LEMBAGA Perkreditan Di Tingkat Desa
Dan Lapangan Kerja
Oleh : Drs.Simon
A.J.Jacob
A.Bank-Bank Operasional Penyalur Kredit Kecil
Berdasarkan pengalaman Pelaksanaan IDT (Instruksi
Desa Tertinggal) yang dicontohkan di 3
Propinsi diatas (Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur), dapat ditarik
kesimpulan bahwa BPD (Bank Pembangunan Daerah) misalnya Nusa Tenggara Timur
(Bank NTT) perlu membangun
cabang-cabangnya di semua Kabupaten dan membentuk,
1. Bank-bank
asuhannya seperti BPR (Bank Perkreditan Rakyat),
2. Bank Pasar
(BP), maupun
3. LPD (Lembaga Perkreditan Desa).
4. Bahwa BPD
tidak hanya menyalurkan kredit besar ditingkat perkotaan saja seperti
pengalaman selama ini, tetapi juga memiliki cabang di tingkat kecamatan guna
menyalurkan kredit kecil bagi masyarakat kecil di pedesaan serta menambah
perputaran uang di Desa.
BPD (Bank NTT) misalnya, juga berfungsi sebagai
penyedia dana kepada,
1. BPR (Bank
Perkreditan Rakyat),
2. Bank Pasar
(BP)
3. LPD
(Lembaga Pekreditan Desa) sebagai penyalur dana.
Bank-bank ini sebagai :
Lembaga penyalur dana kredit kecil kepada
masyarakat pedesaan serta,
Membina dan mengadakan pelatihan kepada Lembaga
Pendampingan Kelompok Swadaya Masyarakat di tingkat Kecamatan sebagai “Mediator
Kredit” yang menghubungkan masyarakat petani, pedagang kecil, pengrajin dengan
pihak perbankan atau lembaga kredit desa lainnya.
Terhambatnya
penyaluran Kredit kecil kepada masyarakat
pedesaan sebagai akibat dari :
Kurangnya pendamping profesional khususnya dalam
hal urusan kredit Bank, dan langkanya
Lembaga-lembaga perkreditan tingkat Kecamatan di sekitar mereka. Selain itu ada
juga kredit kecil yang disebut “Kredit Bakulan,” tanpa anggunan dan cepat cair
kreditnya. Kredit semacam ini biasanya dijalankan oleh pemodal-pemodal kecil di
lingkungan pasar tradisional. Dimaksud dengan kredit bakulan adalah kredit
kecil kepada para pedagang kecil bakulan, untuk modal kerja yang jumlah barang
dagangan, adalah sebanyak harga/nilai satu bakul/segendong/sepikul isinya, seperti pedagang sayur-sayuran/buah-buahan
atau sejenisnya dipasar-pasar tradisional.
Besar pinjaman berkisar, sejumlah harga
barang dagangan sebakul/sepikul itu,
yaitu misalnya antara Rp.100.000 – Rp.200.000, atau lebih dengan, bunga 5 %. Jangka waktu pinjaman
adalah 1 (satu) bulan tetapi biasanya hanya dihitung 25 hari pelunasannya. Artinya
dalam jangka waktu 1 bulan, baik pokok maupun
bunga dari pinjaman misalnya Rp.200.000 lunas. Kredit bakulan” ini
dicicil setiap hari, setelah selesai berjualan di pasar yaitu pada siang hari,
hingga lunas dalam satu bulan.
Contoh
perhitungan kasarnya sbb :
Jumlah Kredit Rp.200.000 ditambah bunga 5 %, jadi
pokok ditambah bunga dalam sebulan misalnya sebesar Rp.210.000. Cicilan
sehari/per-hari adalah = Rp.210.000 : 25
hari = Rp.8.400,- (satu bulan hanya
dihitung 25 hari kerja).
“Modal Kredit Bakulan” yang berputar, tidak perlu terlalu besar di tingkat desa
sekitar antara Rp. 5.000.000,- Rp.l0.000.000 dianggap sudah cukup besar di
tingkat desa, karena jumlah penerimaan dari pelunasan terus berputar setiap
hari. Kantornya harus ditengah pasar tradisional, sehingga pelayanan kredit
ataupun pelunasan kreditnya serba cepat, tanpa biaya tambahan bagi kedua belah
pihak. Jadi modal kerja dari LPD ini didapat dari BPR atau dari BPD sebagai
penyedia dana, kepada LPD sebagai penyalur dana. Dalam pengalaman peminjaman ‘kredit bakulan’
ini, biasanya sebelum masa jatuh tempo kredit, ia telah melunasinya dan meminta
kredit yang lebih besar lagi.
