Kekristenan di
Nusa Tenggara Timur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
.
Latar belakang
Sejak awal, Indonesia
yang dikenal dengan Nusantara merupakan tujuan bagi para pedagang dari berbagai
belahan dunia Oleh karena kekayaan sumber daya alam khususnya rempah-rempah yang
menjadi komoditi yang paling diminati oleh pedagang asing] Adanya
jalur perdagangan ini juga membawa agama-agama besar dunia masuk ke
nusantaraHindu dan Budha dari India, Kekristenan dari Palestina yang kemudian
berkembang ke benua Eropa dan dibawa oleh orang Eropa ke semua daerah jajahan
mereka maupun daerah persinggahan mereka Kekristenan masuk ke Nusantara melalui
jalur perdagangan yang dibawa oleh bangsa Eropa yang datang mencari
rempah-rempah] Mereka datang dalam beberapa tahap dan akhirnya
hamper setiap daerah di Indonesia pernah mereka datangi Namun hanya sebagian
saja yang dapat mereka kuasai atau mereka jadikan pusat kegiatan.[
Daerah dan suku
Nusa Tenggara Timur yang biasa dikenal dengan
bumi Flobamor yang merupakan singkatan
dari nama pulau-pulau besar yang merangkai provinsi tersebut yaitu Flores,
Sumba, Timor, dan Alor. Di samping itu terdapat banyak pulau-pulau lain yang
berada di dalamnya. Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa sub-etnis di
dalamnya, yang berbeda bahasa maupun adat-istiadatnya. Sub-etnis itu antara
lain:[1]
- Suku Dawan, di pulau Timor
- Suku
Belu, di bagian
selatan dekat perbatasan Timor Leste
- Suku
Marae, dekat perbatasan Timor
Leste
- Suku
Kari, dekat perbatasan Timor Leste
- Suku
Kemak dekat perbatasan dengan Timor Leste
- Suku
Helong, di sekitar kota Kupang
dan pulau Semau
- Suku
Rote di pulau Rote
- Suku
Sabu di pulau Sabu
- Suku
Alor di pulau Alor
- Suku
Flores di pulau Flores
- Suku
Sumba di pulau Sumba
Masuknya Agama Kristen
Kekristenan di Nusa
Tenggara Timur merupakan sebuah kisah perjalanan panjang oleh para misionaris
yang datang ke Nusantara. Orang Belanda mendarat pertama di tanah Timor pada
tahun 1613.[2]
Raja Kupang pada waktu itu kemudian menjadi pemeluk agama Kristen dan
memberikan tanah kepada Belanda. Satu tahun kemudian, datanglah seorang pendeta pertama
di Tanah Timor yang bernama Matheos van den Broeck. Pelayanan yang dilakukannya
hanya sebatas benteng Kupang dan sekitarnya.
Lama kemudian setelah kedatangan pendeta pertama yaitu tahun 1670 datanglah seorang
pendeta yang bernama C. Keysero Kind, namun tidak lama kemudian ia meninggal
dunia.
Referensi
Sejarah Gereja Masehi Injili Di Timor
Gereja
Masehi Injili di Timor
bermula dari pada tahun 1739,
tiga raja dari pulau Rote mengikuti
pendidikan Kristen di Batavia (sekarang
Jakarta). Pada saat mereka kembali ke pulau Rote, mereka mendirikan sebuah sekolah Kristen di sana. Awal di Rote, pertumbuhan kekristenan sangat lamban.
Baru pada
abad ke-20, tingkat pertumbuhan
gereja mulai cepat dengan kehadiran Misionaris
Belanda yakni Pieter Middelkoop
tahun 1920. Ia memulai penginjilannya dengan
tinggal di SoE daerah
Timor Tengah Selatan. Di sana ia bekerja keras
untuk memahami tradisi lokal dan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Timor . Akibatnya gereja di daerah ini berkembang pesat.
Gereja
Masehi Injili di Timor (GMIT) mempunyai sejarah yang cukup panjang bila dibandingkan
dengan gereja-gereja Protestan lainnya di Indonesia . Sejarahnya telah dimulai
sejak zaman Portugis (abad XVI) dan zaman VOC (abad XVII-XVIII).
