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada,
kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan sering
disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.[7]
Kedatangan pedagang-pedagang Arab dan Persia
melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu
pelaut-pelaut Tiongkok
yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He)
yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.[8]
Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa wilayah
Nusantara. Samudera
Pasai yang berdiri pada tahun 1267,
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Portugis di
Nusantara yang dipengaruhi oleh agama Kristen (Gereja Katolik)
Ketika orang-orang Eropa datang pada
awal abad
ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka
kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali
mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan
bergerak ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad
ke-17, Belanda
muncul sebagai yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania
Raya dan Portugal
(kecuali untuk koloni mereka, Timor
Portugis). Pada masa itulah agama Kristen masuk ke
Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G,
yaitu Gold, Glory, and Gospel.[9]
VOC dan
Hindia Belanda yang dipengaruhi oleh Kristen (Gereja Protestan Calvinis).
Belanda menguasai Indonesia sebagai
koloni hingga Perang Dunia II, awalnya
melalui VOC, dan kemudian
langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19[10].
Johannes
van den Bosch, pencetus Cultuurstelsel. Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) pada abad ke-19,
perkebunan besar dan penanaman paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya
menghasilkan keuntungan bagi Belanda yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa
pemerintahan kolonial yang lebih bebas setelah 1870, sistem ini
dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda
memperkenalkan Kebijakan Beretika,[20] yang termasuk
reformasi politik yang terbatas dan investasi yang lebih besar di
Hindia-Belanda.
Hindia Belanda
yang dipengaruhi oleh Kristen Protestan
Setelah VOC bubar di Indonesia, maka
kekuasaan atas Indonesia diserahkan kepada pemerintah Belanda. Jadi sejak 1799 – 1945 Nusantara dikuasai oleh
kekuasaan yang dipengaruhi oleh Agama Kristen
Jepang yang
dipengaruhi oleh agama Shinto
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu
Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai
Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat bahwa
para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang kooperatif dan bersedia
mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan
penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk
sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir
pada tahun 1945, di bawah tekanan
organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Setelah
kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir
masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, dan perdana menteri.
Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan
mereka.
Menuju
Pembentukan Negara yang dipengaruhi banyak Agama (Islam, Kristen, Hindu-Budha
dan kemudian Kong Fu Chu pada masa Gus Dur)
Usaha-usaha berdarah untuk meredam
pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal sebagai 'aksi polisi' (Politionele Actie).[21]
Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember
1949 sebagai negara
federal yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah
mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutamanya Amerika
Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal 17
Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Indonesia dan
membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden RI
dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai
perdana menteri.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an,
pemerintahan Soekarno mulai mengikuti gerakan
non-blok pada awalnya dan kemudian dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Cina dan Yugoslavia.
Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara
tetangga, Malaysia
("Konfrontasi"),[22]
dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar. Selanjutnya
pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah
perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru
yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di
belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta
mengganti ideologi nasional berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan
ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah
Presiden Soekarno.
Jenderal Soeharto menjadi presiden
pada tahun 1967 dengan alasan
untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme.
Sementara itu kondisi fisik Soekarno kini sendiri makin melemah. Setelah
Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak
komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada
di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut
kewarganegaraannya. 32 tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut
Orde Lama.
Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil
mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata, di Indonesia.
Pada awal rezim Orde Baru
kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom-ekonom lulusan
departemen ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil
"Mafia Berkeley".[23]
Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi
besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.
Dari 1998 hingga 2001,
Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf
(BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu satu hari terbesar di dunia[24]
diadakan dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Indonesia kini sedang mengalami
masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam
negeri, dan beberapa daerah sedang berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan,
yaitu Aceh dan Papua. Timor Timur
akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 2002 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.
Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang
totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian
ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang
menghantam pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang
tidak kunjung terpecahkan.
Tugas (Sharring
pendapat):
Diskusikan fakta ttg kerajaan-kerajaan di
Nusantara dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Barat pada waktu
terbentuknya Israel dan datangnya
Kerajaan Allah melalui Yesus Kristus. Misalnya Kerajaan Partia VS Kerajaan
Allah melalui Israel. Kerajaan
Yunani, Kerajaan Roma VS Kerajaan Kristus (Doa Bapa Kami: Datanglah kerajaan-Mu
…)
1.4.
