SEJARAH
PEKABARAN INJIL Di JAWA
Menurut Koran
Tua tahun 1870 tersbut
di ceritakan bahwa kegiatan Perhubungan Utusan Injil Nenerland terdapat juga di Jawa Timur sejak tahun l849.
1. Utusan-utusan
yang dikirim ke Jawa adalah Josep Kam, J.C.Super dan G.W.Bruckner.
2. Kemudian Josep Kam di kirim ke Ambon,
3. J.C.Super ke Betawi (sekarang Jakarta), tetapi kemudian meninggal pada tahun l8l6, sedang
4. G.W.Bruchner menjadi
pendeta di Semarang. Ia
menyalin/menterjemahkan Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa, sehingga memudahkan
pekerjaan Utusan-utusan lain dikemudian hari.
5. Sebelum
kedatangan ke-tiga orang perutusan
tersebut diatas, sudah terdapat juga sebagiannya telah mendapat pelayanan Injil oleh tuan yakni, Coolen, dan sebagiannya lagi oleh tuan Emde di daerah Jawa Timur.
6. Tuan Coolen dan tuan Emde ini sebenarnya bukan
pendeta atau utusan, hanya
sebagai orang masehi saja, yang hanya mau memberi berkat Injil kepada orang
Jawa.
7. Coolen adalah seorang yang mengusahakan
tanah (perkebunan) didaerah Ngoro
yaitu dihutan-hutan Mojopahit, 75 pal dari Surabaya. Ia dilahirkan di Jawa.
Ayahnya seorang Rusia, dan ibunya
seorang wanita Jawa.
8. Sedang Emde tinggal di Surabaya. Ia seorang Duits,
yang pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang jam.
Semula di negerinya (Belanda)
ia adalah seorang tentara dan
meminta agar dia dikirim ke Hindia
Belanda (Indonesia). Setelah selesai
dari tugas kemiliterannya dia bekerja sebagai tukang jam di Surabaya.
Selain itu ia juga ingin agar orang Jawa juga
mempereoleh berkat
Injil, dan meskipun pengetahuan akan Injil tidak terlalu mendalam, akan tetapi ia juga ingin memberikan kesaksian Kristus dan ajarannya kepada
orang Jawa.
Bagi mereka yang telah menerima kabar Injil, Emde menganjurkan
agar mereka meninggalkan adat Jawanya
dan hidup seperti adat orang Belanda.
Sebaliknya
tuan Coolen , walaupun
mereka telah menjadi orang masehi, namun jangan meninggalkan adat sebagai orang Jawa.
Yang boleh ditinggalkan adalah adat-adat yang tidak baik saja,
sedang adat-adat yang baik jangan ditinggalkan.
Oleh karena itu sampai sekarang segala orang Jawa yang masuk agama masehi tetap berpakaian seperti adat
mereka dalam segala hal, kecuali adat yang berdosa.
Ketika Perhubungan Utusan
Injil di Rotterdam mendengar
bahwa ada beberapa ratus orang Jawa
sudah masuk agama masehi di Jawa Timur, maka diutuslah pendeta J.F.Jallesma ke Jawa Timur, yang sebelumnya telah bekerja di di Ambon tahun 1843 dan tahun 1847 di Ceram, Maluku.
Ia tinggal di Surabaya
sekitar tahun 1851 dan sesekali
mengunjungi kaum masehi yang bertempat tinggal diberbagai tempat yang terpencar
dan jauh-jauh.
Oleh karena mereka tinggal berpencar-pencar, menyebabkan pendeta J.F. Jallesma harus berkali-kali menemui mereka diberbagai wilayah yang
sangat melelahkan
Sebab itu Pendeta J.F.Jallesma
mencari sebuah tempat yang khusus yang akan dijadikan sebagai suatu negeri masehi dimana mereka hidup
berdampingan satu sama lainnya
dengan damai sehingga memudahkan
pelayanan Firman Allah.
Ditempat yang baru itu juga didirikan sekolah buat anak-anak mereka
belajar agar dikemudian hari dapat
mengabarkan Injil.
Dan tempat kosong itu adalah Mojo
Warno yang semula merupakan suatu kawasan
hutan yang belum pernah
dihuni orang disitu, telah dijadikan sebagai negeri masehi oleh J.F.Jallesma.