Dari fakta sejarah ternyata
dapat dikatakan bahwa sejarah GMIT
tak terpisahkan dengan sejarah gereja-gereja di Indonesia pada umumnya. Latar belakang tumbuhnya GMIT berawal dari kedatangan Injil ke Timor setelah ditemukannya pulau Timor secara tidak sengaja oleh Antonio de Arbreau dalam usahanya mencari pulau
"rempah-rempah" di Maluku.
Adapun sejarah pertumbuhan GMIT dapat terlihat dalam babakan berikut ini:
1. Permulaan tumbuhnya gereja diawali dengan Portugis, tahun 1556 –1613
2. Gereja Protestan selama Pemerintahan Belanda tahun 1614-1842 yang terbagi atas:
2.1. Masa Oud Hollandse: 1614 - 1819
2.2. Masa Nederlandsche Zendeling Genootschaap: 1814 – 1860
2.3. Masa Indische Kerk (GPI): 1860 – 1942
3. Gereja di Timor pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945
4. Situasi menjelang pembentukan GMIT dari tahun 1945 – 1947
5. Gereja Masehi Injili di Timor, dari tahun 1947 sampai sekarang ini.
1. Permulaan tumbuhnya gereja diawali dengan Portugis, tahun 1556 –1613
2. Gereja Protestan selama Pemerintahan Belanda tahun 1614-1842 yang terbagi atas:
2.1. Masa Oud Hollandse: 1614 - 1819
2.2. Masa Nederlandsche Zendeling Genootschaap: 1814 – 1860
2.3. Masa Indische Kerk (GPI): 1860 – 1942
3. Gereja di Timor pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945
4. Situasi menjelang pembentukan GMIT dari tahun 1945 – 1947
5. Gereja Masehi Injili di Timor, dari tahun 1947 sampai sekarang ini.
Keragaman sosial-kultural, perbedaan
daerah, suku, bahasa, kedudukan sosial dan lain-lain merupakan pegumulan GMIT
sepanjang seiarah. Ikatan suku dan daerah merupakan kesutitan yang
terus-menerus dialami dalam mencapai keesaan di GMIT. Keadaan keterpencilan
(baik antar daerah di NTT maupun isolasi daerah NTT, dari daerah lain di
Indonesia) menghambat pertumbuhan, koordinasi dan integrasi untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi GMIT. Meski demikian, hal ini perlahan-lahan
mulai diatasi. Persatuan dan kesatuan yang sangat diperlukan untuk memanfaatkan
kesempatan-kesempatan pencapaian efisiensi pelayanan gereja di NTT merupakan
persoalan bagi GMIT.
Kelambanan Zending Belanda dan Gereja
Protestan di Hindia Belanda dalam membina gereja di Timor ke arah kedewasaan secara teologis dan spiritual turut
memberikan warna terhadap wawasan ekklesiologi yang berkembang di GMIT, di
samping kejiwaan kolonial yang berlangsung cukup lama turut membawa pengaruh
tersendiri terhadap kepemimpinan, struktur, Tata Gereja dan managemen keuangan
GMIT.
Setelah melewati perkembangan
sejarah yang cukup panjang (+ 4
abad), maka tanggal 31 Oktober 1947,
GMIT dinyatakan sebagai Gereja yang berdiri sendiri. Terpilih sebagai Ketua Sinode pertama adalah: Ds. E. Durkstra dan Sekretaris: Ds. E. Tokoh. Pada tahun 1948,
GMIT menjadi anggota Dewan Gereja-gereja se Dunia (DGD). Dewan Gereja-gereja di Indonesia (sekarang PGI) terbentuk pada 25 Mei 1950, di mana GMIT merupakan salah satu anggota pendiri.
