alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 11 Januari 2015

KEKRISTENAN DI NUSA TENGGARA TIMUR -DAN ORGANISASI SINODE GMIT (GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR)

Kekristenan di Nusa Tenggara Timur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
.
Latar belakang
Sejak awal, Indonesia yang dikenal dengan Nusantara merupakan tujuan bagi para pedagang dari berbagai belahan dunia Oleh karena kekayaan sumber daya alam khususnya rempah-rempah yang menjadi komoditi yang paling diminati oleh pedagang asing] Adanya jalur perdagangan ini juga membawa agama-agama besar dunia masuk ke nusantaraHindu dan Budha dari India, Kekristenan dari Palestina yang kemudian berkembang ke benua Eropa dan dibawa oleh orang Eropa ke semua daerah jajahan mereka maupun daerah persinggahan mereka Kekristenan masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh bangsa Eropa yang datang mencari rempah-rempah] Mereka datang dalam beberapa tahap dan akhirnya hamper setiap daerah di Indonesia pernah mereka datangi Namun hanya sebagian saja yang dapat mereka kuasai atau mereka jadikan pusat kegiatan.[

 Daerah dan suku

Nusa Tenggara Timur yang biasa dikenal dengan bumi Flobamor yang merupakan singkatan dari nama pulau-pulau besar yang merangkai provinsi tersebut yaitu Flores, Sumba, Timor, dan Alor. Di samping itu terdapat banyak pulau-pulau lain yang berada di dalamnya. Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa sub-etnis di dalamnya, yang berbeda bahasa maupun adat-istiadatnya. Sub-etnis itu antara lain:[1]
  • Suku Dawan, di pulau Timor
  • Suku Belu, di bagian selatan dekat perbatasan Timor Leste
  • Suku Marae, dekat perbatasan Timor Leste
  • Suku Kari, dekat perbatasan Timor Leste
  • Suku Kemak dekat perbatasan dengan Timor Leste
  • Suku Helong, di sekitar kota Kupang dan pulau Semau
  • Suku Rote di pulau Rote
  • Suku Sabu di pulau Sabu
  • Suku Alor di pulau Alor
  • Suku Flores di pulau Flores
  • Suku Sumba di pulau Sumba

Masuknya Agama Kristen

Kekristenan di Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah kisah perjalanan panjang oleh para misionaris yang datang ke Nusantara. Orang Belanda mendarat pertama di tanah Timor pada tahun 1613.[2] Raja Kupang pada waktu itu kemudian menjadi pemeluk agama Kristen dan memberikan tanah kepada Belanda. Satu tahun kemudian, datanglah seorang pendeta pertama di Tanah Timor yang bernama Matheos van den Broeck. Pelayanan yang dilakukannya hanya sebatas benteng Kupang dan sekitarnya. Lama kemudian setelah kedatangan pendeta pertama yaitu tahun 1670 datanglah seorang pendeta yang bernama C. Keysero Kind, namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia.

Referensi

1.    ^ (Indonesia) Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-Gereja di Indonesia, 1989
2.    ^ (Indonesia) Sejarah Apostolat di Indonesia, J.L.Ch. Abineno, Gunung Mulia, 1978

Sejarah Gereja Masehi Injili Di Timor


Gereja Masehi Injili di Timor bermula dari pada tahun 1739, tiga raja dari pulau Rote mengikuti pendidikan Kristen di Batavia (sekarang Jakarta). Pada saat mereka kembali ke pulau Rote, mereka mendirikan sebuah sekolah Kristen di sana. Awal di Rote, pertumbuhan kekristenan sangat lamban.
Baru pada abad ke-20, tingkat pertumbuhan gereja mulai cepat dengan kehadiran Misionaris Belanda yakni Pieter Middelkoop tahun 1920. Ia memulai penginjilannya dengan tinggal di SoE daerah Timor Tengah Selatan. Di sana ia bekerja keras untuk memahami tradisi lokal dan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Timor. Akibatnya gereja di daerah ini berkembang pesat.
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) mempunyai sejarah yang cukup panjang bila dibandingkan dengan gereja-gereja Protestan lainnya di Indonesia. Sejarahnya telah dimulai sejak zaman Portugis (abad XVI) dan zaman VOC (abad XVII-XVIII).