Jemaat Kristen yang semula terpencar
diberbagai tempat yang jauh-jauh telah di pindahkan ke lokasi baru oleh Pendeta
J.F.Jallesma ke Mojo Warno Jawa Timur. Di tempat yang baru ini di ajarkan cara-cara
bertani dan beternak yang baik sehingga mereka hidup dengan berkecukupan dan
sejahtera. Semua orang Jawa yang
menjadi orang masehi didirikan
sekolah untuk anak-anaknya, agar kelak menjadi pekabar Injil dikemudian
hari. Setelah bekerja beberapa tahun di Mojo-Warno
ia meninggal. Setelah 20 tahun
kematiannya, maka pada tanggal l6 April
l878 diperdirikan diatas kuburnya
sebuah tanda peringatan sebuah batu
nisan yang ditulis dengan bahasa Belanda
dan tulisan Jawa yang bertuliskan :
” J.E.Jellesma”
h.b.
Mei l8l6 – l6 h.b. April l858
Jang
Telah Perdirikan Djemaat
di
Mojo-Warno, 9 h.b. Juli l851,
II
Kor. 8 : 23 – Wahyu 14 : l3 “
Perlu ditelusuri dimana kuburan tersebut berada sebagai suatu
Sejarah yang telah menjadikan Orang Jawa menjadi Kreisten di Mojo Warno Jawa
Timur. (Penulis).
Maka pada hari itu tatkala tanda peringatan itu diperdirikan, maka
lima orang Jawa yaitu penolong-penolong Injil di Mojo-Warno, di Wiun, di Surabaya, dan Swaru (Waru?), juru
tulis di Mojo-warno, telah datang
dan mereka memberikan kesaksian, betapa muliannya dari pekerjaan tuan Jellesma telah timbul berkat bagi
mereka dan bagi segala orang Jawa.
Pendeta Poensen
menggantikan pendeta Smeding di Kediri. Kyftenbet, yang ditugasi pada tahun l863, minta lepas dari tugasnya. Diantara tahun l849-l864, diutus l0 utusan ke Jawa. Maka
tinggal tiga saja yaitu W.Hoezoo, yang
pulang ke Semarang, J.Krijt pindah ke Mojo-Warno dan C.Poenson
di Kediri.
Adalah baik sekali bahwa tuan Coolen
suka orang Jawa untuk tetap memegang
adatnya sendiri dan tiada turut Adat
Belanda.
Oleh karena itu sampai sekarang segala orang Jawa yang masuk masehi berpakaian juga seperti dahulu,
dengan segala perkara adatnya, kecuali adat yang berdosa.
Barang yang diperbuat oleh roh
Yesus di Mojo-Warno, itu akan
diperbuat juga pada seluruh tanah Jawa.
Pada hari permuliaan (peresmian) gereja
di Mojo Warno, banyak orang Jawa
datang kesana dari tempat-tempat yang jauh juga.
Diantaranya ada seorang perempuan bernama Magdalena, yang umurnya 48
tahun. Dahulu Magdalena tinggal
pada tuan pendeta J.F.Jallesma, yang
mengetahui segala pekerjaan dan pengabdian, penuh kasih sayangnya kepada jemaat
yang diperbuat oleh tuan Jallesma di
Mojo-Warno sejak awalnya hingga ia meninggal dan dimakamkan di Mojo Warno. Disinilah dibangun gereja sebagai rasa hormat dan kasih
sayang pendeta Jallesma kepada
Jemaat binaannya.
Betapa sukacitanya Magdalena
ini menyaksikan berdirinya gereja yang baru ini, sejak memulai orang memotong
kayu, mengambil batu sampai berdirinya gereja itu.
Pada saat
peresmian gereja baru itu, yang hadir bukan saja orang Jawa tetapi juga orang Belanda, yaitu asisten Resident Mojo-Warno, tiga pendeta dari Surabaya dan beberapa tuan lainnya.
(Sumber :
“Tjahaja Sijang, Kertas Chabar Minahasa, Edisi tanggal 18 September
l870-Majalah berbahasa Melayu Kuno; Terjemahan bebas. Koleksi Penulis.).
Penulis : Drs.Simon Aenold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.