Pada saat dibentuk, GMIT terdiri dari 6 Klasis yakni:
1. Klasis Kupang/Amarasi, dipimpin oleh Pdt, J. Arnoldus
2. Klasis Camplong/Amfoang, dipimpin oleh Pdt. Naiola
3. Klasis Soe (Amanuban, Amanatun, Mollo, Timor Tengah Utara dan Belu) oleh Pdt. M. Bolla
4. Klasis Alor/Pantar, dipimpin oleh pdt. M. Molina
5. Klasis Rote, dipimpin oleh Pdt. J. Zacharias
6. Klasis Sabu, dipimpin oleh Pdt. M. Radja Haba
1. Klasis Kupang/Amarasi, dipimpin oleh Pdt, J. Arnoldus
2. Klasis Camplong/Amfoang, dipimpin oleh Pdt. Naiola
3. Klasis Soe (Amanuban, Amanatun, Mollo, Timor Tengah Utara dan Belu) oleh Pdt. M. Bolla
4. Klasis Alor/Pantar, dipimpin oleh pdt. M. Molina
5. Klasis Rote, dipimpin oleh Pdt. J. Zacharias
6. Klasis Sabu, dipimpin oleh Pdt. M. Radja Haba
7.Klasis Kupang, dipimpin oleh Pdt.Bernabas Jeremias Jacob (Ayah Penulis)
Di samping keenam
Klasis tersebut terdapat 3 (tiga)
jemaat yang berdiri sendiri yaitu Jemaat Kupang, Jemaat Ende di Flores dan
Jemaat Sumbawa di Pulau Sumbawa. GMIT pada waktu itu terdiri dari + 170 mata jemaat dan dilayani oleh + 80 Pendeta (5 orang di antaranya utusan
Zending). Anggota baptisan pada waktu itu sekitar 200.000 jiwa.
Pada periode 2011 – 2015, anggota jemaat di GMIT berjumlah 1.200.000, yang tersebar dalam 4.000
Jemaat, 2.091 Mata Jemaat, 44 Klasis dan dilayani oleh 1.075
orang pendeta.
Sinode GMIT@ 2012
Hubungan GMIT
Dengan
Gereja-Gereja Luar
Negeri
Hubungan dikalangan agama Kristen Protesatan dengan dunia luar juga semakin
berkembang. Hubungan ini berupa hubungan dengan patner di luar negeri.
- Sebelum tahun l955
hubungan kerjasama GMIT (Gereja
Masehi Injili di Timor), dengan luar hanya dengan Gereja Hervormd Belanda.
- Kemudian Gereja
Mathodis dan Gereja
Presbyterian di Australia .
- Mulai tahun l955
dibuka pula hubungan dengan Gereja
Mennointe di Amerika Serikat.
- Pada tahun l970 diperluas dengan gereja Kristus Kesatuan di AS (The United Church of Crist).
- Pada tahun l972 dengan gereja Presbyterian di Irlandia.
- Kerja sama tersebut berbentuk bantuan tenaga, dana,
dan fasilitas yang lain. (F.L.Cooley,
hal.307).
- Di samping itu GMIT juga mempunyai hubungan dengan
badan Oikumenis sedunia diantaranya pada tahun l948, telah berpartisipasi dalam
sidang raya D.G.D (Dewan
Gereja-Gereja Sedunia).
- Pada tahun l959
menjadi anggota Konferensi Kristen Asia Timur (EACC) dan tahun l964 menjadi
anggota “World’s Miance of Reformed
Churches.
- Disamping itu terdapat pula proyek-proyek
pembangunan ekonomi dari luar di antaranya Kamp kerja distriction Indonesia yang merupakan kerja sama
pemuda GMIT, GKS, dengan pemuda
Gereja Mathodist Australia pada tahun l97l.
- Pada tahun l972
melakukan kerja sama penelitian dengan biaya Church World Service untuk survei hidrologis. Regional
Development Center (RDC) wilayah NTT dan CCPD dari Dewan Gereja Sedunia.(Sejarah Daerah NTT,l978, l08).
Gambaran Tentang Struktur Organisasi
Pelayanan GMIT
(Gereja Masehi Injili Di Timor)
Struktur Kepemimpinan Sinode GMIT
A. Sinode Raya
a.Sinode Raya adalah Pemangku Tertinggi Kepemimpinan GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor). Sidang Raya bersidang sekali dalam 4 tahun dengan tugas utama :
1. Menentukan garis-garis
Besar Haluan Umum Pelayanan GMIT untuk periode pelayanan 4 tahunan.