Konteks Sosial- Budaya dan ekonomi
Zaman Kerajaan Tarumanegara
Kehidupan Sosial
Teks
Suci orang Ibrani memulai dengan kebenaran: Tidak baik kalau manusia itu
seorang diri … (manusia adalah mahluk individual dan
social/bersama, suka mencari teman).
Orang di Nusantara pada
saat itu walaupun tidak percaya kepada Tuhan Yesus tetapi mereka terbiasa
kerja bersama (gotong royong).
Dalam kehidupan social,
masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah menanamkan sikap gotong royong. Sikap
gotong royong ini dibuktikan dengan dari isi prasasti Tugu, yang menjelaskan
adanya penggalian Sungai Gomati
dan Chandrabagha. Selain itu
dalam kehidupan keagamaan, sebagian masyarakat kerjaan Tarumanegara menganut
agama Hindu – Buddha dan sebagian masyarakat yang lainnya masih menganut anemisme dan dinamisme.
Kehidupan
Ekonomi
Syair Umum
Bukan lautan hanya kolam
susu
Kayu dan jala cukup
menghidupimu
Tiada badai tiada tofan
kutemui
Hutan dan rimba
menghampiri dirimu ….
Tongkat kayu batu
menjadi tanaman
Syair Gereja
Betapa kita tidak
bersyukur, bertanah air kaya dan subur …
Lautnya luas, gunungnya
megah …
Persada kita jaya dan
teguh …
Itu semua berkat karunia
Allah yang Agung Maha Kuasa …
Syair di atas menyangkut ekonomi.
Indonesia memiliki sumber-sumber
kekayaan alam yang sangat kaya, yang belum sepenuhnya digarap dengan baik demi
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, seperti emas, intan, dan batu mulia
lainnya, timah, besi, nekel, batu bara, the, kopi, kelapa, karet, tembakau,
cengkeh, lada, kina, beras, jagung, minyak bumi dan sumber-sumber meineral
lainnya serta hutan dengan segala kayunya.[11]
Kepulauan Indonesia
menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak sejak abad ke-7, yaitu
ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India.
Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha
telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam,
serta berbagai kekuatan Eropa yang
saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku
semasa era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350 tahun penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan kemerdekaannya di
akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat tantangan dari bencana
alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi
yang pesat.
Ada pula informasi dalam penjelasan
dari prasasti Tugu, dijelaskan tentang pembangunan
saluran Gomati sepanjang 6122 tombak
atau lebih kurang 11 KM. Pembangunan saluran sungai ini bertujuan
untuk mengairi pertanian dan untuk mencegah banjir. Selain itu saluran
juga digunakan untuk sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran antara
Tarumanegara dengan kerajaan lain.
Menurut catatan dari Fa – Hien seorang musafir Cina, masyarakat Tarumanegara sudah
melakukan kegiatan berdagang, barang yang diperdagangkan seperti beras, kayu
jati. Dengan demikian dalam kehidupan ekonomi, kehidupan ekonomi masyarakat
Tarumanegara bertumpu pada pertanian, perkebunan dan perdagangan
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus
negara perdagangan[14]. Majapahit
memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di
ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa[18].
Menurut catatan Wang Ta-yuan,
pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain,
dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak,
sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran
perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[19]. Selain itu,
catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi
Jawa pada tahun 1321, menyebutkan
bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata[20].
Kebudayaan
Walaupun batu bata telah digunakan
dalam candi pada masa
sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi
Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan
merambat dan gula merah sebagai perekat
batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di
Trowulan, Mojokerto.
Dr. Fridolin Ukur
dalam buku Theo-Doran mengemukakan dua pola kebudayaan pada waktu itu di
nusantara:
1.
Pola kebudayaan yang berlandaskan penanganan penanaman padi dengan system
irigasi (sawah). Adanya sawa memungkinkan penduduk tinggal menetap.
2.
Pola kebudayaan yang didasarkan pada penanganan penanaman padi dengan sistim
perladangan. Sistem ini tidak memungkinkan orang menetap agak lama di sautu
tempat karena dalam waktu tertentu mereka harus berpindah mencari tanah-tanah
perawan untuk digarap.