Dari fakta sejarah ternyata dapat dikatakan bahwa sejarah GMIT tak terpisahkan dengan sejarah gereja-gereja di Indonesia pada umumnya. Latar belakang tumbuhnya GMIT berawal dari kedatangan Injil ke Timor setelah ditemukannya pulau Timor secara tidak sengaja oleh Antonio de Arbreau dalam usahanya mencari pulau "rempah-rempah" di Maluku.
Adapun sejarah pertumbuhan GMIT dapat terlihat dalam babakan berikut ini:
1. Permulaan tumbuhnya gereja diawali dengan Portugis, tahun 1556 –1613
2. Gereja Protestan selama Pemerintahan Belanda tahun 1614-1842 yang terbagi atas:
2.1.
Masa Oud Hollandse: 1614 - 1819
2.2. Masa Nederlandsche Zendeling Genootschaap: 1814 – 1860
2.3. Masa Indische Kerk (GPI): 1860 – 1942
3. Gereja di Timor pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945
4. Situasi menjelang pembentukan GMIT dari tahun 1945 – 1947
5. Gereja Masehi Injili di Timor, dari tahun 1947 sampai sekarang ini.
Keragaman sosial-kultural, perbedaan daerah, suku, bahasa, kedudukan sosial dan lain-lain merupakan pegumulan GMIT sepanjang seiarah. Ikatan suku dan daerah merupakan kesutitan yang terus-menerus dialami dalam mencapai keesaan di GMIT. Keadaan keterpencilan (baik antar daerah di NTT maupun isolasi daerah NTT, dari daerah lain di Indonesia) menghambat pertumbuhan, koordinasi dan integrasi untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi GMIT. Meski demikian, hal ini perlahan-lahan mulai diatasi. Persatuan dan kesatuan yang sangat diperlukan untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan pencapaian efisiensi pelayanan gereja di NTT merupakan persoalan bagi GMIT.
Kelambanan Zending Belanda dan Gereja Protestan di Hindia Belanda dalam membina gereja di Timor ke arah kedewasaan secara teologis dan spiritual turut memberikan warna terhadap wawasan ekklesiologi yang berkembang di GMIT, di samping kejiwaan kolonial yang berlangsung cukup lama turut membawa pengaruh tersendiri terhadap kepemimpinan, struktur, Tata Gereja dan managemen keuangan GMIT.
Setelah melewati perkembangan sejarah yang cukup panjang (+ 4 abad), maka tanggal 31 Oktober 1947, GMIT dinyatakan sebagai Gereja yang berdiri sendiri. Terpilih sebagai Ketua Sinode pertama adalah: Ds. E. Durkstra dan Sekretaris: Ds. E. Tokoh. Pada tahun 1948, GMIT menjadi anggota Dewan Gereja-gereja se Dunia (DGD). Dewan Gereja-gereja di Indonesia (sekarang PGI) terbentuk pada 25 Mei 1950, di mana GMIT merupakan salah satu anggota pendiri.
Pada saat dibentuk, GMIT terdiri dari 6 Klasis yakni:
1. Klasis Kupang/Amarasi, dipimpin oleh Pdt, J. Arnoldus
2. Klasis Camplong/Amfoang, dipimpin oleh Pdt. Naiola
3. Klasis Soe (Amanuban, Amanatun, Mollo, Timor Tengah Utara dan Belu) oleh Pdt. M. Bolla
4. Klasis Alor/Pantar, dipimpin oleh pdt. M. Molina
5. Klasis Rote, dipimpin oleh Pdt. J. Zacharias
6. Klasis Sabu, dipimpin oleh Pdt. M. Radja Haba
7.Klasis Kupang, dipimpin oleh Pdt.Bernabas Jeremias Jacob (Ayah Penulis)

Di samping keenam Klasis tersebut terdapat 3 (tiga) jemaat yang berdiri sendiri yaitu Jemaat Kupang, Jemaat Ende di Flores dan Jemaat Sumbawa di Pulau Sumbawa. GMIT pada waktu itu terdiri dari + 170 mata jemaat dan dilayani oleh + 80 Pendeta (5 orang di antaranya utusan Zending). Anggota baptisan pada waktu itu sekitar 200.000 jiwa.
Pada periode 2011 – 2015, anggota jemaat di GMIT berjumlah 1.200.000, yang tersebar dalam 4.000 Jemaat, 2.091 Mata Jemaat, 44 Klasis dan dilayani oleh 1.075 orang pendeta.