2. Memilih Ketua
Sinode dan para anggota Majelis Sinode Harian (Badan Eksekutif).
3. Memiliki kekuasaan
untuk merobah Tata GMIT.
4.
Perutusan yang dapat menghadiri Sidang Sinode Raya adalah :
5.
Para anggota Majelis Sinode Harian (Eksekutif);
6.
Para anggota Sinode (38
Ketua Klasis sebagai anggota tetap);
7.
Para Pendeta, Penatua, Diaken, Wakil wanita, wakil golongan
fungsional jemaat, yang kesemuanya
merupakan perutusan yang dipilih dalam Sidang Umum Klasis-Klasis dengan
membawa surat Kredensi untuk menentukan hak suaranya dalam Sidang Raya.
b. Sinode adalah Badan Pelaksanan Tertinggi dari
Garis-garis Besar Haluan Umum Pelayanan GMIT, yang mengadakan Sidang Sinodenya
sekali dalam setahun dengan tugas utama menentukan rencana-rencana kerja
tahunan yang akan dijalankan oleh Majelis Sinode Harian. Badan inilah yang menentukan program-program kerja tahunan. Anggota-angotanya terdiri
dari Majelis Sinode Harian dan para
Ketua Klasis.
c. Majelis Sinode Harian adalah Badan Eksekutif GMIT.
Ketua Sidang Raya adalah pula Ketua Sinode
dan sekaligus adalah juga Ketua Majelis Harian. Mereka berapat secara berkala
dalam rangka mengendalikan dan
mengimplementasikan semua keputusan Sinode.
Seluruh wilayah pelayanan GMIT dibagi ke
dalam Klasis-Klasis yang dalam banyak hal disesuaikan dengan luas wilayah
Kecamatan,
B.
Klasis
Struktur kepemimpinan Klasis adalah setingkat di bawah struktur Sinode dan merupakan sebuah badan perantara di antara Sinode dengan Jemaat-Jemaat.
a.
Sidang
Umum (Am) Klasis berlangsung sekali dalam 4
tahun, yaitu menjelang sidang Sinode
Raya. Tugas utama Sidang Umum Klasis adalah
1.
Meminta pertanggungjawaban
pelayanan dari Majelis Harian Klasis selama 4 tahun terakhir pelayanan;
2.
Menyusun Laporan Pertanggungjawaban Pelayanan Klasis untuk
dibawa ke Sidang Sinode Raya;
3. Memilih
Ketua Klasis dan anggota-anggota Majelis Klasis Harian yang baru;
4.
Memilih perutusan Klasis ke
sidang Sinode Raya.
b. Sidang Klasis adalah
Badan Pelaksana Utama dari Program Tahunan GMIT yang diturunkan dari Sidang
Sinode. Anggota-anggotanya terdiri dari
Majelis Klasis Harian dan para Pendeta se Klasis di tambah Penatua dan Diaken
yang diutus dari masing-masing wilayah
kependetaan. Tugasnya adalah menyusun Program Tahunan Klasis dengan mengacu
kepada Program Tahunan yang telah diturunkan oleh Sinode.
c. Majelis Klasis Harian adalah Badan Pekerja
Klasis yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan program kedalam semua jemaat
dalam wilayah-wilayah kependetaan dalam Klasis bersangkutan
C. Struktur Kepemimpinan
Jemaat GMIT
Setiap Klasis dipilah dalam Jemaat-Jemaat setempat. Dalam hal luar biasa, beberapa Jemaat bergabung ke dalam sebuah wilayah kependetaan dan dipimpin oleh seorang Pendeta.