Dua pola ini mempengaruhi pelayanan
pekabaran Injil. Orang yang memiliki budaya irigasi (sawa) memilih menetap dan
mudah diadakan pelayanan lanjutan tetapi ladang pindahan mempersulit pelayanan
lanjutan karena kecendrungan orang selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain.
2.5.
Konteks Agama
Materi sub pokok
bahasan ttg konteks Agama
Sebelum Agama Kristen masuk ke
Nusantara, sudah ada agama asli (agama suku) dan agama-agama dari luar Nusantara
yaitu Agama Hindu, Agama Budha dan Agama Islam.
a.
Agama Suku
Setiap suku di kepulauan Nusantara
memiliki keyakinan yang terbatas pada suku tersebut. Keyakinan pada suku-suku
tertentu itu kita sebut dengan Animisme. Animisme
adalah kepercayaan akan adanya jiwa atau roh (kekuatan/daya-daya kekuasaan yang
lebih tinggi dari pada manusia itu/mahluk-makluk halus yang berkehendak dan
tidak terpahami banyaknya itu, yang mengelilingi manusia di rumah dan di desa
di ladang dan di hutan, di dalam rimba dan di atas air). Mahluk-mahluk halus
itu bisa bersikap baik atau jahat kepada manusia.
Jauh sebelum agama-agama datang ke
Indonesia, nenek moyang Indonesia menyembah gunung-gunung dan pohon-pohon besar
atau benda yang dianggap keramat. Cara-cara inilah yang disebut
penyembah-penyembah Animisme. Peninggalan-peninggalan penyembah Animisme ini
masih terdapat hingga sekarang ini dilakukan oleh suku-suku terpencil di
Sulawesi Tengah, Papua, beberapa tempat di Sumba, dan Pedalaman Kalimantan.
Salah satu doa dalam (penganut)
agama suku di Nusantara (agama suku Poso)
Doa seorang pemburu
rusa atau babi hutan di Poso:
Ia memanggil hantu
itu sambil mempersembahkan sirih pinang sbb:
“O Toriorio, di sini kami letakkan bagianmu. Kami meminta imbalannya.
Kiranya Babi-babi hutan tidaklah pergi terlalu jauh, supaya tombak-tombak
kami dapat menikam mereka. Kiranya monyet-monyet pergi ke Mokupa, tempat orang
mahir menembak dengan sumpitan; dan kiranya tikus-tikus pergi ke Onda’e, tempat
orang cekatan memasang perangkap. Orang yang berhasil menangkap/menombak seekor
babi hutan mempersembahkan tujuh potong daging kepada roh rimba yang berhati
rela itu dan orang memanggilnya sbb:
“Inilah bagianmu dari daging buruan. Berikanlah kepadaku dengan segera
seekor babi hutan lagi yang lebih besar dari yang ini, supaya aku dapat
memberikan lebih banyak kepadamu”.
Doa pada waktu menanam padi:
“Ya tuhan
Pembentuk, engkau yang bersemayam di tempat terbit dan terbenamnya matahari,
dan di kedua ujung langit lainnya. Engkau yang mengatur segala sesuatu, …
engkau, ya allah dunia atas, yang sebagai rotan tumbuh tumbuh kebawah dan
menyangga kami; jika engkau terbaring, berbaliklah dulu menelentang dan
dengarkanlah kami. Dan engkau, dewi bumi, yang menumpu telapak-telapak kaki
kami, dan menyangga kami, sekiranya engkau terbaring menelungkup, bergulinglah
dahulu menelentang, dan dengarkanlah apa yang akan kami katakana kepadamu. Dan
engkau, Indo I ronda eo, yang tujuh
kali sehari mengelilingi bumi, yang melihat perbuatan-perbuatan kami, dan yang
mendengar perkataan kami, perhatikanlah apa yang hendak kami katakan. Kami kini
akan menanam padi. Engkau, hai dewi bumi, kurunglah tikus-tikus dan
serangga-serangga di dalam tanah, supaya mereka jangan merusak tanaman kami.