 Sinode GMIT@ 2012

KategoriHalaman ini terakhir diubah pada 00.39, 10 September 2012


Hubungan GMIT Dengan
Gereja-Gereja Luar Negeri

Hubungan dikalangan agama Kristen Protesatan dengan dunia luar juga semakin berkembang. Hubungan ini berupa hubungan dengan patner di luar negeri.
  1. Sebelum tahun l955 hubungan kerjasama GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), dengan luar hanya dengan Gereja Hervormd Belanda.
  2. Kemudian Gereja Mathodis dan Gereja Presbyterian di Australia .
  3. Mulai tahun l955 dibuka pula hubungan dengan Gereja Mennointe di Amerika Serikat.
  4. Pada tahun l970 diperluas dengan gereja Kristus Kesatuan di AS (The United Church of Crist). 
  5.  Pada tahun l972 dengan gereja Presbyterian di Irlandia.
  6. Kerja sama tersebut berbentuk bantuan tenaga, dana, dan fasilitas yang lain. (F.L.Cooley, hal.307).
  7. Di samping itu GMIT juga mempunyai hubungan dengan badan Oikumenis sedunia  diantaranya pada tahun l948, telah berpartisipasi dalam sidang raya D.G.D (Dewan Gereja-Gereja Sedunia).
  8. Pada tahun l959 menjadi anggota Konferensi Kristen Asia Timur (EACC) dan tahun l964 menjadi anggota “World’s Miance of Reformed Churches.
  9. Disamping itu terdapat pula proyek-proyek pembangunan ekonomi dari luar di antaranya Kamp kerja distriction  Indonesia yang merupakan kerja sama pemuda GMIT, GKS, dengan pemuda Gereja Mathodist Australia pada tahun l97l.
  10. Pada tahun l972 melakukan kerja sama penelitian dengan biaya Church World Service untuk survei hidrologis. Regional Development Center (RDC) wilayah NTT dan CCPD dari Dewan Gereja Sedunia.(Sejarah Daerah NTT,l978, l08).

Gambaran  Tentang Struktur Organisasi

Pelayanan GMIT (Gereja Masehi Injili Di Timor)

Struktur Kepemimpinan Sinode GMIT

A. Sinode Raya

 a.Sinode Raya adalah Pemangku Tertinggi Kepemimpinan GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor). Sidang Raya bersidang sekali dalam 4 tahun dengan tugas utama :

1.    Menentukan garis-garis Besar Haluan Umum Pelayanan GMIT untuk periode pelayanan 4 tahunan.

2.    Memilih Ketua Sinode dan para anggota Majelis Sinode Harian (Badan Eksekutif).

3.    Memiliki kekuasaan untuk merobah Tata GMIT.

4.    Perutusan yang dapat menghadiri Sidang Sinode  Raya adalah :
5.    Para anggota Majelis Sinode Harian (Eksekutif);
6.    Para anggota Sinode (38 Ketua Klasis sebagai anggota tetap);
7.    Para Pendeta, Penatua, Diaken, Wakil wanita, wakil golongan fungsional jemaat, yang kesemuanya  merupakan perutusan yang dipilih dalam Sidang Umum Klasis-Klasis dengan membawa surat Kredensi untuk menentukan hak suaranya dalam Sidang Raya.
b. Sinode adalah Badan Pelaksanan Tertinggi dari Garis-garis Besar Haluan Umum Pelayanan GMIT, yang mengadakan Sidang Sinodenya sekali dalam setahun dengan tugas utama menentukan rencana-rencana kerja tahunan yang akan dijalankan oleh Majelis Sinode Harian. Badan inilah  yang menentukan program-program  kerja tahunan. Anggota-angotanya terdiri dari  Majelis Sinode Harian dan para Ketua Klasis.