Struktur kepemimpinan Jemaat adalah
sebagai berikut :
a. Sidang Lengkap Majelis Jemaat
adalah sebuah persidangan di tingkat jemaat yang memiliki wewenang untuk
memutuskan berbagai Program Klasis dan Program Sinode, ditambah pula
dengan Program Pelayanan Jemaat sendiri.
b. Majelis Jemaat
adalah badan pelaksana yang mengendalikan seluruh pelayanan dalam jemaat. Agar
setiap jenis-jenis pelayanan jemaat dapat dilaksanakan dengan baik,
dibentuklah berbagai komisi pelayanan.
Masing-masing komisi
dipimpin oleh seorang Majelis Jemaat sebagai Ketuanya dengan dibantu oleh
anggota Majelis lainnya dan beberapa warga gereja.
Basis pelayanan jemaat adalah keluarga-keluarga Kristen yang
menurut letaknya bertetangga satu sama lainnya (lingkungan Rukun Tetangga/Rukun
Warga).
Mereka merupakan suatu
Rayon pelayanan.
Setiap Rayon terdiri
dari l5 sampai 25 kepala keluarga yang dipimpin oleh seorang Penatua. Jika jumlah kepala keluarga dalam
satu rayon melebihi 25 kepala
keluarga, rayon itu dipilah dua sehingga jumlah keluarga rayon tidak boleh
melebihi kemampuan Penatua untuk pelayanannya secara berdayaguna.
Dengan cara pembagian rayon sedemikian itu maka sebuah rayon dapat dengan mudah
digerakkan untuk berbagai kepentingan pembangunan jemaat.
Dari gambaran tentang struktur GMIT di atas tampaklah bahwa
terdapat sebuah garis komando dari tingkat Sinode sampai ke tingkat
Jemaat-Jemaat secara langsung dan pada tingkat jemaat garis komando memecah dalam rayon-rayon yang
dengan mudah dapat dikoordinasikan dan digerakkan dalam pembangunan jemaat
maupun pembangunan dalam berbagai program pemerintah
Hingga kini belum tampak adanya kerja sama Pemda NTT dengan organisasi GMIT
ini, dalam pembangunan berbagai bidang di daerah-daerah, mau pun dalam menanggulangi masyarakat miskin di NTT.
Berikut ini akan dimuat data-data tentang Klasis-Klasis GMIT, jumlah jemaat dalam setiap Klasisnya termasuk
jumlah Kependetaan dan jumlah pendeta yang bekerja dalam setiap Klasis (l990).
Lokasi / Jumlah /
Klasis/Jemaat/Wil.Kependetaan/Pendeta
Timor
Keadaan Klasis-Klasis
yang ada di NTT (l990).
|
Wilayah
|
Jemaat/Gereja
|
Wil.
Pendeta
|
Pendeta
|
|
Kota Kupang
|
21
|
21
|
32
|
|
Kupang Tengah
|
44
|
24
|
23
|
|
Kupang Barat
|
35
|
9
|
l0
|
|
Kupang Timur
|
66
|
l3
|
12
|
|
Amarasi Barat
|
34
|
7
|
7
|
|
Amarasi Timur
|
42
|
l0
|
l0
|
|
Fatuleu
|
74
|
l5
|
l5
|
|
Amfoang Selatan
|
28
|
6
|
6
|
|
Amfoang Urata
|
20
|
5
|
5
|
|
Molo Utara
|
63
|
l0
|
l0
|
|
Molo
Timur
|
26
|
6
|
6
|
|
Molo Barat
|
38
|
8
|
9
|
|
Amanuban Bar
|
41
|
4
|
7
|
|
Amanuban Teg
|
50