(Pengalaman semacam ini pernah dijalankan oleh
pebulis secara kecil-kecilan pada tahun 1975).Disamping itu ia juga mau
menunjukkan tingkat kepercayaannya kepada pemilik Bank Pasar, bahwa ia adalah
nasabah yang baik..Jadi ‘kredit bakulan/pikulan’, semacam ini jaminannya adalah,
“kepercayaan” saja, tanpa anggunan apapun, karena
sudah saling kenal mengenal. Sebelum ia diberi pinjaman biasanya nasabah ditanya/di
data tentang jumlah rata-rata penjualan seharinya, agar LPD pemberi kredit
mendapat gambaran yang memadai, dalam menetapkan jumlah kredit yang bisa
dipinjamkan kepadanya maupun kemampuan penyicilannya kembali setiap hari.
B. Pembukaan Lapangan Pekerjaan
Inipun
merupakan peluang membuka kesempatan lapangan kerja baru bagi
penganggur-penganggur jebolah Universitas, dan siapa saja yang ingin berprofesi
sebagai Mediator-Kredit seperti Lembaga-lembaga yang disebutkan diatas, maupun
sebagai karyawan pada lembaga-lembaga penyalur dana di tingkat desa. Sebagai contoh Di NTT (Nusa Tenggara Timur) misalnya kurang lebih memiliki l.800 desa maka
paling tidak terdapat l.000 LPD yang, jika mempekerjakan 3 orang saja, berarti
terbuka lapangan kerja sebanyak l.000 X 3 orang = 3.000 orang karyawan, belum
termasuk penyerapan pada sektor-sektor lainnya. Untuk tujuan ini pemerintah
daerah seyogianya mengadakan perencanaan membuka lapangan kerja baru dibidang “lembaga
pekreditan” skala kecil dan mengembangkan BPD/LPD/Bank Pasar, hingga tingkat
Kecamatan. Dengan menambah peredaran uang di tingkat desa, berarti meningkatkan
daya beli masyarakat desa guna mampu membeli produk-produk pertanian dan
kerajinan di desa. Karena meningkatnya daya beli, maka meningkat pula permintaan
akan hasil produk desa, sekaligus memacu petani meningkatkan produksi
pertaniannya karena banyak permintaan.
Untuk
kelancaran ini, pemerintah perlu membangun sarana-sarana pasar tradisional di
tiap-tiap desa/kecamatan sebagai sentra kegiatan perekonomian di desa. Tanpa
kehadiran sebuah sarana pasar tradisional di desa/kecamatan, tidak dapat diharapkan perputaran ekonomi pedesaan. Keuntungan
ikutannya adalah, pemerintah dapat memungut retribusi pasar, jasa parkir dan
lain-lainnya. Sarana dan prasaranan rakyat kecil seperti pasar tradisional,
kurang mendapat perhatian pemerintah daerah, sehingga menyebabkan perputaran
uang di desa kecil sekali, bahkan tanpa pasar, layaknya masyarakat desa
sepertinya masih hidup ditengah zaman primitif saja di era modernisasi dengan ekonominya sistem barter (barang
ditukar dengan barang).
Keberhasilan
atau kegagalan seorang gubenur, bupati,
dapat juga diukur, dari salah satu faktor ini. Hingga saat ini nyaris tanpa pasar tradisional
yang berarti ditiap kecamatan di NTT. Di pasar tradisional inilah awal
timbulnya ekonomi desa. Petani dapat menjual hasil pertaniannya, konsumen mudah
memperoleh kebutuhannya, ada buruh pasar, petani meningkatkan produksinya,
beroperasinya Lembaga Kredit Desa sebagai penyalur dana, sekaligus menciptakan
lapangan kerja bagi penganggur putus sekolah, sehingga mengurangi tingkat
kemiskinan dan pengangguran.
Untuk
tujuan ini pemerintah perlu menganggarkannya dalam APBD nya, atau mencari dari
dana proyek infrastruktur dari APBN yang saat ini sedang dirancang pemerintah
pusat. Pembangunan dewasa ini oriantasinya terpusat ke pedesaan, oleh karena
kemiskinan terkonsentrasi hampir di seluruh pedesaan di Indonesia terutama di “Desa
Tertinggal.” Antara lain, Nusa Tenggara Timur termasuk Provinsi miskin, yang
perlu penanganan khusus pula. Hanya saja
pemda kurang melihat obyek-obyek sarana dan prasarana apa saja yang perlu
mendapat prioritas pembangunannya, yang diharapkan mempercepat laju
perekonomian desa. Oleh karena itu, perlu disusun sebuah daftar prioritas
sektor-sektor pembangunan di suatu wilayah sebagai pedoman perencanaan dan
tahapan-tahapan pelaksanaannya, yang secara bertahap dimasukkan dalam RAPBD
setiap tahunnya.
Penulis
: Drs,Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.