c.  Majelis Sinode Harian adalah Badan Eksekutif GMIT.
Ketua Sidang Raya adalah pula Ketua Sinode dan sekaligus adalah juga Ketua Majelis Harian. Mereka berapat secara berkala dalam rangka mengendalikan dan  mengimplementasikan semua keputusan Sinode.
Seluruh wilayah pelayanan GMIT dibagi ke dalam Klasis-Klasis yang dalam banyak hal disesuaikan dengan luas wilayah Kecamatan,

B. Klasis

Struktur kepemimpinan Klasis adalah setingkat di bawah struktur Sinode dan merupakan sebuah badan perantara  di antara Sinode dengan Jemaat-Jemaat.
a.    Sidang Umum (Am) Klasis berlangsung sekali dalam 4 tahun, yaitu menjelang  sidang Sinode Raya. Tugas utama Sidang Umum Klasis adalah
1.      Meminta pertanggungjawaban pelayanan dari Majelis Harian Klasis selama 4 tahun terakhir pelayanan;
2.      Menyusun Laporan  Pertanggungjawaban Pelayanan Klasis untuk dibawa ke Sidang  Sinode Raya;
3.      Memilih Ketua Klasis dan anggota-anggota Majelis Klasis Harian  yang baru;
4.      Memilih perutusan Klasis ke sidang Sinode Raya.
  b. Sidang Klasis adalah Badan Pelaksana Utama dari Program Tahunan GMIT yang diturunkan dari Sidang Sinode. Anggota-anggotanya  terdiri dari Majelis Klasis Harian dan para Pendeta se Klasis di tambah Penatua dan Diaken yang diutus  dari masing-masing wilayah kependetaan. Tugasnya adalah menyusun Program Tahunan Klasis dengan mengacu kepada Program Tahunan yang telah diturunkan oleh Sinode.
c. Majelis Klasis Harian adalah Badan Pekerja Klasis yang bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan program kedalam semua jemaat dalam wilayah-wilayah kependetaan dalam Klasis bersangkutan

 C. Struktur Kepemimpinan

Jemaat GMIT

 Setiap Klasis dipilah dalam Jemaat-Jemaat setempat. Dalam hal luar biasa, beberapa Jemaat bergabung ke dalam sebuah wilayah kependetaan dan dipimpin oleh seorang Pendeta.

Struktur kepemimpinan Jemaat adalah  sebagai berikut :
    a. Sidang Lengkap Majelis Jemaat adalah sebuah persidangan di tingkat jemaat yang memiliki wewenang untuk memutuskan berbagai  Program  Klasis dan Program Sinode, ditambah pula dengan Program Pelayanan Jemaat sendiri.
    b. Majelis Jemaat adalah badan pelaksana yang mengendalikan seluruh pelayanan dalam jemaat. Agar setiap  jenis-jenis pelayanan  jemaat dapat dilaksanakan dengan baik, dibentuklah berbagai komisi pelayanan.
Masing-masing  komisi dipimpin oleh seorang Majelis Jemaat sebagai Ketuanya dengan dibantu oleh anggota Majelis lainnya dan beberapa warga gereja.
Basis pelayanan jemaat adalah keluarga-keluarga Kristen yang menurut letaknya bertetangga satu sama lainnya (lingkungan Rukun Tetangga/Rukun Warga).
Mereka merupakan suatu  Rayon pelayanan.

Setiap Rayon terdiri dari l5 sampai 25 kepala keluarga yang dipimpin oleh seorang  Penatua. Jika jumlah kepala keluarga dalam satu rayon melebihi 25 kepala keluarga, rayon itu dipilah dua sehingga jumlah keluarga rayon tidak boleh melebihi kemampuan Penatua untuk pelayanannya secara berdayaguna.
Dengan cara pembagian rayon sedemikian  itu maka sebuah rayon dapat dengan mudah digerakkan  untuk  berbagai kepentingan pembangunan jemaat.
Dari gambaran tentang struktur GMIT di atas tampaklah bahwa terdapat sebuah garis komando dari tingkat Sinode sampai ke tingkat Jemaat-Jemaat secara langsung dan pada tingkat jemaat  garis komando memecah dalam rayon-rayon yang dengan mudah dapat dikoordinasikan dan digerakkan dalam pembangunan jemaat maupun pembangunan dalam berbagai program pemerintah
Hingga kini belum tampak adanya kerja sama Pemda NTT dengan organisasi GMIT ini, dalam pembangunan berbagai bidang di daerah-daerah, mau pun dalam menanggulangi masyarakat miskin di NTT.   
Berikut ini akan dimuat data-data tentang Klasis-Klasis GMIT, jumlah jemaat dalam setiap Klasisnya termasuk jumlah Kependetaan dan jumlah pendeta yang bekerja dalam setiap Klasis (l990).