|
9
|
9
|
|
Amanub.Sel.Tim
|
26
|
4
|
3
|
|
Amanub.Sel.Bart
|
41
|
5
|
6
|
|
Amanub.Timr Ut
|
43
|
5
|
5
|
|
Amanub.Timr.Sel
|
31
|
|
3
|
|
Amanuban Utara
|
40
|
5
|
3
|
|
Amanuban Selat
|
47
|
7
|
7
|
|
Amanuban Timur
|
38
|
4
|
3
|
|
Timor Tengh.Utar
|
28
|
7
|
7
|
|
Belu
|
43
|
8
|
8
|
|
|
|
|
|
|
Pulau
Semau
|
|
|
|
|
Kupang Barat
|
9
|
4
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Pulau Rote
|
|
|
|
|
Rote Timur
|
41
|
7
|
7
|
|
Pantai Baru
|
32
|
4
|
4
|
|
Rote Tengah
|
35
|
6
|
6
|
|
Lobalain
|
40
|
9
|
l0
|
|
Rote Barat Laut
|
41
|
6
|
6
|
|
Rote Barat Daya
|
37
|
7
|
7
|
|
|
|
|
|
|
Pulau Usu
|
|
|
|
|
Rote Timur
|
2
|
-
|
-
|
|
|
|
|
|
|
Pulau Ndao
|
|
|
|
|
Rote Barat Laut
|
3
|
l
|
l
|
|
|
|
|
|
|
Pulau Nosa
Rote
|
|
|
|
|
Barat Laut
|
l
|
-
|
-
|
|
|
|
|
|
|
Landu
|
|
|
|
|
Rote Timur
|
l
|
l
|
-
|
|
|
|
|
|
|
Pulau Sabu
|
|
|
|
|
Sabu
|
53
|
l0
|
9
|
|
Raijua
|
4
|
l
|
1
|
|
|
|
|
|
|
Alor
|
|
|
|
|
Alor Timur
|
52
|
9
|
8
|
|
Alor Tengah Utara
|
32
|
6
|
5
|
|
Alor Tengah Selatan
|
24
|
4
|
2
|
|
Alor Barat Laut
|
36
|
4
|
4
|
|
Alor Barat Daya
|
50
|
5
|
5
|
|
|
|
|
|
|
Alor Barat Daya
|
3
|
l
|
l
|
|
Pantar
|
-
|
-
|
-
|
|
Flores
|
14
|
6
|
3
|
|
Lomlen
|
2
|
-
|
-
|
|
Adonara
|
l
|
-
|
-
|
|
Pulau
Sumbawa
|
4
|
3
|
-
|
Jumlah Pulau = l6
Jumlah Klasis = 38
Jumlah Jemaat = l.492
Jumlah Wilayah Kependetaan = 295
Jumlah Pendeta = 278
Menurut
data lainnya menunjukkan bahwa jumlah penganut agama Kristen Protestan DI
Nusa Tenggara Timur (l99l ) sebanyak
l.058.473 orang, dan jumlah rumah
ibadah sebanyak 2440 gereja.
Data diatas memperlihatkan keadaan persebaran
Klasis-Klasis dan wilayah-wilayah Kependetaan di pulau-pulau yang menjadi
daerah pelayanan GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) di Prov. Nusa Tanggara
Timur
Dengan 295
pusat wilayah Kependetaan GMIT
mengatur pelayanan kepada l.492
jemaat yang secara keseluruhan mewakili kurang lebih 800.000 anggota jemaat (Sumber
: Pendeta Drs.Max Jacob,MTh, (Kakak
Penulis), Memperkenalkan Zona Harahap, Renungan Seorang Pendeta Tentang Masalah
Kerawanan Sumber Alam Dan Lingkungan
Hidup di Kawasan Tenggara Indonesia, l990, hal.l06-l07).
Pada pihak lain, data di atas memperlihatkan pula
intensitas penduduk di dalam setiap Klasis. Bagian terbesar wilayah Kependetaan
dan jumlah jemaat GMIT terdapat di pulau Timor. Idealnya jumlah Pendeta
seharusnya sama banyak dengan jumlah jemaat yang ada.
Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa dari jemaat sebanyak l.492, hanya memiliki Pendeta 278 orang (l8,63 %) tidak proporsional.