Engkau, hai dewa dunia atas, kurunglah semua burung pipit dalam
kandang-kandangnya, supaya mereka jangan datang merusak pekerjaan dan jerih
payah kami. Ini seekor kerbau, seekor babi, ini ayam-ayam, yang kami berikan
kepadamu”[12].
b.
Agama Budha dan Hindu
Agama Budha (
Tahun 700 – 1400 M.)
Kerajaan Budhis yaitu Sriwijaya
telah memasuki Nusantara sejak abad VII dan berkembang terus selama 7 (tujuh) abad sampai abad XIV dan
menguasai daerah Indonesia bagian Barat di
Semenanjung Malaya, Philipina, Sumatra dan pulau Jawa.
Ada beberapa aliran
dalam Budhisme, misalnya aliran Mahayana dan Hinayana, aliran Sansekerta, dan
aliran Pali (Theravada). Sekarang ini umat Budha yang paling banyak ada di pulau
Jawa, sedikit di pulau Sumatra, dan di Bali.
Agama
Hindu (Tahun 500 M.)
Sri Markandeya adalah orang yang
membawa agama Hindu ke pulau Bali
kira-kira pada abad V. Ada dugaan
bahwa Sri Markandeya lah yang memberi nama pulau itu Bali, serta mendirikan pura,
Besakih yang terkenal itu.
Markandeya adalah seorang penganut
dewa Syiwa, dan mengembangkan
kepercayaan ini di tengah-tengah penduduk asli
Bali.
Pada tahun 1019 – 1347 M kerajaan Bali jatuh ke
tangan Mojopahit. Pada tahun 1347 patih
Gajah Mada mengirimkan tentaranya ke Bali
dan menaklukkan raja yang terakhir di Bali
yang bernama Asta Retna Bumi. Sejak
saat itu kekuasaan berpindah ke tangan Mojopahit.
Kemudian Dalem Ktut Kepakisan diangkat menjadi
raja di Bali sebagai wakil kerajaan
Majapahit. Selama pemerintahan Dalem
Ktut pengaruh kebudayaan Jawa besar di kalangan masyarakat Bali.
Kedua agama ini memiliki
pengaruh yang besar di Nusantara. Sehingga ada yang menyatakan bahwa
Agama Hindu dan Buddha mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara mulai abad
ke-4 sampai abad ke- 14 Masehi. Kerajaan-kerajaan yang dimaksud seperti,
kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya, Majapahit dll. Di
akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian timur pulau Jawa. Di bawah pimpinan mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas sampai hampir meliputi wilayah Indonesia kini; dan
sering disebut "Zaman Keemasan" dalam sejarah Indonesia.
c. Kristen Nestorian
Beberapa ahli sejarah
Gereja menduga bahwa sebelum datangnya misi Gereja Eropa (Gereja Katolik dan
Protestan) ke Nusantara sudah ada misi Kristen di Nusantara yaitu dari kelompok
Nestorian yang berpusat di Partia/Persia/Irak.
Dalam buku sejarah kuno
yang ditulis oleh Shaykh Abu Salih Al-Armini tercantum suatu daftar tentang gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan
dari propinsi Mesir dan tanah di sekitarnya. Dalam daftar itu dinyatakan bahwa
ada 707 gereja dan 181 tempat pertapaan Nasrani yang tersebar di mana-mana termasuk Indonesia.
Dalam daftar itu tercantum sebuah nama di Sumatra, yakni Fansur. Di tempat ini (Fansur) terdapat banyak Gereja dan nasara
Nasathariah.
Nama Fansur sama dengan Pancur, yaitu suatu tempat di dekat Barus di Tapanuli, Sumatra Utara. Tempat itu (Fansur/Pancur) terkenal sejak abad pertama tarik Masehi karena kaya
akan kapur barus (kamfer) yang pada saat itu merupakan bahan perdagangan
yang sangat laku di pasaran Malabar di India Selatan dan pasaran Eropa.
Berdasarkan itu dapat
diduga bahwa orang-orang Nestorian dari
Malabar yang terkenal dengan semangat pekabaran Injil telah datang dan
memberitakan Injil di daerah Sumatra sehingga lahirlah Gereja di daerah sekitar
Pancur dan Barus di sekitar pertengahan abad ke-7.[13]
d. Agama Islam
Kedatangan
pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam.
Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He)
yang beragama Islam, juga pernah menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.[18] Para pedagang-pedagang ini juga menyebarkan agama Islam di beberapa
wilayah Nusantara. Samudera Pasai
yang berdiri pada tahun 1267,
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Jadi, Islam di bawa dan
berkembang di Nusantara mulai pada abad ke-13
e. Agama Kristen
(Katolik, Protestan, Pentakosta-Kharismatik)
Bagian ini sebenarnya
tidak pas dibicarakan disini. Bagian ini hanya mendeskripsikan tentang
agama-agama apa saja yang sudah ada di Nusantara sampai dengan datangnya
pekaran Injil dari Eropa yang masuk ke Nusantara bersamaan dengan Imperialisme
Barat (Portugis dan Belanda). Oleh karena itu maka
singgungan tentang agama Kristen itu bersifat pengantar saja, yaitu ketika
orang-orang Eropa datang pada awal
abad ke-16, mereka
menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi
mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua
pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan
menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai
yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk
koloni mereka, Timor Portugis). Pada
masa itulah agama Kristen masuk ke
Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G,
yaitu Gold, Glory,
and Gospel. Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya
melalui VOC, dan kemudian
langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
2.6.
Konteks Perdagangan
Beberapa kerajaan yang pernah
berkuasa di wilayah Nusantara, seperti Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus
negara perdagangan.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di
ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat
itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya
adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata
uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.
Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi
Jawa pada tahun 1321, menyebutkan
bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.
Berdasarkan informasi di atas maka
dapat dikatakan bahwa kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting
setidaknya sejak sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin
hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh
pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai
kekuatan Eropa (Portugis, VOC dan Belanda) yang saling bertempur untuk
memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa
era penjelajahan samudra.
Perdagangan di atas disebabkan
karena Indonesia memiliki sumber-sumber kekayaan alam yang sangat kaya, yang
belum sepenuhnya digarap dengan baik demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,
seperti emas, intan, dan batu mulia lainnya, timah, besi, nekel, batu bara,
the, kopi, kelapa, karet, tembakau, cengkeh, lada, kina, beras, jagung, minyak
bumi dan sumber-sumber meineral lainnya serta hutan dengan segala kayunya.
Sejak abad-abad pertama Masehi,
Indonesia mempunyai hubungan perdagangan dengan wilayah-wilayah Asia lainnya.
Ada jalan dagang dari Tiongkok melalui kepulauan Nusantara ke India, Persia,
Mesir dan Eropa, dan sebaliknya. Barang dagang yang dihasilkan Indonesia ialah
rempah-rempah yang terutama berasal dari Maluku.
Saudagar-saudagar dari Jawa dan
Sumatera membawa barang yang sangat berharga itu ke pusat-pusat perdagangan di
Indonesia Barat. Lalu mereka, atau pedagang-pedagang dari India, mengangkutnya
ke India. Di situ mereka sudah ditunggu oleh saudagar-saudagar dari Asia Barat
(orang-orang Persia dan Arab, mula-mula juga orang Yunani dari Mesir),
yang membawa bumbu itu, bersama barang-barang lain, ke pasaran Eropa.
Kota-kota pelabuhan sempat menjadi
kaya ray berkat perdagangan itu. Dengan kekayaan itu, mereka dapat menaklukkan
daerah-daerah di sekitarnya. Maka timbullah beberapa kerajaan besar-kecil di
Indonesia. Sriwijaya yang berpusat di Sumatera Selatan, pada abad ke-7
menguasai sebagian besar Indonesia Barat. Di Jawa berturut-turut ada beberapa
kerajaan: Mojopahit, Pajaran. Pada zaman Mojopahit, orang-orang jawalah yang
menguasai perdagangan antara rempah-rempah di Maluku dan pelabuhan-pelabuhan di
Sumatera dan di semenanjung Melayu. Di daerah-daerah tersebut,
pedagang-pedagang dari jawa atau dari tempat lain mendirikan kerajaan-kerajaan
kecil, yang hidup juga dari perdagangan, misalnya Ternate di Maluku, Perlak di
Sumatera Utara, dan Malaka di Semenanjung Melayu.
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus
negara perdagangan.
Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di
ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.