Lokasi / Jumlah / Klasis/Jemaat/Wil.Kependetaan/Pendeta

Timor
 Keadaan Klasis-Klasis yang ada di NTT (l990).

Wilayah
Jemaat/Gereja
Wil. Pendeta
Pendeta

Kota Kupang    
21
21
32

Kupang Tengah
44
24
23

Kupang Barat       
35
9
l0

Kupang Timur 
66
l3
12

Amarasi Barat   
34
7
7

Amarasi Timur 
42
l0
l0

Fatuleu         
74
l5
l5

Amfoang Selatan
28
6
6

Amfoang Urata   
20
5
5

Molo Utara         
63
l0
l0

Molo  Timur    
26
6
6

Molo Barat          
38
8
9

Amanuban Bar   
41
4
7

Amanuban Teg  
50
9
9

Amanub.Sel.Tim
26
4
3

Amanub.Sel.Bart
41
5
6

Amanub.Timr Ut
43
5
5

Amanub.Timr.Sel
31

3

Amanuban Utara
40
5
3

Amanuban Selat
47
7
7

Amanuban Timur
38
4
3

Timor Tengh.Utar
28
7
7

Belu                  
43
8
8






Pulau Semau




Kupang Barat
9
4
4






Pulau Rote




Rote Timur
41
7
7

Pantai Baru        
32
4
4

Rote Tengah       
35
6
6

Lobalain           
40
9
l0

Rote Barat Laut  
41
6
6

Rote Barat Daya  
37
7
7






Pulau Usu




Rote Timur              
2
-
-






Pulau Ndao




Rote Barat Laut  
3
l
l






Pulau Nosa Rote




Barat Laut                
l
-
-






Landu




Rote Timur
l
l
-






Pulau Sabu




Sabu                  
53
l0
9

Raijua               
4
l
1






Alor




Alor Timur          
52
9
8

Alor Tengah Utara
32
6
5

Alor Tengah Selatan
24
4
2

Alor Barat Laut       
36
4
4

Alor Barat Daya      
50
5
5






Alor Barat Daya      
3
l
l

Pantar                      
-
-
-

Flores                    
14
6
3

Lomlen                    
2
-
-

Adonara                   
l
-
-

Pulau Sumbawa     
4
3
-

Jumlah Pulau                               =       l6
Jumlah Klasis                               =      38
Jumlah Jemaat                            =    l.492
Jumlah Wilayah Kependetaan        =  295
Jumlah Pendeta                           =      278
Menurut data  lainnya menunjukkan bahwa  jumlah penganut agama Kristen Protestan DI Nusa Tenggara Timur (l99l ) sebanyak l.058.473 orang, dan jumlah rumah ibadah  sebanyak 2440 gereja.
Data diatas memperlihatkan keadaan persebaran Klasis-Klasis dan wilayah-wilayah Kependetaan di pulau-pulau yang menjadi daerah pelayanan GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) di Prov. Nusa Tanggara Timur
Dengan 295 pusat wilayah Kependetaan GMIT mengatur pelayanan kepada l.492 jemaat yang secara keseluruhan mewakili kurang lebih 800.000 anggota jemaat (Sumber : Pendeta Drs.Max Jacob,MTh, (Kakak Penulis), Memperkenalkan Zona Harahap, Renungan Seorang Pendeta Tentang Masalah Kerawanan Sumber Alam Dan Lingkungan Hidup di Kawasan Tenggara Indonesia, l990, hal.l06-l07).
Pada pihak lain, data di atas memperlihatkan pula intensitas penduduk di dalam setiap Klasis. Bagian terbesar wilayah Kependetaan dan jumlah jemaat GMIT terdapat di pulau Timor. Idealnya jumlah Pendeta seharusnya sama banyak dengan jumlah jemaat yang ada.

Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa  dari jemaat sebanyak l.492, hanya memiliki Pendeta 278 orang (l8,63 %) tidak proporsional. Dengan demikian  pelayanan GMIT pada jemaatnya menunjukkan belum efektif dan merata pelayanan Pendeta  terutama kepada jemaat-jemat di pulau-pulau  di luar pulau Timor. Oleh karena itu pengadaan Pendeta dan penyebarannya/distribusinya ke wilayah-wilayah Kependetaan yang tidak memadai itu, perlu medapat perhatian dari Majelis Sinode GMIT karena menyangkut 
pemeliharaan/keutuhan dan pelayanan jemaat. Untuk itu Majelis Sinode perlu tour ke wilayah-wilayah Kependetaan di luar Timor untuk mengetahui kesulitan dan keadaan jemat setempat sehingga dipergunakan sebagai bahan penyusunan rencana pelayanan yang baik dan berimbang antara jumlah jemaat dan pendetanya. Dalam segi pendidikan Pendeta sebaiknya mengambil para pemuda dari daerah-daerah Kependetaan yang masih minim jumlah pendetanya agar setelah tamat kembali ke jemaatnya yang bersangkutan. Bagi yang berasal dari daerah jemaat terpencil diberikan bea-siswa/subsidi yang ditanggung bersama oleh Sinode, dan Klasis. Sisi keuntungannya dengan mengambil anak daerah jemaat terpencil, saat penempatannya tidak mengalami masalah karena ia pulang kampung, dirumahnya sendiri dan berbagai faktor posetif lainnya.

  
Tentang Revormasi Kurikulum Pendidikan Pendeta,
Sebagai  Pendeta Mandiri

(Oleh : Drs.Simon A.J.Jacob)

 Selain Kurikulum yang diajarkan sekarang, perlu ditambah dengan pendidikan ketrampilan-ketrampilan lain dilapangan seperti :

1.      Pertanian,

2.      Pertukangan,

3.      Kerajinan tangan,

4.      Peternakan,

5.      Perikanan,

6.      Perbengkelan/Pertukangan,

7.      Bidang Kesehatan dan lainnya yang dianggap perlu.

Karena selain meberitakan Injil, ia juga harus  dapat mendidik jemaatnya untuk meningkatkan penghasilannya dengan melatih, mendidik, memotivasi cara-cara ketrampilan yang disebutkan diatas.

Karena di desa seorang pendeta dianggap mengetahui segalanya dan tempat bertanya.

Hal ini menjaga juga, bila jemaatnya miskin sehingga tidak dapat menjamin pendetanya untuk kehidupannya, maka ia sendiri harus bisa menciptakan lapangan kerja sendiri diluar profesinya selaku Pendeta Jemaat, untuk menjamin hidupnya.

Dengan demikian Pendidikan Pendeta harus diarahkan dengan berbagai ketrampilan tersebut sehingga menghasilkan “Pendeta yang mandiri / Pendeta masa depan.’

Bila perlu seorang Pendeta mampu membuka/memiliki sebuah toko/ kios di desa, bisa buka bengkel speda motor, tukang kayu, bertani dan beternak.

 Jadi menciptakan “Pendeta Mandiri”.

Sebab menurut pengalaman, setelah tamat pendidikan sebagai  Pendeta umumnya enggan bekerja di Jemaat yang miskin, karena kolekte yang terkumpul dari jemaat setiap minggunya tidak mencukupi gaji seorang Pendeta (minus).

Pendeta sekarang layaknya disebut sebagai  “Pendeta Kolekte”(dilihat dari sumber penghasilan yang diperoleh). Jika di kota, gajinya cukup, maka ia enggan pindah ke jemaat miskin di Pedesaan terpencil.

Tetapi dimasa mendatang adalah “Pendeta Mandiri” dan tidak menutup kemungkinan jika seorang Pendeta yang bekerja keras bisa menjadi kaya dan justru ini yang diharapkan, sehingga sebaliknya dialah yang nantinya menyumbang kepada jemaatnya yang miskin.