Dengan demikian pelayanan GMIT pada
jemaatnya menunjukkan belum efektif dan merata pelayanan Pendeta terutama kepada jemaat-jemat di
pulau-pulau di luar pulau Timor. Oleh
karena itu pengadaan Pendeta dan penyebarannya/distribusinya ke wilayah-wilayah
Kependetaan yang tidak memadai itu, perlu medapat perhatian dari Majelis Sinode
GMIT karena menyangkut
pemeliharaan/keutuhan dan pelayanan jemaat. Untuk itu
Majelis Sinode perlu tour ke wilayah-wilayah Kependetaan di luar Timor untuk
mengetahui kesulitan dan keadaan jemat setempat sehingga dipergunakan sebagai
bahan penyusunan rencana pelayanan yang baik dan berimbang antara jumlah jemaat
dan pendetanya. Dalam segi pendidikan Pendeta sebaiknya mengambil para pemuda
dari daerah-daerah Kependetaan yang masih minim jumlah pendetanya agar setelah
tamat kembali ke jemaatnya yang bersangkutan. Bagi yang berasal
dari daerah jemaat terpencil diberikan bea-siswa/subsidi yang ditanggung
bersama oleh Sinode, dan Klasis. Sisi keuntungannya dengan mengambil anak
daerah jemaat terpencil, saat penempatannya tidak mengalami masalah karena ia
pulang kampung, dirumahnya sendiri dan berbagai faktor posetif lainnya.
Tentang
Revormasi Kurikulum Pendidikan Pendeta,
Sebagai Pendeta Mandiri
(Oleh : Drs.Simon A.J.Jacob)
Selain Kurikulum yang diajarkan sekarang, perlu ditambah dengan pendidikan ketrampilan-ketrampilan lain dilapangan seperti :
1.
Pertanian,
2.
Pertukangan,
3.
Kerajinan tangan,
4.
Peternakan,
5.
Perikanan,
6.
Perbengkelan/Pertukangan,
7.
Bidang Kesehatan dan lainnya yang dianggap perlu.
Karena selain
meberitakan Injil,
ia juga harus dapat mendidik jemaatnya
untuk meningkatkan penghasilannya dengan melatih, mendidik, memotivasi
cara-cara ketrampilan yang disebutkan diatas.
Karena di desa
seorang pendeta dianggap mengetahui segalanya dan tempat bertanya.
Hal ini menjaga
juga, bila jemaatnya miskin sehingga tidak dapat menjamin pendetanya untuk
kehidupannya, maka ia sendiri harus bisa menciptakan lapangan kerja sendiri
diluar profesinya selaku Pendeta Jemaat, untuk menjamin hidupnya.
Dengan demikian Pendidikan Pendeta harus diarahkan
dengan berbagai ketrampilan tersebut sehingga menghasilkan “Pendeta yang
mandiri / Pendeta masa depan.’
Bila perlu seorang
Pendeta mampu membuka/memiliki sebuah toko/ kios di desa, bisa buka bengkel
speda motor, tukang kayu, bertani dan beternak.
Jadi menciptakan “Pendeta Mandiri”.
Sebab menurut
pengalaman, setelah tamat pendidikan sebagai
Pendeta umumnya enggan bekerja di Jemaat yang miskin, karena kolekte yang terkumpul
dari jemaat setiap minggunya tidak mencukupi gaji seorang Pendeta (minus).
Pendeta sekarang layaknya disebut
sebagai “Pendeta Kolekte”(dilihat dari
sumber penghasilan yang diperoleh). Jika di kota, gajinya cukup, maka ia enggan
pindah ke jemaat miskin di Pedesaan terpencil.
Tetapi dimasa
mendatang adalah “Pendeta Mandiri” dan tidak menutup kemungkinan jika seorang Pendeta yang bekerja keras
bisa menjadi kaya
dan justru ini yang diharapkan, sehingga sebaliknya dialah yang nantinya menyumbang kepada
jemaatnya yang miskin.
Mengenai kurikulum
Ketrampilan seperti disebutkan di atas, misalnya 6
(enam) bulan terakhir sebelum tamat,
maka Fakultas mengadakan semacam
kerjasama dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi pemerintah dengan bidang Pertanian, Peternakan, Industri &
Kerajinan, Kesehatan (Rumah Sakit), Dinas Perikanan, atau dengan
Bengkel-bengkel Servis Kendaraan, termasuk pengetahuan kontruksi bangunan, maupun dengan lainnya, guna mahasiswa bisa
berpaktek semua ketrampilan tersebut yang akan dimanfaatkan di desa
Kependetaannya.
Jadi sambil mengabarkan Injil, dia juga sebagai guru bagi
jemaatnya dalam berbagai ketrampilannya guna meningkatkan ekonomi jemaatnya
maupun ekonomi Pendeta tersebut. Dengan demikian Pendeta tidak terlalu bergantung pada hasil kolekte jemaat yang
minim dan malahan tidak bisa menutup gaji Pendeta.
Pengalaman Penulis ketika bertugas sebagai Kepala Dinas Luar Pajak di Bima. Nusa
Tewnggara Barat, banyak bergaul dengan para tamatan IAIN (Perguruan Islam)
dimana mereka sebagai pengajar juga punya usaha pertukangan kayu dan dan
lainnya dimana dalam menjalankan profesi mereka tidak diberi gaji. Inilah salah
satu contoh kecil yang dapat ditiru.
Sistem pendidikan Pendeta dengan metode ini setelah
tamat, maka diistilahkan sebagai : Injil di
tangan kanannya dan Ketrampilan di
tangan kirinya” (terpadu) Dan itulah
yang dibawa sebagai bekal dalam
pelayanannya ditengah-tengah jemaatnya. Seorang Pendeta harus sebagai pelopor
pembangunan di lingkungan Jemaatnya dan ikut mensukseskan Program Pemerintah
dalam menuntaskan kemiskinan di Desa-Desa Tertinggal (khusus didalam
jemaatnya). Diharapkan Sinode GMIT merevolusikan dirinya baik dalam bidang organisasinya/managemennya
dengan mengadakan pembaruan-pembaruan dalam berbagai kegiatannya dalam
memajukan jemaatnya, oleh karena sebagian besar jemaat GMIT adalah jemaat miskin.
Ditiap-tiap wilayah jemaat, seharusnya GMIT (Gereja) memiliki “aset”
berupa “lahan-lahan pertanian” yang luas yang dapat dimanfaatkan oleh para
Pendeta untuk nafkahnya maupun untuk pengembangan pendidikan dan sarana-sarana
sosial lainnya. Hingga kini nampaknya Sinode GMIT tidak memiliki aset
tanah yang memadai di Kupang, apalagi di daerah-daerah.
Sebuah contoh Pemerintahan Desa di Jawa,
memiliki sebidang atau beberapa didang
tanah yang dalam istilah Jawa di sebut Tanah Bengkok, adalah merupakan
suatu aset lahan milik desa dalam bentuk
sawah, yang hasilnya merupakan penghasilan atau gaji Kepala Desa, karena Kepala
Desa bukan pegawai negeri, sehingga dengan Tanah Bengkok inilah sumber
penghasilannya. Dan GMIT
termasuk sebuah organisasi gereja yang paling tertinggal, bila di banding
dengan Lembaga Keagamaan lainnya sehingga kurang berkembang, dan perlu
dipertanyakan manajemen GMIT hingga
kini. Untuk
kepentingan ini Sinode GMIT perlu banyak berdialog dengan para anggota
jemaatnya yang sudah sukses baik di pemerintahan, swasta lainnya guna
mendapatkan saran-saran, bantuan dan lainnya. Maka profil seorang Ketua Sinode harus orang yang mempunyai pandangan
luas dan memiliki hubungan luas pula didalam masyarakat maupun di pemerintahan.
Dimasa depan perlu diberikan peluang untuk menjadi seorang Ketua Sinode
dapat dipilih dari orang-orang Non Pendeta seperti para Pensiunan Birokrat yang
paham tentang kemasyarakatan, sosial, ekonomi, pemerintahan, manajemen,
berpandangan luas dan lainya yang mampu membawa GMIT lebih maju dari keadaan
sekarang. Untuk itu perlu menjadi salah
satu agenda pembicaraan dalam furom Sidang AM Sinode Raya. “SEMOGA”.
Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob Alamat :
Jln.Jambon I/414J – Jatimulyo – Kricak – Jogjakarta (55242) Telp.0274.588160 –
HP.082135680644 Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.