Mengenai kurikulum Ketrampilan seperti disebutkan di atas, misalnya  6 (enam) bulan terakhir  sebelum tamat, maka Fakultas mengadakan semacam kerjasama dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi pemerintah dengan  bidang Pertanian, Peternakan, Industri & Kerajinan, Kesehatan (Rumah Sakit), Dinas Perikanan, atau dengan Bengkel-bengkel Servis Kendaraan, termasuk pengetahuan kontruksi bangunan,  maupun dengan lainnya, guna mahasiswa bisa berpaktek semua ketrampilan tersebut yang akan dimanfaatkan di desa Kependetaannya.
Jadi sambil mengabarkan Injil, dia juga sebagai guru bagi jemaatnya dalam berbagai ketrampilannya guna meningkatkan ekonomi jemaatnya maupun ekonomi Pendeta tersebut. Dengan demikian Pendeta tidak terlalu bergantung pada hasil kolekte jemaat yang minim dan malahan tidak bisa menutup gaji Pendeta.
Pengalaman Penulis ketika bertugas sebagai Kepala Dinas Luar Pajak di Bima. Nusa Tewnggara Barat, banyak bergaul dengan para tamatan IAIN (Perguruan Islam)  dimana mereka sebagai pengajar juga punya usaha pertukangan kayu dan dan lainnya dimana dalam menjalankan profesi mereka tidak diberi gaji. Inilah salah satu contoh kecil yang dapat ditiru.

Sistem pendidikan Pendeta dengan metode ini  setelah tamat, maka diistilahkan sebagai : Injil di tangan kanannya dan  Ketrampilan di tangan kirinya” (terpadu) Dan itulah yang dibawa sebagai  bekal dalam pelayanannya ditengah-tengah jemaatnya. Seorang Pendeta harus sebagai pelopor pembangunan di lingkungan Jemaatnya dan ikut mensukseskan Program Pemerintah dalam menuntaskan kemiskinan di Desa-Desa Tertinggal (khusus didalam jemaatnya). Diharapkan Sinode GMIT merevolusikan dirinya  baik dalam bidang organisasinya/managemennya dengan mengadakan pembaruan-pembaruan dalam berbagai kegiatannya dalam memajukan jemaatnya, oleh karena sebagian besar jemaat GMIT adalah jemaat miskin. Ditiap-tiap wilayah jemaat, seharusnya GMIT (Gereja) memiliki “aset” berupa “lahan-lahan pertanian” yang luas yang dapat dimanfaatkan oleh para Pendeta untuk nafkahnya maupun untuk pengembangan pendidikan dan sarana-sarana sosial lainnya. Hingga kini nampaknya Sinode GMIT tidak memiliki aset tanah yang memadai di Kupang, apalagi di daerah-daerah.

Sebuah contoh Pemerintahan Desa di Jawa, memiliki  sebidang atau beberapa didang tanah yang dalam istilah Jawa di sebut Tanah Bengkok, adalah merupakan suatu aset  lahan milik desa dalam bentuk sawah, yang hasilnya merupakan penghasilan atau gaji Kepala Desa, karena Kepala Desa bukan pegawai negeri, sehingga dengan Tanah Bengkok inilah sumber penghasilannya. Dan GMIT termasuk sebuah organisasi gereja yang paling tertinggal, bila di banding dengan Lembaga Keagamaan lainnya sehingga kurang berkembang, dan perlu dipertanyakan manajemen   GMIT hingga kini. Untuk kepentingan ini Sinode GMIT perlu banyak berdialog dengan para anggota jemaatnya yang sudah sukses baik di pemerintahan, swasta lainnya guna mendapatkan saran-saran, bantuan dan lainnya.  Maka profil seorang Ketua Sinode harus orang yang mempunyai pandangan luas dan memiliki hubungan luas pula didalam masyarakat maupun di pemerintahan.  Dimasa depan perlu diberikan peluang untuk menjadi seorang Ketua Sinode dapat dipilih dari orang-orang Non Pendeta seperti para Pensiunan Birokrat yang paham tentang kemasyarakatan, sosial, ekonomi, pemerintahan, manajemen, berpandangan luas dan lainya yang mampu membawa GMIT lebih maju dari keadaan sekarang. Untuk itu perlu menjadi salah  satu agenda pembicaraan dalam furom Sidang AM Sinode Raya. “SEMOGA”.

Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob Alamat : Jln.Jambon I/414J – Jatimulyo – Kricak – Jogjakarta (55242) Telp.0274.588160 – HP.082135680644 Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.